Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


PADA PENYAKIT HIDRONEFROSIS

Disusun :

Bagus Aditya Purnawandika


NIM. 1921003

PROGRAM STUDI DIII-KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN HIDRONEFROSIS

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. PENGERTIAN

Hidronefrosis merupakan pembengkakan ginjal akibat adanya sumbatan pada saluran


kemih. Dalam keadaan normal tekanan aliran urine sangat rendah menuju ke ginjal.
Jika terjadi penyumbatan pada saluran urine artinya urine akan mengalir kembali
ketabung tabung kecil yang berada di ginjal kemudian jika terus menerus tidak
dilakukan tindakan medis akan terjadi pembengkakan ginjal (Febrianto & Ismonah,
2015). Hidronefrosis berada dikaliks ginjal pembentukannya dimulai dari tubuli ginjal
kemudian infudibulum, lalu ke pelvis ginjal dan mengisi seluruh kaliks ginjal, aliran
urine yang tersumbat di kaliks ginjal mengakibatkan urine tidak mengalir dengan
normal kemudian mengakibatkan obstruksi pada saluran kemih (Purnomo, 2011).

Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal dan kalises,
sedangkan hidroureter dianalogikan sebagai pelebaran ureter. Adanya hidronefrosis
atau hidroureter harus dianggap sebagai respon fisiologis terhadap gangguan aliran
urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh proses obstruktif, tetapi dalam
beberapa kasus seperti megaureter sekunder untuk refluks pralahir, sistem
pengumpulan mungkin membesar karena tidak adanya obstruksi (Muttaqin & Sari,
2012).

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Anatomi dan Fisiologi Sisfem Perkemihan Sistem perkemihan merupakan suatu


sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat
yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih) (Speakman, 2008).

Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b)
dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu
vesika urinaria tempat urin dikumpulkan, dan d) satu uretra urin dikeluarkan dari
vesika urinaria (Panahi, 2010).

1. Ginjal (Ren)

Ginjal terletak pada dinding posterior di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra
torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal
kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dextra yang
besar.

2. Fungsi ginjal

Fungsi ginjal adalah memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis
atau racun, mempertahankan suasana keseimbangan cairan, mempertahankan
keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
3.Fascia renalis
Fascia renalis terdiri dari:
a) fascia (fascia renalis),
b) jaringan lemak perirenal, dan
c) kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat pada
permukaan luar ginjal.

4. Stuktur ginjal

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat
korteks renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, medulla renalis di bagian
dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan korteks. Bagian medulla
berbentuk kerucut yang disebut piramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap
kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil yang disebut papilla renalis (Panahi,
2010). Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong
yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices
renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices
renalis minores. Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri
dari: glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius .

5. Proses pembentukan urin

Tahap pembentukan urin


a. Proses filtrasi, di glomerulus. Terjadi penyerapan darah yang tersaring adalah
bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat, dll,
diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang disaring disebut filtrat glomerulus.
b. Proses reabsorbsi Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glukosa, sodium, klorida fosfat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara
pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. Sedangkan pada tubulus distal terjadi
kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan
terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
c. Proses sekresi Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan
ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar (Rodrigues, 2008).

 6. Ginjal Perdarahan

Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteri
renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteri
interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis yang berada di
tepi ginjal bercabang manjadi arteriole aferen glomerulus yang masuk ke gromerulus.
Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus disebut arteriole eferen gromerulus
yang kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior (Barry, 201l).

7. Persarafan ginjal.

Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini berfungsi
untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan
bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal (Barry, 2011).
8. Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria.
Panjangnya ±25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada
rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis. Lapisan dinding ureter
menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam
kandung kemih. Lapisan dinding ureter terdiri dari:

a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)


b. Lapisan tengah lapisan otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

9. Vesika urinaria (kandung kemih)

Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir
(kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria
dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.

10. Ureter

Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm,
terdiri dari: a. Uretra pars prostatika b. Uretra pars membranosa c. Uretra pars
spongiosa. Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm. sphincter uretra
terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya
sebagai saluran ekskresi (Panahi, 2010).

11. Urin

Sifat fisis air kemih, terdiri dari:


a. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ±1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan
dan faktor lainnya.
b. Warna bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
c. Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet, obat-obatan dan sebagainya.
d. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
e. Berat jenis 1,015-1,020.
f. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung daripada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein member reaksi asam).

Komposisi air kemih, terdiri dari:


a. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
b. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan
kreatinin.
c. Elektrolit natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat.
d. Pigmen (bilirubin dan urobilin).
e. Toksin.
f. Hormon (Velho, 2013).

12. Mikturisi

Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin.
Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
a. Kandung kemih terisi secara progesif hingga tegangan pada dindingnya meningkat
melampaui nilai ambang batas, keadaan ini akan mencetuskan tahap ke-2.
b. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung
kemih. Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang). Sebagian
besar pengosongan diluar kendali tetapi pengontrolan dapat dipelajari “latih”.
Sistem saraf simpatis : impuls menghambat vesika urinaria dan gerak spinchter
interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf
parasimpatis : impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter
relaksasi terjadi mikturisi (Roehrborn, 2009).

13. Ciri-ciri urin normal.

a. Rata-rata dalam satu hari l-2 liter tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan
yang masuk.
b. Warnanya bening tanpa ada endapan.
c. Baunya tajam.
d. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6 (Velho, 2013
3. ETIOLOGI

Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan


ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis) yaitu :
a. Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis
terlalu tinggi
b. Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah;
c. Batu di dalam pelvis renalis;
d. Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang
letaknya abnormal, dan tumor.
Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan dibawah sambungan
ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari kandung kemih:
a. Batu di dalam ureter;
b. Tumor di dalam atau di dekat ureter;
c. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran
atau pembedahan;
d. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter;
e. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat
pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid);
f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih);
g. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul
lainnya;
h. Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra
akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker;
i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera;
j. Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi
kontraksi ureter.
Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan karena pembesaran rahim menekan
ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan ini karena mengurangi kontraksi
ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Hidronefrosis akan
berakhir bila kehamilan berakhir, meskipun sesudahnya pelvis renalis dan ureter mungkin
tetap agak melebar. Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi
kontraksi otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih.
Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding
ureter sehingga terjadi kerusakan yang menetap.

Terdapat beberapa penyebab dari hidronefrosis, di antaranya:

 Obstruksi, yaitu hambatan aliran keluar urine. Obstruksi dapat disebabkan oleh
penyebab di dalam saluran kemih (intraluminal, misalnya katup kongenital pada ureter
posterior, batu, tumor pelvis renalis, ureter, vasica urinaria dan uretra), struktur ureter
atau uretra, penekanan dari luar sistem saluran kemih (misalnya karena tumor sekitar
saluran kemih).
 Kelainan neuromuskuler. Misalnya akibat spina bifida, paraplegi, tabes dorsalis,
sklerosis multipel.
 Kehamilan. Pada kehamilan dapat terjadi pelebaran fisiologis pada ureter dan pelvis.
Namun, kelainan ini dapat kembali setelah proses persalinan berlangsung.

4. TANDA DAN GEJALA

Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksiakut dapat
menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadiinfeksi maja disuria,
menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akanterjadi. Hematuri dan piuria mungkin
juga ada. Jika kedua ginjal kenamaka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul,
seperti:
e. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium);
f. Gagal jantung kongestif;
g. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi);
h. Pruritis (gatal kulit);
i. Butiran uremik (kristal urea pada kulit);
j. Anoreksia, mual, muntah, cegukan;
k. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang;
l. Amenore, atrofi testikuler.(Smeltzer dan Bare, 2002).
5. PATOFISIOLOGI

Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga
tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih,

tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah
satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.

Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di
piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan
oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau
inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat
dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang
menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah
obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis
juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus.

Adanya akumulasi urin di piala ginjal akan menyebabkan distensi piala dan
kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang
mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara
bertahap (hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu (Smeltzer dan
Bare, 2002).
PATHWAY

Tumor/neoplasma di sekitar ureter atau uretra


Pembesaran pada uterus
Proses Infeksi pada pada saat kehamilan
infeksi uretra

Kompresi pada saluran kemih


Metabolisme peradangan Kompresi pada ureter/uretra
meningkat
Terbentuknya jaringan parut

Panas/demam

HIPERTERMI
Urine
Obstruksi yang keluar
sebagian sedikit
atau total karena ada penyempitan ureter/uretra
aliran
GANGGUAN POLA ELIMINASI URIN
Obstruksi akut

Kolik renalis/nyeri
pinggang Urine
mengalir balik Kegagalan ginjal
lambung
untuk membuang
NYERI AKUT/NYERI
limbah metabolik
KRONIS
hidroureter
Ureum
bertemu
Peningkatan
Urine reflak ke dengan
ureum dalam
pelvis ginjal HCL
darah

Penekanan Mual
Bersifat
pada medulla muntah
racun dalam
ginjal/pada sel
tubuh
sel ginjal
GANGGUAN
System NUTRISI
Gangguan pencernaan KURANG DARI
fungsi ginjal KEBUTUHAN
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebagian besar pasien dengan kasus Hidronefrosis memerlukan pemeriksaan
penunjang lebih lanjut, seperti pemeriksaan urin, pemeriksaan darah lengkap ,
usg,ivp atau ct scan.

a. Pemeriksaan Laboratorium Urinalisis


Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik dapat menunjukkan
adanya batu atau tumor.

b. Pemeriksaan Darah Lengkap


Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan infeksi akut.
Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat mengakibatkan
peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu, hiperkalemia dapat menjadi
kondisi yang mengancam kehidupan.

c. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis seperti foto abdomen tidak diindikasikan pada
gastroenteritis akut. Apabila klinisi mencurigai adanya diagnosis lain dapat
dilakukan pemeriksaan CT Scan. CT scan dapat dilakukan pada kasus dimana
nyeri abdomen sangat berat, dan dicurigai adanya perforasi, obstruksi usus,
ataupun megakolon toksik (Hirschsprung disease toksik)
Diagnosis hidronefrosis ditentukan dengan melakukan wawancara medis dan
pemeriksaan fisik. Pada wawancara medis, pasien dapat mengeluhkan adanya
nyeri pinggang, nyeri saat berkemih, dan demam. Jika terdapat batu, pasien
dapat merasakan nyeri saat pinggang belakang diketuk.

Pemeriksaan radiologi yang paling sering dilakukan untuk mendiagnosis


hidronefrosis adalah pemeriksaan Ultrasonography (USG). Pemeriksaan CT
scan dan MRI juga dapat dilakukan untuk melihat struktur ginjal secara lebih
detail.

Berdasarkan tampilan radiologi dari ginjal, terdapat empat derajat


hidronefrosis, yaitu:
1. Hidronefrosis derajat 1. Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kaliks
mengalami penumpulan (blunting).
2. Hidronefrosis derajat 2. Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks
mendatar (flattening).
3. Hidronefrosis derajat 3. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks
minor. Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks menonjol (clubbing).
4. Hidronefrosis derajat 4. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks
minor. Serta adanya penipisan korteks, dengan gambaran ballooning atau
menggembung.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu :


1. Adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama
jika ginjal sangat membesar.
2. USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih
3. Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal
4. Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara langsung
5. Laboratorium
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea  karena ginjal tidak
mampu membuang limbah metabolik.

7. PENATALAKSANAAN

Metode penanganan hidronefrosis akan disesuaikan dengan penyebab dan


tingkat keparahannya. Pada hidronefrosis ringan dan sedang, penanganannya
terkadang cukup dengan pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi saluran
kemih.
Beberapa metode pengobatan untuk hidronefrosis adalah:

 Kateterisasi
Jika pembengkakan ginjal terjadi akibat penyumbatan ureter, dokter dapat
memasang kateter untuk mengalirkan urine ke kandung kemih. Bisa juga dengan
memasang saluran nefrostomi untuk mengalirkan urine dari ginjal langsung ke
luar tubuh.
 Obat-obatan
Dokter dapat memberikan obat antibiotik dan obat pereda nyeri untuk mengatasi
nyeri akibat infeksi saluran kemih (ISK).
 Operasi
Operasi dilakukan untuk mengatasi hidronefrosis yang disebabkan oleh batu
ginjal atau pembesaran prostat. Prosedur ini juga dilakukan jika saluran urine
terhambat oleh jaringan parut atau bekuan darah.

Pada hidronefrosis yang disebabkan oleh kanker, dokter dapat melakukan


operasi yang dikombinasikan dengan kemoterapi atau radioterapi.

Penanganan pada ibu hamil


Pada ibu hamil, hidronefrosis umumnya tidak memerlukan perawatan khusus,
karena akan membaik dalam beberapa minggu setelah persalinan.

Penanganan pada janin dan bayi


Janin yang didiagnosis menderita hidronefrosis dalam kandungan umumnya
tidak memerlukan perawatan tertentu. Hal ini karena hidronefrosis dapat
membaik sebelum janin lahir, atau sembuh dengan sendirinya dalam beberapa
bulan setelah lahir.
Meski demikian, pemindaian tetap perlu dilakukan selama beberapa minggu
setelah melahirkan untuk mencegah komplikasi. Jika hidronefrosis tidak
membaik dengan sendirinya, dokter akan memberikan antibiotik atau
menjalankan prosedur operasi bila diperlukan.
Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari
hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan
melindungifungsi ginjal.Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan
melalui tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani dengan
agen anti mikrobial karena sisa urin dalam kaliks akan menyebabkan infeksi dan
pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan mengangkat lesi obstrukstif
(batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu fungsi ginjal rusak parah dan
hancur maka nefrektomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan (Smeltzer dan
Bare, 2002)
Pengobatan
a. Hidronefrosis akut
1. Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat,
maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan
(biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit)
2. Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu,
maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu
b. hidronefrosis kronik
1. Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air
kemih
2. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui
pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali
3. Dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan
fibrosa. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka
dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan
menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda
4. Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
a. terapi hormonal untuk kanker prostat
b. pembedahan
c. pelebaran uretra dengan dilator

8. KOMPLIKASI
Jika hidronefrosis tetap tidak diobati, peningkatan tekanan di dalam ginjal
bisa menurunkan kemampuan ginjal untuk menyaring darah, mengeluarkan
produk sampah, dan membuat urin serta mengatur elektrolit dalam tubuh.
Hidronefrosis bisa menyebabkan infeksi ginjal (pyelonephrosis) gagal ginjal,
sepsis, dan dalam beberapa kasus, ginjal kehilangan fungsi atau kematian.
Fungsi ginjal akan mulai menurun segera dengan timbulnya hidronefrosis tetapi
reversibel jika tidak menyelesaikan pembengkakan. Biasanya ginjal sembuh
dengan baik bahkan jika ada halangan berlangsung hingga 6 minggu.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
 Biodata/Identitas
Biodata pasien mencakup nama, umur, jenis kelamin. Biodata orang tua perlu
dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
 Riwayat Keperawatan
 Awal kejadian: Awalnya bagaimana suhu pasien meningkat atau tidak.
 Keluhan utama : Nyeri di punggung dan panggul, yang dirasa menjalar ke perut bagian
bawah atau selangkangan. Juga merasakan Nyeri saat buang air kecil (disuria).

 Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
- Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial): berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
- Gerakan motorik halus: berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang
cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.
- Gerakan motorik kasar: berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Bahasa: kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
 Riwayat sosial
- Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji
siapakah yang mengasuh anak?
- Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya?
 Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana?
Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
 Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
- Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang
kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan
medis?
- Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan
kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang
sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.
 Pola nutrisi
- Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana
kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak?
- Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak? Bagaimana selera makan
anak? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari?
 Pola Eliminasi
- BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis
ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah? Serta
ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing.
- BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak? Bagaimana
konsistensinya lunak, keras, cair atau berlendir?
 Pola aktivitas dan latihan
- Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya ?
Berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam? Aktivitas apa yang
disukai?

 Pola tidur/istirahat
- Berapa jam sehari tidur? Berangkat tidur jam berapa? Bangun tidur jam
berapa? Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang?

2. Pemeriksaan Fisik Keperawatan


a. Keadaan umum: Anak tampak lemah.
b. Sistem pernafasan
Pernafasan lebih cepat dan dalam (kusmaul) karena asidosis metabolik. Keadaan
ini terjadi pada pasien yang mengalami diare berat dan mengalami gangguan
biokimiawi akibat menurunnya ion HCO3- dan H+.
c. Sistem kardiovaskuler
Nadi cepat > 160 x/mnt dan lemah, TD menurun < 90 mmHg, muka pucat, akral
dingin dan kadang sianosis (waspada syok).
d. Sistem neurologi
Penurunan kesadaran bila sudah terjadi dehidrasi berat, kejang karena terjadi
penumpukan natrium dalam serum.
e. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, warna urine kuning keruh, konsistensi pekat (jika terjadi
syok hipovolemik).
f. Sistem pencernaan
Mual muntah, diare >3x sehari encer mungkin bercampur lendir /darah, bising
usus meningkat, distensi abdomen, nyeri perut, perut teraba keras (kram
abdomen).
g. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, selaput mukosa dan bibir kering, kulit didaerah perianal
merah, lecet.
h. Sistem musculoskeletal
Kelemahan pada ekstremitas.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan obstruksi akut
2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan penyempitan ureter/uretra
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
3. Intervensi keperawatan
Nursing Care Plan
Nursing
Diagnosis
No. Nursing Outcomes Interventions
Kperawatan Rasional
Classification (NOC) Classification
(NIC)
1. Gangguan rasa  Bowel elimination 1. Bina hubungan saling
nyaman  Fliud balance percaya
berhubungan
dengan  Hydration 1. Mengenal klien dan
obstruksi akut  Electrolyte and acid mempermudah untuk
Memberikan
intervensi
selanjutnya

base balance 2.Kaji lokasi, 2. Mengetahui skala


Kriteria hasil : lamanya, dan kualitas nyeri
 Feses berbentuk intensitas dan
 Menjaga rectal dari tingkat skala nyeri
iritasi
 Tidak mengalami 3.Atur posisi 3. Posisi yang
diare yang nyaman nyaman akan
 Mempertahankan bagi klien membantu
turgor kulit
4.Evaluasi intake 4. memberikan
makanan masuk kesempatan pada otot
untuk

5.Observasi turgor
5.
kulit secara rutin Memberikan
informasi tentang
6.Ukur BB tiap hari keseimbangan cairan
serta merupakan
7.Atur tetesan infus pedoman dalam
sesuai indikasi penggantian cairan.
8.Kolaborasi : 6. Mengetahui
Berikan obat sesuai adanya kehilangan
indikasi cairan berlebihan.
7. Indikator
cairan dan status
nutrisi.
8. Mempertaha
nkan penggantian
cairan
9. Menurunkan
kehilangan cairan dari
usus.
2. Defisit volume  Fluid balance 1. Pertahankan intake 1. Memberikan
cairan  Hydration dan output cairan informasi tentang
berhubungan  Ntritional keseimbangan cairan
dengan status :food and fluid serta merupakan
kehilangan intake pedoman dalam
cairan secara Kriteria hasil : penggantian cairan.
aktif  Mempertahankan 2. Monitor tanda- 2. Bradikardi, demam
Daftar Pustaka
Ngastiyah. 1995. Perawatan Anak Sakit. Jakarta. EGC
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta. Salemba Medika
Wong, Donna.L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai