OLEH
NAMA :
NIM :
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa urin atau bowel
(feses). Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil)
dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar). Pengeluaran urine melibatkan 2 proses yang
berbeda yaitu pengisian dan penyimpanan urine dan pengosongan kandung kemih. Secara
normal prosesnya timbul akibat dari kontraksi yang simultan dari otot detrusor dan relaksasi
saluran kemih. Ada pun system saraf parasimpatis yang mepunyai neurotransmitter utama yaitu
asetilkholin, suatu agen koligernik yang mempengaruhi proses pengeluaran urine. Pada
eliminasi bowel maka pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma
yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada
dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus.
1) Eliminasi Urine
Mikturisi atau berkemih atau urine adalah proses pengosongan kandung kemih.
Efektifnya fungsi eliminasi tergantung dari fungsi organ saluran perkemihan yaitu :
a. Ginjal
Ginjal merupakan organ terpenting dalam proses eliminasi urine dan dalam menjaga
keseimbangan cairan tubuh. Darah dari aorta masuk kedalam ginjal melalui arteri renalis
sebanyak 1200 ml/menit atau 21% dari kardiak output. Darah kemudian difiltrasi oleh
glomerulus, kemudian diserap lagi kealiran darah melalui vena renalis diteruskan ke vena
kava inferior (99%) dan 1% dibentuk menjadi urine yang akan dikeluarkan oleh tubuh.
Ginjal terletak pada retriperitoneal/ posterior abdomen, antara T 12 dan limbal 1 dan 2,
ginjal kanan terletak lebih rendah dari pada ginjal kiri karena tertekan oleh hati. Ginjal
berwarna ungu dengan berat 120-170 gram/ 160-175 gram.
b. Ureter
Mengalirkan urine dari ginjal ke vesika urinaria dan terdiri dari 2 saluran. Panjang ureter
25-30 cm dengan diameter 1,25 cm.
c. Vesika urinaria/ bladder
Berfungsi untuk menampung urin sebelum dikeluarkan oleh uretra. Bladder ini
mempunyai daya tampung sebanyak 250-450 ml urin pada orang dewasa dan 50-200 ml
urin pada anak-anak. Terdapat tiga muara yaitu 2 muara dari ureter dan 1 muara pada
uretra. Dinding bladder terdiri dari 4 lapisan, yaitu: lapisan mukosa dalam, lapisan
submukosa, lapisan otot yang lunak yang terdiri dari 3 lapisan (memanjang, oblig, dan
sirkular) dan lapisan luar. lapisan otot yang lunak ini disebut dengan otot destructor.
d. Uretra
Panjang uretra laki-laki dewasa : 20 cm/ 17-22,5 cm, wanita 3,7 cm/ 2,5-3.5 cm. Pada
uretra terdapat 2 spingter yaitu internal yang terdapat pada dasar bladder (bersifat
involuntary) dan spingter eksternal (bersifat voluntary), uretra terlapisi oleh lapisan
mebran mukosa yang merupakan kelanjutan dari bladder dan ureter.
Krakter
istik Nilai normal Nilai abnormal
Bau Sedikit Berbau khas keton/ manis buah (DM, kelaparan) berbau
aromatic atau sangant menyengat ( adanya aktifitas bakteri/pyuria)
berbau khas
Penyebab :
2. ELIMINASI FECAL
1) Pengeritan Eliminasi Fecal
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rectum. Eliminasi bowel adalah
pembuangan sisa metabolisme makanan dari dalam tubuh yang tidak dibutuhakan lagi dalam
bentuk bowel (feses). Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rectum. Hal ini juga di
sebut bowel movement. Frekkwensi pada setiap orang sangat berfariasi dari beberapa kali
perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam
kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar
terhadap kebutuhan untuk defekasi. Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu:
reflek defekasi intrinsik dan reflek defekasi parasimpatis
Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan terdiri atas : organ saluran pencernaan yang berperan di
dalam eliminasi fecal yaitu:
a. Absorbsi / penyerapan air, NaCl dan glukosa yang dikeluarkan dari kutup ileosekal
terbentuk chyne. 1500 cc melewati usus besar dalam setiap harinya 100 m chyne di
ansorbsi oleh setengah prosimal usus besar 100 ml diekresikan kedalam feses
b. Protektif oleh adanya sekresi musim (ion karbonat) yang pengeluarannya di
rangsang oleh nervus parasimpatis. Sekresi mkus ini akan meningkat pada saat
seseorang seadng emosi. Fungsi mkus tersebut adalah melindngi dinding usus dari
aktifitas bakteri da melindungi usus dari trauma asam yang dihasilkan feses.
c. Eliminasi fecal ( defekasi dan flatus)
Flatus adalah udara besar yang dihasilkan dari pemecahan karbohidrad sedangkan
defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum frekwensi defekasi
tergantung individu, bervariasi dan beberapa kali perhari sampai 2-3 kali seminggu.
Reflek defekasi intrinsik
Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum
memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikkus untuk
memulai gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid dan
didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu
gelombang peristaltik mendekati anus, springter anal internal tidak menutup
dan bila spingter tenang maka feses keluar
Reflek defekasi parasimpatis
Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal
cord ( sakral 2-4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid,
dan rektum. Sinyal-sinyal parasimpatis akan meningkatkan gelombang
peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan meningkatkan reflek
defekasi intirnsik.
Komposisi urin:
Air (96%)
Larutan (4%) larutan urea, ammonia,keratin, dan asam urat
Larutan anorganik Natrium (sodium), klorida, kalium, (potasium), sulfat,
magnesium,fosfor. Natrium klorida merupakan garam anorganik yang paling
banyak
4) Karakteristik Feses Normal
tajam Infeksi,darah
Jumlah Berfariasi sesuai dengan < 150g/hari Menurunnya motilitas
diet (sekitar 100-400 usus akibat diet rendah
g/hari) serat, kurang olahraga,
150g/hari kesedihan emosional
Bau Berbau : dipengaruhi Motilitas usus meninkat
oleh makanan yang akibat iritasi kolon oleh
dimakan dan flora bakteri bakteri
orang tersebut
Unsur Sejumblah kecil bagian Pus Infeksi bakteri
pokok makanan kasar yang Mucus Kondisi inflamasi
tidak tercerna, massa Parasit
bakteri yang mati da sel- Darah Perdarahan
sel epitel, lemak, Lemak Dalam jumlah gastrointestinal
protein,unsur kering dari besar Malabsorbsi tertelan
cairan lambung Terdapat benda asing secara tidak sengaja
Konstipasi dapat berbahaya bagi beberapa pasien. Mengejan akibat konstipasi sering kali
disertai dengan menehan napas. Manuvervalsava ini dapat menyebabkan masalah serius pada
penderita penyakit jantung, cedera otak, atau penyakit pernapasan. Menahan napas
meningkatkan tekanan intratoraks dan intrakranial.
b) Impaksi Fekal
Impaksi fekal adalah suatu masa atau pengumpulan feses yang keras di dalam lipatan
rectum.Implkasi terjadi akibat retensi dan akumulasi materi fekal yang berkepanjangan. Pada
impaksi berat, feses terakumulasi dan meluas dan sampai ke kolon sigmoid dan sekitarnya.
Impaksi fekal dapat di kenal dengan keluarganya rembesan cairan fekal (diare) dan tidak ada
feses normal. Cairan feses merembes sampaikeluar dari masa terimpaksi. Impaksi dapat juga di
kaji dengan pemeriksaan rektum menggunakan jari tangan yang sering kali dapat mempalpasi
masa yang mengeras.Sering dengan pembesaran cairan feses dan konstipasi, gejala meliputi
keinginan yang sering namun bukan keinginan yang produktif untuk melakukan deefekasi dan
sering mengalami nyeri rectel. Muncul perasaan umum mengalami suatu penyakit, pasien mnjadi
anoreksik, abdomen menjadi terdistensial , dan dapat terjadi mual dan muntah, Penyebab
impaksi fecal biasanya adalah kebiasaan defekasi yang buruk dan kontipasi. Pengguna barium
dalam pemeriksaan radiologi pada salura pencernaan atas dan bawah dapat juga menjadi sebuah
faktor penyebab. Oleh karna itu setelah pemeriksaan ini laksatif atau enema biasanya digunakan
untuk memastikan pengeluaran barium. Pemeriksaan impaksi menggunakan jari direktum harus
dilakukan secara lembut dan hati-hati. Walaupun impaksi fekal secara umum dapat dicegah,
kadang kalah dibutuhkan terapi untuk fesesyang mengalami impaksi. Jika dicurigaiadanya
impaksi fekal, pasien sering kali di berikan suatu minyaak sebagai enema retensi, lalu diberikan
enema pemberi tambahan setiap hari, supositorio atau pelunak feses setiap hari jika upaya ini
gagal sering kali di butuhkan pengeluaran feses secara menual
c) Diare
Diare menunjukan pada penularanfeses encer dan peningkaan frekuensi defekasi. Diare
merupakan kondisi yang berlawanan dengan konstipasi dan terjadi akibat cepatnya prgerakan isi
fekal di usus besar. Cepatnya pergerakan kimia mengurangi waktu usus besar untuk mmenyerap
kembali air dan elektrrolit. Beberpa orang mengeluarkan feses dengan frekuensi serimg, tetapi
diare tidak terjadi kecuali feses relative tidak terbentuk dengan cairan yang berlebihan.
Seseorang yang mengalami diare sering kali mersa sulit atau tidak mungkin mengendalikan
keinginan deekasi dalam waktu yang sangat lama. Diare dan ancaman inkontenensial merupakan
sumber kekhwatiran dan rasa malu. Sering kali kram spasmodic di kaitkan dengan diare. Bising
usus meningkat. Dengan diare persisten, biasanya terjadi iritasi di daerah anus yang meluas ke
perenium dan bokong keletihan, kelemahan, lelah, dan emasiasi ( kuru dan lemah) merupakan
akibat dari diare yang berkepanjangan.Apabila penyebab diare adalah karena adanya iritan di
saluran usus, diare diduga suatu makanisme pembilasan pelindung. Namun, diare dapat
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit berat di dalam tubuh, yang dapat terjadi dalam
periode waktu singkat yang menakutkan, terutama pada bayi, anak kecil dan lansia.
Inkontenensial alvi (bowel), atau juga inkotennensial fekal, adalah hilangnya kemampuan
volunteer untuk mengontrol pengeluaran fekal dan gas dari spingter anal. Terjadi secara tidak
teratur. Dua tipe inkontenensial parisal adalah ketidak mampuan untuk mengontrol flatus atau
mencegah pengotoran minor I nkontenensial amor adalah ketidakmampuan mengontrol feses
pada konsistensi normal.
Inkontinensial fekal secara umum di hubungkan dengan gangguan fungsi spingter anal atau
suplai sarafnya, seperti dalam beberapa penyakit neuromuscular, trauma medulla spinalis, dan
tumor pada otot spingter anal eksternal. Inkontinensial fekal adalah masalah yang membuat
distress emosional yang pada akhirnya dapat menyebabkan isolasi sosial. Penderita dapat
menarik diri kedalam rumahnyan atau jika di rumah sakit, mereka tetap berada di dikamar
mereka untuk meminimalkan rasa malu akibat pengontrolan oleh fekal pinata laksanaan ini
meliputi perbaikan spingter dan diversi vekal kolostomi
e) Flatulens
Terdapat tiga sumber utama flatus yaitu kerja bacteria dalam kime di usus besar, udara yang
tertelan, dan ketiga adalah gas yang berdifusi di antara aliran darah dan usus. Sebgian besar gas
yang tertelan di keluarkan melalui mulut dengan sandawa. Namun sejumlah besar terutama
diabsorbsi melalui kapiler usus ke sirkulasi
6) Penatalaksanaan
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Riwayat Keperawatan
Pemeriksaan Fisik
1. Mulut : inspeksi gigi, lidah dan gusi
2. Abdomen
Inspeksi : bentuk, kesimetrisan, warna kulit, massa, gelombang persitaltik (normalnya
tidak kelihatan), scar, pola vena, stoma dan lesi. Distensi bisa tampak pada seluruh
abdomen. Perlu diukur lingkar perut untuk mengetahui perkembangan distensi.
Auskultasi : catat karakter dan bunyi frekuensi usus. Peningkatan bunyi nyaring
indikasi adanya distensi abdomen. Tidak ada bunyi usus atau hypoaktif menunjukkan
adanya ileus paralitik. Bunyi usus yang hiperaktif atau sangat nyaring indikasi adanya
obstruksi atau peradangan.
Palpasi :ada massa atau tidak
Perkusi : Bunyi timpani menunjukkan adanya gas, sedangkan bunyi redup
menunjukan adany air atautumor atau massa.
3. Rektum
Inspeksi : Posisi untuk mengkaji anus adalah posisi sim. Kaji apakah ada hemoroid,
massa, iritasi permukaan perineal dan pengeluaran cairan yang abnormal serta tanda-
tanda perdarahan.
Palpasi : palpasi ringan pada dinding rektum dengan menggunakan jari. Palpasi ada
tidaknya nodul atau tekstur yang tidak teratur. Mukosa rektal normalnya halus dan lunak
Karakteristik fekal
Warna Bayi : kuning, dewasa : Putih atau abu-abu Tidak ada empedu
coklat
1. Spesimen fekal
Perawat secara langsung bertanggung jawab untuk mendapatkan spesimen yang akurat,
memberi label secara tepat pada kontainernya, dan membawanya ke laboratorium pada waktu
yang tepat. Teknik aspetik harus digunakan selama pengumpulan spesimen.
2. Pemeriksaan diagnostik
Visualisasi langsung : Instrumen dimasukkan melalui mulut (untuk melihat
saluran pencernaan atas) atau rektum (untuk melihat saluran pencernaan bawah) untuk
menginspeksi integritas mukosa, pembuluh darah, dan bagian-bagian organ.
Saluran pencernaan atas : Endoscopy atau gastroscopy
Melihat esofagus, lambung, dan duodenum. Dokter menginspeksi ada tidaknya
tumor, perubahan vaskuler, peradangan mukosa, ulcer, dan obstruksi. Gastroscop juga
bisa digunakan untuk mengambil spesimen jaringan (biopsi) atau mengeluarkan
pertumbuhan jaringan yang abnormal.
3. Diagnosa Keperawatan
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Noc Nic
Retensi urin Urinary elimination NIC :Urinary Retention Care
berhubungan Urinary Contiunence -Monitor intake danoutput
dengan:Tekanan Setelah dilakukantindakan -Monitor penggunaanobat
uretratinggi,blocka keperawatan antikolinergik
ge,hambatan reflek, selama …. retensi urin -Monitor derajatdistensi bladder
spingterkuatDS: pasien teratasi dengankriteria hasil: -Instruksikan
-Disuria -Kandung kemihkosong secara pada pasien dan keluargauntuk
-Bladder terasa penuh mencatatoutput urine
penuhDO : -Tidak ada residu urine>100-200 cc -Sediakan privacyuntuk
-Distensi bladder -Intake cairan dalamrentang normal eliminasi
-Terdapat urine -Bebas dari ISK -Stimulasi
residu -Tidak ada spasme bladder reflek bladder dengankompres
-Inkontinensia -Balance cairanseimbang dingin padaabdomen.
tipeluapan -Kateterisaai jika perlu
-Urin -
outputsedikit/tidak Monitor tanda dangejala ISK
ada (panas,hematuria, perubahan ba
u dankonsistensi urine
5. Implementasi
pencegahan, pengaturan posisi dan intervensi mandiri. Tindakan keperawatan mencangkup
tindakan mandiri dan kolaborasi Tindakan mandiri : aktivitas perawat yang dilakukan atau yang
didasarkan padakesimpulan sendiri dan bahan petunjuk dan perintah tenaga kesehatan lain.
Tindakankolaborasi: tindakan yang dilaksanakan atas hasil keputusan bersama dengan dokterdan
petugas kesehatan lain.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terencana ksehatan pasien dengan tujuan yang telahditetapkan, dilakukan
dengan cara melibatkan pasien.S = subjektifO = objektifA = AnalisaP = Planning
DAFTAR PUSTAKA