Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

“KEBUTUHAN MOBILISASI”
STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI

NAMA : RIZKA ADHAINI


NIM : 191490111000069
KELOMPOK :1A.8
RUANG : RUBY

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
BANJARMASIN, 2019
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN MOBILISASI

1. Definisi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk
meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan
untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).

Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan
kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan
normalnya (Mubarak, 2008). Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh
North American Nursing  Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana
individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik. Individu yang
mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu
dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu
yang kehilangan fungsi anatomi akibat perubahan fisiologi (kehilangan fungsi motorik, klien
dengan stroke, klien penggunaa kursi roda) dan penggunaan alat eksternal (seperti gips atau
traksi) (Potter, 2005).

2. Fisiologis Kebutuhan Dasar Mobilisasi


Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya. Jenis mobilitas, antara lain:
1) Mobilitas Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi social dan menjalankan peran sehari-hari.
Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2) Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas
karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal
ini dapat dijumpai pada kasus cidera atau patah tulang dengan pemasangan traksi.
3) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversible
pada sistem musculoskeletal, contohnya adanya dislokasi sendi dan tulang.
4) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang
reversible. Contohnya terjadinya hemiplegia karena.

3. Phatway

4. Diagnosa Keperawatan
4.1 Intoleransi aktivitas
1) Batasan karakteristik
- Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
- Dipsnea setelah beraktivitas
- Keletihan
- Kelemahan umum
2) Faktor yang berhubungan
- Tirah baring atau imobilisasi
- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
- Gaya hidup kurang bergerak
3) Tujuan Keperawatan (NOC)
- Klien mampu mengidentifikasi aktifitas dan situasi yang menimbulkan
kecemasan yang berkonstribusi pada intoleransi aktivitas.
- Klien mampu berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan TD,
N, RR dan perubahan ECG
- Klien mengungkapkan secara verbal, pemahaman tentang kebutuhan oksigen,
pengobatan dan atau alat yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktifitas.
- Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri tanpa bantuan atau dengan
bantuan minimal tanpa menunjukkan kelelahan
4) Rencana Tindakan (NIC)
Managemen Energi
- Tentukan penyebab keletihan: :nyeri, aktifitas, perawatan , pengobatan
- Evaluasi motivasi dan keinginan klien untuk meningkatkan aktifitas.
- Monitor respon kardiorespirasi terhadap aktifitas
- Monitor asupan nutrisi untuk memastikan ke adekuatan sumber energi.
Terapi Aktivitas
- Bantu klien melakukan ambulasi yang dapat ditoleransi.
- Rencanakan jadwal antara aktifitas dan istirahat.
- Bantu dengan aktifitas fisik teratur seperti, ambulasi, berubah posisi
- Minimalkan stress dan berikan istirahat yang adekuat
4.2 Gangguan mobilitas fisik
1) Batasan karakteristik
- Gangguan sikap berjalan
- Penurunan rentang gerak
- Kesulitan membolak-balik posisi
- Gerakan lambat
2) Faktor yang berhubungan
- Ansietas
- Penurunan kekuatan otot
- Kurang dukungan lingkungan
- Keengganan memulai pergerakan
3) Tujuan Keperawatan (NOC)
- Mampu mandiri total
- Membutuhkan bantuan orang lain dan alat
- Melakukan perpindahan/ ambulasi : miring kanan-kiri, berjalan, kursi roda
4) Rencana Tindakan (NIC)
Latihan Kekuatan
a. Ajarkan dan berikan dorongan pada klien untuk melakukan program latihan
secara rutin
Latihan untuk ambulasi
a. Ajarkan teknik Ambulasi & perpindahan yang aman kepada klien dan keluarga.
b. Sediakan alat bantu untuk klien seperti kruk, kursi roda, dan walker
c. Beri penguatan positif untuk berlatih mandiri dalam batasan yang aman.
Latihan mobilisasi dengan kursi roda
a. Ajarkan pada klien & keluarga tentang cara pemakaian kursi roda & cara
berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya.
b. Dorong klien melakukan latihan untuk memperkuat anggota tubuh
c. Ajarkan pada klien/ keluarga tentang cara penggunaan kursi roda
Latihan Keseimbangan
Ajarkan pada klien & keluarga untuk dapat mengatur posisi secara mandiri dan
menjaga keseimbangan selama latihan ataupun dalam aktivitas sehari hari.
Perbaikan Posisi Tubuh yang Benar
a. Ajarkan pada klien/ keluarga untuk mem perhatikan postur tubuh yg benar
untuk menghindari kelelahan, keram & cedera.
b. Kolaborasi ke ahli terapi fisik untuk program latihan.

4.3 Defisit perawatan diri


1) Batasan karakteristik
- Hambatan memilih pakaian
- Hambatan mempertahan kan penampilan
- Hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh bawah maupun atas
- Ketidakmampuan mengancingkan pakaian
2) Faktor yang berhubungan
- Penurunan motivasi
- Kendala lingkungan
- Kelemahan
3) Tujuan Keperawatan (NOC)
- Melakukan ADL mandiri : mandi, hygiene mulut ,kuku, penis/vulva, rambut,
berpakaian, toileting, makan-minum, ambulasi
- Mandi sendiri atau dengan bantuan tanpa kecemasan
- Terbebas dari bau badan dan mempertahankan kulit utuh
- Mempertahankan kebersihan area perineal dan anus
4) Rencana Tindakan (NIC)
Bantuan Perawatan Diri: Mandi, higiene mulut, penil/vulva, rambut, kulit
- Kaji kebersihan kulit, kuku, rambut, gigi, mulut, perineal, anus
- Bantu klien untuk mandi, tawarkan pemakaian lotion, perawatan kuku, rambut,
gigi dan mulut, perineal dan anus, sesuai kondisi
- Anjurkan klien dan keluarga untuk melakukan oral hygiene sesudah makan dan
bila perlu
Bantuan perawatan diri : berpakaian
- Kaji dan dukung kemampuan klien untuk berpakaian sendiri
- Ganti pakaian klien setelah personal hygiene, gunakan pakaian yang longgar
- Berikan terapi untuk mengurangi nyeri sebelum melakukan aktivitas berpakaian
sesuai indikasi
Bantuan perawatan diri : Makan-minum
- Kaji kemampuan klien untuk makan : mengunyah dan menelan makanan
- Fasilitasi alat bantu yg mudah digunakan klien
- Dampingi dan dorong keluarga untuk membantu klien saat makan
Bantuan Perawatan Diri: Toileting
- Kaji kemampuan toileting: defisit sensorik (inkontinensia),kognitif(menahan
untuk toileting), fisik (kelemahan fungsi/ aktivitas)
- Ciptakan lingkungan yang aman(tersedia pegangan dinding/ bel), nyaman dan
jaga privasi selama toileting
- Ajarkan pada klien dan keluarga untuk melakukan toileting secara teratur

5. Daftar Pustaka
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.
Heather, Herdman.2018-2020. NANDA-1 Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik.
Edisi 4. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC dan
kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC

Banjarmasin, 09 Oktober 2019

Perseptor Akademik, Ners Muda,

Risma Handrawanti, S.Kep., Ns Rizka Adhaini, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai