Anda di halaman 1dari 2

LATAR BELAKANG

Anak sebagai aset sumber daya manusia (SDM) dan generasi penerus perlu diperhatikan
kehidupannya. Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam
pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia. Kecukupan gizi sangat mempengaruhi
terhadap kesehatan dan produktivitas kerja manusia. Banyak aspek yang berpengaruh terhadap
status gizi antara lain aspek pola pangan, sosial budaya dan pengaruh konsumsi pangan
(Maryani, 2008).

Usia antara 6 sampai 12 tahun adalah usia anak yang duduk dibangku SD. Pada masa ini anak
mulai masuk kedalam dunia baru, anak mulai banyak berhubungan dengan orang-orang diluar
keluarganya dan berkenalan dengan suasana dan lingkungan baru dalam kehidupannya
(Moehji, 2003).

Pada umur ini anak lebih banyak aktivitasnya, baik di sekolah maupun diluar sekolah, sehingga
anak perlu energi lebih banyak. Pertumbuhan anak lambat tetapi pasti, sesuai dengan
banyaknya makanan yang dikonsumsi anak. Sebaiknya anak diberikan makanan pagi sebelum
ke sekolah, agar anak dapat berkonsentrasi pada pelajaran dengan baik dan berprestasi
(Soetjiningsih, 2012).

Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih.
Masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh dua faktor besar, yaitu tingkat pendapatan dan
tingkat pendidikan suatu keluarga.

Pendapatan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian status gizi.
Pendapatan seseorang berpengaruh terhadap kemampuan orang tersebut memenuhi kebutuhan
makanan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh (Notoatmodjo, 2010 : 10). Tingkat
pendapatan keluarga adalah tinggi rendahnya pendapatan keluarga, yang berdasarkan jenis
pekerjaan, lamanya bekerja, UMR dan UMP, pendidikan. Jika suatu keluarga memiliki
pendapatan yang besar serta cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anggota keluarga maka
pemenuhan kebutuhan gizi pada balita terjamin dan sebaliknya.
Di Indonesia hanya 37% orang tua yang mengerti tentang pentingnya gizi bagi anak, sehingga
hanya sedikit para orang tua yang memberikan asupan makanan bergizi pada anak (Irianto,
2007: 3). Hal ini dikarenakan pada suatu keluarga yang pendidikan dan tingkat pendapatannya
rendah belum dapat memenuhi kebutuhan gizi dengan baik, karena tidak jarang keluarga
seperti ini hanya satu minggu bahkan satu bulan sekali mengkonsumsi makanan yang tergolong
gizi baik.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil dan mengadakan
penelitian tentang Pengaruh tingkat pendidikan ibu dan pendapatan keluarga terhadap status
gizi anak SD di Kecamatan Pagelaran.

Anda mungkin juga menyukai