OLEH :
ROBERTUS ULU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kemajuan teknologi dan berkembangnya dunia pendidikan menuntut adanya
pengetahuan yang luas akan berbagai aspek kehidupan salah satunya dunia kesehatan,
kesehatan sangat penting bagi kehidupan manusia, kesehatan yang baik akan
menunjang keberlangsungan kehidupan manusia yang sejahtera. kesehatan selalu
berkaitan dengan organ tubuh yang sehat untuk itu perlunya kita mengetahui cara
menjaga, merawat dan mengobati tubuh dari penyakit yang menyerang organ tubuh.
salah satu cara untuk membantu memenuhi kebutuhan eliminasi pada pasien
imobilitas yaitu pemasangan kateter.
Kateter urin adalah alat berbentuk tabung yang dimasukan kedalam kandung
kemih dengan maksud untuk mengeluarkan air kemih melalui uretra (potter & perry,
2013). Kateterisasi urin merupakan suatu tindakan dengan memasukan selang
kedalam kandung kemih yang bertujuan untuk membantu mengeluarkan urine yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan eliminasi dan sebagai pengambilan bahan
pemeriksaan (hidayat, 2010).
B. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
1. Mahasiswa mampu mengetahui pemasangan kateter pada pria dan wanita
menggunakan tahapan komunikasi terapeutik
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa Dapat Mengetahui anatomi dan fisiologi yang berperan dalam eliminasi
urine
2. Mahasiswa Mampu menyiapkan alat – alat sesuai tindakan yang diharapkan
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara pemasangan kateter pada klien pria dan sesuai
dengan prosedur
BAB II
A. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Eliminasi Urine
1. Ginjal
Setiap ginjal erbungkus selaput tipis (kapsula renalis) berupa jaringan fibrus berwarna ungu
tua
Lapisan ginjal terbagi atas :
1. lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia kortekalis)
2. Lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris)
3. Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dlm lagi disebut medulla.
Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula
dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal
dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula.
4. Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu
juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa.
5. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam
tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul
yang masih diperlukan tubuh.
6. Molekul dan sisa c cairan lainnya akan dibuang.
7. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan
arus dan kotranspor
8. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin.
9. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus
dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma
darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah
tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.
10. Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang mengalirkan
filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi/kontortus
proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung henle yang bermuara pada tubulus
konvulasi / kontortus distal.
11. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang
digunakan untuk filtrasi.
12. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yg menghasilkan ATP dan
memungkinkan terjadinya transpor aktif utk menyerap kembali glukosa, asam
amino, & berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dlm filtrat masuk ke dlm
tubulus konvulasi & tubulus koleduktus melalui osmosis.
2. URETER
a) Pengertian
Katerisasi perkemihan adalah tindakan memasukan slang karet atau plastik melalui uretra
dan masuk kedalam kandung kemih. Terdapat dua jenis kateterisasi perkemihan, yaitu
menetap dan intermiten.
b) Tujuan
a. Menghilangkan ketidak nyamanan karena distensi kandung kemih.
b. Mendapatkan urine steril untuk spesimen.
c. Pengkajian residu urine.
d. Penatalaksanaan pasien yang dirawat karena trauma medula spinalis, gangguan neuro
muskular, atau inkompeten kandung kemih, serta pasca operasi besar.
e. Mengatasi obstruksi aliran urine
f. Mengatasi retensi perkemihan
c) Manfaat
a. Mengatasi retensi atau tertahannya urine, mengukur dan memantau jumlah
output urine, dan mengosongkan kandung kemih sebelum atau selama operasi
d) Indikasi
1) Indikasi Diagnosis Kateterisasi Urine, antara lain:
Untuk mengambil simpel urine guna pemeriksaankultur mikrologi dengan
mengindari kontaminasi.
Pengukuran residual urine dengan cara melakukan regular kateterisasi
pada klien segera setelah mengakhiri miksinya dan kemudian diukur
jumlah urine yang keluar.
Untuk pemeriksaan cystografi, dengan cara kontras dimasukan dalam
kandung kemih melalui kateter .
Untuk menilai produksi urine .
Untuk memeriksa urodinamik yaitu cystmetri dan uretralpeofil pressure.
