Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR


GANGGUAN ELIMINASI (URINE)
Dosen Pengampu: Sani Widianti Kuswara, S.Kep.,Ners

Disusun oleh:
Firda Lindawati
20.066
II-B

AKADEMI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT DUSTIRA


CIMAHI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR
(PKKD)
GANGGUAN ELIMINASI (URINE)

RS/RUANGAN TGL/PARAF NILAI TGL/PARAF CI NILAI NILAI RATA –


CI KLINIK AKADEMIK RATA

A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Gangguan Eliminasi (Urine)


1. Definisi
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa
urine atau bowel (feses)(Mubarok,2015)
Gangguan eliminasi urine didefinisikan sebagai disfungsi eliminasi
urine(SDKI,2016)
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa sisa metabolisme tubuh baik
urine maupun fekal, pada eliminasi urine sistem yang berperan yaitu sistem
perkemihann seperti ginjal,ureter,kandung kemih dan uretra
Eliminasi urine adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik urine
maupun fekal, sistem yang berperan yaitu sistem perkemihan seperti ginjal, ureter,
kandung kemih dan uretra(Kozier,B.,et.all.2013)

2. Anatomi Fisiologi
Sistem urinaria adalah serangkaian organ tubuh yang berfungsi dan
bertanggung jawab terhadap pembentukan sekresi berupa urine, meliputi ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra (Dorland, 2012).

Gambar 2.1 Organ-organ Sistem Urinaria (Bontrager, 2018)


Keterangan : 1. Kelenjar adrenalin
2. Ginjal
3. Ureter
4. Kandung kemih
5. Uretra

A. Ginjal
a. Definisi
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebra ta yang berbentuk seperti
kacang. Sebagai bagian dari sistem perkemihan, ginjal berfungsi
menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya
bersama air dalam bentuk urine (Purnomo, 2007).
b. Fungsi Ginjal
Ginjal sering dianggap sebagai organ yang hanya diperlukan untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme. Namun, sebanarnya ginjal
memiliki fungsi yang jauh lebih banyak. Ginjal penting untuk
mempertahankan keseimbangan air, garam, elektrolit, dan merupakan
kelenjar endokrin yang mengeluarkan paling sedikit tiga hormon,
yakni renin, erythopoetin, dan calcitrol. Ketiga hormon tersebut
memiliki fungsi yang berbeda. Renin adalah hormon yang terkait
dengan tekanan da rah; erythopoetin adalah hormon yang membantu
pem bentukan sel darah merah; dan calcitrol adalah hormon yang
membantu tubuh menyerap kalsium pada makan an Ginjal membantu
mengontrol tekanan darah dan sangat rentan mengalami kerusakan
apabila tekanan darah terlalu tinggi atau terlalu rendah (Corwin,
2009).
c. Struktur Ginjal
- Secara anatomi ginjal terletak di luar rongga peri toneum di bagian
posterior, sebelah atas dinding abdomen, masing-masing satu di
setiap sisi
- Posisi dari kedua ginjal di dalam rongga abdomen dipelihara oleh
o dinding peritoneum,
o kontak dengan organ-organ viseral, dan
o dukungan jaringan penghubung.
- ginjal kiri terletak agak lebih superior dibanding kan ginjal kanan.
- Setiap ginjal terdiri dari sekitar satu juta unit fung sional yang
disebut dengan nefron.
- Ukuran setiap ginjal orang dewasa, yaitu panjang 10 cm, 5,5 cm
pada sisi lebar, dan 3 cm pada sisi sempit dengan berat setiap ginjal
berkisar 150
- Permukaan anterior ginjal kiri diselimuti oleh lambung, pankreas,
jejunum, dan sisi fleksi kolon kiri.
- Pada permukaan superior setiap ginjal terdapat kelenjar adrenal.
- Lapisan kapsul ginjal terdiri atas jaringan fibrous bagian dalam dan
bagian luar.
o Bagian dalam
Bagian dalam memperlihatkan anatomis dari ginjal. Pembuluh-
pembuluh darah ginjal dan drainase ureter melewati hilus dan ca
bang sinus renal.
o Bagian luar
Bagian luar berupa lapisan tipis yang menutup kapsul ginjal dan
menstabilkan struktur ginjal.
- Korteks ginjal merupakan lapisan bagian dalam sebelah luar yang
bersentuhan dengan kapsul ginjal.
- Medula ginjal terdiri atas 6-18 piramida ginjal. Bagian dasar
piramida bersambungan dengan korteks dan di antara piramida
dipisahkan oleh jaringan kortikola yang disebut kolum ginjal.
d. Nefron

Nefron adalah unit fungsional terkecil dari gin jal yang terdiri atas
tubulus kontortus proksimal, tu bulus kontortus distal, dan duktus
koligentes (Purno mo, 2007). Masing-masing ginjal manusia terdiri
dari kurang lebih 1 juta nefron, masing-masing mampu membentuk
urine.
Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru, oleh karena itu jika ada
kerusakan nefron karena trauma ginjal atau penyakit ginjal, jumlah
nefron akan turun bertahap. Jumlah nefron yang berfungsi akan
menurun kira-kira 10% setiap 10 tahun. Berkurangnya nefron
berfungsi ini tidak mengancam jiwa karena perubahan adaptif sisa
nefron menyebabkan nefron tersebut dapat mengeluarkan air,
elektrolit, dan produk sisa dalam jumlah yang tepat. Pada usia 80
tahun jumlah nefron yang berfungsi 40% lebih sedikit dibandingkan
usia 40 tahun (Guyton & Hall, 2014).
e. Aliran Darah Ginjal
Ginjal menerima sekitar 1.200 ml darah per me nit atau 21 % dari
curah jantung. Aliran darah yang sa ngat besar ini tidak ditujukan
untuk memenuhi kebu tuhan energi yang berlebihan, tetapi agar ginjal
dapat secara terus-menerus menyesuaikan komposisi darah. Dengan
menyesuaikan komposisi darah, ginjal mampu mempertahankan
volume darah, memastikan keseim bangan natrium, klorida, kalium,
kalsium, fosfat, dan pH(Corwin 2009)
f. Pembentukan Urine
1) Proses Pembentukan Urine
Urine adalah cairan sisa metabolisme yang di hasilkan ginjal dan
dikeluarkan dari tubuh melalui kencing. Urine terdiri atas air dan
bahan-bahan yang terlarut di dalamnya. Bahan-bahan terlarut
tersebut berupa sisa metabolisme tubuh seperti urea, garam terlarut,
serta materi organik lainnya.
2) Proses pembentukan urine melalui 3 tahapan, yaitu proses filtrasi
(penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan proses
augmentasi (pengeluaran zat).
B. Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi
mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih.
Bagian-bagian ureter dapat dijelaskan se bagai berikut.
a. Pada orang dewasa, panjangnya kurang lebih 20 cm.
b. Dinding ureter terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel sel
transisional, otot-otot polos sirkuler, dan longitudi nal yang dapat
melakukan gerakan peristaltik (berkon traksi) guna mengeluarkan
urine ke kandung kemih.
c. Adanya sumbatan pada saluran urine akan mengaki batkan kontraksi
otot polos yang berlebihan. Hal ini bertujuan untuk
mendorong/mengeluarkan sumbatan tersebut dari saluran kemih.
Kontraksi ini dirasakan sebagai nyeri kolik yang datang secara
berkala, sesuai dengan irama peristaltik ureter.
d. Ureter memasuki kandung kemih menembus otot de trusor di daerah
trigonum kandung kemih. Normalnya ureter berjalan secara miring
sepanjang beberapa sen timeter, menembus kandung kemih yang
disebut de ngan ureter intramural kemudian berlanjut pada ureter
submukosa.
e. Tonus normal dari otot detrusor pada dinding kandung kemih
cenderung menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran balik
urine dari kandung kemih saat terjadi tekanan kandung kemih.
f. Setiap gelombang peristaltik yang terjadi sepanjang ure ter akan
meningkatkan tekanan dalam ureter sehingga bagian yang menembus
kandung kemih membuka dan memberi kesempatan kandung urine
mengalir ke dalam kandung kemih (Muttaqin dan Sari, 2014).

C. Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan organ berongga yang terdiri dari tiga lapis
otot detrusor yang saling beranyaman (Purnowo, 2011). Lapisan paling dalam
disebut Mukosa, lapisan tengah terdiri dari otot polos, dan lapisan paling luar
adalah jaringan fibrosa (Syaifuddin, 2010). Kandung kemih dalam sistem
urinaria yang berfungsi sebagai penampung sementara urine yang telah di
produksi oleh ginjal sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Letak
posisi kandung kemih berada pada anterior abdomen. Ukuran urine yang
sanggup ditampung oleh kandung kemih adalah sekitar 500 ml, tetapi saat
sudah terisi 250 ml maka akan dikeluarkan oleh tubuh (Long, 2016). Bentuk,
ukuran, dan posisi kandung kemih (Vesica Urinaria) tiap orang berbeda-beda.
Bentuk tersebut dipengaruhi umur dan urine di dalam vesica urinaria tersebut.
Pada orang dewasa kandung kemih (vesica urinaria) saat kosong berbentuk
agak bundar dan 12 keseluruhannya terletak dalam rongga pelvis. Bila terisi
penuh posisi kandung kemih dapat setinggi umbilicus (Wibowo, 2009).

Gambar 2.3 Struktur Kandung Kemih (Bontrager, 2018).


Keterangan : 1. Ureter kanan
2. Uretra opening
3. Uretra
4. Prostat gland
5. Trigone

D. Uretra
Uretra merupakan sebuah saluran yang berfungsi sebagai saluran
keluaran urine yang tertampung dari vesika urinaria. Secara anatomis uretra
dibagi menjadi dua bagian, yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Pada pria,
saluran ini berfungsi juga dalam menyalurkan air mani. Uretra dilengkapi
dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan vesika urinaria
dan uretra, serta terdapat sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan
uretra posterior dan anterior. Sfingter uretra interna tersusun atas otot polos
yang dipersyarafi oleh sistem simpatik sehingga saat vesika urinaria penuh,
sfingter ini akan membuka. Sfingter eksterna tersusun atas otot bergaris yang
dipersyarafi oleh sistem syaraf somatik.
Pada saat ingin kencing maka sfingter ini terbuka dan akan tetap
menutup saat menahan kencing. Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm,
sedangkan pada pria dewasa bisa memiliki panjang kurang lebih 23-25 cm.
Perbedaan inilah yang menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran urine
lebih sering terjadi pada pria dibanding dengan wanita (Purnomo, 2011).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Eliminasi (Urine)


Gangguan eliminasi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya sebagai berikut:
a. Usia
Bayi atau anak kecil dengaan usia sampai 18-24 bulan tidak mampu
mengontrol secara volunter, pada usia remaja dan dewasa sudah dapat
mengontrol berkemih secara volunter, pada lansia frekuensi berkemih
dan volume urine meningkat hal ini karena terjadi penurunan
kemampuan tonus otot daya tampung
b. Suhu, Suhu rendah merangsang peningkatan frekuensi berkemih karena
suhu dingin
c. Asupan Nutrisi dan cairan
a. Minuman coklat, kopi, teh mengandung cafein dapat meningkatkan
produksi urine
b. Makanan yang banyak mengandung cairan (buah/sayur) dapat
meningkatkan produksi urine
d. Jenis kelamin
Kapasitas kandung kemih wanita antara 400-500ml sedangkan pria
antara 300-600ml frekuensi berkemih wanita lebih sering dibanding laki
laki
e. Respon keinginan awal berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih menyebabkan
urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran
vesika urinaria dan jumlah hidup
f. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
eliminasi hal ini terkaitnya dengan tersedianya fasilitas toilet. Kadang
individu malas berkemih ke kamar mandi
g. Tingkat aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang
baik untuk fungsi sphincter, Hilangnya tonus otot vesika urinaria
menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun
h. Tingkat perkembangan
Dapat mempengaruhi pola berkemih, hal tersebut dapat
ditimbulkan pada anak, yang lebih memiliki kesulitan untuk
mengontrol buang air kecil, kemampuan mengontrol buang air
kecil meningkat dengan bertambahnya usia
i. Sosiokultural
Seperti adanya aturan pada masyarakat untuk tidak di
perkenankan BAK di tempat dan waktu tertentu
j. Kebiasaan seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet, biasanya
memiliki kesulitan untuk berkemih dengan melalui urinal/pispot

k. Tonus otot
Memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih
dalam mengatur kontrasi pengontrolan pengeluaran air kemih
adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan velvis
l. Prosedur bedah
Pasien bedah sering memiliki perubahan keseimbangan cairan
sebelum menjalani pembedahan yang di akibatkan oleh proses
penyakit/puasa pascaoperasi yang mempengaruhi pengeluaran
urin
m. Pemeriksaan diagnostik
Beberapa pemeriksaan diagnostik tidak memperoleh pasien
untuk minum dan makan sebelumnya contoh Pielogram
intravena dan urogram, pemeriksaan sistoskopi berisiko
menyebabkan retenti urine
n. Obat obatan
Diuretik mencegah reabsorpsi air dan elektrolit tertentu untuk
meningkatkan keluaran urine, retensi urine dapat di sebabkan
oleh pemakaian beberapa obat

4. Masalah-Masalah Yang Mungkin Muncul Akibat Gangguan Pemenuhan


Eliminasi (Urine)
1. Retensi urin
Adalah adanya penumpukan urine didalam kandung kemih oleh
karena ketidaksanggupan kandung kemih untuk
mengosongkannya
- Penyebabnya
a. Kelemahan otot detrusor karena amat teregang, atomi pada
pasien dm atau penyakit neurologis
b. Pembesaran prosta, kekakuan leher pesika, batuk kecil,
tumor pada leher pesika
c. Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran prostat,
kelainan patologi uretra (infeksi tumor)
- Tanda gejala
a. Di awali dengan urin mengalir lambat
b. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
c. Terasa ada tekanan dan terasa nyeri, merasa ingin BAK
2. Inkotinensia Urine
Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot spingter
eksterna untuk mengontrol keluarnya urin dari kandung kemih
- Penyebab
a. Proses penuaan
b. Menurunnya kesadaran
c. Spasme kandung kemih
- Macam-macam inkontinensia urine
a. Inkontinensia urgensi
Pelepasan urin yang tidak terkontrol sebentar setelah
ada peringatan ingin melakukan urinasi
b. Inkotinensia tekanan
Pelepasan urin yang tidak terkontrol selama aktifitas
seperti batuk, bersin, tertawa
c. Inkotinensia fungsional
Kebocoran urin karena kesulitan mencapai toilet secara
tepat waktu
d. Inkotinensia refleks
Kandung kemih terlalu penuh dan sebagia terlepas
secara tidak terkontrol
e. Inkotinensia total
Dimana seseorang mengalami pengeluaran urin terus
menerus dan tidak dapat di perkirakan
3. Enuresis
Keadaan tidak dapat menahan keluarnya air kencing yang bila
terjadi ketika tidur malam hari disebut enurosis nocturanal
- Penyebab
Setelah anak umur lebih dari 5 tahun
a. Kapasitas kandung kemih lebih besar dari normalnya
b. Makanan yang banyak mengandung mineral
c. Anak yang takut jalan pada gang gelap untuk ke kamar
mandi
4. Urinaria supperesi
Berhentinya produksi urin secara mendadak normal urine
diproduksi ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60-120
ml/jam

B. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan Eliminasi Urine


1. Pengkajian
Meliputi Identitas pasien yaitu nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, suku/bangsa, status perkawinan, golongan darah, diagnosa medis,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, no medrek, alamat & identitas penanggung
jawab
a. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama, Adalah keluhan/gejala yang paling dirasakan
menganggu oleh klien yang menyebabkan klien berobat saat awal
dilakukan pengkajian
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Alasan masuk Rs, Mengkaji alasan klien mencari perawatan
kesehatan, karena informasi yang terkandung dalam format masuk
dapat sangat berbeda dari alasan subjektif klien mencari perawatan
kesehatan
b) Keluhan saat dikaji, Merupakan masalah yang harus jelas & lengkap
karakteristiknya dengan memakai perincian
PQRST(paliatif/provokativ, quality, region, skala, dan time)
3) Riwayat kesehatan dahulu, Mengkaji data tentang pengalaman
perawatan kesehatan klien, terutama yang berkaitan tentang gangguan
kebutuhan eliminasi urine
4) Riwayat kesehatan keluarga, Mengkaji kesehatan keluarga untuk
mengetahui apakah terdapat penyakit keturunan/tidak
b. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi, Mendeskripsikan pelaporan diri klien mengenai
kesehatan
2) Pola nutrisi/metabolisme, Pola asupan makan & minum
harian/mingguan klien. Misalnya(frekuensi, diet khusus, nafsu makan)
berat badan actual penurunan/peningkatan berat badan
3) Pola eliminasi, Mendeskripsikan pola fungsi ekskresi
4) Pola aktivitas/olah raga, Mendeskripsikan pola latihan, aktivitas, waktu
luang, dan rekreasi kemampuan untuk melakukan aktivitas harian
5) Pola kognitif-persepsi, Kaji kemampuan bicara, status mental klien,
ansietas, ketidak nyamanan
6) Pola koping-toleransi stress, Kemampuan klien dalam mengelola stress,
respon koping sebelumnya, sumber dukungan ketidakefektifan pola
koping dengan toleransi stress
7) Konsep diri
a. Gambaran diri, Persepsi seseorang tentang tubuh, persepsi ini
mencakup perasaan&sikap yang di tunjukan pada tubuh
b. Peran diri, Mencakup harapan/standar perilaku yang telah di terima
oleh keluarga, komunitas&kultur
c. Harga diri, Rasa kita tentang nilai diri didasarkan pada faktor
internal&eksternal
d. Identitas diri, Mencakup tentang individualitas, keutuhan,
kosistensi,
e. Ideal diri, Aspirasi, tujuan, nilai, dan standar perilaku yang di
upayakan dicapai
8) Pola hubungan&peran, Tanyakan pada klien siapa yang berarti dalam
hidupnya, tempat mengadu&meminta bantuan
9) Pola nilai&keyakinan, Perlu ditanyakan pantangan agama selama sakit
keyakinan tentang kehidupan, ritual & keyakinan agama

c. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum, keadaan umum dapat meliputi keadaan sakit
termasuk ekspresi wajah, kesadaran yang dapat meliputi penilaian
secara kualitas dan kuantitas
b. TTV seperti suhu, tekanan darah, respirasi & nadi
c. Abdomen, mengkaji adanya pembesaran pelebaran pebuluh darah
vena, distensi bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, bising usus
d. Genetalia, mengkaji kebersihan genetalia, adanya lesi/tdk, warna
uretra
e. Intake dan output, kaji intake dan output dalam sehari 24 jam, kaji
karakteristik urine normal

d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urine(urenalisis)
1) Warna urine normal kuning jernih
2) Bau, normal beraroma
3) pH normal (4,6-8,0)
4) Berat jenis (1,010-1,030)
5) Glukosa (kondisi normal tidak ada)
Kultur urine, normal kuman patogen negatif
2. Diagnosis Keperawatan SDKI
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dengan gangguan kebutuhan
eliminasi urine berdasarkan SDKI yaitu:
a. Gangguan eliminasi Urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih di
tandai dengan sering buang air kecil
b. Inkontinensia Urine refleks b.d kerusakan jaringan di tandai dengan
Dribbling
c. Retensi Urine b.d peningkatan tekanan uretra ditandai dengan sensasi
penuh pada kandung kemih.
D.0050
Retensi Urin
Definisi : Pengosongan kantung kemih tidak lengkap
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Eliminasi
Kriteria Hasil/Tujuan Intervensi Rasional
L.04034 I.04148 Observasi
Eliminasi Urine Kateterisasi Urine 1.Agar tidak terjadi
Definisi : Pengosongan kandung Definisi : kesalahan saat
kemih yang lengkap. Memasukan selang melakukan
Ekspetasi: Meningkat kateter urine ke pemasangan kateter
Kriteria hasil: dalam kandung urine kepada klien.
Indikator Awal Target kemih.
Sensasi Observasi : Edukasi
berkemih 1.Periksa kondisi 1.Agar klien
Keterangan :
pasien mengetahui tujuan
1 : Menurun
Edukasi: pemasangan kateter.
2 : Cukup Menurun
1.Jelaskan tujuan 2.Agar
3 : Sedang
dan prosedur mempermudah
4 : Cukup Meningkat
pemasangan kateter masuknya selang
5 : Meningkat
urine. kateter urine.
Indikator Awal Target
Distensi 2.Anjurkan menarik
kantung nafas saat insersi
kemih selang kateter.
Berkemih
tidak tuntas
(hesitancy)
Volume
residu
cairan
Urine
menetes
(dribbling)
Enuresis
Keterangan :
1 : Meningkat
2 : Cukup Meningkat
3 : Sedag
4 : Cukup Menurun
5 : Menurun

D.0044
Inkontinensia Urin Fungsional
Definisi : Pengeluaran urine tidak terkendali karena kesulitan dan tidak
mampu mencapai toilet pada waktu yang tepat
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Eliminasi
Kriteria Hasil/Tujuan Intervensi Rasional
L.04036 I.04149 Observasi
Kontinensia Urine Latihan Berkemih 1.Agar dapat
Definisi : Pola kebiasaan buang Definisi : mengambil
air kecil Mengajarkan suatu keputusan yang tepat
Ekspetasi: Meningkat kemampuan tindakan apa yang
Kriteria hasil: melakukan seharusnya
Indikator Awal Target eliminasi urin dilakukan.
Kemampua Observasi: 2.Agar mengetahui
n berkemih 1.Periksa kembali klien membutuhkan
Keterangan :
penyebab bantuan seperti apa
1 : Menurun
gangguan berkemih dan klien mampu
2 : Cukup Menurun
2.Monitor pola berkemih secara
3 : Sedang
kemampuan normal atau tidak.
4 : Cukup Meningkat
berkemih
5 : Meningkat
Edukasi: Edukasi
Indikator Awal Target
Nokturia 1.Jelaskan arahan- 1.Agar
Dribbling arah menuju kamar mempermudah klien
Hesitancy
Enuresis mandi/toilet pada saat akan berkemih.
Verbalisasi pasien dengan 2.Agar tidak ada
pengeluaran gangguan hambatan saat
urin tidak penglihatan berkemih.
tuntas 2.Anjurkan intake 3.Agar membantu
Keterangan :
cairan adekuat kesembuhan
1 : Meningkat
untuk mendukung terhadap keadaan
2 : Cukup Meningkat
output urine klien.
3 : Sedag
3.Anjurkan
4 : Cukup Menurun
eliminasi normal
5 : Menurun
dengan beraktivitas
Indikator Awal Target dan olahraga sesuai
Frekuensi kemampuan
berkemih
Sensasi
berkemih
Keterangan :
1 : Memburuk
2 : Cukup memburuk
3 :Sedang
4 : Cukup membaik
5 : Membaik

D.0043
Inkontinensia Urin Berlebih
Definisi : Pengeluaran urin tidak terkendali pada saat volume kandung kemih terlalu
tercapai
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
Kriteria Hasil/Tujuan Intervensi Rasional
L.04036 I.04148 Observasi
Kontenensia Urine Kateterisasi Urine 1.Agar tidak terjadi
Definisi : Pola kebiasaan buang air Definisi : Memasukan kesalahan saat melakukan
kecil selang kateter urine ke pemasangan kateter urine
Ekspetasi: Membaik dalam kandung kemih. kepada klien.
Kriteria hasil: Observasi
Indikator Awal Target 1.Periksa kondisi pasien Edukasi
Kemampua Edukasi 1.Agar klien mengetahui
n berkemih 1.Jelaskan tujuan dan tujuan pemasangan kateter.
Keterangan :
prosedur pemasangan 2.Agar mempermudah
1 : Menurun
kateter urin masuknya selang kateter
2 : Cukup Menurun
2.Anjurkan menarik urine.
3 : Sedang
nafas saat insersi selang
4 : Cukup Meningkat
kateter.
5 : Meningkat
Indikator Awal Target
Nokturia
Dribbling
Hesitancy
Enuresis
Verbalisasi
pengeluaran
urin tidak
tuntas
Keterangan :
1 : Meningkat
2 : Cukup Meningkat
3 : Sedag
4 : Cukup Menurun
5 : Menurun
Indikator Awal Target
Frekuensi
berkemih
Sensasi
berkemih
Keterangan :
1 : Memburuk
2 : Cukup memburuk
3 :Sedang
4 : Cukup membaik
5 : Membaik

3. Implementasi
HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
& WAKTU
Hari, tanggal & Pemasangan Kateter Urine S=Subjective 

waktu 1. Tahap Pra Interaksi yaitu Pernyataan


atau keluhan dari
-Melakukan pengecekan pasen

program terapi O=Objective 

-Mencuci tangan yaitu Data yang


diobservasi oleh
-Menyiapkan alat:
perawat atau
1.Handshoen steril
keluarga. 
2.Kateter steril sesuai
A=Analisys 
ukuran dan jenis yaitu Kesimpulan
3.Urine bag dari objektif dan
4.Doek lubang steril subjektif

