Disusun :
Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal dan kalises,
sedangkan hidroureter dianalogikan sebagai pelebaran ureter. Adanya hidronefrosis
atau hidroureter harus dianggap sebagai respon fisiologis terhadap gangguan aliran
urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh proses obstruktif, tetapi dalam
beberapa kasus seperti megaureter sekunder untuk refluks pralahir, sistem
pengumpulan mungkin membesar karena tidak adanya obstruksi (Muttaqin & Sari,
2012).
Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b)
dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu
vesika urinaria tempat urin dikumpulkan, dan d) satu uretra urin dikeluarkan dari
vesika urinaria (Panahi, 2010).
1. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra
torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal
kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dextra yang
besar.
2. Fungsi ginjal
Fungsi ginjal adalah memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis
atau racun, mempertahankan suasana keseimbangan cairan, mempertahankan
keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
3.Fascia renalis
Fascia renalis terdiri dari:
a) fascia (fascia renalis),
b) jaringan lemak perirenal, dan
c) kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat pada
permukaan luar ginjal.
4. Stuktur ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat
korteks renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, medulla renalis di bagian
dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan korteks. Bagian medulla
berbentuk kerucut yang disebut piramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap
kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil yang disebut papilla renalis (Panahi,
2010). Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong
yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices
renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices
renalis minores. Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri
dari: glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius .
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteri
renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteri
interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis yang berada di
tepi ginjal bercabang manjadi arteriole aferen glomerulus yang masuk ke gromerulus.
Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus disebut arteriole eferen gromerulus
yang kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior (Barry, 201l).
7. Persarafan ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini berfungsi
untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan
bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal (Barry, 2011).
8. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria.
Panjangnya ±25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada
rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis. Lapisan dinding ureter
menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam
kandung kemih. Lapisan dinding ureter terdiri dari:
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir
(kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria
dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.
10. Ureter
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm,
terdiri dari: a. Uretra pars prostatika b. Uretra pars membranosa c. Uretra pars
spongiosa. Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm. sphincter uretra
terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya
sebagai saluran ekskresi (Panahi, 2010).
11. Urin
12. Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin.
Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
a. Kandung kemih terisi secara progesif hingga tegangan pada dindingnya meningkat
melampaui nilai ambang batas, keadaan ini akan mencetuskan tahap ke-2.
b. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung
kemih. Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang). Sebagian
besar pengosongan diluar kendali tetapi pengontrolan dapat dipelajari “latih”.
Sistem saraf simpatis : impuls menghambat vesika urinaria dan gerak spinchter
interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf
parasimpatis : impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter
relaksasi terjadi mikturisi (Roehrborn, 2009).
a. Rata-rata dalam satu hari l-2 liter tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan
yang masuk.
b. Warnanya bening tanpa ada endapan.
c. Baunya tajam.
d. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6 (Velho, 2013
3. ETIOLOGI
Obstruksi, yaitu hambatan aliran keluar urine. Obstruksi dapat disebabkan oleh
penyebab di dalam saluran kemih (intraluminal, misalnya katup kongenital pada ureter
posterior, batu, tumor pelvis renalis, ureter, vasica urinaria dan uretra), struktur ureter
atau uretra, penekanan dari luar sistem saluran kemih (misalnya karena tumor sekitar
saluran kemih).
Kelainan neuromuskuler. Misalnya akibat spina bifida, paraplegi, tabes dorsalis,
sklerosis multipel.
Kehamilan. Pada kehamilan dapat terjadi pelebaran fisiologis pada ureter dan pelvis.
Namun, kelainan ini dapat kembali setelah proses persalinan berlangsung.
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksiakut dapat
menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadiinfeksi maja disuria,
menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akanterjadi. Hematuri dan piuria mungkin
juga ada. Jika kedua ginjal kenamaka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul,
seperti:
e. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium);
f. Gagal jantung kongestif;
g. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi);
h. Pruritis (gatal kulit);
i. Butiran uremik (kristal urea pada kulit);
j. Anoreksia, mual, muntah, cegukan;
k. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang;
l. Amenore, atrofi testikuler.(Smeltzer dan Bare, 2002).
5. PATOFISIOLOGI
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga
tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih,
tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah
satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di
piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan
oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau
inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat
dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang
menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah
obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis
juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus.
Adanya akumulasi urin di piala ginjal akan menyebabkan distensi piala dan
kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang
mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara
bertahap (hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu (Smeltzer dan
Bare, 2002).
