Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GATROENTERITIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Anak


Ruang Anggrek RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Oleh:
Eny Dwi Oktaviani
NIM. 150070300011020
Kelompok 4
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
GASTROENTERITIS
1. Definisi Gastroenteritis

Gastroenteritis

adalah

kehilangan

cairan

dan

elektrolit

secara

berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar
dengan bentuk tinja encer atau cair (Suardi, 2005)
Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume,
keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali dan pada neonatus lebih dari 4 kali
sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat, 2006).
Gastroenteritis adalah keracunan makanan disertai inflamasi membran
mukosa lambung dan usus halus, biasanya disebabkan oleh mikroorganisme,
tetapi bisa juga disebabkan oleh zat kimia, jamur beracun, dll. Pada kondisi
ini, terjadi diare dan muntah baik akibat multiplikasi mikroorganisme
(gastroenteritis usus invasif, seperti Campylobacter jejuni, Salmonella
typhimurium, S. enteriditis, Listeria monocytogenes, Bacillus cereus) dan virus
(seperti virus Norwalk, rotavirus yang tercerna dalam makanan), maupun dari
makanan yang terkontaminasi dengan toksin bakteri (intoksikasi), seperti
akibat Eschericihia coli 0157, Staphylococcus aureus, Clostridium botulinum,
dan C. perfringens (Brooker, 2008).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah keracunan
makanan disertai inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus,
biasanya disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi bisa juga disebabkan oleh
zat kimia, jamur beracun, dll yang mengakibatkan buang air besar tidak
normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume,
keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali dan pada neonatus lebih dari 4 kali
sehari dengan atau tanpa lendir dan darah serta muntah.
2. Klasifikasi Gastroenteritis
a) Gastroenteritis akut
Gastroenteritis akut adalah penyakit utama kedua yang paling
sering menyerang anak-anak setelah melesma (flu). Angka penyakit
tertinggi terjadi pada anak usia 3 bulan 2 tahun.
Gastroenteritis akut ditandai dengan diare, dan pada beberapa
kasus, muntah-muntah, yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit
yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.
Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus (rotavirus, adenovirus
enteric,

, dan

lain-lain),

bakteri atau

toksinnya

(Campylobacter,

Salmonella, Shigella, Escherichia coli, Yersinia, dan lain-lain), serta


parasit

(Giardia

lamblia,

Cryptosporidium).

Patogen-patogen

ini

menimbulkan

penyakit

dengan

menginfeksi

sel-sel,

menghasilkan

enterotoksin atau sitotoksin yang merusak sel, atau melekat pada dinding
usus. Pada gastroenteritis akut, usus halus adalah alat pencernaan yang
paling sering terkena.

Patogen

Muntah

Rotavirus

Sangat
sering

Adenovirus enteric

Kadangkadang

virus Norwalk

Sangat
sering

Salmonella

Kadangkadang

Diare

Demam

Karakteristik feses

Nyeri
abdomen
Sedikit,
dengan
tenesmus

5-7 hari;
Sering
organisme
dikeluarkan
dalam feses
dengan gejala
ringan atau tidak
bergejala
Sekitar 14 hari
Kadangkadang
derajat
rendah
Kurang sering,
Sering
dalam waktu 1-3
hari

Banyak, cair, hijau, kuning


atau bening, tidak ada darah
atau pus

Cair

Nyeri kram
sedang
sampai berat

2-7 hari; 40%


kasus
mengekskresika
n organisme
dalam feses
selama 4
minggu; 45%
anak 5 tahun
terus
mengekskresika
n organisme

Hijau, cair, dan berbau busuk;


darah bisa ada atau tidak

Sering
dengan
tenesmus

Sangat
sering

Cair

Gambaran
epidemiologis
Periode
inkubasi 1-3 hari

Periode
inkubasi 3-10 hari

Periode
inkubasi 12-48 jam;
sering berjangkit pada
anak usia sekolah
Periode
inkubasi 6-72%; karier
kronis

Shigella

Jarang

Campylobacter
jejuni

Mual
tetapi
jarang
muntah
Tidak
ada

E. coli enterotoksigenik

selama 12
minggu
1 minggu;
Sering
organisme
dikeluarkan
selama 7-30
hari, jarang lebih
dari itu; jika
antibiotik
diberikan
pengeluaran
berkurang
3 hari 1
Sering
minggu

5 hari, kadangkadang selama


10 hari

Jarang

Mukoid, berdarah, hijau


dengan pus (disentri dengan
cirri diare cair, demam tinggi,
malaise diikuti dengan
tenesmus dan colitis dalam 24
jam)

Nyeri tekan
sangat
sering,
kadang
terjadi kram

Periode inkubasi 1-7


hari; mudah ditularkan;
insidensi di fasilitas day
care meningkat anak
akan mengalami hasil
kultur negatif dan tidak
terdapat diare sebelum
kembali ke sekolah/day
care

Dimulai cair, sering disertai


darah atau mucus; awitan
mungkin bertahap atau
eksplosif
Feses cair banyak, kadangkadang dengan mucus tetapi
tidak ada pus atau darah

Nyeri kram
sangat
sering, nyeri
tekan sering
Kram sangat
sering

Periode inkubasi 2-4


hari, kadang-kadang
selama 7 hari; pemberian
ASI dapat melindungi
Periode inkubasi 10 jam6 hari; terlihat pada
negara berkembang

Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute fekal-oral dari orang ke


orang atau melalui air dan makanan yang terkontaminasi. Tinggal di
fasilitas day care juga meningkatkan risiko gastroenteritis, selain
bepergian ke Negara berkembang. Sebagian besar gastroenteritis dapat
sembuh sendiri dan prognosisnya baik dengan pengobatan. Anak-anak
malnutrisi

dapat

menderita

infeksi

yang

lebih

berat

dan

lebih

membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh.


(Betz & Sowden, 2009)
b) Gastroenteritis kronik
Diare sekresi
Diare dengan volume feses banyak biasanya disebabkan oleh
gangguan transport elektrolit akibat peningkatan produksi dan sekresi
air dan elektrolit namun kemampuan absorbs mukosa usus ke dalam
usus menurun. Penyebabnya adalah toksik bakteri (kolera), pengaruh
garam empedu, asam lemak rantai pendek, laktasif non osmotik dan

hormon intestinal
Diare osmotik
Terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat diabsorbsi sehingga
osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik dari plasma ke lumen

usus sehingga terjadilah diare.


Diare eksudatif
Inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus
maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat
infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive

enteropathy atau akibat radiasi.


Kelompok lain
Akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu transit
makanan/minuman di usus menjadi lebih cepat.

3. Etiologi dan Faktor Risiko Gastroenteritis


a. Faktor infeksi
Infeksi enteral ialah infeksi saluran

pencernaan

makanan

yang

merupakan penyebab utama gastroenteritis pada anak. Meliputi infeksi


enteral sebagai berikut: infeksi bakteri, seperti vibrio, E. coli, Salmonella,
Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya; Infeksi
virus yaitu Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis, Adenovirus, Rotavirus, dan lain-lain); Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris,

Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamobea histolytica, Giardia lamblia,


Trichomonas hominis) dan jamur (Candida albicans).
b. Infeksi parenteral
Infeksi parenteral adalah infeksi di luar alat pencernaan makanan, seperti
otitis media akut (OMA), tonsillitis atau tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur di bawah 2 tahun.
c. Faktor malabsorpsi
Malabsorpsi karbohidrat, misalnya

disakarida

(intoleransi

laktosa,

maltose, dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan


galaktosa); Malabsorpsi lemak dan malabsorpsi protein.
d. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
e. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada
anak yang lebiih besar).
(Ngastiyah, 2005)
4. Patofisiologi Gastroenteritis
(terlampir)
5. Manifestasi Klinis Gastroenteritis
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat.
Nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan
mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama makin
berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah
sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan terjadi makin lama makin
asam sebagai akibat makin banyak asam laktat ynag berasal dari laktosa
yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum/sesudah diare dan dapat
disebabkan

karena

lambung

turut

meradang

atau

akibat

gangguan

keseimbangan asam basa dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai tampak yaitu
berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung (pada bayi). Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
(Nelson,2000)
-

Konsistensi feses cair (diare) dan frekuensi defekasi meningkat


Muntah (umumnya tidak lama)
Demam (mungkin ada atau tidak)
Kram abdomen, tenesmus
Membran mukosa kering
Fontanel cekung (bayi)
Berat badan turun
Malaise

(Betz & Sowden, 2009)


6. Pemeriksaan Diagnostik Gastroenteritis
a) Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk mengethaui makroskopis dan mikroskopis,
biakan kuman untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap
berbagai natibiotik serta untuk mengetahui pH dan kadar gula jika diduga
ada intoleransi glukosa.
Karakteristik hasil pemeriksaan feses sebagai berikut :
- Feses berwarna pekat/putih kemungkinan disebabkan karena adanya
-

pigmen empedu (obstruksi empedu).


Feses berwarna hitam disebabkan karena efek dari obat seperti Fe,

diet tinggi buah merah dan sayur hijau tua seperti bayam.
Feses berwarna pucat disebabkan karena malabsorpsi lemak, diet

tinggi susu dan produk susu.


Feses berwarna orange atau hijau disebabkan karena infeksi usus.
Feses cair dan berlendir disebabkan karena diare yang penyebabnya

adalah bakteri.
Feses seperti tepung berwarna putih disebabkan karena diare yang

penyebabnya adalah virus.


Feses seperti ampas disebabkan karena diare yang penyebabnya

adalah parasit.
Feses yang di dalamnya terdapat unsur pus atau mucus disebabkan
karena bakteri, darah jika terjadi peradangan pada usus, terdapat
lemak dalam feses jika disebabkan karena malabsorpsi lemak dalam

usus halus (Suprianto, 2008)


b) Darah samar feses : untuk memeriksa adanya darah (lebih sering pada
c)
d)
e)
f)

gastroenteritis yang berasal dari bakteri)


Evaluasi volume, warna, konsistensi, adanya mukus atau pus pada feses
HItung darah lengkap dengan diferensial
Uji antigen immunoassay enzim untuk memastikan adanya rotavirus
Kultur feses (jika anak dirawat di RS, pus dalam feses, atau diare yang

berkepanjangan) untuk menentukan pathogen


g) Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
h) Aspirasi duodenum (jika diduga G. lamblia)
i) Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi; organisme
Shigella keluar melalui urine)
(Mansjoer, 2000; Betz & Sowden, 2009)
7. Penatalaksanaan Medis Gastroenteritis
a) Puasa sampai rehidrasi

b) Cairan dan elektrolit parenteral (kalium boleh diberikan dalam larutan


parenteral setelah fungsi ginjal dijamin baik melalui pengecekan haluaran
urine)
c) Pada diare kronis, hiperalimentasi mungkin diperlukan
d) Penggantian pengeluaran feses dengan cairan perenteral sesuai
kebutuhan untuk menjamin hidrasi adekuat
e) Penggunaan terapi rehidrasi oral mungkin diperbolehkan jika anak
mengalami dehidrasi kurang dari 10%, muntah minimal dan feses kurang
f)
g)
h)
i)

dari 10 ml/kg/jam
Masukan dan haluaran
Terapi antibiotik
Salep topikal untuk ekskoriai bokong
Tes feses untuk mengetahui darah samar, pH, dan substansi yang ikut

terbuang
j) Tanda vital tiap 1-2 jam
k) Mulai pemberian makan cair sedikit tapi sering, secara berangsur diet
l)

ditingkatkan sesuai toleransi


Periksa anggota keluarga yang lain (pengumpulan bahan feses) dan
mengobati secara tepat (Tucker, 1998)

Dasar pengobatan diare adalah:


a) Pemberian cairan (rehidrasi)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam rehidrasi adalah jenis cairan, cara
memberikan cairan, dan jumlah pemberiannya. Cara memberikan cairan
dalam terapi rehidrasi adalah jika belum ada dehidrasi.
Anjurkan anak untuk minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi.
Dehidrasi ringan: 1 jam pertama 25-50 ml/kg BB per oral (itragastrik),

selanjutnya 125 ml/kgBB/hari ad libitum.


Dehidrasi sedang: 1 jam pertama 50-100 ml/kgBB per oral/

intragastrik (sonde), selanjutnya 125 ml/kgBB/hari ad libitum.


Dehidrasi berat: dilakukan rehidrasi sesuai dengan umur dan berta
badan pasien sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bulan-2 tahun berat badan 3-10 kg.
1 jam pertama = 40 ml/kgBB/jam = 10 tetes/kgBB/menit (set infus
berukuran 1 ml =15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (set infus 1
ml = 20 tetes). 7 jam berikutnya = 12 ml/kgBB/jam = 3
tetes/kgBB/menit

(set

infus

ml

15

tetes)

atau

tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes). 16 jam berikutnya


yaitu 125 ml/kg BB oralit peroral atau inragastrim bila anak tidak
mau minum teruskan dengan DG an intravena 2 tetes/kg BB/
menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kg BB/ menit (set
infus 1 ml = 20 tetes).

Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.
1 jam pertama yaitu 30 ml/kg BB/jam atau 8 tetes/kg BB/menit (1
ml = 15 tetes) atau 10 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes). 7 jam
berikutnya yaitu 10 ml/ kgBB/ jam atau 3 tetes/kg BB/menit (1 ml
= 15 tetes) atau 4 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes). 16 jam
berikutnya yaitu 125 ml/kgBB oralit peroral atau intragastrik. Bila
anak tidak mauminum dapat diteruskan dengan DG aa intravena
2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kg BB/ menit (1

ml = 20 tetes).
Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25
kg.
1 jam pertama yaitu 20 ml/kgBB/ jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1
ml = 15 tetes) atau 7 tetes/ kg BB/menit (1 ml = 20 tetes). 7 jam
berikutnya yaitu 10 ml/kgBB/jam atau 21/2 tetes/kg BB/menit (1 ml
= 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes). 16 jam
berikutnya yaitu 105 ml/kgBB oralit peroral atau bila anak tidak
mau minum dapat diberikan DG aa intravena 1 tetes/kgBB/menit

(1 ml = 15 tetes) atau 11/2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).


Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3 kg.
Kebutuhan cairannya yaitu 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/
kgBB/ 24 jam. Jenis cairan adalah cairan 4:1 (4 bagian glukosa
5% + 1 bagian NaHCO3 11/2%). Kecepatan pemberian cairan yaitu
4 jam pertama = 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml =
15 tetes) 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes). 20 jam berikutnya
yaitu 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15

tetes) atau 21/2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).


Untuk bayi dengan berta badan lahir rendah, dengan berat
badan kurang dari 2 kg.
Kebutuhan cairannya adalah 250 ml/kg BB/24 jam. Jenis cairan
yang diberikan yaitu cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% = 1 bagian
NaHCO3 11/2). Kecepatan pemberian terapi rehidrasi sama
dengan pada bayi baru lahir. Cairan untuk pasien MEP sedang
dan berat dengan diare dehidrasi berat misalnya untuk anak umur
1 bulan-2 tahun dengan berat badan 3-10 kg. Jenis cairan DG aa.
Jumlah cairan 250 ml/kgBB/24 jam. Kecepatan 4 jam pertama =
60 ml/kgBB/jam atau 15 ml/kgBB/jam atau = 4 tetes/kgBB/menit
(1 ml = 15 tetes) atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes). 20 jam
berikutnya = 190 ml/kgBB/20 jam atau 10 ml/kgBB/jam atau 21/2

tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kg BB/menit (1 ml


= 20 tetes).
b) Dietetic (cara pemberian makanan)
Tujuan diit pada pasien gastroenteritis adalah memberikan makanan
secukupnya untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa memberatkan
kerja usus, mencegah dan mengurangi resiko dehidrasi, mengupayakan
agar anak segera mendapat makanan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
Syarat diit pada pasien gastroenteritis adalah pasien tidak dipuasakan
setelah terjadi rehidrasi, diberi makanan peroral dalam 24 jam pertama,
pemberian ASI diutamakan, makanan cukup energi dan protein, makanan
tidak merangsang saluran pencernaan yaitu tidak mengandung bumbu
tajam, tidak menimbulkan gas, makanan diberikan bertahap dari makanan
ringan (mudah cerna) dalam bentuk yang sesuai menurut umur dan
keadaan penyakit, makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi
sering.
Jenis diit untuk penderita gastroenteritis pada anak adalah susu LLM dan
bubur tempe. Susu LLM merupakan susu yang rendah laktosa sehingga
sangat baik bagi anak yang menderita gastroenteritis karena intoleransi
laktosa. Manfaat dari bubur tempe adalah memenuhi kebutuhan nutrisi.
Keuntungan dari diit bubur tempe adalah makanan mudah dicerna dan
diabsorbsi dalam usus halus sehingga tidak memperberat kerja usus.
c) Obat-obatan
Obat anti sekresi, Asetosal. Dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30
mg klorpomazin dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari.
Obat spasmolitik dan lain-lain, umumnya obat spasmollitik seperti
papaverin, ekstrak beladona, opium loperamid tidak digunakan untuk
mengatasi diare akut lagi. Obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin,
charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare, sehingga
tidak diberikan lagi.
Antibiotik, umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab
yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25-50
mg/kgBB/hari. Antibiotik juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta
seperti OMA, faringitis, bronkitis, atau bronkopneumonia (Ngastiyah,
2005:230).
Penatalaksanaan medis:
Bila anak hanya mengalami dehidrasi ringan penatalaksanaan dilakukan
dengan rawat jalan, rehidrasi dapat dilakukan per oral dengan larutan
rehidrasi oral (Pedialyte, Ricelyte). Cairan rehidrasi oral diberikan sedikit tetapi