5.Jelly P=Planning 
6.Lidokain 1% dicampur yaitu Rencana

jelly ( perbandingan 1 :1 ) tindakan yang

masukkan dalam spuit akan dilakuakan

( tanpa jarum ) berdasarkan

7.Larutan antiseptic + analisis

kassa steril
8.Perlak dan pengalas
9.Pinset anatomis
10.Bengkok
11.Spuit10 cc berisi
aquades
12.Plester / hypavik
13.Gunting
14.Sampiran

2. Tahap Orientasi

-Memberikan salam dan


menyapa nama pasien
-Menjelaskan tujuan dan
prosedur pelaksanaan
-Menanyakan persetujuan
dan kesiapan pasien
3. Tahap Kerja

-Menjaga privacy Pasien


dengan memasang
sampiran dan selimut extra
-Mengatur posisi pasien
dalam posisi terlentang dan
melepaskan pakaian bawah
-Memasang perlak dan
pengalas
-Memasang pispot di
bawah bokong pasien
-Menyiapkan plester
fiksasi kateter dan label
waktu pemasangan kateter,
membuka kemasan luar
kateter dengan tetap
mempertahankan
kesterilannya, menyiapkan
pelumas pada kasa steril
dan dijaga kesterilannya.
-Memakai sarung tangan
-Tangan tidak dominan
pegang penis pakai kasa
steril, desinfeksi dengan
tangan dominan dengan
menggunakan kapas
sublimat/betadin sol pada
metaus uretra.
-Mengganti sarung tangan
steril, memasang duk steril
-Masukkan jelly anestesi
atau pelumas pada uretra
kira-kira 10 cc, tahan ujung
penis dan meatus uretra
dengan ibu jari dan
telunjuk untuk mencegah
refluk jelly, tunggu
sebentar kira-kira 5 menit
agar efek anestesi bekerja.
-Pilih foley kateter sesuai
ukuran, (besar : 18 dan 20,
kecil : 8 dan 10 french
catheter) atau sesuai
persediaan
-Masukkan foley kateter ke
uretra secara perlahan
dengan sedikit mengangkat
penis hingga urin keluar
(klien dianjurkan tarik
napas panjang)
-Menampung urin pada
botol bila diperlukan untuk
pemeriksaan
-Mendorong lagi foley
kateter kira-kira 5 cm ke
dalam
-bladder (1-2 inc)
-Kembungkan balon
dengan cairan aquadest
sesuai ukuran, kira-kira 20
cc
-Menarik kateter dengan
perlahan sampai terasa ada
tahanan dan
meletakkannya di atas
abdomen bagian bawah.
-Menyambungkan kateter
dengan urine bag
-Melepas duk, pengalas
dan sarung tangan
-Memfiksasi kateter di atas
abdomen bagian bawah
-Menempel label waktu
pemasangan kateter
4. Tahap Terminasi

-Melakukan evaluasi
tindakan yang baru
dilakukan
-Merapikan pasien dan
lingkungan
-Berpamitan dengan klien
-Membereskan alat-alat
dan kembalikan alat
ketempat semula
-Mencuci tangan
-Mencatat kegiatan dalam
lembar catatan perawatan
DAFTAR PUSTAKA

long. (2016). definisi gangguan eliminasi urine. definisi kebutuhan dasar manusia gangguan
eliminasi urine, 6.
purnomo. (2011). definisi gangguan eliminasi urine. definisi konsep kebutuhan dasar manusia
gangguan eliminasi urine, 6.
purnomo. (2011). definisi gangguan eliminasi urine. definisi konsep kebutuhan dasar manusia
gangguan eliminasi urine, 4.
rahyanudin. (2018). definisi gangguan eliminasi. definisi konsep kebutuhan dasar manusia
gangguan eliminasi urine, 5. Retrieved from definisi konsep kebutuhan dasar manusia
gangguan eliminasi urine.
Ruhyadi. (2018).
smeltxer. (2013). definisi gangguan eliminasi urine. definisi konsep kebutuhan dasar manusia
gangguan eliminasi urine, 6.
wibowo. (2011). definisi gangguan eliminasi urine. definisi konsep kebutuhan dasar manusia
gangguan eliminasi urine, 5.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPD PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPD PPNI.
PPNI (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPD PPNI.

Anda mungkin juga menyukai