Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA


PENDERITA ELIMINASI URINE

Oleh :

AGUNG DWI DARMAWAN


NIM. 201901101

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
KEDIRI
TAHUN AJARAN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA


PENDERITA ELIMINASI URINE

Oleh :

AGUNG DWI DARMAWAN


NIM. 201901101

Telah disetujui pada

Hari :
Tanggal :

Oleh :

Mengesahkan:

DOSEN SUPERVISOR

Muhammad Taukhid, S.Kep, Ns, M.Kep


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Umum Eliminasi Urine


1. Definisi Gangguan Eliminasi Urine
Elimmasi merupakan sebuah proses pembuangan hasil dari sisa-
sisa metabolisme dalam tubuh yang dapat melalui urine maupun bowel
(Tarwoto & Wartonah, 2006). Kebutuhan eliminasi manusia dibagi
menjadi dua yaitu, kebutuhan eliminasi urine (buang air kecil) dan
kebutuhan eliminasi fekal (buang air besar).
Eliminasi urine (buang air kecil) merupakan proses pemenuhan
kandung kemih. Dan sistem yang berperan dalam sistem ini yaitu ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra. Gangguan eliminasi uirne dapat
diartikan sebagai adanya disfungsi pada eliminasi urine (NANDA,
2015).
2. Epidemiologi
Inkontinensia urin (UI) merupakan keluhan subjektif individu yang
tidak mampu menahan rasa berkemih sehingga memberikan dampak
gangguan kebersihan dan hubungan sosial individu (NIH, 1988 dalam
Ismail, 2013). Dari kondisi tersebut menyebabkan ketidaknyamanan
serta distress pada individu. Masalah UI tidak hanya dialami oleh lanisa,
tetapi juga pada anak, remaja dan orang dewasa. Prevalensi uneresis
nocturnal pada anak usia 7 tahun sebesar 10% dan 28% atlet wanita
mengalami UI pada saat melakukan aktivitas olahraganya (Bradway &
Hernly, 1988 dalam Ismail, 2013). Data lain juga menunjukkan bahwa
UI paling sering dialami pada usia pertengahan (middle age) dan juga
lansia. Peningkatan jumlah UI pada usia dewasa muda sebesar 10-20%
sedangkan pada usia dewasa lanjut sebesar 20-30%. Dan peningkatan
prevalensi terbesar adalah terjadi pada lansia yaitu sekitar 30-50% (Chan
& Wong, 1999 dalam Ismail, 2013).
3. Etiologi
Etiologi gangguan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urine yaitu
sebagai berikut:
a. Ketidakseimbangan intake cairan
b. Adanya obstruksi
c. Adanya infeksi pada saluran perkemihan
d. Pertumbuhan jaringan yang abnormal
e. Adanya masalah sistemik
4. Tanda dan Gejala
a. Inkontinensia Urine
1) Tidak dapat menahan atau mengontrol rasa ingin buang air
kecil sebelum sampai di WC
2) Sering mengompol
b. Retensi Urine
1) Distensi serta ketidaksanggupan untuk berkemih
2) Urine yang keluar tidak seimbang dengan intake
3) Meningkatnya keinginan untuk berkemih
4) Ketidaknyamanan pada daerah pubis
5. Patofisiologi
Gangguan eliminasi urine yang dialami oleh individu berbeda-
beda. Gangguan eliminasi urine pada lanjut usia dapat disebabkan karena
adanya trauma pada cedera medula spinalis (CMS). Cedera medula
spinalis (CMS) merupakan salah satu gangguan yang terjadi pada fungsi
syaraf yaitu syaraf berkemih dan defekasi. Komplikasi yang terjadi pada
cedera spinal dapat menyebabkan syok neurogenik yang dikaitkan
sebagai syok spinal. Syok spinal merupakan depresi yang terjadi secara
tiba-tiba aktivitas reflex pada medulla spinalis (areflexia) di bawah
tingkat cedera. Otot-otot yang dipersyarafi oleh bagian segmen medulla
spinalis yang ada di bawah tingkat cedera tersebut menjadi paralisis
komplet dan fleksid, sehingga mempengaruhi refleks yang merangsang
fungsi berkemih serta defekasi.
Proses berkemih melibatkan 2 proses yaitu, pengisian dan
penyimpanan urine serta pengosongan kandung kemih. Selama fase
pengisian, pengaruh sistem saraf simpatis terhadap kandung kemih
menjadi bertekanan rendah dengan meningkatkan resistensi pada saluran
kemh. Penyimpanan urine dikoordinasikan oleh hambatan sistem
simpatis dari aktivitas kontraktil otot detrusor yang dikaitkan dengan
peningkatan pada tekanan otot dari otot leher kandung kemih dan
proksimal uretra.
Pengeluaran urine secara normal dapat terjadi karena akibat dari
kontraksi yang simultan antara otot detrusor dan relaksasi saluran kemih.
Hal tersebut dipengaruhi oleh saraf parasimpatis yang mempunyai
neurotransmitter utama seperti asetilkolin yaitu suatu agen kolinergik.
Selama fase pengisian, impuls afferen ditransmisikan ke saraf simpatis
pada ujung ganglion dorsal spinal sakral segmen 2-4 dan diinformasikan
ke batang otot. Kemudian selama fase pengosongan kandung kemih,
hambatan pada aliran parasimpatis sakral dihentikan dan kemudian
timbul kontraksi otot detrusor. Hambatan aliran simpatis pada kandung
kemih menimbulkan relaksasi pada otot uretra trigonal dan proksimal.
Impuls berjalan sepanjang dari nervus pudendus untuk merelaksasikan
otot halus dan skelet dari spingter eksterna.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:
a. Pemeriksaan urine (Urinalisis)
Pada pemeriksaan ini hal yang dikaji adalah:
Warna: umumnya normal yaitu jernih -pH: normal yaitu 4,6-8,0
glokosa dalam kedaan normal negative
Ukuran protein normal sampai 10 mg/100ml
Keton dalam kondisi normal yaitu negative
Berat jenis yang normal 1,010-1,030
Bakteri dalam keadaan normal negative
b. Tes darah
Pada pemeriksaan tes darah hal yang dikaji adalah BUN, bersih
kreatinin, nitrogen non protein, pencitraan radionulida, klorida, fosfat
dan magnesium meningkat.
c. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Alat yang digunakan untuk melihat adanya gangguan pada
perkemihan, yang menggunakan gelombang suara yang tidak dapat
didengar, frekuensi tinggi, dan memantul dari struktur jaringan.
d. Pielogram Intravena
Dilakukan dengan cara memvisualisasi duktus dan pelvis renalis
serta memperlihatkan ureter, kandung kemih dan uretra. Tindakan ini
tidak bersifat invasif.
e. Pengosongan Sitoureterogram (Volding Cystoureterpgram)
Tindakan yang dilakukan yaitu dengan mengambil foto saluran
kemih bagian bawah sebelum, selama, dan setelah mengosongkan
kandung kemih. Manfaatnya yaitu untuk mencari adanya kelainan
pada uretra serta untuk menentukan apakah terdapat refleks
fesikoreta.
f. Arteriogram Ginjal
Tindakannya yaitu dengan cara memasukkan kateter melalui arteri
femonilis dan aorta abdominus sampai melalui arteri renalis. Zat
kontras kemudian disuntikkan ditempat ini, yang kemudian akan
mengalir dalam arteri renalis dan ke dalam cabang-cabangnya.
Indikasinya yaitu:
1) Melihat stenosis renalis yang menyebabkan kasus hipertensi
2) Mendapatkan gambaran dan suplai dari pengaliran darah ke
daerah korteks
3) Menetapkan struktur suplai darah giinjal dari donro sebelum
melakukan transplantasi ginjal.
4) Mendapatkan gambaran pembuluh darah dari suatu neoplasma
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA

Ata, Hatta. 2017. Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Eliminasi Urine
dan Fekal. [serial online] website:
https://kupdf.net/download/asuhankeperawatan-pada-pasien-dengan-
gangguan-eliminasi-urine-danfekal_599502abdc0d608d5b300d1a_pdf
diakses pada 15 Agustus 2021.

Bulechek, G. M. et al. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC), Edisi 6.


United Kingdom: Elsevier. Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Intansari
Nurjannah & Rossana Devi T.

Hartono, S. 2017. Laporan Pendahuluan Eliminasi Urine dan Fekal. [serial online]
website:https://docplayer.info/72152393-A-definisi-laporan
pendahuluaneliminasi-urine-dan-fekal.html diakses pada 15 Agustus 2021.

Ismail, Dewi D. S. L. 2013. Aspek Keperawatan pada Inkontinensia Urine. Jurnal


Ilmu Keperawatan, No. 1 Vol. 1: 3-11.

Moorhead, S., et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi 5.


United Kingdom: Elsevier. Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Intansari
Nurjannah & Rossana Devi T.

Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta:


EGC.

Nanda. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta:


EGC.

Potter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Volume 2. Jakarta:
EGC.

Perry, Potter. 2005. Fundamental Keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta: EGC

Tarwoto & Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai