Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Urinaria

Sistem urinaria adalah serangkaian organ tubuh yang

berfungsi dan bertanggung jawab terhadap pembentukan sekresi

berupa urine, meliputi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra

(Dorland, 2012).

Keterangan :
1. Kelenjar
adrenalin
2. Ginjal
3. Ureter
4. Kandung
kemih
5. Uretra

Gambar 2.1 Organ-organ Sistem Urinaria (Bontrager, 2018)

a. Ginjal

Ginjal merupakan bagian dari sistem urinaria yang terletak

pada ruang retroperitoneal pada binding belakang abdomen.

Letak ginjal kanan lebih rendah dibanding ginjal kiri karena

adanya hepar (Wibowo, 2009). Bentuk ginjal menyerupai kacang

kedelai. Ginjal memiliki ukuran panjang ±11,5 cm, lebar 5-7,6

9
10

cm, dan ketebalan ± 3 cm. Posisi ginjal berada pada abdomen

posterior setinggi L3 (Long, 2016). Ginjal dibungkus oleh

jaringan fibrus tipis dan mengkilat yang disebut kapsula fibrosa

(true capsule) ginjal, yang melekat pada parenkim ginjal

(Purnomo, 2011).

Fungsi ginjal menurut (Long, 2016) sebagai berikut :

1) Menyaring dan membuang zat sisa metabolisme dan toxin

dalam darah.

2) Pengatur keseimbangan ion kalsium dan vitamin dalam tubuh.

3) Organ untuk mengatur kadar air dalam tubuh

Keterangan :
1. Renal palpilla
2. Columna
renalis
3. Sinus renalis
4. Calyx minor
5. Ureter
6. Calyx mayor
7. Renal pelvis
8. Cortex
9. Kapsul fibrosa
10. Medula

Gambar 2.2 Struktur ginjal (Bontrager, 2018)

b. Ureter

Ureter merupakan salah satu organ dari sistem urinaria yang

ada. Ureter memiliki panjang ± 25-30 cm dan diameter 3-4 mm

(Purnomo, 2011). Ureter membentang dari peritoneum, kedepan

psoas, melewati posterior inferior sakral wing, dan berakhir pada


11

kandung kemih. Ureter memiliki fungsi sebagai jalur sekresi dari

ginjal menuju kandung kemih, ureter juga memiliki gerak

peristaltik meski tidak sebesar gerak peristaltik pada

kerongkongan (Long, 2016). Pada ureterovesical junction

merupakan bagian tersempit dari ureter. Batu ginjal yang turun ke

dalam ureter sering tersangkut pada bagian ini (Wibowo, 2009).

c. Kandung Kemih

Kandung kemih merupakan organ berongga yang terdiri dari

tiga lapis otot detrusor yang saling beranyaman (Purnowo, 2011).

Lapisan paling dalam disebut Mukosa, lapisan tengah terdiri dari

otot polos, dan lapisan paling luar adalah jaringan fibrosa

(Syaifuddin, 2010). Kandung kemih dalam sistem urinaria yang

berfungsi sebagai penampung sementara urine yang telah di

produksi oleh ginjal sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui

uretra. Letak posisi kandung kemih berada pada anterior

abdomen. Ukuran urine yang sanggup ditampung oleh kandung

kemih adalah sekitar 500 ml, tetapi saat sudah terisi 250 ml maka

akan dikeluarkan oleh tubuh (Long, 2016). Bentuk, ukuran, dan

posisi kandung kemih (Vesica Urinaria) tiap orang berbeda-beda.

Bentuk tersebut dipengaruhi umur dan urine di dalam vesica

urinaria tersebut. Pada orang dewasa kandung kemih (vesica

urinaria) saat kosong berbentuk agak bundar dan


12

keseluruhannya terletak dalam rongga pelvis. Bila terisi penuh

posisi kandung kemih dapat setinggi umbilicus (Wibowo, 2009).

1
Keterangan :
1. Ureter kanan
2. Uretra opening
3. Uretra
2
5 4. Prostat gland
5. Trigone
4
3

Gambar 2.3 Struktur Kandung Kemih (Bontrager, 2018).

d. Uretra

Uretra merupakan sebuah saluran yang berfungsi sebagai

saluran keluaran urine yang tertampung dari vesika urinaria.

Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian, yaitu uretra

posterior dan uretra anterior. Pada pria, saluran ini berfungsi juga

dalam menyalurkan air mani. Uretra dilengkapi dengan sfingter

uretra interna yang terletak pada perbatasan vesika urinaria dan

uretra, serta terdapat sfingter uretra eksterna yang terletak pada

perbatasan uretra posterior dan anterior. Sfingter uretra interna

tersusun atas otot polos yang dipersyarafi oleh sistem simpatik

sehingga saat vesika urinaria penuh, sfingter ini akan membuka.

Sfingter eksterna tersusun atas otot bergaris yang dipersyarafi

oleh sistem syaraf somatik. Aktifitas sfingter eksterna ini dapat


13

dikontrol sesuai kemauan orang. Pada saat ingin kencing maka

sfingter ini terbuka dan akan tetap menutup saat menahan

kencing. Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm, sedangkan

pada pria dewasa bisa memiliki panjang kurang lebih 23-25 cm.

Perbedaan inilah yang menyebabkan keluhan hambatan

pengeluaran urine lebih sering terjadi pada pria dibanding dengan

wanita (Purnomo, 2011).

2. Patologi Sistem Urinaria (Hydronephrosis)

Hydronephrosis merupakan pembesaran ginjal yang

menggelembung karena adanya urine. Hal ini disebabkan adanya

penyumbatan urine. Penyumbatan ini umunya terjadi karena adanya

batu pada ginjal (Bontrager, 2018). Ada pun menurut Muttaqin

(2011), Hydronephrosis merupakan respon hasil dari proses

anatomis atau fungsional dari suatu gangguan aliran urine.

Gangguan ini dapat terjadi di mana saja sepanjang saluran urine dari

ginjal sampai ke meatus uretra.

Hydronephrosis dapat terjadi tanpa gejala, sebagai hasil dari

keganasan panggul lanjut atau retensi urine berat dari obstruksi

kandung kemih. Hydronephrosis dapat terjadi secara unilateral dan

bilateral tergantung ginjal mana yang mengalami obstruksi. Bila

tidak dilakukan tindakan pengobatan efek dari hydronephrosis

obstruksi yang terjadi dapat menahan beberapa liter urine di ginjal

dan dapat menyebabkan pecahnya ginjal tersebut (Charold, 1984).


14

Secara teoritis dapat terbentuk diseluruh sistem urinaria terutama

pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine

atau stasis urine. Keadaan kelainan genetik bawaan seperti

divertikel, striktura, dan buli-buli neurogenetik merupakan keadaan

yang memiliki resiko lebih tinggi terbentuknya batu ginjal

(Purnomo, 2011). Hydronephrosis dapat menyebabkan ginjal tidak

dapat menjalankan fungsi-fungsinya karena urine tersumbat dan

balik menekan glomerulus (Singh, 2012).

Gambar 2.4 Radiograf Intra Venous Urography ginjal dengan klinis


Hydronephrosis (Baert, 2006)

3. Prosedur Pemeriksaan Intra Venous Urography (IVU)

a. Pengertian

Intra Venous Urography (IVU) adalah teknik

pemeriksaan radiografi pada sistem urinaria yang memerlukan

pemasukan zat kontras positif kedalam tubuh dengan injeksi

melalui vena yang bertujuan untuk melihat sistem urinaria


15

dengan spesifik pada interval-interval tertentu. Zat kontras yang

diinjeksikan akan mengalir mengikuti aliran darah didalam

tubuh hingga zat kontras tersebut masuk kedalam ginjal melalui

glomerulus. Pemakaian zat kontras positif pada pemeriksaan

radiologi akan menampakan gambaran yang opaque pada organ

soft tissue yang dilewatinya, sehingga organ soft tissue yang

semula tidak tampak pada hasil radiograf akan muncul dan dapat

diidentifikasi klinis pada organ tersebut (Long, 2016).

Sedangkan menurut (Lewis, 2011), IVU adalah visualisasi

sistem urinaria dengan media kontras. Tujuannya untuk melihat

posisi, ukuran, dan bentuk dari ginjal, ureter, dan kandung kemih

agar dapat dievaluasi.

b. Persiapan pasien

Ada persiapan khusus yang harus dilakukan oleh pasien

sebelum pemeriksaan dilakukan. Persiapan ini berguna agar

radiograf yang tercipta tidak terganggu oleh gas dan feses yang

menganggu (Bontrager, 2018). Persiapan yang harus dilakukan

sebagai berikut :

1) Pasien melakukan cek laboratorium untuk mengukur kadar

ureum dan kreatinin. Kandungan ureum normal berkisar 8-

25 mg/dl dan kreatinin normal berkisar 0,6-1,5 mg/dl

(Bontrager, 2018)
16

2) Pasien diharuskan diet rendah serat sehari sebelum

pemeriksaan dilakukan. Hal tersebut dilakukan agar tidak

terbentuk gas didalam organ abdomen yang dapat

menggangu hasil pemeriksaan.

3) Pasien harus berhenti makan delapan jam sebelum

pemeriksaan dan hanya boleh mengkonsumsi air putih saja

untuk menghindari dehidrasi.

4) Malam hari setelah makan terakhir pasien diharuskan

meminum obat urus-urus secara oral sebelum dilakukan

pemeriksaan untuk mengkosongkan duodenum dari feses.

5) Dua jam sebelum pemeriksaan pasien diberikan obat urus-

urus lagi yang dimasukan secara anal untuk lebih

membersihkan sisa-sisa feses yang terdapat pada duodenum.

6) Sebelum pemeriksaan dilakukan pasien diminta untuk

mengganti pakaian dengan baju pasien dan buang air kecil.

Pemasukan media kontras dapat dilakukan secara injeksi

bolus atau menggunakan drip infus. Injeksi bolus adalah metode

seluruh dosis media kontras disuntikkan kedalam vena pada satu

waktu. Sedangkan metode drip infus adalah metode dengan

media kontras yang dimasukkan kedalam vena melalui tabung

ikat yang terhubung dengan intra vena dan membutuhkan

perangkat klem untuk mengontrolnya.


17

Vena didalam fossa antecubital yang biasa digunakan

untuk diinjeksikan media kontras kedalam tubuh, termasuk

median cubiti, cephalic, dan vena basilaris. Beberapa

pemeriksaan lebih memilih menggunakan wing needle dan

mengklaim bahwa jenis jarum ini memberi kontrol yang lebih

besar selama injeksi. Ukuran jarum yang digunakan

menyesuaikan ukuran vena (Bontrager, 2018).

c. Persiapan Alat dan Bahan

Pemeriksaan Intra Venous Urography (IVU) memerlukan

persiapan alat dan bahan, peralatan dan bahan yang digunakan

berupa berikut (Bontrager, 2018) :

1) Persiapan alat yang digunakan meliputi :

a) Marker menit dan marker L dan R

b) Needle ukurang 18, 20, dan 22

c) Spuid ukuran 1ml, 2x 30ml, dan 20ml

d) Wing needle

e) Kaset ukuran 35 cm x 43 cm dan 24 cm x 30 cm

f) Handscoon

2) Persiapan bahan

Media kontras merupakan bahan yang digunakan

untuk menampakan struktur organ secara radiologi dimana

pada radiografi polos struktur organ tersebut sangat sulit

dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena memiliki nilai


18

densitas yang relatif sama. Jenis media kontras yang

digunakan pada pemeriksaan sistem urinaria adalah media

kontras positif, yaitu bahan kontras yang memiliki nomor

atom dan kerapatan yang tinggi sehingga gambaran yang

dihasilkan tampak opaque (Bontrager, 2018).

Media kontras yang digunakan dapat dibedakan

menjadi jenis ionic dan non ionic.

a) Media kontras ionic

Jenis media kontras ini memiliki nilai osmolatitas

yang tinggi di banding media kontras non ionic. Namun

penggunaan media kontas ini lebih berisiko

menimbulkan reaksi alergi. Komponen utamanya

umumnya tersusun oleh kelompok carboxyl yang

berbentuk benzoid acid yang dicampur dengan bahan

lainnya. Media kontas ionic juga tersusun dari cation,

merupakan garam yang biasanya berupa sodium atau

meglumin atau kombinasi keduanya. Bahan kontras ionic

pada pemeriksaan IVU yang sering ditemui adalah

urografin.

b) Media kontras non ionic

Media kontras ini berbahan carboxil yang

kemudian diganti dengan amide atau glukosa yang

memiliki resiko reaksi alergi media kontras lebih minim.


19

Media kontras non ionic yang sering digunakan dalam

pemeriksaan IVU adalah omnipaque dan iopamiro.

Takaran injeksi media kontras yang digunakan biasanya

adalah iodium dengan 300 mg/kg BB atau 1 ml/kg BB

(Purnomo, 2011).

Tes sensitifitas dilakukan dengan memasukan media

kontras ke tubuh pasien untuk melihat kerentanan terhadap

media kontras. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut.

(1) Skintest

Memasukan media kontras 1 cc di bawah kulit secara

subkutan kemudian ditunggu beberapa menit, jika

timbul benjolan merah berarti sensitif.

(2) Tes langsung

Memasukan media kontras 2 cc melalui intra vena.

Tidak jarang orang yang dilakukan Intra Vena

Pyelografi ini terjadi alergi sehingga tidak diperlukan

pengawasan secara khusus terhadap pasien. Pada pasien

yang tidak tahan terhadap media kontras dapat terjadi

reaksi mayor dan minor.

3) Indikasi

Indikasi pada pemeriksaan IVU antara lain sebagai berikut

(Bontrager, 2018) :
20

a) Benigh Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah pembesaran

kelenjar prostat yang mungkin disebabkan karena

penyempitan uretra.

b) Bladder Calculi merupakan batu pada vesika urinaria.

c) Bladder Carcinoma merupakan tumor pada vesika

urinaria.

d) Congenital Anomalies merupakan tidak terbentuknya

struktur tubuh secara lengkap sejak lahir.

e) Cystitis yaitu peradangan pada vesika urinaria.

f) Glomerulonephritis adalah inflasi pada glomerulus.

g) Renal Calculi adalah batu yang terdapat pada parenkim

ginjal

h) Hydronephrosis merupakan pembesaran ginjal yang

menggelembung karena adanya urine. Hal ini

disebabkan adanya penyumbatan urine. Penyumbatan ini

terjadi umunya terjadi karena adanya batu pada ginjal.

i) Pyelonephrisis adalah peradangan pada ginjal dan renal

pelvis

j) Renal Hypertension adalah meningkatnya takanan darah

pada ginjal melalui arteri renalis.

k) Vesucorectal Fistula merupakan fistel yang berada di

antara vesika urinaria dan rectum.

l) Renal Cell Carcinoma adalah tumor ganas pada ginjal.


21

m) Protate Carcinoma adalah tumor pada prostat.

4) Kontra indikasi

Adapun kontra indikasi pemeriksaan IVU sebagai berikut :

a) Pasien alergi atau sensitif terhadap media kontras.

b) Multiple myeloma.

c) Diabetes

d) Pheochromocytoma.

e) Gagal ginjal akut dan kronis.

f) Pasien meminum metformin, Glucophage, Fortamet,

Glumetza, Riomet, Glucovance, Metaglip, Jentadueto,

Acto Plus Met, Prandimet, Avandamet, Kombiglyze XR,

dan Janumet kurang dari 48 jam sebelum pemeriksaan.

g) Gagal jantung.

h) Memiliki sel anemia.

i) Auria atau tidak keluarnya urine.

d. Teknik pemeriksaan Intra Venous Urography (IVU)

Teknik pemeriksaan Intra Venous Urography (IVU)

meliputi sebagai berikut (Long, 2016) :

1) Foto Polos Abdomen Proyeksi AP

a) Tujuan

Tujuan pemeriksaan ini antara lain :

(1) Melihat persiapan pasien, apakah keadaan

abdomen telah bersih dari feses maupun udara


22

yang dapat mengganggu gambaran traktus

urinarius.

(2) Mengetahui ketepatan posisi.

(3) Mengetahui faktor eksposi yang tepat dan

kekerasan larutan processing.

(4) Mengetahui keadaan organ-organ dalam rongga

abdomen secara keseluruhan.

b) Posisi pasien

Pasien supine diatas meja pemeriksaan.

c) Posisi Obyek

(1) Tangan pasien diletakkan disamping tubuh.

(2) Posisi pasien diatur agar mid sagital plane (MSP)

tubuh berada pada pertengahan kaset.

(3) Posisikan krista iliaka pada pertengahan kaset.

(4) Respirasi : ekspirasi kemudian tahan nafas,

tujuannya adalah agar diafragma naik sehingga

rongga abdomen luas dan untuk mengurangi

pergerakan organ rongga abdomen sehingga

gambar tidak kabur (Long, 2016).

d) Kolimasi

Kolimasi selebar kaset 35 cm x 43 cm.

e) Central Ray

Vertikal tegak lurus kaset.


23

f) Central Point

2,5 cm - 5 cm diatas pertengahan kedua krista iliaka.

g) Kriteria radiograf

(1) Batas luar ginjal masuk pada kolimasi

(2) Tidak ada pergerakan

(3) Kandung kemih dan symphisis pubis masuk

kedalam kolimasi

(4) Vertebra berada pada pertengahan radiograf

(5) Tidak ada artefak yang ditimbulkan dari pakaian

pasien.

(a) (b)
Gambar 2.5 Posisi (a) dan hasil foto polos (b) (Bontrager, 2018).

2) Foto Nephrogram Post Kontras 1 menit

a) Tujuan

Tujuan dibuat nephrogram adalah untuk mengetahui

kondisi ginjal dan bila ada trauma pada parenkim

ginjal.
24

b) Posisi Pasien

Pasien supine diatas meja pemeriksaan.

c) Posisi Obyek

(1) Posisikan mid sagital plame tubuh pasien pada

pertengahan kaset atau IR.

(2) Pastikan tidak ada rotasi pada pinggang atau

pelvis.

(3) Letakan tangan disamping tubuh.

(4) Respirasi : ekspirasi kemudian tahan nafas.

d) Kolimasi

Selebar kaset 24 cm x 30 cm landscape.

e) Central Ray

Vertikal tegak lurus kaset.

f) Central Point

Pada mid sagital plane tubuh diantara processus

xiphoideus dengan krista iliaka.

g) Kriteria Radiograf

(1) Parenkim ginjal tampak sedikit terisi media

kontras
25

(2) Tidak ada pergerakan.

(3) Marker masuk dalam kolimasi.

(4)

(a) (b)
Gambar 2.6 posisi pasien (a) dan hasil foto nephrogram 1 menit (a)
(Bontrager, 2018).

3) Foto Proyeksi AP Post Kontras 5 menit

a) Tujuan

Tujuan dilakukan pemeriksaan ini antara lain :

(1) Melihat fungsi dari ginjal

(2) Untuk melihat pengisian media kontras pada

pelvicalyceal.

b) Posisi Pasien

Pasien supine diatas meja pemeriksaan.

c) Posisi Obyek

(1) Tangan pasien diletakkan disamping tubuh.

(2) Posisi pasien diatur agar mid sagital plane (MSP)

tubuh berada pada pertengahan kaset.

(3) Posisikan krista iliaka pada pertengahan kaset.

(4) Respirasi : ekspirasi kemudian tahan nafas.


26

d) Kolimasi

Kolimasi selebar kaset 35 cm x 43 cm.

e) Central Ray

Vertikal tegak lurus kaset.

f) Central Point

Pada pertengahan kedua krista iliaka.

g) Kriteria Radiograf

(1) Seluruh sistem urinaria tampak masuk kedalam

radiograf.

(2) Marker tertera pada hasil radiograf.

(3) Terlihat media kontras mengisi ginjal.

(4) Tidak ada rotasi, dapat dilihat dari posisi kedua

krista iliaka.

Gambar 2.7 Posisi pasien 5 menit (Bontrager, 2018)

Gambar 2.8 Hasil radiograf 5 menit (Long, 2016)


27

4) Foto Proyeksi AP Post Kontras 15 menit

a) Tujuan

Melihat pengisian media kontras di ureter serta

kandung kemih (vesika urinaria).

b) Posisi pasien

Pasien supine diatas meja pemeriksaan.

c) Posisi Obyek

(1) Tangan pasien diletakkan disamping tubuh.

(2) Posisi pasien diatur agar mid sagital plane (MSP)

tubuh berada pada pertengahan kaset.

(3) Posisikan krista iliaka pada pertengahan kaset.

(4) Respirasi : ekspirasi kemudian tahan nafas.

d) Kolimasi

Kolimasi selebar kaset 35 cm x 43 cm.

e) Central Ray

Vertikal tegak lurus kaset.

f) Central Point

Pada pertengahan kedua krista iliaka.

g) Kriteria Radiograf

(1) Seluruh sistem urinaria tampak masuk kedalam

radiograf.

(2) Marker tertera pada hasil radiograf

(3) Terlihat media kontras mengisi ureter.


28

(4) Tidak ada rotasi, dapat dilihat dari posisi kedua


krista iliaka

Gambar 2.9 posisi pasien 15 menit (Bontrager, 2018).


Keterangan :
1. Renal calyx
2. Renal pelvis
3. Ureter abdomen
4. Ureter Pelvis
5. Vesika urinaria

Gambar 2.10 hasil foto 15 menit (Long, 2016).


5) Foto Proyeksi AP Post Kontras 30 menit

a) Tujuan

Melihat apakah semua kontras sudah turun megalir

mengisi kandung kemih.

b) Posisi pasien

Pasien supine diatas meja pemeriksaan.

c) Posisi Obyek

(1) Tangan pasien diletakkan disamping tubuh.

(2) Posisi pasien diatur agar mid sagital plane (MSP)

tubuh berada pada pertengahan kaset.

(3) Posisikan krista iliaka pada pertengahan kaset.


29

(4) Respirasi : ekspirasi kemudian tahan nafas.

d) Kolimasi

Kolimasi selebar kaset 35cm x 43cm.

e) Central Ray

Vertikal tegak lurus kaset.

f) Central Point

Pada pertengahan kedua krista iliaka.

g) Kriteria Radiograf

(1) Seluruh sistem urinari tampak masuk kedalam

radiograf.

(2) Marker tertera pada hasil radiograf.

(3) Terlihat media kontras mengisi kandung kemih.

(4) Tidak ada rotasi, dapat dilihat dari posisi kedua

krista iliaka.

Gambar 2.11 posisi pasien 30 menit (Bontrager, 2018).

Gambar 2.12 hasil foto 30 menit (Frank, 2012).


30

6) Foto Proyeksi AP Oblique RPO/LPO

a) Tujuan

Untuk dapat memperlihatkan sisi ginjal yang lain,

yang kadang tidak dapat diperlihatkan dengan posisi

AP

b) Posisi Pasien

Pasien diatur dengan posisi AP pada meja

pemeriksaan.

c) Posisi Obyek

(1) Miringkan pasien ±300 kearah ginjal yang akan

diperiksa.

(2) Letakkan kedua tangan pasien dikepala sebagai

bantalan.

(3) Atur pertengahan kaset setinggi krista iliaka.

(4) Respirasi : Ekspirasi kemudian tahan nafas.

d) Kolimasi

Kolimasi seluas kaset 35 cm x 43 cm

e) Central Ray

Vertikal tegak lurus kaset.

f) Central Point

Pada pertegahan kaset setinggi krista iliaka, arahkan

5 cm dari sisi lateral menuju medial tubuh.


31

g) Kriteria Radiograf

(1) Tampak vesika urianria terisi penuh oleh media

kontras.

(2) Tidak superposisi pada kedua ginjal.

(3) Marker waktu tampak pada radiograf.

(a)

(b)

Gambar 2.13 Posisi RPO (a) dan LPO (b) (Bontrager, 2018)

(a) (b)
Gambar 2.14 Hasil LPO (a) dan RPO (b) (Long, 2016)

7) Foto Proyeksi Lateral

a) Tujuan

Tujuan dari proyeksi lateral adalah untuk melihat

ginjal, ureter, dan vesika urinaria terisi dengan media

kontras. Proyeksi lateral digunakan untuk


32

menunjukkan kondisi seperti rotasi atau perpindahan

tekanan ginjal dan area pengapuran yang terlokalisasi

dan massa tumor.

b) Posisi Pasien

Pasien diposisikan lateral / miring recumbent ke kiri

atau ke kanan.

c) Posisi Obyek

(1) Atur Mid Coronal Plane (MCP) pasien pada

pertengahan kaset.

(2) Atur kaki pasien agar membentuk posisi flexi.

(3) Berikan ganjalan pada lutut agar pasien nyaman.

(4) Atur tangan pasien dikepala sebagai bantalan.

(5) Respirasi : Ekspirasi kemudian tahan nafas.

d) Kolimasi

Kolimasi seluas kaset 35 cm x 43 cm.

e) Central Ray

Vertikal tegak lurus kaset.

f) Central Point

Pada pertengahan kaset mid coronal plane setinggi

krista iliaka.

g) Kriteria Radiograf

(1) Tidak ada rotasi, dilihat dari posisi pelvis dan

vertebra.
33

(2) Marker tampak pada radiograf.

(3) Seluruh sistem urinaria masuk kedalam

radiograf.

(4) tampak kontras mengisi sistem urinaria.

(a) (b)
Gambar 2.15 Posisi (a) dan hasil radiograf lateral (b) (Long, 2016)

8) Foto Post-miksi

a) Tujuan

(1) Untuk melihat residu media kontras pada

kandung kemih.

(2) Melihat adanya kelainan pada sistem urinaria

seperti ren mobile dan pembesaran kelenjar

prostat.

b) Posisi Pasien

Pasien berdiri didepan bucky stand dengan tubuh

bagian depan menghadap kearah kolimator.

c) Posisi Objek

(1) Atur MSP tubuh pada pertengahan kaset.


34

(2) Letakkan kedua tangan disamping tubuh.

(3) Pastikan symphysis pubis masuk dalam area

kaset.

(4) Respirasi : Ekspirasi kemudian tahan nafas.

d) Kolimasi

Kolimasi seluas kaset 35 cm x 43 cm.

e) Central Ray

Horizontal tegak lurus kaset

f) Central Point

Pada pertengahan kedua krista iliaka.

g) Kriteria Radiograf

(1) Mencangkup seluruh sistem urinaria.

(2) Tidak ada rotasi.

(3) Marker masuk kedalam hasil radiograf.

(4) Tampak sisa residu media kontras pada kandung

kemih.

Gambar 2.16 Posisi pasien (a) dan Hasil radiograf post-


miksi (b) (Long, 2016).
35

Bila terlihat delay media kontras belum mengisi vesica urinaria

dengan adanya calculus, dan media kontras terlihat lambat melewati

ureter waktu pemeriksaan dapat dilakukan foto 60 menit kemudian

dilanjutkan dengan foto 120 menit, dan terakhir dilakukan foto post-

miksi dengan posisi AP erect (Bontrager, 2018).

B. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana persiapan pemeriksaan untuk pasien sebelum

pemeriksaan radiografi Intra Venous Urography (IVU) dengan

klinis hydronephrosis di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Bhayangkara Kediri?

2. Kenapa lebih memilih injeksi kontras dengan metode langsung?

3. Bagaimana prosedur injeksi kontras kepada pasien sebelum

dilakukan foto polos untuk pemeriksaan radiografi Intra Venous

Urography (IVU) di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Bhayangkara

Kediri?

4. Bagaimana penggunaan dosis media kontras pada pasien

pemeriksaan IVU di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Bhayangkara

Kediri?

5. Media kontras apa yang digunakan untuk Pemeriksaan IVU di

Instalasi Radiologi Rumah Sakit Bhayangkara Kediri?

6. Bagaimana persiapan alat yang dilakukan sebelum pemeriksaan

radiografi Intra Venous Urography (IVU) dilakukan di Instalasi

Radiologi Rumah Sakit Bhayangkara Kediri?


36

7. Bagaimana pelaksaan pemeriksaan radiografi Intra Venous

Urography (IVU) yang dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah

Sakit Bhayangkara Kediri pada pasien dengan klinis

hydronephrosis?

8. Mengapa hanya dilakukan pengambilan proyeksi AP saja pada

pemeriksaan radiografi Intra Venous Urography di Instalasi

Radiologi Rumah Sakit Bhayangkara Kediri?

9. Sebab apa pengambilan foto post-miksi di Instalasi Rumah Sakit

Bhayangkara Kediri dilakukan dengan posisi AP supine?

Anda mungkin juga menyukai