Anda di halaman 1dari 9

A.

KONSEP AKTIVITAS
1. DEFINISI
Menurut (Heriana, 2014) Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak
dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu
tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti
berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari
keadekuatan sistem persarafan dan musculoskeletal.
Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. (Asmadi,
2008). Jadi dapat diartikan bahwa gangguan aktivitas merupakan
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
2. ETIOLOGI
a. Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai berikut :
b. Kelainan Postur
c. Gangguan Perkembangan Otot
d. Kerusakan Sistem Saraf Pusat
e. Trauma langsung pada Sistem Muskuloskeletal dan neuromuscular
f. Kekakuan Otot
3. MANIFESTASI KLINIK
Menurut (Potter & Perry, 2006) manifestasi klinik pada gangguan aktivitas yaitu
tidak mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan alat/orang lain, memiliki
hambatan dalam berdiri dan memiliki hambatan dalam berjalan.
4. PATOFISIOLOGI
Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari
penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan
tersebut, diantaranya adalah :
a. Kerusakan Otot
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot
berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika terjadi
kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot terganggu.
Otot dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung oleh benda tajam
yang merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon atau ligament, radang dan
lainnya.

1
b. Gangguan pada skelet
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu
pada kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau mobilisasi.
Beberapa penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari
sistem rangka diantaranya adalah fraktur, radang sendi, kekakuan sendi dan
lain sebagainya.
c. Gangguan pada sistem persyarafan
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dank e otak. Impuls
tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak.
Jadi, jika syaraf terganggu maka akan terjadi gangguan penyampaian impuls
dari dank e organ target. Dengan tidak sampainya impuls maka akan
mengakibatkan gangguan mobilisasi.
5. PENATALAKSANAAN
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang kehidupan
dan episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang khidupan,
mobilitas dan aktivitas tergantung pada system musculoskeletal,
kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses episodic pencegahan primer
diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat timbul akibat
imobilitas atau ketidakaktifan.
 Hambatan terhadap latihan
 Pengembangan program latihan
 Keamanan
b. Pencegahan sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut dari imobilitas dapat
dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan. Keberhasian intervensi
berasal dari suatu pengertian tentang berbagai factor yang menyebabkan atau
turut berperan terhadap imobilitas dan penuaan. Pencegahan sekunder
memfokuskan pada pemliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi. (Tarwoto
& Wartonah, 2006)
c. Penatalaksanaan terapeutik

2
B. ASKEP
1. PENGKAJIAN
Menurut (Hidayat, 2014) pengkajian yang penting dalam gangguan aktivitas
sebagai berikut :
a. Biodata pasien
b. Riwayat termasuk pola istirahat/tidur, pola aktivitas/latihan. Pola aktivitas
atau latihan dapat dinilai dengan tabel berikut :

Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan dan minum
Mandi

Eliminasi
(BAK&BAB)
Berpakaian

Mobilisasi di
tempat tidur
Pindah

Ambulasi

Keterangan :
0 : mandiri
1 : alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total

c. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan meliputi :
 Riwayat aktivitas dan olah raga
 Toleransi aktivitas
 Jenis dan frekuensi olah raga
 Faktor yang mempengaruhi mobilitas
 Pengararuh imobilitas

3
d. Pemeriksaan Fisik : Data Focus
Kesejajaran tubuh
Mengidentifikasi perubahan postur tubuh akibat pertumbuhan dan
perkembangan normal. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi pasien dari
lateral, anterior, dan posterior guna mengamati :
 bahu dan pinggul sejajar
 jari - jari kaki mengarah kedepan
 tulang belakang lurus, tidak melengkung kesisi yang lain

Cara berjalan
Dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko cedera akibat jatuh.
 Kepela tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus
 Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu daripada jari kaki
 Lengan mengayun kedepan bersamaan dengan ayunan kaki di sisi yang
berlawanan
 Gaya berjalan halus, terkoordinasi

Penampilan dan pergerakan sendi


Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak aktif
atau rentang gerak pasif. Hal-hal yang dikaji yaitu :
 Adanya kemerahan / pembengkakan sendi
 Deformitas
 Adanya nyeri tekan
 Krepitasi
 Peningkatan temperature di sekitar sendi
 Perkembangan otot yang terkait dengan masing – masing sendi
 Derajat gerak sendi

Kemampuan dan keterbatasan gerak


Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
 Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien untuk bergerak
 Adanya hambatan dalam bergerak ( terpasang infus, gips )

4
 Keseimbangan dan koordinasi klien
 Adanya hipotensi ortostatik
 Kenyamanan klien

Kekuatan dan massa otot


Perawat harus mengkaji kekuatan dan kemampuan klien untuk bergerak,
langkah ini diambil untuk menurunkan risiko tegang otot dan cedera tubuh baik
pada klien maupun perawat.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan mobilitas fisik
b. Defisit perawatan diri
c. Intoleransi aktivitas

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
a. Gangguan mobilitas fisik
Definisi : Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri dan terarah.
Batasan Karakteristik :
 Klien meningkat dalam aktivitas fisik
 Mengerti tujuan dan peningkatan mobilitas
 Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
 Memperagakan penggunaan alat
 Bantu untuk mobilisasi (walker)

NIC
Exercise therapy : ambulation
 Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat
latihan
 Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan

5
 Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap
cedera
 Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
 Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
 Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
 Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs pasien.
 Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
 Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan.

b. Defisit perawatan diri


Definisi : hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyeIesaikan mandi /
aktivitas perawatan diri untuk diri sendiri
Tujuan dan Kriteria Hasil :
NOC
 Activity Intolerance
 Mobility: physical Impaired
 Self Care Deficit Hygiene
 Sensory perception, Auditory disturbed.
Kriterta hasil :
 Perawatan diri ostomi : tindakan pribadi mempertahankan ostomi untuk
eliminasi
 Perawatan diri : Aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) mampu untuk
melakukan aktivitas perawatan fisik dan pribadi secara mandiri atau dengan
alat bantu
 Perawatan diri Mandi : mampu untuk membersihkan tubuh sendiri secara
mandiri dengan atau tanpa alat bantu
 Perawatan diri hygiene : mampu untuk mempertahankan kebersihan dan
penampilan yang rapi secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
 Perawatan diri Hygiene oral : mampu untuk merawat mulut dan gigi secara
mandiri dengan atau tanpa alat bantu

6
 Mampu mempertahankan mobilitas yang diperlukan untuk ke kamar mandi
dan menyediakan perlengkapan mandi
 Membersihkan dan mengeringkan tubuh
 Mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang kebersihan tubuh dan
hygiene oral

NIC:
 Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
 Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri,
berpakaian, berhias, toileting dan makan.
 Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-
care.
 Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
 Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya.
 Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan
bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
 Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
 Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

c. Intoleransi aktivitas
Definisi : Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan
atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin
dilakukan.
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC
 Energy conservation
 Activity tolerance
 Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR

7
 Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
 Tanda-tanda vital normal
 Energy psikomotor
 Level kelemahan
 Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat
 Status kardiopulmunari adekuat
 Sirkulasi status baik
 Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat

NIC:
 Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan
program terapi yang tepat
 Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
 Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan social
 Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
 Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
 Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual

DAFTAR PUSTAKA

8
Asmadi. ( 2008 ), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC

Heriana, P. (2014). Buku ajar kebutuhan dasar manusia. Tangerang : Binarupa


Aksara.

Hidayat, A.A.. (2014). Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data.
Jakarta : Salemba Medika

Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan. Edisi Ke-3. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai