NILAI
TGL/PARAF TGL/PARAF CI
RS/RUANGAN NILAI NILAI RATA-
CI KLINIK AKADEMIK
RATA
1. Ginjal
a. Definisi
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebra ta yang berbentuk seperti
kacang. Sebagai bagian dari sistem perkemihan, ginjal berfungsi menyaring
kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama air dalam
bentuk urine (Purnomo, 2007).
b. Fungsi Ginjal
Ginjal sering dianggap sebagai organ yang hanya diperlukan untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme. Namun, sebanarnya ginjal memiliki
fungsi yang jauh lebih banyak. Ginjal penting untuk mempertahankan
keseimbangan air, garam, elektrolit, dan merupakan kelenjar endokrin yang
mengeluarkan paling sedikit tiga hormon, yakni renin, erythopoetin, dan
calcitrol. Ketiga hormon tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Renin
adalah hormon yang terkait dengan tekanan da rah; erythopoetin adalah
hormon yang membantu pem bentukan sel darah merah; dan calcitrol
adalah hormon yang membantu tubuh menyerap kalsium pada makan an
Ginjal membantu mengontrol tekanan darah dan sangat rentan mengalami
kerusakan apabila tekanan darah terlalu tinggi atau terlalu rendah (Corwin,
2009).
c. Struktur Ginjal
- Secara anatomi ginjal terletak di luar rongga peri toneum di bagian
posterior, sebelah atas dinding abdomen, masing-masing satu di setiap
sisi
- Posisi dari kedua ginjal di dalam rongga abdomen dipelihara oleh
o dinding peritoneum,
o kontak dengan organ-organ viseral, dan
o dukungan jaringan penghubung.
- ginjal kiri terletak agak lebih superior dibanding kan ginjal kanan.
- Setiap ginjal terdiri dari sekitar satu juta unit fung sional yang disebut
dengan nefron.
- Ukuran setiap ginjal orang dewasa, yaitu panjang 10 cm, 5,5 cm pada sisi
lebar, dan 3 cm pada sisi sempit dengan berat setiap ginjal berkisar 150
- Permukaan anterior ginjal kiri diselimuti oleh lambung, pankreas,
jejunum, dan sisi fleksi kolon kiri.
- Pada permukaan superior setiap ginjal terdapat kelenjar adrenal.
- Lapisan kapsul ginjal terdiri atas jaringan fibrous bagian dalam dan
bagian luar.
o Bagian dalam
Bagian dalam memperlihatkan anatomis dari ginjal. Pembuluh-
pembuluh darah ginjal dan drainase ureter melewati hilus dan ca bang
sinus renal.
o Bagian luar
Bagian luar berupa lapisan tipis yang me nutup kapsul ginjal dan
menstabilkan struktur ginjal.
- Korteks ginjal merupakan lapisan bagian dalam se belah luar yang
bersentuhan dengan kapsul ginjal.
- Medula ginjal terdiri atas 6-18 piramida ginjal. Bagian dasar piramida
bersambungan dengan korteks dan di antara piramida dipisahkan oleh ja
ringan kortikola yang disebut kolum ginjal.
d. Nefron
Nefron adalah unit fungsional terkecil dari gin jal yang terdiri atas tubulus
kontortus proksimal, tu bulus kontortus distal, dan duktus koligentes (Purno
mo, 2007). Masing-masing ginjal manusia terdiri dari kurang lebih 1 juta
nefron, masing-masing mampu membentuk urine.
Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru, oleh karena itu jika ada
kerusakan nefron karena trauma ginjal atau penyakit ginjal, jumlah nefron
akan turun bertahap. Jumlah nefron yang berfungsi akan menurun kira-kira
10% setiap 10 tahun. Berkurangnya nefron berfungsi ini tidak mengancam
jiwa karena perubahan adaptif sisa nefron menyebabkan nefron tersebut
dapat mengeluarkan air, elektrolit, dan produk sisa dalam jumlah yang
tepat. Pada usia 80 tahun jumlah nefron yang berfungsi 40% lebih sedikit
dibandingkan usia 40 tahun (Guyton & Hall, 2014).
e. Aliran Darah Ginjal
Ginjal menerima sekitar 1.200 ml darah per me nit atau 21 % dari curah
jantung. Aliran darah yang sa ngat besar ini tidak ditujukan untuk
memenuhi kebu tuhan energi yang berlebihan, tetapi agar ginjal dapat
secara terus-menerus menyesuaikan komposisi darah. Dengan
menyesuaikan komposisi darah, ginjal mampu mempertahankan volume
darah, memastikan keseim bangan natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfat,
dan pH(Corwin 2009)
f. Pembentukan Urine
1) Proses Pembentukan Urine
Urine adalah cairan sisa metabolisme yang di hasilkan ginjal dan
dikeluarkan dari tubuh melalui kencing. Urine terdiri atas air dan bahan-
bahan yang terlarut di dalamnya. Bahan-bahan terlarut tersebut berupa
sisa metabolisme tubuh seperti urea, garam terlarut, serta materi
organik lainnya.
2) Proses pembentukan urine melalui 3 tahapan, yaitu proses filtrasi
(penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan proses augmentasi
(pengeluaran zat).
g. Klirens Ginjal
Klirens ginjal (renal clearance) suatu bahan meng acu kepada konsentrasi
bahan tersebut yang secara to tal dibersihkan dari darah kemudian masuk
ke dalam urine dalam suatu waktu.
h. Pengaturan aliran darah ginjal
Perlu di pertahankan agar ginjal dapat bertahan serta mengontrol volume
plasma dan elektrolit
i. Kontrol hormonal dan autakoid terhadap sirkulasi ginjal
j. Aktivasi RAA(Renin-Angiotensin-Aldosteron) terhadap tekanan darah RAA
berfungsi untuk menjaga keseimbangan caj ran elektrolit yang adekuat,
serta mempertahankan tekanan darah. Renin, enzim yang disekresikan oleh
sel-sel jukstaglomerulus adalah enzim yang mengubah angiotensigonen
menjadi angiotensin I.Angiotensin Converting Enzyme (ACE) yang teri kat
pada membran plasma sel endotel mengubah an giotensin I membentuk
angiotensin II.
k. Reabsorpsi ginjal
l. Sekresi dan ekskresi asam
Ginjal menyekresikan dan mengekspresikan ion hidrogen ke dalam urine
sehingga ginjal dapat membersihkan darah dari asam yang tidak mudah
menguap yang di produksi secara metabolik
m. Mekanisme pemekatan ginjal
Agar dapat bertahan hidup tanpa air manusia harus mampu
mengekspresikan urine pekat (hipertonik) tubuh harus mampu
mengeluarkan produk produk sisa, termasuk urea tanpa kehilangan banyak
air dalam prosesnya, sebaliknya pada keadaan kelebihan air, tubuh manusia
harus mampu mengekspresikan sejumlah besar air dalam urine yang encer
(hidroponik)
n. Peran hormon antidiuretik dalam pemekatan urine
Permeabilitas duktus pengumpul terhadap air ditentukan oleh kadar
hormon hipofisis posterior, hormon antidiuretik (ADH) yang terdapat dalam
darah
2. Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan
urine dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih. Bagian-bagian ureter dapat
dijelaskan se bagai berikut.
a. Pada orang dewasa, panjangnya kurang lebih 20 cm.
b. Dinding ureter terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel sel transisional,
otot-otot polos sirkuler, dan longitudi nal yang dapat melakukan gerakan
peristaltik (berkon traksi) guna mengeluarkan urine ke kandung kemih.
c. Adanya sumbatan pada saluran urine akan mengaki batkan kontraksi otot
polos yang berlebihan. Hal ini bertujuan untuk mendorong/mengeluarkan
sumbatan tersebut dari saluran kemih. Kontraksi ini dirasakan sebagai nyeri
kolik yang datang secara berkala, sesuai dengan irama peristaltik ureter.
d. Ureter memasuki kandung kemih menembus otot de trusor di daerah
trigonum kandung kemih. Normalnya ureter berjalan secara miring
sepanjang beberapa sen timeter, menembus kandung kemih yang disebut
de ngan ureter intramural kemudian berlanjut pada ureter submukosa.
e. Tonus normal dari otot detrusor pada dinding kandung kemih cenderung
menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran balik urine dari
kandung kemih saat terjadi tekanan kandung kemih.
f. Setiap gelombang peristaltik yang terjadi sepanjang ure ter akan
meningkatkan tekanan dalam ureter sehingga bagian yang menembus
kandung kemih membuka dan memberi kesempatan kandung urine
mengalir ke dalam kandung kemih (Muttaqin dan Sari, 2014).
3. Kandung kemih (vesika urinaria)
Kandung kemih adalah organ yang berongga yang terdiri atas 3 lapis otot
detrusor yang saling beranyaman. Kandung kemih suatu organ cekung yang
dapat berdistensi dan tersusun atas jaringan otot merupakan wadah tempat
urine
4. Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalur urine keluar dari kandung kemih
melalui proses miksi, Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra interna yang
terletak pada perbatasan kandung kemih dan uretra, serta sfingter uretra
eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior.
Panjang uretra wanita sekitar 3-5 cm sedangkan pria kurang lebih 23-25 cm
perbedaan panjang inilah yang menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran
urine lebih sering terjadi pada pria.
5. Kelenjar prostat
Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di se belah inferior kandung
kemih, di depan rektum dan mem bungkus uretra posterior. Bentuknya seperti
buah kemiri dengan ukuran 4x3x2,5 cm dan beratnya sekitar 20 gram.
Secara histopatologis kelenjar prostat terdiri atas kom ponen kelenjar dan
stroma. Komponen stroma ini terdiri atas otot polos, fibroblas, pembuluh
darah, saraf, dan jaring an penyangga lainnya.
Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari
cairan ejakulasi. Cairan ini dialir kan melalui duktus sekretorius dan bermuara
di uretra pos terior untuk kemudian dikeluarkan bersama cairan semen yang
lain pada saat ejakulasi. Volume cairan prostat meru pakan ±25% dari seluruh
volume ejakulat.
Prostat mendapatkan inervasi otonomik simpatik dan parasimpatik dari pleksus
prostatikus. Pleksus prostatikus (pleksus pelvikus) menerima masukan serabut
parasimpatik dari korda spinalis S2-4 dan simpatik dari nervus hipogas trikus
(T10-L2).
Stimulasi parasimpatik meningkatkan sekresi kelenjar epitel prostat, sedangkan
rangsangan simpatik yang menye babkan pengeluaran cairan prostat ke dalam
uretra poste rior, seperti pada saat ejakulasi. Sistem simpatik memberi kan
inervasi pada otot polos prostat, kapsula prostat, dan leher kandung kemih.
Pada tempat-tempat tersebut banyak terdapat reseptor adregenik -à.
Rangsangan simpatik me nyebabkan tonus otot polos tersebut dipertahankan.
Jika kelenjar ini mengalami hiperplasia jinak atau berubah men jadi kanker
ganas dapat membuat uretra posterior menjadi buntu sehingga mengakibatkan
terjadinya obstruksi saluran kemih.
d. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum, keadaan umum dapat meliputi keadaan sakit
termasuk ekspresi wajah, kesadaran yang dapat meliputi penilaian
secara kualitas dan kuantitas
b. TTV seperti suhu, tekanan darah, respirasi & nadi
c. Abdomen, mengkaji adanya pembesaran pelebaran pebuluh darah
vena, distensi bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, bising usus
d. Genetalia, mengkaji kebersihan genetalia, adanya lesi/tdk, warna
uretra
e. Intake dan output, kaji intake dan output dalam sehari 24 jam, kaji
karakteristik urine normal
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urine(urenalisis)
1) Warna urine normal kuning jernih
2) Bau, normal beraroma
3) pH normal (4,6-8,0)
4) Berat jenis (1,010-1,030)
5) Glukosa (kondisi normal tidak ada)
Kultur urine, normal kuman patogen negatif
2. Diagnosis Keperawatan SDKI
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dengan gangguan kebutuhan
eliminasi urine berdasarkan SDKI yaitu:
a. Gangguan eliminasi Urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih di
tandai dengan sering buang air kecil
b. Inkontinensia Urine refleks b.d kerusakan jaringan di tandai dengan
Dribbling
c. Retensi Urine b.d peningkatan tekanan uretra ditandai dengan sensasi
penuh pada kandung kemih
3. Rencana Keperawatan
D.0040
Gangguan Eliminasi Urine
Definisi: Disfungsi eliminasi urine
Kategori: Lingkungan
Subkategori: Keamanan dan Proteksi
D.0003
Inkontinensia urine refleks
Definisi: Pengeluaran urine yang tidak terkendali pada saat volume kandung kemih
tertentu
Kategori: Fisiologis
Subkategori: Respirasi
D.0050
Retensi urine
Definisi: Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap
Kategori: Fisiologis
Subkategori: Eliminasi
DAFTAR PUSTAKA
et_all, K. (2013). Buku ajaran fundamental keperawatan: konsep proses & praktik . Jakarta: EGC.
potter and perry. (2013). Fundamentals of nursing concepts process and practice . Elservier Mosby:
DPP PPNI.
Harmilah, H. (2020). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan.
Yogyakarta: Pustaka baru press.
Harmilah, H. (2020). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan.
Yogyakarta: Pustaka baru press.
haryono, R. (2013). Keperawatan medical bedah sistem perkemihan. Yogyakarta: Rapha Publishing
haryono, R. (2013). Keperawatan medical bedah sistem perkemihan. Yogyakarta: Rapha Publishing