2) Indikasi Terauperiotik Kateterisasi, antara lain:
Dipakai dalam beberapa operasi traktus urinarius bagian bawah
seperti secsio alta, repair reflek vesico uretral, prostat oktomi sebagai
drainage kandung kemih .
Mengeluarkan darah atau ebdapan (clost).
Mengatasi obstruksi infra vesikel sperti pada bph, adanya bekuan
darah dalam buli ,striktur pasca bedah dan proses inflamasi pda
uretra
Penenganan inkontinensia urine dengan intermiten self
catheterization.
Pada tindakan kateterisasi bersih mandiri berkala
Memasukan obat-obat intervesika antara lain sitostalika/antipiretika
untuk buli-buli
e) Kontra indikasi
g) Persiapan pasien
a. Mengumpulkan data tentang pasien
b. Membaca riwayat pasien dengan memeriksa identitas klien secara cermat.
c. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
h) Persiapan lingkungan
a. Pastikan lingkungan dalam keadaan tenang, nyaman, bersih dalam keadaan tenang.
b. Jendela / kain gorden harus tertutup untuk menjaga privasi klien
c. Pasang sampiran
d. Alat tulis dan buku catatan
i) Persiapan alat :
a. Sarung tangan steril
b. Keteter steril (sesui dengan ukuran dan jenis)
c. Duks steril
d. Minyal pelumas atau jeli
e. Larutan pembersi anti septik (kapas suplimat)
f. Spuit yang berisi cairaan atau udara
g. Perlak
h. Pinset anatomi
i. Bengkok
j. Kantong penampung urine
k. Sampiran
j) Cara kerja
1. Fase prainteraksi
a) Memberi salam kepada pasien
b) Memperkenalkan diri kepada pasien
c) Menanyakan keadaan pasien
d) Mengumpulkan data tentang pasien
2. Fase orientasi
a) Sikap sopan tehadap pasien
b) Menjelaskan tindakan yang akan di lakukan kepada pasien
c) Tidak ragu atau tergesa - gesa
3. Fase kerja
a.1 Pemasangan Kateter Pada Pria
a) Mencuci tangan Pakai masker
b) Gunakan sarung tangan steril
c) Pasang sampiran
d) Pasang perlak
e) Pasang duks steril
f) Tangan kiri memegang penis lalu prepusium ditarik sedikit kepangkalnya
dan bersikan dengan kapas sublimat
g) Kateter diberi minyak pelumas atau jeli pada ujungnya (kurang lebih 12,5-
17,5cm) lalu masukan perlahan (kurang lebih 17,5-20cm) dan sambil
anjurkan pasien untuk menarik napas dalam
h) Jika tertahan jangan dipaksa
i) Setelah kateter masuk, isi balon dengan akuades atau sejenisnya untuk
kateter menetap , dan bila intermiten tarik kembali sambil pasien diminta
menarik napas dalam
j) Sambung kateter dengan kantong penampung dan fiksasi kearah atas paha/
abdomen
k) Rapikan alat
l) cuci tangan setelah prosedur dilakukan
m) Catat prosedur dan respons pasien
4. Tahap terminasi
a) Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan
b) Mengucapkan terimakasih pada klien
c) Berpamitan pada klien
d) Membereskan dan mengembalikan alat
e) Mencuci tangan
f) Mencatat kegiatan pada lembar kegiatan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Katerisai perkemihan adalah tindakan memasukan slang karet atau plastik melalui uretra dan
masuk kedalam kandung kemih. Terdapat dua jenis kateterisasi perkemihan, yaitu menetap dan
intermiten. Pemasangan katerisasi pada pria dan wanita perlu memperhatikan rasa aman nyaman pada
klien dan perlu memperhatikan kesediaan dan kerja sama klien dengan perawat agar mendapatkan
hasil pemeriksaan yang baik bagi perawat dan klien.
Saran
Menjaga kebersihan kuku merupakan aspek penting dalam pempertahankan perawatan diri
karena kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku.perlu perawatan dalam kebersihan agar
mencegah infeksi , rasa nyaman pada pasien, bau kaki dan cedera pada jaringan lunak.
DAFTAR PUSTAKA
Pearce Evelyn, 1993. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : Gramedia.
Hidayat, Azis dan Musrifatul Uliyah. Buku saku praktikum kebutuhan dasar manusia.Jakarta : EGC.