Disusun Oleh :
Wulandari Suciwati
14201.09.17053
Lumajang,
Mahasiswa
(.............................)
(..................................) (.....................................)
Kepala Ruangan
(...............................)
LAPORAN PENDAHULUAN
2. Epidemiologi
Inkontinensia urin (UI) merupakan keluhan subjektif individu yang tidak
mampu menahan rasa berkemih sehingga memberikan dampak gangguan
kebersihan dan hubungan sosial individu (NIH, 1988 dalam Ismail, 2013). Dari
kondisi tersebut menyebabkan ketidaknyamanan serta distress pada individu.
Masalah UI tidak hanya dialami oleh lanisa, tetapi juga pada anak, remaja dan
orang dewasa. Prevalensi uneresis nocturnal pada anak usia 7 tahun sebesar 10%
dan 28% atlet wanita mengalami UI pada saat melakukan aktivitas olahraganya
(Bradway & Hernly, 1988 dalam Ismail, 2013). Data lain juga menunjukkan
bahwa UI paling sering dialami pada usia pertengahan (middle age) dan juga
lansia. Peningkatan jumlah UI pada usia dewasa muda sebesar 10-20%
sedangkan pada usia dewasa lanjut sebesar 20-30%. Dan peningkatan prevalensi
terbesar adalah terjadi pada lansia yaitu sekitar 30-50% (Chan & Wong, 1999
dalam Ismail, 2013).
3. Etiologi
Etiologi gangguan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urine yaitu
sebagai berikut:
a. Ketidakseimbangan intake cairan
b. Adanya obstruksi
c. Adanya infeksi pada saluran perkemihan
d. Pertumbuhan jaringan yang abnormal
e. Adanya masalah sistemik
Retensi Urine
1. Inkontensia urinarius
fungsional
2. Inkontensia urine aliran
berlebih
3. Inkontensia urine refleks
4. Inkontensia urine stres
5. Inkontensia urine dorongan
7. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul
1) Gangguan eliminasi urine
a) Definisi: disfungsi eliminasi urin
b) Batasan Karakteristik
1. Disuria
2. Inkontinensia urin
3. Sering berkemih
4. Retensi urin
5. Anyang-anyangan
6. Dorongan berkemih
7. Nokturia
c) Faktor yang Berhubungan
Penyebab multipel
2) Inkontinensia urinarius fungsional
a) Definisi: ketidakmampuan individu yang biasanya kontinen untuk mencapai
toilet tepat waktu untuk berkemih, sehingga mengalami pengeluaran urine
yang tidak disengaja.
b) Batasan Karakteristik
1. Mengosongkan kandung kemih dengan tuntas
2. Inkontinensia urine dini hari
3. Sensasi ingin berkemih
4. Berkemih sebelum mencapai toilet
c) Faktor yang Berhubungan
1. Faktor perubahan lingkungan
2. Kelemahan struktur panggul
3) Retensi urine
a) Definisi: pengoosngan kandung kemih tidak tuntas
b) Batasan Karakteristik
1. Tidak ada haluaran urine
2. Menetes
3. Berkemih sedikit
4. Inkontinensia aliran berlebih
5. Distensi kandung kemih
6. Residu urine
7. Sering berkemih
8. Sensasi kandung kemih penuh
c) Faktor yang Berhubungan
1. Akan dikembangkan
b. Perencanaan / Nursing Care Plan
Diagnosa Tujuan SIKI
Keperawatan
Gangguan elminasi Setelah dilakukan 1. Manajemen Cairan
urin perawatan selama 1x24 a. Jaga intake yang masuk
jam, hambatan eliminasi dan catat output
urin dapat teratasi dengan b. Masukkan kateter urin
kriteria hasil: c. Monitor hasil laboratorium
1. Pola eliminasi urine dengan retensi cairan
normal 4x dalam 24 jam (peningkatan BUN,
2. Bau urin normal penurunan hematokrit)
3. Warna urine normal d. Monitor TTV
(jernih) e. Monitor makanan/cairan
f. yang dikonsumsi dan
hitung asupan kalori harian
Inkontinensia Setelah dilakukan 1. Bantuan perawatan diri:
urinarius fungsional perawatan selama 1x24 eliminasi
jam, hambatan eliminasi a. Bantu pasien ke toilet
urin dapat teratasi dengan untuk eliminasi pada
kriteria hasil: interval waktu tertentu
1. Pola berkemih teratur b. Buat jadwal aktivitas
6x dalam 24 jam terkait eliminasi
2. Berkemih >150 ml tiap c. Sediakan alat bantu
kalinya (kateter)
3. Mengkonsumsi cairan d. Monitor integritas kulit
4. dalam jumlah yang pasien
cukup
Retensi urin Setelah dilakukan 1. Monitor cairan
perawatan selama 1x24 a. Tentukan apakah pasien
jam, hambatan eliminasi mengalami kehausan atau
urin dapat teratasi dengan gejala perubahan cairan
kriteria hasil: b. Monitor asupan dan
1. Pola eliminasi urine pengeluaran
normal 5x dalam 24 jam c. Monitor kadar serum
2. Bau urin normal albumin dan protein total
3. Warna urine normal d. Monitor tanda dan gejala
(jernih) asites
4. Jumlah urin 250ml e. Periksa turgor kulit dengan
5. Intake cairan terpenuhi f. memegang jaringan sekitar
dalam 24 jam tulang, misalnya tangan
1. Definisi Eliminasi Fekal
Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan
penting untuk kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk
mempertahankan keseimbangan fisiologis melalui pembuangan sisa-sisa metabolisme.
Sisa metabolisme terbagi menjadi dua jenis yaitu berupa feses yang berasal dari
saluran cerna dan urin melalui saluran perkemihan (Kasiati & Rosmalawati, 2016)
Eliminasi fekal atau defekasi merupakan proses pembuangan sisa metabolism
tubuh yang tidak terpakai. Perubahan pada defekasi dapat menyebabkan masalah pada
gastrointestinal dan bagian tubuh lain, karena sisa- sisa produk usus adalah racun
(Saryono & Widianti, 2010).
2. Etiologi
Faktor yang mempengaruhi defekasi (Saryono & Widianti, 2010):
4). Aktivitas
Imobilisasi akan menekan motilitas usus seperti otot pelvis dan otot abdomen
yang lemah. Aktivitas fisik meningkatkan peristaltik usus.
7). Medikasi
10).Kondisi patologis
Adanya cedera kepala dan medulla spinalis akan menurunkan sensori untuk
defekasi
11).Iritan
Zat seperti makanan pedas, toxin baklteri dan racun dapat mengiritasi saluran
intestinal dan menyebabkan diare dan sering menyebabkan flatus
12). Nyeri
Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat menurunkan stimulus
sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisamembatasi kemampuan klien
untuk merespon terhadap keinginan defekasi ketika dia tidak dapat menemukan
toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya, klien bisa mengalami konstipasi. Atau
seorang klien bisa mengalami fecal inkontinentia karena sangat berkurangnya
fungsi dari spinkter ani.
3. Pathway
4. Manifestasi Klinis
5. Komplikasi
1). Konstipasi
2). Impaksi
3). Diare
Keadaan tidak mampu menontrol BAB dan udara dari anus, BAB
encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi
sprinkter anal, penyakit neuromuskuler, truma spinal cord dan tumor
springster anal eksternal.
5). Flatulens
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang eliminasi fekal (Wahyudi & Wahid, 2016) :
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada eliminasi fekal (SLKI, 2018) :
1). Konstipasi
a. Periksa tanda dan gejala konstipasi
b. Periksa pergerakan usus, karakteristik feses
c. Identifikasi factor risiko konstipasi
d. Monitor tanda dan gejala rupture usus dan/atau peritonisis
e. Anjurkan diet tinggi serat
f. Lakukan massage abdomen
g. Lakukan evakuasi feses secara manual
h. Berikan enema atau irigasi
i. Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
j. Anjurkan peningkatan asupan cairan,
k. Latih buang air besar secara teratur
l. Ajarkan cara mengatasi konstipasi/impaksi
m. Konsultasi dengan tim medis tentang penurunan/peningkatan frekuensi
suara usus
Edukasi 1. Membantu
1. Anjurkan posisi duduk memberikan rasa
nyaman pada
pasien
2. Membantu pasien
2. Ajarkan diet yang memahami diet
diprogramkan yang akan
diberikan
Ata, Hatta. 2017. Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Eliminasi Urine dan
Fekal. [serial online] website: https://kupdf.net/download/asuhan- keperawatan-
pada-pasien-dengan-gangguan-eliminasi-urine-dan-
fekal_599502abdc0d608d5b300d1a_pdf diakses pada 02 Maret 2019.
Hartono, S. 2017. Laporan Pendahuluan Eliminasi Urine dan Fekal. [serial online]
website: https://docplayer.info/72152393-A-definisi-laporan-pendahuluan-
eliminasi-urine-dan-fekal.html diakses pada 02 Maret 2019.
Ismail, Dewi D. S. L. 2013. Aspek Keperawatan pada Inkontinensia Urine. Jurnal Ilmu
Keperawatan, No. 1 Vol. 1: 3-11.
Moorhead, S., et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi 5. United
Kingdom: Elsevier. Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Intansari Nurjannah &
Rossana Devi T.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Potter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Volume 2. Jakarta: EGC.
Saryono, & Widianti, A. T. (2010). Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM).
Yogyakarta: Nuha Medika.
Wahyudi, A. S., & Wahid, A. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Mitra
Wacana Media