PATHWAY
Panas/demam
HIPERTERMI
Urine
Obstruksi yang keluar
sebagian sedikit
atau total karena ada penyempitan ureter/uretra
aliran
GANGGUAN POLA ELIMINASI URIN
Obstruksi akut
Kolik renalis/nyeri
pinggang Urine
mengalir balik Kegagalan ginjal
lambung
untuk membuang
NYERI AKUT/NYERI
limbah metabolik
KRONIS
hidroureter
Ureum
bertemu
Peningkatan
Urine reflak ke dengan
ureum dalam
pelvis ginjal HCL
darah
Penekanan Mual
Bersifat
pada medulla muntah
racun dalam
ginjal/pada sel
tubuh
sel ginjal
GANGGUAN
System NUTRISI
Gangguan pencernaan KURANG DARI
fungsi ginjal KEBUTUHAN
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebagian besar pasien dengan kasus Hidronefrosis memerlukan pemeriksaan
penunjang lebih lanjut, seperti pemeriksaan urin, pemeriksaan darah lengkap ,
usg,ivp atau ct scan.
c. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis seperti foto abdomen tidak diindikasikan pada
gastroenteritis akut. Apabila klinisi mencurigai adanya diagnosis lain dapat
dilakukan pemeriksaan CT Scan. CT scan dapat dilakukan pada kasus dimana
nyeri abdomen sangat berat, dan dicurigai adanya perforasi, obstruksi usus,
ataupun megakolon toksik (Hirschsprung disease toksik)
Diagnosis hidronefrosis ditentukan dengan melakukan wawancara medis dan
pemeriksaan fisik. Pada wawancara medis, pasien dapat mengeluhkan adanya
nyeri pinggang, nyeri saat berkemih, dan demam. Jika terdapat batu, pasien
dapat merasakan nyeri saat pinggang belakang diketuk.
7. PENATALAKSANAAN
Kateterisasi
Jika pembengkakan ginjal terjadi akibat penyumbatan ureter, dokter dapat
memasang kateter untuk mengalirkan urine ke kandung kemih. Bisa juga dengan
memasang saluran nefrostomi untuk mengalirkan urine dari ginjal langsung ke
luar tubuh.
Obat-obatan
Dokter dapat memberikan obat antibiotik dan obat pereda nyeri untuk mengatasi
nyeri akibat infeksi saluran kemih (ISK).
Operasi
Operasi dilakukan untuk mengatasi hidronefrosis yang disebabkan oleh batu
ginjal atau pembesaran prostat. Prosedur ini juga dilakukan jika saluran urine
terhambat oleh jaringan parut atau bekuan darah.
8. KOMPLIKASI
Jika hidronefrosis tetap tidak diobati, peningkatan tekanan di dalam ginjal
bisa menurunkan kemampuan ginjal untuk menyaring darah, mengeluarkan
produk sampah, dan membuat urin serta mengatur elektrolit dalam tubuh.
Hidronefrosis bisa menyebabkan infeksi ginjal (pyelonephrosis) gagal ginjal,
sepsis, dan dalam beberapa kasus, ginjal kehilangan fungsi atau kematian.
Fungsi ginjal akan mulai menurun segera dengan timbulnya hidronefrosis tetapi
reversibel jika tidak menyelesaikan pembengkakan. Biasanya ginjal sembuh
dengan baik bahkan jika ada halangan berlangsung hingga 6 minggu.
Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
- Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial): berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
- Gerakan motorik halus: berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang
cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.
- Gerakan motorik kasar: berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Bahasa: kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
Riwayat sosial
- Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji
siapakah yang mengasuh anak?
- Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya?
Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana?
Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
- Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang
kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan
medis?
- Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan
kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang
sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.
Pola nutrisi
- Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana
kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak?
- Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak? Bagaimana selera makan
anak? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari?
Pola Eliminasi
- BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis
ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah? Serta
ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing.
- BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak? Bagaimana
konsistensinya lunak, keras, cair atau berlendir?
Pola aktivitas dan latihan
- Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya ?
Berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam? Aktivitas apa yang
disukai?
Pola tidur/istirahat
- Berapa jam sehari tidur? Berangkat tidur jam berapa? Bangun tidur jam
berapa? Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang?
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan obstruksi akut
2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan penyempitan ureter/uretra
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
3. Intervensi keperawatan
Nursing Care Plan
Nursing
Diagnosis
No. Nursing Outcomes Interventions
Kperawatan Rasional
Classification (NOC) Classification
(NIC)
1. Gangguan rasa Bowel elimination 1. Bina hubungan saling
nyaman Fliud balance percaya
berhubungan
dengan Hydration 1. Mengenal klien dan
obstruksi akut Electrolyte and acid mempermudah untuk
Memberikan
intervensi
selanjutnya
5.Observasi turgor
5.
kulit secara rutin Memberikan
informasi tentang
6.Ukur BB tiap hari keseimbangan cairan
serta merupakan
7.Atur tetesan infus pedoman dalam
sesuai indikasi penggantian cairan.
8.Kolaborasi : 6. Mengetahui
Berikan obat sesuai adanya kehilangan
indikasi cairan berlebihan.
7. Indikator
cairan dan status
nutrisi.
8. Mempertaha
nkan penggantian
cairan
9. Menurunkan
kehilangan cairan dari
usus.
2. Defisit volume Fluid balance 1. Pertahankan intake 1. Memberikan
cairan Hydration dan output cairan informasi tentang
berhubungan Ntritional keseimbangan cairan
dengan status :food and fluid serta merupakan
kehilangan intake pedoman dalam
cairan secara Kriteria hasil : penggantian cairan.
aktif Mempertahankan 2. Monitor tanda- 2. Bradikardi, demam
Daftar Pustaka
Ngastiyah. 1995. Perawatan Anak Sakit. Jakarta. EGC
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta. Salemba Medika
Wong, Donna.L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak, EGC, Jakarta