sering (5 sampai 15 ml). Bagi yang mendapat ASI dapat terus disusui selama
periode diare. Dalam hal dehidrasi berat, anak dirawat dirumah sakit untuk
mendapatkan terapi intravena (IV) demi mengatasi dehidrasinya. Jumlah
dehidrasi dihitung dan cairan diganti dalam 24 jam, bersamaan dengan
pemberian cairan rumatan.
Jika ada syok, segera dilakukan resusitasi cairan (20 ml/kg larutan
normal salin atau larutan Ringer laktat, ulangi bila perlu). Pada kasus-kasus
ini, bila pemasangan jalur IV tidak berhasil, rute intraoseus dapat dipakai
untuk memberikan cairan dalam keadaan darurat pada anak yang berusia
kurang dari 6 tahun. Bila perfusi sistemik telah membaik, berarti koreksi
dehidrasi telah dimulai.
Setelah rehidrasi selesai, diet dapat dilanjutkan dengan diet biasa
mudah dicerna. Makanan yang paling ditoleransi adalah karbohidrat kompleks
(nasi, gandum, sereal, kentang, dan roti), yogurt, daging tidak berlemak, buahbuahan,

dan

sayuran.

Diet

klasik

adalah

BRAT

(banana/pisang,

rice/nasi,applesauce/saus apel, dan toast/roti panggang), walaupun dapat


ditoleransi dengan baik, mengandung protein, lemak, dan kalori yang rendah
untuk energi. Jus, minuman berenergi, dan softdrink harus dihindari.
Pemberian cairan rehidrasi dari ASI dan makanan per oral telah
dilaporkan menurunkan durasi diare. Pengembalian ke makanan oral normal
adalah penting, khususnya pada kasus sebelum terjadinya malnutrisi.
Pemberian antiemetik dan antispasmodik biasanya tidak dianjurkan.
Antibiotik juga tidak diindikasikan pada sebagian besar kasus karena
gastroenteritis bakterial maupun viral dapat sembuh dengan sendirinya. Akan
tetapi, antibiotik digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh
organisme Shigella, E. Coli, organisme Salmonella, (dengan sepsis atau
infeksi setempat), dan G. Lamblia. Antibitoik dapat memperpanjang status
carier pada infeksi Salmonella (Betz & Sowden, 2009).
8. Komplikasi
-

Dehidrasi

Renyatan Hiporomelik

Kejang

Bakterikimia

Malnutrisi

Hipoglikimia

Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus

Dari komplikasi Gastroenteritis, tingkat dehidrasi dapat di klasifikasikan


sebagai berikut :
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 5% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
b. Dehidrasi sedang
Kehilangan 5 8% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit jelek,
suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
c. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 10% dari BB dengan gambaran klinik seperti tanda
dihidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai
koma, otot kaku sampai sianosis.

DAFTAR PUSTAKA
Betz & Sowden. (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Ed. 5. Jakarta: EGC.
Brooker, Chris. (2008). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
Hidayat, Alimul, Aziz, A. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Mansjoer, Arief, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Ed. 2. Jakarta: EGC.

Pathway gastroenteritis
Infeksi (bakteri,
virus, parasit)

Masuk ke
lambung

Lolos dari asam


lambung.
Masuk ke usus

Mengiritasi
mukosa usus

Gatroenteritis

Reaksi
inflamasi

Anda mungkin juga menyukai