Disusun oleh:
Firda Lindawati
20.066
II-B
2. Anatomi Fisiologi
Sistem urinaria adalah serangkaian organ tubuh yang berfungsi dan
bertanggung jawab terhadap pembentukan sekresi berupa urine, meliputi ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra (Dorland, 2012).
A. Ginjal
a. Definisi
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebra ta yang berbentuk seperti
kacang. Sebagai bagian dari sistem perkemihan, ginjal berfungsi
menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya
bersama air dalam bentuk urine (Purnomo, 2007).
b. Fungsi Ginjal
Ginjal sering dianggap sebagai organ yang hanya diperlukan untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme. Namun, sebanarnya ginjal
memiliki fungsi yang jauh lebih banyak. Ginjal penting untuk
mempertahankan keseimbangan air, garam, elektrolit, dan merupakan
kelenjar endokrin yang mengeluarkan paling sedikit tiga hormon,
yakni renin, erythopoetin, dan calcitrol. Ketiga hormon tersebut
memiliki fungsi yang berbeda. Renin adalah hormon yang terkait
dengan tekanan da rah; erythopoetin adalah hormon yang membantu
pem bentukan sel darah merah; dan calcitrol adalah hormon yang
membantu tubuh menyerap kalsium pada makan an Ginjal membantu
mengontrol tekanan darah dan sangat rentan mengalami kerusakan
apabila tekanan darah terlalu tinggi atau terlalu rendah (Corwin,
2009).
c. Struktur Ginjal
- Secara anatomi ginjal terletak di luar rongga peri toneum di bagian
posterior, sebelah atas dinding abdomen, masing-masing satu di
setiap sisi
- Posisi dari kedua ginjal di dalam rongga abdomen dipelihara oleh
o dinding peritoneum,
o kontak dengan organ-organ viseral, dan
o dukungan jaringan penghubung.
- ginjal kiri terletak agak lebih superior dibanding kan ginjal kanan.
- Setiap ginjal terdiri dari sekitar satu juta unit fung sional yang
disebut dengan nefron.
- Ukuran setiap ginjal orang dewasa, yaitu panjang 10 cm, 5,5 cm
pada sisi lebar, dan 3 cm pada sisi sempit dengan berat setiap ginjal
berkisar 150
- Permukaan anterior ginjal kiri diselimuti oleh lambung, pankreas,
jejunum, dan sisi fleksi kolon kiri.
- Pada permukaan superior setiap ginjal terdapat kelenjar adrenal.
- Lapisan kapsul ginjal terdiri atas jaringan fibrous bagian dalam dan
bagian luar.
o Bagian dalam
Bagian dalam memperlihatkan anatomis dari ginjal. Pembuluh-
pembuluh darah ginjal dan drainase ureter melewati hilus dan ca
bang sinus renal.
o Bagian luar
Bagian luar berupa lapisan tipis yang menutup kapsul ginjal dan
menstabilkan struktur ginjal.
- Korteks ginjal merupakan lapisan bagian dalam sebelah luar yang
bersentuhan dengan kapsul ginjal.
- Medula ginjal terdiri atas 6-18 piramida ginjal. Bagian dasar
piramida bersambungan dengan korteks dan di antara piramida
dipisahkan oleh jaringan kortikola yang disebut kolum ginjal.
d. Nefron
Nefron adalah unit fungsional terkecil dari gin jal yang terdiri atas
tubulus kontortus proksimal, tu bulus kontortus distal, dan duktus
koligentes (Purno mo, 2007). Masing-masing ginjal manusia terdiri
dari kurang lebih 1 juta nefron, masing-masing mampu membentuk
urine.
Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru, oleh karena itu jika ada
kerusakan nefron karena trauma ginjal atau penyakit ginjal, jumlah
nefron akan turun bertahap. Jumlah nefron yang berfungsi akan
menurun kira-kira 10% setiap 10 tahun. Berkurangnya nefron
berfungsi ini tidak mengancam jiwa karena perubahan adaptif sisa
nefron menyebabkan nefron tersebut dapat mengeluarkan air,
elektrolit, dan produk sisa dalam jumlah yang tepat. Pada usia 80
tahun jumlah nefron yang berfungsi 40% lebih sedikit dibandingkan
usia 40 tahun (Guyton & Hall, 2014).
e. Aliran Darah Ginjal
Ginjal menerima sekitar 1.200 ml darah per me nit atau 21 % dari
curah jantung. Aliran darah yang sa ngat besar ini tidak ditujukan
untuk memenuhi kebu tuhan energi yang berlebihan, tetapi agar ginjal
dapat secara terus-menerus menyesuaikan komposisi darah. Dengan
menyesuaikan komposisi darah, ginjal mampu mempertahankan
volume darah, memastikan keseim bangan natrium, klorida, kalium,
kalsium, fosfat, dan pH(Corwin 2009)
f. Pembentukan Urine
1) Proses Pembentukan Urine
Urine adalah cairan sisa metabolisme yang di hasilkan ginjal dan
dikeluarkan dari tubuh melalui kencing. Urine terdiri atas air dan
bahan-bahan yang terlarut di dalamnya. Bahan-bahan terlarut
tersebut berupa sisa metabolisme tubuh seperti urea, garam terlarut,
serta materi organik lainnya.
2) Proses pembentukan urine melalui 3 tahapan, yaitu proses filtrasi
(penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan proses
augmentasi (pengeluaran zat).
B. Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi
mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih.
Bagian-bagian ureter dapat dijelaskan se bagai berikut.
a. Pada orang dewasa, panjangnya kurang lebih 20 cm.
b. Dinding ureter terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel sel
transisional, otot-otot polos sirkuler, dan longitudi nal yang dapat
melakukan gerakan peristaltik (berkon traksi) guna mengeluarkan
urine ke kandung kemih.
c. Adanya sumbatan pada saluran urine akan mengaki batkan kontraksi
otot polos yang berlebihan. Hal ini bertujuan untuk
mendorong/mengeluarkan sumbatan tersebut dari saluran kemih.
Kontraksi ini dirasakan sebagai nyeri kolik yang datang secara
berkala, sesuai dengan irama peristaltik ureter.
d. Ureter memasuki kandung kemih menembus otot de trusor di daerah
trigonum kandung kemih. Normalnya ureter berjalan secara miring
sepanjang beberapa sen timeter, menembus kandung kemih yang
disebut de ngan ureter intramural kemudian berlanjut pada ureter
submukosa.
e. Tonus normal dari otot detrusor pada dinding kandung kemih
cenderung menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran balik
urine dari kandung kemih saat terjadi tekanan kandung kemih.
f. Setiap gelombang peristaltik yang terjadi sepanjang ure ter akan
meningkatkan tekanan dalam ureter sehingga bagian yang menembus
kandung kemih membuka dan memberi kesempatan kandung urine
mengalir ke dalam kandung kemih (Muttaqin dan Sari, 2014).
C. Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan organ berongga yang terdiri dari tiga lapis
otot detrusor yang saling beranyaman (Purnowo, 2011). Lapisan paling dalam
disebut Mukosa, lapisan tengah terdiri dari otot polos, dan lapisan paling luar
adalah jaringan fibrosa (Syaifuddin, 2010). Kandung kemih dalam sistem
urinaria yang berfungsi sebagai penampung sementara urine yang telah di
produksi oleh ginjal sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Letak
posisi kandung kemih berada pada anterior abdomen. Ukuran urine yang
sanggup ditampung oleh kandung kemih adalah sekitar 500 ml, tetapi saat
sudah terisi 250 ml maka akan dikeluarkan oleh tubuh (Long, 2016). Bentuk,
ukuran, dan posisi kandung kemih (Vesica Urinaria) tiap orang berbeda-beda.
Bentuk tersebut dipengaruhi umur dan urine di dalam vesica urinaria tersebut.
Pada orang dewasa kandung kemih (vesica urinaria) saat kosong berbentuk
agak bundar dan 12 keseluruhannya terletak dalam rongga pelvis. Bila terisi
penuh posisi kandung kemih dapat setinggi umbilicus (Wibowo, 2009).
D. Uretra
Uretra merupakan sebuah saluran yang berfungsi sebagai saluran
keluaran urine yang tertampung dari vesika urinaria. Secara anatomis uretra
dibagi menjadi dua bagian, yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Pada pria,
saluran ini berfungsi juga dalam menyalurkan air mani. Uretra dilengkapi
dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan vesika urinaria
dan uretra, serta terdapat sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan
uretra posterior dan anterior. Sfingter uretra interna tersusun atas otot polos
yang dipersyarafi oleh sistem simpatik sehingga saat vesika urinaria penuh,
sfingter ini akan membuka. Sfingter eksterna tersusun atas otot bergaris yang
dipersyarafi oleh sistem syaraf somatik.
Pada saat ingin kencing maka sfingter ini terbuka dan akan tetap
menutup saat menahan kencing. Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm,
sedangkan pada pria dewasa bisa memiliki panjang kurang lebih 23-25 cm.
Perbedaan inilah yang menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran urine
lebih sering terjadi pada pria dibanding dengan wanita (Purnomo, 2011).
k. Tonus otot
Memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih
dalam mengatur kontrasi pengontrolan pengeluaran air kemih
adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan velvis
l. Prosedur bedah
Pasien bedah sering memiliki perubahan keseimbangan cairan
sebelum menjalani pembedahan yang di akibatkan oleh proses
penyakit/puasa pascaoperasi yang mempengaruhi pengeluaran
urin
m. Pemeriksaan diagnostik
Beberapa pemeriksaan diagnostik tidak memperoleh pasien
untuk minum dan makan sebelumnya contoh Pielogram
intravena dan urogram, pemeriksaan sistoskopi berisiko
menyebabkan retenti urine
n. Obat obatan
Diuretik mencegah reabsorpsi air dan elektrolit tertentu untuk
meningkatkan keluaran urine, retensi urine dapat di sebabkan
oleh pemakaian beberapa obat
c. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum, keadaan umum dapat meliputi keadaan sakit
termasuk ekspresi wajah, kesadaran yang dapat meliputi penilaian
secara kualitas dan kuantitas
b. TTV seperti suhu, tekanan darah, respirasi & nadi
c. Abdomen, mengkaji adanya pembesaran pelebaran pebuluh darah
vena, distensi bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, bising usus
d. Genetalia, mengkaji kebersihan genetalia, adanya lesi/tdk, warna
uretra
e. Intake dan output, kaji intake dan output dalam sehari 24 jam, kaji
karakteristik urine normal
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urine(urenalisis)
1) Warna urine normal kuning jernih
2) Bau, normal beraroma
3) pH normal (4,6-8,0)
4) Berat jenis (1,010-1,030)
5) Glukosa (kondisi normal tidak ada)
Kultur urine, normal kuman patogen negatif
2. Diagnosis Keperawatan SDKI
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dengan gangguan kebutuhan
eliminasi urine berdasarkan SDKI yaitu:
a. Gangguan eliminasi Urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih di
tandai dengan sering buang air kecil
b. Inkontinensia Urine refleks b.d kerusakan jaringan di tandai dengan
Dribbling
c. Retensi Urine b.d peningkatan tekanan uretra ditandai dengan sensasi
penuh pada kandung kemih.
D.0050
Retensi Urin
Definisi : Pengosongan kantung kemih tidak lengkap
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Eliminasi
Kriteria Hasil/Tujuan Intervensi Rasional
L.04034 I.04148 Observasi
Eliminasi Urine Kateterisasi Urine 1.Agar tidak terjadi
Definisi : Pengosongan kandung Definisi : kesalahan saat
kemih yang lengkap. Memasukan selang melakukan
Ekspetasi: Meningkat kateter urine ke pemasangan kateter
Kriteria hasil: dalam kandung urine kepada klien.
Indikator Awal Target kemih.
Sensasi Observasi : Edukasi
berkemih 1.Periksa kondisi 1.Agar klien
Keterangan :
pasien mengetahui tujuan
1 : Menurun
Edukasi: pemasangan kateter.
2 : Cukup Menurun
1.Jelaskan tujuan 2.Agar
3 : Sedang
dan prosedur mempermudah
4 : Cukup Meningkat
pemasangan kateter masuknya selang
5 : Meningkat
urine. kateter urine.
Indikator Awal Target
Distensi 2.Anjurkan menarik
kantung nafas saat insersi
kemih selang kateter.
Berkemih
tidak tuntas
(hesitancy)
Volume
residu
cairan
Urine
menetes
(dribbling)
Enuresis
Keterangan :
1 : Meningkat
2 : Cukup Meningkat
3 : Sedag
4 : Cukup Menurun
5 : Menurun
D.0044
Inkontinensia Urin Fungsional
Definisi : Pengeluaran urine tidak terkendali karena kesulitan dan tidak
mampu mencapai toilet pada waktu yang tepat
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Eliminasi
Kriteria Hasil/Tujuan Intervensi Rasional
L.04036 I.04149 Observasi
Kontinensia Urine Latihan Berkemih 1.Agar dapat
Definisi : Pola kebiasaan buang Definisi : mengambil
air kecil Mengajarkan suatu keputusan yang tepat
Ekspetasi: Meningkat kemampuan tindakan apa yang
Kriteria hasil: melakukan seharusnya
Indikator Awal Target eliminasi urin dilakukan.
Kemampua Observasi: 2.Agar mengetahui
n berkemih 1.Periksa kembali klien membutuhkan
Keterangan :
penyebab bantuan seperti apa
1 : Menurun
gangguan berkemih dan klien mampu
2 : Cukup Menurun
2.Monitor pola berkemih secara
3 : Sedang
kemampuan normal atau tidak.
4 : Cukup Meningkat
berkemih
5 : Meningkat
Edukasi: Edukasi
Indikator Awal Target
Nokturia 1.Jelaskan arahan- 1.Agar
Dribbling arah menuju kamar mempermudah klien
Hesitancy
Enuresis mandi/toilet pada saat akan berkemih.
Verbalisasi pasien dengan 2.Agar tidak ada
pengeluaran gangguan hambatan saat
urin tidak penglihatan berkemih.
tuntas 2.Anjurkan intake 3.Agar membantu
Keterangan :
cairan adekuat kesembuhan
1 : Meningkat
untuk mendukung terhadap keadaan
2 : Cukup Meningkat
output urine klien.
3 : Sedag
3.Anjurkan
4 : Cukup Menurun
eliminasi normal
5 : Menurun
dengan beraktivitas
Indikator Awal Target dan olahraga sesuai
Frekuensi kemampuan
berkemih
Sensasi
berkemih
Keterangan :
1 : Memburuk
2 : Cukup memburuk
3 :Sedang
4 : Cukup membaik
5 : Membaik
D.0043
Inkontinensia Urin Berlebih
Definisi : Pengeluaran urin tidak terkendali pada saat volume kandung kemih terlalu
tercapai
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
Kriteria Hasil/Tujuan Intervensi Rasional
L.04036 I.04148 Observasi
Kontenensia Urine Kateterisasi Urine 1.Agar tidak terjadi
Definisi : Pola kebiasaan buang air Definisi : Memasukan kesalahan saat melakukan
kecil selang kateter urine ke pemasangan kateter urine
Ekspetasi: Membaik dalam kandung kemih. kepada klien.
Kriteria hasil: Observasi
Indikator Awal Target 1.Periksa kondisi pasien Edukasi
Kemampua Edukasi 1.Agar klien mengetahui
n berkemih 1.Jelaskan tujuan dan tujuan pemasangan kateter.
Keterangan :
prosedur pemasangan 2.Agar mempermudah
1 : Menurun
kateter urin masuknya selang kateter
2 : Cukup Menurun
2.Anjurkan menarik urine.
3 : Sedang
nafas saat insersi selang
4 : Cukup Meningkat
kateter.
5 : Meningkat
Indikator Awal Target
Nokturia
Dribbling
Hesitancy
Enuresis
Verbalisasi
pengeluaran
urin tidak
tuntas
Keterangan :
1 : Meningkat
2 : Cukup Meningkat
3 : Sedag
4 : Cukup Menurun
5 : Menurun
Indikator Awal Target
Frekuensi
berkemih
Sensasi
berkemih
Keterangan :
1 : Memburuk
2 : Cukup memburuk
3 :Sedang
4 : Cukup membaik
5 : Membaik
3. Implementasi
HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
& WAKTU
Hari, tanggal & Pemasangan Kateter Urine S=Subjective
5.Jelly P=Planning
6.Lidokain 1% dicampur yaitu Rencana
kassa steril
8.Perlak dan pengalas
9.Pinset anatomis
10.Bengkok
11.Spuit10 cc berisi
aquades
12.Plester / hypavik
13.Gunting
14.Sampiran
2. Tahap Orientasi
-Melakukan evaluasi
tindakan yang baru
dilakukan
-Merapikan pasien dan
lingkungan
-Berpamitan dengan klien
-Membereskan alat-alat
dan kembalikan alat
ketempat semula
-Mencuci tangan
-Mencatat kegiatan dalam
lembar catatan perawatan
DAFTAR PUSTAKA
long. (2016). definisi gangguan eliminasi urine. definisi kebutuhan dasar manusia gangguan
eliminasi urine, 6.
purnomo. (2011). definisi gangguan eliminasi urine. definisi konsep kebutuhan dasar manusia
gangguan eliminasi urine, 6.
purnomo. (2011). definisi gangguan eliminasi urine. definisi konsep kebutuhan dasar manusia
gangguan eliminasi urine, 4.
rahyanudin. (2018). definisi gangguan eliminasi. definisi konsep kebutuhan dasar manusia
gangguan eliminasi urine, 5. Retrieved from definisi konsep kebutuhan dasar manusia
gangguan eliminasi urine.
Ruhyadi. (2018).
smeltxer. (2013). definisi gangguan eliminasi urine. definisi konsep kebutuhan dasar manusia
gangguan eliminasi urine, 6.
wibowo. (2011). definisi gangguan eliminasi urine. definisi konsep kebutuhan dasar manusia
gangguan eliminasi urine, 5.