Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN


ELIMINASi

OLEH
NAMA :
NIM :

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2020
1. Pengertian

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa urin atau bowel
(feses). Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil)
dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar). Pengeluaran urine melibatkan 2 proses yang
berbeda yaitu pengisian dan penyimpanan urine dan pengosongan kandung kemih. Secara
normal prosesnya timbul akibat dari kontraksi yang simultan dari otot detrusor dan relaksasi
saluran kemih. Ada pun system saraf parasimpatis yang mepunyai neurotransmitter utama yaitu
asetilkholin, suatu agen koligernik yang mempengaruhi proses pengeluaran urine. Pada
eliminasi bowel maka pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma
yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada
dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus.

1) Eliminasi Urine

Mikturisi atau berkemih atau urine adalah proses pengosongan kandung kemih.

2) Fisiologi Eliminasi Urine

Efektifnya fungsi eliminasi tergantung dari fungsi organ saluran perkemihan yaitu :

a. Ginjal
Ginjal merupakan organ terpenting dalam proses eliminasi urine dan dalam menjaga
keseimbangan cairan tubuh. Darah dari aorta masuk kedalam ginjal melalui arteri renalis
sebanyak 1200 ml/menit atau 21% dari kardiak output. Darah kemudian difiltrasi oleh
glomerulus, kemudian diserap lagi kealiran darah melalui vena renalis diteruskan ke vena
kava inferior (99%) dan 1% dibentuk menjadi urine yang akan dikeluarkan oleh tubuh.
Ginjal terletak pada retriperitoneal/ posterior abdomen, antara T 12 dan limbal 1 dan 2,
ginjal kanan terletak lebih rendah dari pada ginjal kiri karena tertekan oleh hati. Ginjal
berwarna ungu dengan berat 120-170 gram/ 160-175 gram.
b. Ureter
Mengalirkan urine dari ginjal ke vesika urinaria dan terdiri dari 2 saluran. Panjang ureter
25-30 cm dengan diameter 1,25 cm.
c. Vesika urinaria/ bladder
Berfungsi untuk menampung urin sebelum dikeluarkan oleh uretra. Bladder ini
mempunyai daya tampung sebanyak 250-450 ml urin pada orang dewasa dan 50-200 ml
urin pada anak-anak. Terdapat tiga muara yaitu 2 muara dari ureter dan 1 muara pada
uretra. Dinding bladder terdiri dari 4 lapisan, yaitu: lapisan mukosa dalam, lapisan
submukosa, lapisan otot yang lunak yang terdiri dari 3 lapisan (memanjang, oblig, dan
sirkular) dan lapisan luar. lapisan otot yang lunak ini disebut dengan otot destructor.

d. Uretra
Panjang uretra laki-laki dewasa : 20 cm/ 17-22,5 cm, wanita 3,7 cm/ 2,5-3.5 cm. Pada
uretra terdapat 2 spingter yaitu internal yang terdapat pada dasar bladder (bersifat
involuntary) dan spingter eksternal (bersifat voluntary), uretra terlapisi oleh lapisan
mebran mukosa yang merupakan kelanjutan dari bladder dan ureter.

3) Proses Pembentukan Urin


a. Proses filtrasi (ultrafiltrasi) terjadi di glomerulus.
Darah yang mengalir ke ginjal diperkirakan 1200 cc/ menit dan dengan tekanan
kapiler yang tinggi, maka volume cairan terfiltrasi sebesar 120 cc/ menit. Inilah yang
disebut Glomerular Filtration Rate atau laju filtrasi glomerus. Dari filltrat 120 cc/
menit, akan dihasilkan urine 1/2-1 cc/ menit karena proses reabsorpsi oleh tubulus
ginjal.
b. Proses rebsorpsi di tubulus
Langkah kedua dalam pembentukan urine adalah penyerapan kembali unsure-unsur
pokok dari filtrasi yang harus ditahan dalam tubuh. Unsure-unsurnya yaitu: Nutrient
(glukosa dan asam amino); Elektrolit (sodium, potassium, chloride dan seterusnya);
Hydrogen Carbonat (H2CO3); dan air. Zat-zat pokok ini direabsorpsi ke dalam darah
kapiler pertibulus dari cairan di tubulus contortus distalis, Loop of Henle dan duktus
kolektivus. Sedangkan zat yang tidak di reasorbsi adalah kreatanin dan sulfat.
c. Proses sekresi di tubulus dan duktus koligens
Sekresi adalah proses aktif yang memindahkan zat keluar dari darah dalam kapiler
peritubular melewati sel-sel tubular menuju cairan tubular untuk dikeluarkan melalui
urine. Substansi yang disekresi oleh tubulus yaitu hydrogen, kalium, anion dan
kation organic serta benda-benda asing didalam tubuh.

4) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Eliinasi Urine


a. Pertumbuhan dan perkembangan
Jumlah urine yang diekskresikan dapat dipengaruhi oleh usia dan berat badan
seseorang. Normalnya bayi, anak-anak mengekskresikan 400-500 ml urine setiap
harinya sedangkan orang dewasa mengekskresikan 1500-1600 ml perhari.
b. Asupan cairan dan makanan
- Kebiasan mengkonsumsi jenis makanan atau minuman tertentu (mis: teh, kopi,
coklat, alcohol) dapat menyebabkan peningkatan ekskresi urine karena dapat
menghabat pertubuhan hormon antidiuretik (ADH). Dengan adanya peningkatan
intake cairan seperti makanan yang banyak mengandung air menyebabkan
peningkatan urine output.
- Beberapa makanan dan minuman dapat menyebabkan urine berwarna seperti
makanan yang banyak mengandung karoten dapat menyebabkan urine berwarna
kuning.
c. Kebiasaan/ gaya hidup
Gaya hidup ada kaitannya dengan kebiasaan seseorang ketika berkemih, misalnya
orang yang biasa BAK disungai atau hutan akan mengalami kesulitan bila berkemih
di toilet atau pispot.
d. Tonus otot
Eliminasi urine membutuhkan kerja (kontraksi) otot-otot kandung kemih, abdomen
dan pelvis. Jika terjadi gangguan pada kemampuan tonus otot, dorongan untuk
berkemih juga akan berkurang. Aktivitas dapat meningkatkan kemampuan
metaboilisme dan produksi urin secara optimal.
e. Kondisi patologis
- Kondisi sakit seperti demam dapat menyebabkan penurunan produksi urine akibat
banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui penguapan kulit. Kondisi inflamasi
dan iritasi organ kemih dapat menyebabkan retensi urine. Penyakit diabetes
mellitus mengalami peningkatan produksi urine
- Penyakit yang mengalami gangguan aliran darah ke ginjal seperti atherosclerosis
dapat menurunkan urine output
- Gangguan ginjal: CRF dapat menurunkan urin output
- Hipertropi prostat dapat menghambat pengeluaran output\
f. Medikasi
Penggunaan obat-obat tertentu seperti diuretic dapat meningkatkan pengeluaran urine.
Penggunaan obat anti kolinergik dapat menyebabkan retensi urine. Beberapa obat
yang dapat mempengaruhi proses BAK dan mungkin dapat menyebabkan retensi
urine adalah:
- Anticholinergic-antipasmodic: astropine,belladonna, donnatal, papaverine
- Antidepressant-antypsyhotik: phenihiazen dan MAO inhibitor
- Ntiparkinsonism: levodopa, trihexiphnidyl (attane) dan bevztropine mesylate
(cogentine)
- Preparat antihistamin: artifed dan Sudafed
- B drenergik blokers: propanolol hydrochloride (inderal)
- Antihypertensive: hydralzine hydrochloride (apresoline) dan metyldopa
(aldoment)
- Diuretic: lotrthialzide, furosemide dapat meningkatkan produksi urine dan
menjaga reabsorpsi air dan elektrolit dari tubulus ginjal ke pembuluh darah.
Diuretic sering diberikan pada hipertensi dan cardiac disease.
g. Prosedur pembedahan
- Tindakan pembedahan menyebabkan stress yang akan memicu sindrom adaptasi
umum. Kelenjar hipofisis anterior akan melepaskan hormone ADH. Cystoscopy
dan prosedur pembedahan pada saluran kemih dapat menyebabkan perdarahan
post operatif sehingga urine bisa berwarna merah
- Anestesi spinal dapat mempengaruhi atau menurunkan kemampuan untuk BAK,
jenis anestesi lain dapat menurunkan tekanan darah dan menurunkan filtrasi
glomerulus sehingga produksi urine menurun
- Pada pembedahan organ-organ yang berdekatan dengan saluran kemih dapat
menurunkan kemampuan untuk BAK sehingga dibutuhkan kateterisasi untuk
mengatasi retensi urine.
h. Pemeriksaan diagnose
Prosedur pemeriksaan saluran perkemihan, seperti pielogram intravena dan urogram,
tidak membolehkan pasien mengonsumsi cairan peroral sehingga akan mempengaruhi
haluaran urine. Selain itu, pemeriaksaan diagnostic yang bertujuan melihat langsung
struktur perkemihan (misalnya : sitoskopi) dapat menyebabkan edema pada outlet
uretra dan spasme pada sphingter kandung kemih. Hal ini menyebabkan pasien sering
mengalami retensi urine dan mengeluarkan urine berwarna merah muda akibat
adanya perdarahan.

5) Krateristik Urin Normal:

Krakter
istik Nilai normal Nilai abnormal

Warna Kekuningan  Kuning pekat ( intake cairan kurang)


atau bening  Berkabut ( terdapat proses infeksi)
 Orange gelap ( pada pemberian obat
phenazopyrinehydrocloride)
 Merah coklat ( proses penyakit yang dapat
menyebabkan adanya darah dan urin)

Bau Sedikit Berbau khas keton/ manis buah (DM, kelaparan) berbau
aromatic atau sangant menyengat ( adanya aktifitas bakteri/pyuria)
berbau khas

Berat 1,010 - <1,01-Urin encer


jenis 1,025 >1,025-Urin pekat

Ph 4,4-7,5 <4,5(ISK), >8 (Diabetes tak terkontrol, stervation,


dehidrasi)

Konsist Cairan sangat mucus dan terlihat kental( proses infeksi)


ensi encer

Jumlah 1200- Jika kurang dari 1200 ml ( mungkin di sebabkan karena


1500ml/hari intake yang kurang gagal ginjal), lebih dari 1500 ml karena
(dewasa) 300- adanya DM, penggunaan iuretic dan intakeyang berlebihan
1500ml
( anak-anak)

Kompo 96% air, 4%


sisi solut organik
(urea,
ammonia,kreat
inin, asam
urat) dan
anorganik
(Na,Cl, K,
Sulfat, Mg, Ph)

Tidak terdapat Terdapat glukosa (DM) aseton ( koma


glukosa,arah dibetikunm,starvation, prolong vomiting), darah ( penyakit
dan aseton ginjal, perdarahan)

6) Gangguan Pemenuhan Eliminasi Urine


a. Inkontinensia urine (IU)
Kondisi ketika dorongan berkemih tidak mampu dikontrol oleh sfingter eksternal.
Sifatnya dapat menyeluruh (inkontinensia komplet) atau sebagian (inkontinensia parsial).
IU bukan merupakan suatu penyakit tapi merupakan suatu gejala dimana keluarnya urine
tidak bisa dikontrol. IU dapat menimbulkan kerusakan integritas kulit (dekubitus, ulkus)
terdapat beberapa tipe IU yaitu :
1. Inkontinensia total
Yaitu BAK yang tidak dapat dipreksikan dan terus menerus. Penyebabnya adalah:
- Injury springterurin eksternal (laki-laki) atau injury otot perianal (perempuan)
- Adanya fistula antara bladder dan vagina
- Penyakit neurologic congenital/ didapat.
2. Inkontinensia stress
Yaitu keluarnya urine ± 50 cc. terjadi akibat adanya peningkatan tekanan intra
abdominal secara mendadak seperti pada saat batuk, bersin ataupun tertawa. Sering
terjadi pada wanita yang mengalami gangguan relaksasi otot pelvic akibat dari
persalinan ataupun pada lansia.
3. Inkontinensia urge/ mendesak
Disebut juga dengan unstable bladder yaitu keinginan untuk BAK yang tiba-tiba,
tidak biasa menstop aliran urin ketika memulainya. Ini disebabkan adanya kontraksi
destructor dari bladder yang tidak terkontrol dan tidak teratur sehingga pengosongan
urine di bladder tidak terkontrol. Biasanya terjadi pada lansia, cystisi, penyakit
bladder (penyakit neurogic dan tumor).
4. Inkontinensia fungsional
Yaitu tidak dapat memprediksi aliran urine. Penyebab : gangguan mental, factor
lingkungan yang menghalangi seseorang untuk pergi ke kamar mandi.
5. Inkontinensia reflek
Yaitu BAK yang tidak diprediksikan tetapi tidak disadari ketika volume bladder
penuh.
b. Infeksi saluran kemih bagian bawah
Lebih sering dialami oleh wanita karena letak uretra yang dekat dengan anus dan uretra
wanita yang lebih pendek dari pada pria. Yang memungkinkan menimbulkan infeksi :
alat-alat seperti kateter, tangan irigasi cairan, thermometer rectal, kebersihan perianal
yang tidak baik. Gejala nyeri, panas, mual, muntah, lemah ingin BAK, perdarahan, urine
berwarna keruh.
c. Retensi urine
Merupakan kondisi tertahannnya urine dikandung kemih akibat terganggunya proses
pengosongan kandung kemih sehingga kandung kemih menjadi renggang. Kondisi ini
antara lain disebabkan oleh obstruksi (mis: hipertrofi prostat), pembedahan, otot sfingter
yang kuat. Peningkatan tekanan uretra akibat otot detrusor yang lemah.
Tanda-tanda klinis retensi :
a) Ketidak nyamanan daerah pubis
b) Destensi vesika urinari
c) Ketidak sanggupan untuk berkemih
d) Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml)
e) Ketidak seimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
f) Meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih
g) Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih

Penyebab :

a) Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria


b) Trauma sumsum tulang belakang
c) Tekanan uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah
d) Sphincter yang kuat
e) Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
d. Enuresis (mengompol)
Peristiwa berkemih yang yang tidak disadari pada anak yang usianya melampaui batas
usia normal control kandung kemih seharusnya tercapai.
Faktor penyebab enuresis:
a) Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal
b) Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan berkemih
tidak diketahui. Hal itu mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk kekamar
mandi
c) Vesika urinaria peka rangsangan, dan seterusnya tidak dapat menampung urine
dalam jumlah besar.
d) Suasana emosional yang tidak menyenangkan dirumah (misalnya, persaingan dengan
saudara kandung atau cekcok dengan orang tua)
e) Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebisaannya
tanpa dibantu dengan mendidiknya
f) Infeksi saluran kemih, perubahan fisik, atau neurologis system perkemihan
g) Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral
e. Lain-lain
a) Cystisis (radang bladder akut)
Yaitu meningkatnya frekuensi BAK tanpa diawali dengan peningkatan intake cairan
b) Nocturia dan frequeny
Nocturia : peningkatan frekuensi BAK pada malam hari tanpa adanya peningkatan
intake cairan frequency : meningkatnya frekuensi BAK yang sering terjadi karena
intake cairan yang meningkat.
c) Urgency
Yaitu keinginan untuk segera BAK. Terjadi pada saat kondisi bladder terdapat atau
tidak terdapat urine tetapi seseorang tetap ingin BAK. Ini terjadi karena adanya stress
psikologis, infeksi pada uretra, dan spingter urine yang buruk. Urgensi adalah
perasaan yang sangat kuat untuk berkemih. Hal ini biasa terjadi pada anak-anak
karena kemampuan control sfingter mereka yang lemah. Gangguan ini biasanya
muncul pada kondisi stress psikologis dan iritasi uretra
d) Disuria
Disuria adalah rasa nyeri dan kesulitan saat berkemih. Ini biasanya terjadi pada kasus
infeksi uretra, infeksi saluran kemih dan trauma kandung kemih.

2. ELIMINASI FECAL
1) Pengeritan Eliminasi Fecal
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rectum. Eliminasi bowel adalah
pembuangan sisa metabolisme makanan dari dalam tubuh yang tidak dibutuhakan lagi dalam
bentuk bowel (feses). Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rectum. Hal ini juga di
sebut bowel movement. Frekkwensi pada setiap orang sangat berfariasi dari beberapa kali
perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam
kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar
terhadap kebutuhan untuk defekasi. Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu:
reflek defekasi intrinsik dan reflek defekasi parasimpatis

2) Fisiologi Eliminasi Fecal

Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan terdiri atas : organ saluran pencernaan yang berperan di
dalam eliminasi fecal yaitu:

1) Organ gastrointrtinal atas yang terdiri dari


Mulut berfunsi untuk mencerna makanan secara mekanik dan secara kimiawi
melalui peran enzim dari saliva. Faring adalah organ yang menghubungkan rongga
mulut dan esofagus esophagus berfunsi menyalurkan makanan ke lambung
sehingga makanan dapat berjalan sepanjang esofagus dan di bantu oleh gerakan
peristatik.

2) Organ intestinal bawah yang meliputi:


Usus halus berfungsi untuk menerima sekresi hati dan pankreas serta mengabsorbsi
saripati makanan dan menyalurkan sisa hasil metabolisme ke usus besar
Usus besar : panjang usu besar sekitar 125-150 cm terdiri dari 7 bagian : sekum ,
kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon sigmoid, rektum(10-
15cm)dan anus/ orifisium eksternal (2,5-5cm/1-2 inc) yang mempunyai springter :
internal (bersifat invonluntary) dan ekternal ( bersifat voluntary). Usus besar
tersusun oleh 2 otot yaitu otot sirkular sehingga menyebabkan usus besar dapat
berkontraksi. Gerakan usu besar di bedakan dalam 3 yaitu:
Haustral churing/ shurfling yaitu gerakan isi usus ke arah depan belakang
sehingga isi usus bercampur dan terjadi penyerapan air
Peristaltik yaitu gerakan gelombang usus akibat gerakan otot serkular dan
longitudinal sehingga isi usus bergerak kedepan
Masa peristaltik yaitu gerakan yang di timbulkan karena kontraksi otot usus
yang kuat sehingga terjadi geombang yang besar. Gerakan ini biasanya
terjadi setelah makan dan jika ada stimulus dari lambung dan usus halus
( adanya makanan dalam lambung dan usus halus).

Fungsi utama usus besar:

a. Absorbsi / penyerapan air, NaCl dan glukosa yang dikeluarkan dari kutup ileosekal
terbentuk chyne. 1500 cc melewati usus besar dalam setiap harinya 100 m chyne di
ansorbsi oleh setengah prosimal usus besar 100 ml diekresikan kedalam feses
b. Protektif oleh adanya sekresi musim (ion karbonat) yang pengeluarannya di
rangsang oleh nervus parasimpatis. Sekresi mkus ini akan meningkat pada saat
seseorang seadng emosi. Fungsi mkus tersebut adalah melindngi dinding usus dari
aktifitas bakteri da melindungi usus dari trauma asam yang dihasilkan feses.
c. Eliminasi fecal ( defekasi dan flatus)
Flatus adalah udara besar yang dihasilkan dari pemecahan karbohidrad sedangkan
defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum frekwensi defekasi
tergantung individu, bervariasi dan beberapa kali perhari sampai 2-3 kali seminggu.
 Reflek defekasi intrinsik
Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum
memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikkus untuk
memulai gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid dan
didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu
gelombang peristaltik mendekati anus, springter anal internal tidak menutup
dan bila spingter tenang maka feses keluar
 Reflek defekasi parasimpatis
Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal
cord ( sakral 2-4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid,
dan rektum. Sinyal-sinyal parasimpatis akan meningkatkan gelombang
peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan meningkatkan reflek
defekasi intirnsik.

 Reflek defekasi volunteer


Pengeluaran feses di bantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diafragma
yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus
levator ani ektrenal pada dasar panggul yang menggerakan feses melalui
saluran anus.
Defekasi normal di permuda dengan refleki paha yang meningkatkan
tekanan di dalam perut dan posisi duduk/ jongkok yang menigkatkan
tekanan kebawah kearah rektum.
3) Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi
1) Usia
Pada bayi control defekasi belum berkembang dengan baik. Pada lansia control
defekasi menurun seiring dengan berkurangnya kemampuan fisiologis untuk
mengontrol proses eliminasi. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya
sampai system neuromuskular berkembang, bisanya antara 2-3 tahun
2) Diet
Tergantung pada kualitas, frekwensi dan jumblah makanan yang dikonsumsi
misalnya makanan berserat akan mempercepat produksi feses. Secara fisiologis
banyaknya makanan yang masuk ke dalam tubuh juga berpengaruh terhadap
kinginan defekasi
3) Asupan cairan
Asupan cairan yang kurang menyebabkan feses akan menjadi keras. Ini karna
jumlah absorbsi cairan
4) Tonus otot
Tonus otot abdomen bila beraktivitas dengan baik akan membantu defekasi.
Gerakan peristaltik membantu memudahkan materi feses bergerak di sepanjang
kolon.
5) Faktor psikologis
Perasaan cemas atau takut akan memengaruhi peristaltik atau motilitas usus
sehingga dapat menyebabkan diare
6) Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek konstipasi laksatif dan katarik dapat
melunakan feses dan meningkatkan peristaltik. Akan tetapi bila digunakan dalam
jangka waktu yan lama dapat menurunkan tonus otot usus sehingga usus menjadi
kurang responsive terhadap stimulus lakstif. Obat-obat yang lain dapat
mengganggu pola defekasi antara lain : analgestik narkotik, opiate,anikolinergik

7) Posisi saat defekasi


Posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk defekasi.posisi tersebut
memungkinkan individu mengerahkan tekanan intra abdomen dan mengerutkan
otot pahanya sehingga memudahkan proses defekasi.
8) Nyeri
Normalnya saat defekasi tidak menimbulkan nyeri. Akan tetapi pada kondisi
tertentu (hemoroid bedah rektum, melahirkan)
9) Pembedahan anastesi
Pemberian anastesi saat pembedahan dapat menghambat dan menghentikan
aktivitas peristaltik untuk sementara waktu
10) Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik tertentu. Khususnya yang ditunjukan untuk melihat
struktur saluran pencernaan, mengharuskan dilakukan pengosongan lambung
(misalnya : dengan enema atau katarik). Tindakan ini dapat menggangu pola
elimanasi sampai pasien dapat makan menyebabkan masalah tambahan. Sisa
barium yang tertingal disaluran pencernaan akan mengeras dan menyebabkan
inpaksi usus.

Komposisi urin:

 Air (96%)
 Larutan (4%) larutan urea, ammonia,keratin, dan asam urat
 Larutan anorganik Natrium (sodium), klorida, kalium, (potasium), sulfat,
magnesium,fosfor. Natrium klorida merupakan garam anorganik yang paling
banyak
4) Karakteristik Feses Normal

Karakteristi normal abnormal Kemungkinan penyebab


k
warna Orang dewasa: coklat Hitam atau warna ter Tidak terdapat piqmen
Bayi: kuning empedu (obstruksi
empedu): pemeriksaan
diagnostik dengan
menggunakan barium.
Merah
Obat(zatbesi) perdarahan
dari saluran cerna atas,
diet inggi daging merah
dan sayuran hijau tua

Orange atau hijau Pendarahan dari saluran


cerna bawah (rektum),
beberapamakanan

frekwensi Bayi: 4-6 kali sehari Lebih dari normal Diare


Dewasa: 1 kali perhari
konsitensi Memiliki bentuk lunak, Keras, kering Infeksi usus
Semi padat
Bentuk Silindris yang Feses pendek berbentuk Obstuksi rektum
berdiameter sekitar seperti pensil atau feses
2,5cm pada orang menyerupai bentuk
dewasa benang/ tali

tajam Infeksi,darah
Jumlah Berfariasi sesuai dengan < 150g/hari Menurunnya motilitas
diet (sekitar 100-400 usus akibat diet rendah
g/hari) serat, kurang olahraga,
150g/hari kesedihan emosional
Bau Berbau : dipengaruhi Motilitas usus meninkat
oleh makanan yang akibat iritasi kolon oleh
dimakan dan flora bakteri bakteri
orang tersebut
Unsur Sejumblah kecil bagian Pus Infeksi bakteri
pokok makanan kasar yang Mucus Kondisi inflamasi
tidak tercerna, massa Parasit
bakteri yang mati da sel- Darah Perdarahan
sel epitel, lemak, Lemak Dalam jumlah gastrointestinal
protein,unsur kering dari besar Malabsorbsi tertelan
cairan lambung Terdapat benda asing secara tidak sengaja

5) GANGGUAN PEMENUHAN ELIMINASI FECAL


a) Konstipasi
Konstipasi dapat didefenisikan sebagai defekasi kurang dari tiga kali per minggu. Ini
menunjukan pengeluaran feses yang kering, keras atau tanpa pengeluaran feses.Konstipasi terjadi
jika pergerakan feses di usus besar berjalan lambat.Sehingga memungkinkan bertambahnya
waktu reabsorpsi cairan di usus besar. Konstipasi mengakibatkan sulitnya pengeluaran feses dan
bertambanya upaya atau penekanan otot-otot volunteer defekasi.Seorang juga dapat merasa
bahwa fesesnya tidak keluar secara komplet setelah defekasi. Namun sangat penting untuk
mendefenisikan konstipasi terkait dengan pola eliminasi regular seseorang. Beberapa orang
secara normal melakukan defekasi hanya beberapa kali seminggu, sementara orang lain
melakukan defekasi lebih dari satu kali sehari

Faktor- faktor yang menyebabkan konstipasi diantaranya adalah sebagai berikut:

 Ketidak cukupan asupan serat


 Ketidak cukupanaasupan cairan
 Ketidak cukupan aktifitas atau imobilitas
 Kebiasaan defekasi yang tidak teratur
 Perubahan rutinitas harian
 Kurang privasi
 Penggunaan lakasatif atau enam kronis
 Gangguan emosional sepertti depresi atau kebingungan mental kemungkinan penyebab:
 Defek persyarafan, kelemahan pevis, immobilitas karna cedera serebrospinalis,
 Cerebro vacular accident
 (CVA) dan lain lain
 Pola defekasi yang tidak teratur
 Nyeri saat defekasi karna hemorrhoid
 Menurunya peristaltic karna stress psikologis
 Proses menua (usia lanjut)
 Medikasi seperti opiate atau garam zat besi, penggnaan obat seperti antasida, laksantif,
atau anastesi

Konstipasi dapat berbahaya bagi beberapa pasien. Mengejan akibat konstipasi sering kali
disertai dengan menehan napas. Manuvervalsava ini dapat menyebabkan masalah serius pada
penderita penyakit jantung, cedera otak, atau penyakit pernapasan. Menahan napas
meningkatkan tekanan intratoraks dan intrakranial.

b) Impaksi Fekal

Impaksi fekal adalah suatu masa atau pengumpulan feses yang keras di dalam lipatan
rectum.Implkasi terjadi akibat retensi dan akumulasi materi fekal yang berkepanjangan. Pada
impaksi berat, feses terakumulasi dan meluas dan sampai ke kolon sigmoid dan sekitarnya.
Impaksi fekal dapat di kenal dengan keluarganya rembesan cairan fekal (diare) dan tidak ada
feses normal. Cairan feses merembes sampaikeluar dari masa terimpaksi. Impaksi dapat juga di
kaji dengan pemeriksaan rektum menggunakan jari tangan yang sering kali dapat mempalpasi
masa yang mengeras.Sering dengan pembesaran cairan feses dan konstipasi, gejala meliputi
keinginan yang sering namun bukan keinginan yang produktif untuk melakukan deefekasi dan
sering mengalami nyeri rectel. Muncul perasaan umum mengalami suatu penyakit, pasien mnjadi
anoreksik, abdomen menjadi terdistensial , dan dapat terjadi mual dan muntah, Penyebab
impaksi fecal biasanya adalah kebiasaan defekasi yang buruk dan kontipasi. Pengguna barium
dalam pemeriksaan radiologi pada salura pencernaan atas dan bawah dapat juga menjadi sebuah
faktor penyebab. Oleh karna itu setelah pemeriksaan ini laksatif atau enema biasanya digunakan
untuk memastikan pengeluaran barium. Pemeriksaan impaksi menggunakan jari direktum harus
dilakukan secara lembut dan hati-hati. Walaupun impaksi fekal secara umum dapat dicegah,
kadang kalah dibutuhkan terapi untuk fesesyang mengalami impaksi. Jika dicurigaiadanya
impaksi fekal, pasien sering kali di berikan suatu minyaak sebagai enema retensi, lalu diberikan
enema pemberi tambahan setiap hari, supositorio atau pelunak feses setiap hari jika upaya ini
gagal sering kali di butuhkan pengeluaran feses secara menual

c) Diare

Diare menunjukan pada penularanfeses encer dan peningkaan frekuensi defekasi. Diare
merupakan kondisi yang berlawanan dengan konstipasi dan terjadi akibat cepatnya prgerakan isi
fekal di usus besar. Cepatnya pergerakan kimia mengurangi waktu usus besar untuk mmenyerap
kembali air dan elektrrolit. Beberpa orang mengeluarkan feses dengan frekuensi serimg, tetapi
diare tidak terjadi kecuali feses relative tidak terbentuk dengan cairan yang berlebihan.
Seseorang yang mengalami diare sering kali mersa sulit atau tidak mungkin mengendalikan
keinginan deekasi dalam waktu yang sangat lama. Diare dan ancaman inkontenensial merupakan
sumber kekhwatiran dan rasa malu. Sering kali kram spasmodic di kaitkan dengan diare. Bising
usus meningkat. Dengan diare persisten, biasanya terjadi iritasi di daerah anus yang meluas ke
perenium dan bokong keletihan, kelemahan, lelah, dan emasiasi ( kuru dan lemah) merupakan
akibat dari diare yang berkepanjangan.Apabila penyebab diare adalah karena adanya iritan di
saluran usus, diare diduga suatu makanisme pembilasan pelindung. Namun, diare dapat
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit berat di dalam tubuh, yang dapat terjadi dalam
periode waktu singkat yang menakutkan, terutama pada bayi, anak kecil dan lansia.

Penyebab Utama Diare


Penyebab Efek Fisiologi
 Stress psikologi ( misanya  Meningkatkan mobilitas usus dan
asietas sekresi lendir
 Obat Obatan  Inflamasi dan infeksi mukosa
 Antibiotik akibat
 Zat besi  Pertumbuhan mikroorganisme
 Alergi terhadap makanan, usus yang berlebihan
cairan obat obatan  Iritasi mukosa usus
 Intoleransi terhadap makanan  Iritasi mukosa usus
atau cairan  Pencernaan makana atau cairan
 Penyakit kolon yang tidak komplet
 Misalnya sindrom malabsorpsi  Peningkatan motilitas usus dan
penyakit crohn sekeresi lender
 Malabsorpsi atau inflamasi,  Penurunan absorbsi cairan
proses infeksi  Inflamasi mukosa sering kali
 Peristaltic karena peningkatan menyebabkan pembentukan tukak
metabolisme, Efek tindakan
pembedahan usus
d) Inkontenensial Alvi

Inkontenensial alvi (bowel), atau juga inkotennensial fekal, adalah hilangnya kemampuan
volunteer untuk mengontrol pengeluaran fekal dan gas dari spingter anal. Terjadi secara tidak
teratur. Dua tipe inkontenensial parisal adalah ketidak mampuan untuk mengontrol flatus atau
mencegah pengotoran minor I nkontenensial amor adalah ketidakmampuan mengontrol feses
pada konsistensi normal.

Inkontinensial fekal secara umum di hubungkan dengan gangguan fungsi spingter anal atau
suplai sarafnya, seperti dalam beberapa penyakit neuromuscular, trauma medulla spinalis, dan
tumor pada otot spingter anal eksternal. Inkontinensial fekal adalah masalah yang membuat
distress emosional yang pada akhirnya dapat menyebabkan isolasi sosial. Penderita dapat
menarik diri kedalam rumahnyan atau jika di rumah sakit, mereka tetap berada di dikamar
mereka untuk meminimalkan rasa malu akibat pengontrolan oleh fekal pinata laksanaan ini
meliputi perbaikan spingter dan diversi vekal kolostomi

e) Flatulens

Terdapat tiga sumber utama flatus yaitu kerja bacteria dalam kime di usus besar, udara yang
tertelan, dan ketiga adalah gas yang berdifusi di antara aliran darah dan usus. Sebgian besar gas
yang tertelan di keluarkan melalui mulut dengan sandawa. Namun sejumlah besar terutama
diabsorbsi melalui kapiler usus ke sirkulasi

6) Penatalaksanaan

Tindakan dalam upaya pemenuhan kebutuhan eliminasi


Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)
1. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan
2. Membantu pasien buang air besar dengan pispot
3. Memberikan huknah rendah
4. Memberikan huknah tinggi
5. Memberikan gliserin
6. Mengeluarkan feses dengan jari
Perawat dapat membantu klien memperbaiki keteraturan defekasi dengan
1. Memberikan privacy kepada klien saat defekasi
2. Mengatur waktu, menyediakan waktu untuk defeksi
3. Memperhatikan nutrisi dan cairan, meliputi diit tinggi serat seperti
sayuran, buah-buahan, nasi; mempertahankan minum 2 – 3 liter/hari
4. Memberikan latihan / aktivitas rutin kepada klien
5. Positioning

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Riwayat Keperawatan

1. Menentukan kebiasaan pola eliminasi, termasuk frekuensi dan waktu.


2. Identifikasi rutinitas/kebiasaan yang dilakukan untuk meningkatkan pola eliminasi
normal. Misalnya minum cairan hangat, menggunakan laksativ, konsumsi makanan yang
pedas.
3. Gambaran perubahan pola eliminasi. Menentukan kapan waktu terakhir BAB.
4. Riwayat nyeri atau ketidanyamanan. Apakah ada riwayat nyeri abdominal atau anal.
Tanyakan lokasi dan sifat nyeri.
5. Gambaran karakteristik feses klien. Apakah berair, lembek atau keras, dan warnanya.
6. Riwayat diet.
7. Intake cairan per hari, meliputi jenis dan jumlah
8. Riwayat latihan. Tipe dan frekuensi latihan per hari.
9. Pemakaian bantuan untuk BAB selama di rumah. Apakah membutuhkan enema, laksativ
atau makanan khusus sebelum BAB. Berapa sering klien menggunakannya.
10. Riwayat operasi atau penyakit yang mempengaruhi saluran pencernaan.
11. Riwayat pengobatan.
12. Status emosi.
13. Riwayat sosial

Pemeriksaan Fisik
1. Mulut : inspeksi gigi, lidah dan gusi
2. Abdomen
 Inspeksi : bentuk, kesimetrisan, warna kulit, massa, gelombang persitaltik (normalnya
tidak kelihatan), scar, pola vena, stoma dan lesi. Distensi bisa tampak pada seluruh
abdomen. Perlu diukur lingkar perut untuk mengetahui perkembangan distensi.
 Auskultasi : catat karakter dan bunyi frekuensi usus. Peningkatan bunyi nyaring
indikasi adanya distensi abdomen. Tidak ada bunyi usus atau hypoaktif menunjukkan
adanya ileus paralitik. Bunyi usus yang hiperaktif atau sangat nyaring indikasi adanya
obstruksi atau peradangan.
 Palpasi :ada massa atau tidak
 Perkusi : Bunyi timpani menunjukkan adanya gas, sedangkan bunyi redup
menunjukan adany air atautumor atau massa.
3. Rektum
 Inspeksi : Posisi untuk mengkaji anus adalah posisi sim. Kaji apakah ada hemoroid,
massa, iritasi permukaan perineal dan pengeluaran cairan yang abnormal serta tanda-
tanda perdarahan.
 Palpasi : palpasi ringan pada dinding rektum dengan menggunakan jari. Palpasi ada
tidaknya nodul atau tekstur yang tidak teratur. Mukosa rektal normalnya halus dan lunak
Karakteristik fekal

Karakteristi Normal Abnormal Penyebab


k

Warna Bayi : kuning, dewasa : Putih atau abu-abu Tidak ada empedu
coklat

Bau Khas Berbau tajam Darah dalam fese


atau infeksi

Konsistensi Lunak, berbentuk Cair; keras Diare; konstipasi

Frekuensi Bayi : 4-6x/hari (yg minum Bayi : lebih 6 Hipomotilitas atau


ASI) atau 1-3x/hari (yg x/hari atau kurang hipermotilitas
minum susu formula); dari 1x selama 1-2
dewasa : 1x/hari atai 2-3 x/ hari; dewasa : lebih
minggu 3 x/hari atau
kurang dari
1x/minggu

Jumlah 150 gram / hari (dewasa)

Bentuk Sesuai diameter rektum Tajam, berbentuk Obstrukdi,


pensil peristaltik yang
cepat.

Kandungan Makanan yang tidak Darah, pus, benda Perdarahan


dicerna, bakteri yang mati, asing, mukus, internal, infeksi,
lemak, pigmen empedu, cacing iritasi, peradangan,
sel-sel dari mukosa usus, benda-benda yang
air tertelan

Test Laboratorium dan diagnostik

Pemeriksaan laboratorium dan diagnsotik memberikan informasi terhadap masalah-masalah


eliminasi. Analisis laboratorium terhadap kandungan feses dapat mendeteksi kondisi patologi
seperti tumor, perdarahan dan infeksi.

1. Spesimen fekal
Perawat secara langsung bertanggung jawab untuk mendapatkan spesimen yang akurat,
memberi label secara tepat pada kontainernya, dan membawanya ke laboratorium pada waktu
yang tepat. Teknik aspetik harus digunakan selama pengumpulan spesimen.

2. Pemeriksaan diagnostik
 Visualisasi langsung : Instrumen dimasukkan melalui mulut (untuk melihat
saluran pencernaan atas) atau rektum (untuk melihat saluran pencernaan bawah) untuk
menginspeksi integritas mukosa, pembuluh darah, dan bagian-bagian organ.
 Saluran pencernaan atas : Endoscopy atau gastroscopy
Melihat esofagus, lambung, dan duodenum. Dokter menginspeksi ada tidaknya
tumor, perubahan vaskuler, peradangan mukosa, ulcer, dan obstruksi. Gastroscop juga
bisa digunakan untuk mengambil spesimen jaringan (biopsi) atau mengeluarkan
pertumbuhan jaringan yang abnormal.

 Saluran pencernaan bawah : Sigmoidoscopy


Melihat anus, rektum, dan kolon sigmoid.

 Visualisasi tidak langsung : pemeriksaan x-ray

3. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan yang ditemukan dalam eliminasi bowel antara lain :


1. Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi, kurangnya privacy, diet rendah serat, nyeri
saat defekasi.
2. Diare berhubungan dengan stres emosional, intoleransi makanan.
3. Inkontinensia bowel berhubungan dengan injuri spinal cord, ketidakmampuan untuk
mengontrol defekasi, depresi.
4. Nyeri berhubungan dengan peradangan hemoroid.
5. Defisit self care toileting berhubungan dengan kelemahan muskuloskleletal, intoleransi
aktifitas.
6. Aktual atau resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan inkontinensia
fekal.
7. Gangguan body image berhubungan dengan inkontinensia fekal, adanya ostomy

4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Noc Nic
Retensi urin Urinary elimination NIC :Urinary Retention Care
 berhubungan Urinary Contiunence -Monitor intake danoutput
dengan:Tekanan Setelah dilakukantindakan -Monitor penggunaanobat
uretratinggi,blocka keperawatan antikolinergik
ge,hambatan reflek, selama …. retensi urin -Monitor derajatdistensi bladder
spingterkuatDS:   pasien teratasi dengankriteria hasil: -Instruksikan
-Disuria -Kandung kemihkosong secara pada pasien dan keluargauntuk
-Bladder terasa penuh mencatatoutput urine
penuhDO : -Tidak ada residu urine>100-200 cc -Sediakan privacyuntuk
-Distensi bladder -Intake cairan dalamrentang normal eliminasi
-Terdapat urine -Bebas dari ISK -Stimulasi
residu -Tidak ada spasme bladder reflek bladder dengankompres
-Inkontinensia -Balance cairanseimbang  dingin padaabdomen.
tipeluapan -Kateterisaai jika perlu
-Urin -
outputsedikit/tidak Monitor tanda dangejala ISK
ada (panas,hematuria, perubahan ba
u dankonsistensi urine

Diare NOC: NIC :


  berhubungan Bowl Elimination  Manajemen konstipasi
dengan -HidrationSetelah dilakukantindakan -Identifikasi faktor-faktor
- keperawatan yangmenyebabkankonstipasi
 psikologis: selama …. Konstipasi pasien teratasi -Monitor tanda-
stressdan cemas dengankriteria hasil: tanda ruptur bowel/peritonitis
tinggi -Pola BAB dalam batas normal -Jelaskan penyebabdan
- -Feses lunak rasionalisasitindakan
Situasional: -Cairan dan seratadekuat pada pasien
efekdari medikasi,  -Aktivitas adekuat -Konsultasikandengan
-Hidrasi adekuat doktertentang peningkatandan
penurunan bising usus
-Kolaburasi jika adatanda dan
gejalakonstipasi yangmenetap
-Jelaskan
pada pasien manfaat diet(cairan
dan serat)terhadap eliminasi
-Jelaskan pada
klienkonsekuensimenggunakanl
axative dalamwaktu yang lama
-Kolaburasi denganahli gizi diet
tinggiserat dan cairan
-Dorong peningkatanaktivitas
yangoptimal
-Sediakan privacydan
keamananselama BAB

5. Implementasi
 pencegahan, pengaturan posisi dan intervensi mandiri. Tindakan keperawatan mencangkup
tindakan mandiri dan kolaborasi Tindakan mandiri : aktivitas perawat yang dilakukan atau yang
didasarkan padakesimpulan sendiri dan bahan petunjuk dan perintah tenaga kesehatan lain.
Tindakankolaborasi: tindakan yang dilaksanakan atas hasil keputusan bersama dengan dokterdan
petugas kesehatan lain.

6. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terencana ksehatan pasien dengan tujuan yang telahditetapkan, dilakukan
dengan cara melibatkan pasien.S = subjektifO = objektifA = AnalisaP = Planning
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Juall.2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC

 Nanda.2015-2017. Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Jakarta:


EGC

Potter &Perry.2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume


2.Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Wilkinson,Judith M.2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan,Diagnosis NANDA,


Intervensi

  NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9.Jakarta: EGC

Wartonah, tarwoto.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan.Jakarta:Salemba Medik

Anda mungkin juga menyukai