KEBUTUHAN ELIMASI
OLEH
1. Konstipasi
a. Data mayor (harus terdapat)
- Nyeri pada saat defekassi
- Feses keras dan berbentuk
- Kesulitan dalam defekasi
- Defekasi dilakukan kurang dari tiga kali seminggu
b. Data minor ( mungkin terdapat)
- Mengenjan pada saat defekasi
- Darah merah pada feses
- Massa rektal yang dapat diraba
- Mengeluh rektal terasa penuh
- Bising usus
2. Diare
a. Data mayor ( harus terdapat)
- Pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk
- Peningkatan frekuensi defekasi
- Ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses
b. Data minor ( mungkin terdapat )
- Peningkatan bising usus
- Peningkatan dalam volume feses
C. POHON MASALAH
1. Gangguan Eliminasi Urine
Inkontinensia Urine
INKONTINENSIA
URIN
Retensi Urine
Kerusakan Medula
spinalis TH12-L1,
kerusakan saraf simpatis
dan parasimpatis
Retensi urin
DIARE
Konstipasi
Diet rendah serat, asupan cairan kurang, Penggunaan obat-obatan tertentu (seperti,
kondisi psikis, kondisi metabolik, dan gol. Opiat)dan mengandung AL dan Ca
penyakit yang di derita
Gangguan defekasi
KONSTIPASI
Rangsangan refleks
penyebab rekto anal
Diperlukan rangsangan
yang lebih kuat untuk
mendorong feses
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Gangguan eleminasi urine
Pemeriksaan sistem perkemihan dapat mempengaruhi berkemih. Prosedur-
prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti
IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga
mengurangi produksi urine.Klien tidak diperbolehkan untuk mengonsumsi cairan
per oral sebelum tes dilakukan. Pembatasan asupan cairan umumnya akan
mengurangi pengeluaran urine. Selain itu pemeriksaan diagnostic seperti tindakan
sistoskop yang melibatkan visualisasi langsung struktur kemih dapat
menimbulkan edema lokal pada uretra dan spasme pada sfingter kandung kemih.
Klien sering mengalami retensi urine setelah menjalani prosedur ini dan dapat
mengeluarkan urine berwarna merah atau merah muda karena perdarahan akibat
trauma pada mukosa uretra atau mukosa kandung kemih. Adapun pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan urine ( urinalisis)
Warna urine normal yaitu jernih
pH normal yaitu 4,6-8,0
glukosa dalam keadaan normal negatif
Ukuran protein normal sampai 10 mg/100ml
Keton dalam kondisi normal yaitu negatif
Berat jenis yang normal 1,010-1,030
Bakteri dalam keadaan normal negatif
2. Pemeriksaan darah meliputi : HB, SDM, kalium, natrium, pencitraan
radionulida, klorida, fosfat dan magnesium meingkat.
3. Pemeriksaaan ultrasound ginjal
4. Arteriogram ginjal
5. EKG
6. CT scan
7. Enduorologi
8. Urografi
9. Ekstretorius
10. Sistouretrogram berkemih
a. Anuskopi
b. Prosktosigmoidoskopi
c. Rontgen dengan kontras
d. Pemeriksaan laboratorium feses
e. Pemeriksaan fisik
Abdomen, pemeriksaan dilakukan pada posisi terlentang, hanya
pada bagian yang tampak saja.
- Inspeksi, amati abdomen untuk melihat bentuknya,
simetrisitas, adanya distensi atau gerak peristaltik.
- Auskultasi, dengan bising usus, lalu perhatikan intensitas,
frekuensi dan kualitasnya.
- Perkusi, lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui
adanya distensi berupa cairan, massa atau udara. Mulailah
pada bagian kanan atas dan seterusnya.
- Palpasi, lakukan palpasi untuk mengetahui kostitensi
abdomen serta adanya nyeri tekan atau massa dipermukaan
abdomen.
Rektum dan anus, pemeriksaan dilakukan pada posisi litotomi atau
sims.
Feses, amati feses klien dan catat konstitensi, bentuk, bau, warna,
dan jumlahnya.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Gangguan eleminasi urine
1. Penatalaksanaan medis inkontinensia urine yaitu:
a. Pemanfaatan kartu berkemih
b. Terapi non famakologi
c. Terapi farmakologi
d. Terapi pembedahan
e. Modalitas lain
2. Penatalaksanaan medis retensio urine yaitu
a. Kateterisasi urethra.
b. Dilatasi urethra dengan boudy.
c. Drainage suprapubik.
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian pada kebutuhan eleminasi urine meliputi :
a. Riwayat keperawatan
Riwayat keperawatan mencakup tinjauan ulang pola eleminasi dan gejala-gejala
perubahan urinarius serta mengkaji faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
klien untuk berkemih secara normal.
1. Pola perkemihan
Perawat menanyakan pada klien mengenai pola berkemih hariannya,
tremasuk frekuensi dan waktunya, volume normal urine yang dikeluarkan
setiap kali berkemih, dan adanya perubahan yang terjadi baru-baru ini.
Frekuensi berkemih bervariasi pada setiap individu dan sesuai dengan
asupan serta jenis-jenis haluaran cairan dari jalur yang lain. Waktu
berkemih yang umum ialah saat bangun tidur, setelah makan, dan sebelum
tidur. Kebanyakna orang berkemih rata-rata sebanyak lima kali atau lebih
dalam satu hari. Klien yang sering berkemih padamalam hari kemungkinan
mengalami penyakit ginjal atau pembesaran prostat. Informasi tentang
pola berkemih merupakan dasar yang tidak dapat dipungkiri untuk
membuat suatu perbandingan. Dibawah merupakan gejala umum pada
perubahan perkemihan :
Urgensi : merasakan kebutuhan untuk segera berkemih
Disuria : merasa nyeri atau sudut berkemih
Frekuensi : berkemih dengan sering
Keraguan : sulit memulai berkemih
Poliuria : mengeluarkan sejumlah besar urine
Oliguria : haluaran urine menurun dibandingkan cairan yang masuk
( biasanya kurang dari 400 ml dalam 24 jam )
Nukturia : berkemih berlebihan atau sering pada malam hari
Dribling ( urine yang menetes) : kebocoran atau rembesan urine
walaupun ada kontrol terhadap pengeluaran urine.
Hematuria : terdapat darah dalam urine
Retensi : akumulasi urine di dalam kandung kemih disertai
ketidakmampuan kandung kemih untuk benar-benar
mengosongkan diri
Residu urine : volume urine yang tersisa setalah berkemih ( volume
100 ml atau lebih )
2. Gejala perubahan perkemihan
Gejala tertentu yang khusus terkait dengan perubahan perkemihan, dapat
timbul dalam lebih dari satu jenis gangguan. Selama pengkajian, perawat
menanyakan klien tentang gejala-gejala yang tertera. Perawat juag
mengkaji pengetahuan klien mengenai kondisi atau faktor-faktor yang
mempresipitasi atau memperburuk gejala tersebut.
3. Faktor yang mempengaruhi perkemihan
Perawat merangkum faktor-faktor dalam riwayat klien, yang dalam
kondisi normal mempengaruhi perkemihannya, seperti usia, faktor-faktor
lingkungan dan riwayat pengobatan.
b. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik memungkinkan perawat untuk menentukan keberadaan dan
tingkat keparahan masalah eleminasi urine.organ utama yang ditinjau kembali
meliputi kulit, ginjal, kandung kemih, dan uretra.
c. Pengkajian urine
Pengkajian urine dilakukan dengan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
serta mengobservasi karakteristik urine klien.
1. Asupan dan haluaran
2. Karatekristik urine
3. Pemeriksaan urine
a. Riwayat keperawatan
1. Pola defekasi : frekuensi, pernah berubah
2. Perilaku defekasi : penggunaan laksatif, cara mempertahankan pola.
3. Deskripsi feses : warna, bau, dan tekstur.
4. Diet : makanamempengaruhi defekasi, makanan yang biasa dimakan,
makanan yang dihindari, dan pola makan yang teratur atau tidak.
5. Cairan : jumlah dan jenis minuman/hari
6. Aktivitas : kegiatan sehari-hari
7. Kegiatan yang spesifik.
8. Sters : stres berkepanjangan atau pendek, koping untuk menghadapi atau
bagaimana menerima.
9. Pembedahan/penyakit menetap.
b. Pengkajian fisik
Perawat melakukan pengkajian fisik sistem dan fungsi tubuh yang kemungkinan
dipengaruhi oleh adanya masalah eleminasi. Ada beberapa pemeriksaan fisik pada
seorang klien yaitu :
1. Mulut : inspeksi gigi, lidah, dan gusi klien.
2. Abdomen : perawat menginspeksi keempat kuadaran abdomen untuk
melihat warna, bentuk, kesimetrisan, dan warna kulit..
3. Rektum : perawat menginspeksi daerah sekitar anus untuk melihat adanya
lesi, perubahan warna, inflamasi dan hemoroid.
c. Karakteristik feses
1. Warna yang normal : kuning (bayi), cokelat (dewasa)
2. Bau yang normal : menyengat yang dipengaruhi oleh tipe makanan
3. Konsistensi yang normal : lunak, berbentuk
4. Frekuensi yang normal : bervariasi ; bayi 4-6 kali sehari ( jika
mengonsumsi ASI) atau 1-3 kali sehari ( jika mengonsumsi susu botol ) ;
orang dewasa setiap hari atau 2-3 kali seminggu
5. Jumlah yang normal : 150 gr per hari ( orang dewasa)
6. Bentuk yang normal : menyerupai diameter rektum
7. Unsur-unsur yang normal : makanan tidak dicerna, bakteri mati, lemak,
pigmen empedu, sel-sel yang melapisi mukosa usus, air
d. Pemeriksaan Laboratorium
1. Analisis kandungan feses : untuk mengetahui kondisi patologis seperti :
tumor, perdarahan dan infeksi.
2. Tes Guaiak : pemeriksaan darah samar di feses yang mengitung jumlah
darah mikroskopik di dalam feses.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Eliminasi Urine
1. Retensi urine
Batasan karakteristik
Sumbatan
Tekanan ureter tinggi
Inhibisi arkus refleks
Sfingter kuat
Batasan Karakteristik :
Nyeri abdomen
Nyeri tekan abdomen dengan teraba resistensi otot.
Nyeri tekan abdomen tanpa teraba resistensi otot.
Anoreksia
Penampilan tidak khas pada lansia (misal, perubahan pada status mental,
inkontinensia urinarius, jatuh yang tidak ada penyebabnya, peningkatan suhu
tubuh
Borborigmi
Darah merah pada feses.
Perubahan pada pola defekasi
Penurunan frekuensi.
Penurunan volume feses.
Distensi abdomen
Rasa rektal penuh.
Rasa tekanan rektal.
Keletihan umum
Feses keras dan berbentuk
Sakit kepala
Bising usus hiperaktif.
Bising usus hipoaktif.
Peningkatan tekanan abdomen
Tidak dapat makan.
Mual.
Rembesan feses cair.
Nyeri pada saat defekasi.
Masa abdomen yang dapat diraba.
Masa rektal yang dapat diraba.
Adanya feses lunak, seperti pasta di dalam rektum.
Perkusi abdomen pekak.
Sering flatus.
Mengejan pada saat defekasi.
Tidak dapat mengeluarkan feses.
Muntah.
Fungsional
Psikologis
Depresi.
Stres emosi.
Konfusi mental.
Farmakologis
Mekanis
Ketidakseimbangan elektrolit.
Hemoroid
Penyakit Hirschsprung.
Gangguan neurologis
Obesitas
Obstruksi pasca bedah
Kehamilan
Pembesaran prostat
Abses rektal
Fisura anal rektal
Striktur anal rektal
Prolaps rektal
Ulkus rektal
Rektokel
Tumor
Fisiologis
Batasan karakteristik
Nyeri abdomen
Sedikitnya tiga kali defekasi perhari
Kram
Bising usus hiperaktif
Ada dorongan
Psikologis
Ansietas
Tingkat stres tinggi
Situasional
Fisiologis
Proses infeksi
Inflamasi
Iritasi
Malabsorpsi
Parasit
F. INTERVENSI KEPERAWATA
Gangguan Eliminasi Urine
I. KONSEP TEORI
A. Eliminasi Urine
1. Pengertian Gangguan Eliminasi Urine
2. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Eliminasi Urine
3. Proses Berkemih
4. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
5. Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine
6. Perubahan Pola Eliminasi Urine
B. Eliminasi Alvi
1. Pengertian Gangguan Eliminasi Alvi
2. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Proses Eliminasi Alvi
3. Proses Defekasi
4. Masalah Eliminasi Alvi
5. Faktor yang Mempengaruhi Proses Defekasi
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Eliminasi urine
1. Pengkajian Keperawatan
2. Diagnose Keperawatan
3. Perencanaan Keperawatan
B. Eliminasi alvi
1. Pengkajian Keperawatan
2. Diagnose Keperawatan
3. Perencanaan Keperawatan
I. KONSEP TEORI
A. Eliminasi Urine
1. Pengertian Gangguan Eliminasi Urine
Gangguan eliminasi urin adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine.
Biasanya orang yang mengalami gangguan eliminasi urin akan
dilakukan kateterisasi urine, yaitu tindakan memasukan selang kateter
ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan
urine.
2. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Eliminasi Urine
a. Ginjal
Merupakan organ retroperitoneal (di belakang selaput perut),
terdiri atas ginjal sebelah kanan dan kiri tulang punggung.
Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan
dalam tubuh serta penyaring darah untuk dibuang dalam
bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh
dan menahannya agar tidak bercampur dengan zat yang
dibutuhkan oleh tubuh.
b. Kandung Kemih
Merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot halus,
berfungsi menampung urine.
c. Uretra
Merupakan organ yang berfungsi menyalurkan urine ke bagian
luar. Fungsi uretra pada wanita berbeda dengan yang terdapat
pada pria. Pada pria uretra digunakan sebagai tempat
pengaliran urine dan system reproduksi dan pada wanita hanya
sebagai tempat urine ke bagian luar tubuh.
3. Proses Berkemih
Berkemih proses pengosongan vesika urinaria. Proses ini
dimulai dengan terkumpulnya urine dalam vesika urinaria yang
merangsang saraf-saraf sensorik dalam dinding vesika urinaria. Vesika
urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila berisi kurang lebih
250-450cc (pada orang dewasa) dan 200-250cc (pada anak-anak).
Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine
yang dapat menimbulkan rangsangan, melalui medulla spinalis
dihantarkan kenpusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks
serebral, kemudian otak memberikan impuls, melalui medulla spinalis
ke neuromotoris di daerah sacral, serta terjadi koneksasi otot detrusor
dan relaksasi otot sfingter internal.
Komposisi Urine :
a. Air (96%)
b. Larutan (4%)
1) Larutan organic
Urea, ammonia, keratin dan uric acid
2) Larutan anorganik
Natrium (sodium), klorida, kalium (potassium), sulfat,
magnesium, dan fosfor. Natrium klorida merupakan
garam anorganik yang paling banyak.
4. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
a. Diet dan Asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan factor utama yang
mempengaruhi output atau jumlah urine. Protein dan natrium
dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, kopi
juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
b. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat
menyebabkan urine banyak tertahan dalam vesika urinaria
sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah
pengeluaran urine.
c. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan
kebutuhan eliminasi, dalam kaitannya dengan ketersediaan
fasilitas toilet.
d. Stress Psikologis
Meningkatnya stress dapat mengakibatkan seringnya frekuensi
keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas
untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
e. Tingkat Aktivitas
Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan
pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus didapat
dengan beraktivitas.
f. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan dapat mempengaruhi
pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak-anak,
yang lebih memiliki kecenderungan untuk mengalami kesulitan
mengontrol buanag air kecil. Namun dengan bertambahnya
usia, kemampuan untuk mengontrol buang air kecil meningkat.
g. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit tertentu, seperti diabetes mellitus, dapat
mempengaruhi produksi urine.
h. Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi
urine, seperti adanya kultur masyarakat yang melarang untuk
buang air kecil di tempat tertentu.
i. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet dapat
mengalami kesulitan untuk berkemih dengan melalui urinal
atau pot urine bila dalam keadaan sakit.
j. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting yang dalam membantu
proses berkemih adalah kandung kemih, otot abdomen, dan
pelvis. Ketiganya sangat bereperan dalam kontraksi
pengontrolan pengeluaran urine.
k. Pembedahan
Efek pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus yang
dapat menyebabkan penurunan jumlah produksi urine karena
dampak dari pemberian obat anestesi.
l. Pengobatan
Efek pengobatan menyebabkan peningkatan atau penurunan
jumlah urine. Misalnya, pemberian diuretic dapat
meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat
antikolinergik atau antihipertensi dapat menyebabkan retensi
urine.
m. Pemeriksaan Diagnostik
Prosedur diagnostic yang berhubungan dengan tindakan
pemeriksaan saluran kemih seperti intravenouspyelogram
(IVP), dengan membatasi jumlah asupan dapat mempengaruhi
produksi urine. Kemudian, tindakan sistokopi dapat
menimbulkan edema local pada uretra yang dapat mengganggu
pengeluaran urine.
5. Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine
a. Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan isinya,
sehingga menyebabkan distensi dari vesika urinaria.
Tanda-tanda klinis pada retensi:
1) Ketidaknyamanan daerah pubis
2) Distensi vesika urinaria
3) Ketidaksanggupan untuk berkemih
4) Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine
(20-25 ml)
5) Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan
dengan asupannya
6) Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih
7) Adanya urine sebanyak 3000-4000ml dalam kandung
kemih
Penyebab:
1) Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika
urinaria
2) Trauma sumsum tulang belakang
3) Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot
detrusor yang lemah
4) Sfingter yang kuat
5) Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar
prostat)
b. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan otot sfingter
eksternal sementara atau menetap untuk mengatur kontrol
ekskresi urine. Secara umum penyebab dari inkontinensia:
proses penuaan, pembesaran kelenjar prostat, penurunan
kesadaran, dan penggunaan obat narkotik atau sedatif.
Inkontinensia urin terdiri atas:
1) Inkontinensia Dorongan
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urine tanpa sadar, terjadi segera setelah
merasa dorongan yang kuat untuk berkemih.
Kemungkinan penyebab:
a) Penurunan kapasitas kandung kemih
b) Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih
yang menyebabkan spasme (infeksi saluran
kemih)
c) Minum alcohol atau kafein
d) Peningkatan cairan
e) Peningkatan konsentrasi urine
f) Distensi kadung kemih yang berlebihan
Tanda-tanda inkontinensia dorongan:
a) Sering miksi (miksi lebih dari 2 jam sekali)
b) Spasme kandung kemih
2) Inkontinensia Total
Inkontinensia total merupakan keadaan dimana
seseorang mengalami pengeluaran urine yang terus-
menerus dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyebab:
a) Disfungsi neurologis
b) Kontraksi independen dan refleks detrusor
karena pembedahan
c) Trauma atau penyakit yang mempengaruhi saraf
medulla spinalis
d) Fistula
e) Neuropati
Tanda-tanda inkontinensia total:
a) Aliran konstan yang terjadi pada saat tidak
diperkirakan
b) Tidak ada distensi kandung kemih
c) Nokturia
d) Pengobatan inkontinensia tidak berhasil
3) Inkontinensia stres
Merupakan keadaan seseorang yang mengalami
kehilangan urine kurang dari 50ml, terjadi dengan
peningkatan tekanan abdomen.
Kemungkinan penyebab:
a) Perubahan degenerative pada otot pelvis dan
struktur penunjang yang berhubungan dengan
penuaan
b) Tekananan intra abdominal tinggi (obessitas)
c) Distensi kandung kemih
d) Otot pelvis dan struktur penunjang lemah
Tanda-tanda inkontinensia stress:
a) Adanya urine menetes dengan peningkatan
tekanan abdomen
b) Adanya dorongan berkemih
c) Sering miksi (lebih dari 2 jam sekali)
4) Inkontinensia Refleks
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urine yang tidak dirasakan, terjadi pada
interval yang dapat diperkirakan bila volume kandung
kemih mencapai jumlah tertentu.
Kemungkinan penyebabnya yaitu kerusakan neurologis
(lesi medulla spinalis).
Tanda-tanda inkontinensia refleks:
a) Tidak ada dorongan untuk berkemih
b) Merasa bahwa kandung kemih penuh
c) Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak
dihambat pada interval teratur
5) Inkontinensia fungsional
Merupakan keadaan seseorang yang mengalami
pengeluaran urine secara tanpa disadari dan tidak dapat
diperkirakan. Kemungkinan penyebabnya yaitu
kerusakan neurologis (lesi medulla spinalis).
Tanda-tanda inkontinensia fungsional:
a) Adanya dorongan untuk berkemih
b) Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk
mengeluarkan urine
c. Enuresis
Merupakan ketidaksanggupanmenahan kemih (mengompol)
yang diakibatkan tidak mampu mengontrol sfingter eksterna.
Enuresis biasanya terjadi pada anak atau orang jompo,
umumnya pada malam hari. Faktor penyebabnya adalah:
1) Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi
normal
2) Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari
indikasi keinginan berkemih tidak diketahui, yang
mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk ke
kamar mandi
3) Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak
dapat menampung urine dalam jumlah besar
4) Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah
(misalnya persaingan dengan saudara kandung atau
cekcok dengan orang tua)
5) Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya
akan mengatasi kebiasaannya tanpa dibantu untuk
mendidiknya
6) Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau
neurologis sistem perkemihan
7) Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral,
atau makanan pedas
8) Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi
d. Ureterotomi
Adalah tindakan operasi dengan jalan membuat stoma pada
dinding perut untuk drainase urin. Operasi ini dilakukan karena
adanya penyakit atau disfungsi pada kandung kemih.
6. Perubahan Pola Eliminasi Urine
a. Frekuensi
Frekuensi merupakan jumlah berkemih dalam sehari.
Meningkatnya frekuensi berkemih dikarenakan meningkatmya
jumlah cairan yang masuk.
b. Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut
mengalami inkontinensia jika tidak berkemih.
c. Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini
sering ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih (ISK),
trauma, dan striktur uretra.
d. Poliuria
Merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh
ginjal tanpa adanya peningkatan asupan cairan. Hal ini
biasanya ditemukan pada penderita diabetes mellitus.
e. Urinaria supresi
Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urine secara
mendadak. Secara normal, urine diproduksi oleh ginjal secara
terus menerus pada kecepatan 60-120 ml/jam.
B. Eliminasi Alvi
c. Konstipasi dirasakan
Merupakan di mana keadaan individu menentukan sendiri dalam
penggunaan laksatif, enema, supositoria dalam memastikan defekasi setiap
hari.
1) Tanda klinis :
a) Adanya penggunaan laksansia setiap hari sebagai enema atau
supositoria secara berlebihan
b) Adanya dugaan pengeluaran feses pada waktu yang sama setiap
hari
2) Kemungkinan penyebab :
a) Persepsi salah akibat depresi
b) Keyakinan budaya
d. Diare
Merupakan dimana seseorang sering mengalami pengeluaran feses dalam
bentuk cair.
1) Tanda klinis :
a) Adanya pengeluaran feses cair
b) Frekuensi lebih dari 3 kali sehari
c) Nyeri/kram pada abdomen
d) Bising usus meningkat
2) Kemungkinan penyebab :
a) Malabsorbsi atau inflamasi, proses infeksi
b) Peningkatan peristaltik karena peningkatan metabolisme
c) Efek tindakan pembedahan usus
d) Stres psikologis
e. Inkontinensia usus
Merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan defekasi yang
pengeluaran feses keluar sendiri tanpa disadari.
1) Tanda klinis :
a) Pengeluaran feses yang tidak di kehendaki
2) Kemungkinan penyebab :
a) Gangguan sfingter rektal akibat cedera anus
b) Distensi rektum berlebih
c) Kerusakan kognitif
f. Kembung
Dimana seseorang keadaan perutnya penuh udara atau pengumpulan gas
secara berlebih.
g. Hemorroid
Keadaan seseoang yang mengalami pelebaran vena didaerah anus.
h. Fecal impaction
Masa feses keras di lipatan rektum yang di akibatkan oleh retensi dan
akumulasi materi feses yang berkepanjangan.
5. Faktor yang mempengaruhi proses defekasi
a. Usia
b. Diet
c. Asupan cairan
d. Aktivitas
e. Pengobatan
f. Gaya hidup
g. Penyakit
h. Nyeri
i. Kerusakan sensoris dan motoris
3. Intervensi Keperawatan
B. Eliminasi Alvi
1. Pengkajian
a. Pola defekasi dan keluhan selama defekasi
Pengkajian ini antara lain : bagaimana pola defekasi dan keluhannya selama
defekasi.
b. Keadaan feses
3. Perencanaan keperawatan
Tujuan :
a. Memahami arti eliminasi secara normal
b. Mempertahankan asupan makanan dan minuman cukup
c. Membantu latihan secara teratur
d. Mempertahankan kebiasaan defekasi secara teratur
e. Mempertahankan defekasi secara normal
f. Mencegah gangguan integritas kulit
Rencana tindakan :
Alimul, Aziz.2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan Buku 2. Jakarta: Salemba Medika