AHMAD ROFAI
AHMAD ROFAI
1406618682
Dosen Pengajar
Dr. Bambang Shergi Laksmono, MSc.
Ni Luh Putu Maitra Agastya, MSW
0
[1] Konsep dan Manfaat Logical Framework Analysis
Kemudian sumber lain menyebutkan bahwa LFA merupakan sebuah instrumen analisis,
presentasi dan manajemen yang dapat membantu perencana dalam menganalisis situasi eksisting,
membangun hirarki logika dari tujuan yang ingin dicapai, mengidentifikasi resiko otensial yang
dihadapi dalam pencapaian tujuan dan hasil, membangun cara untuk melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap tujuan (output) dan hasil (outcomes), menyajikan ringkasan aktivitas suatu
kegiatan serta membantu upaya monitoring selama pelaksanaan implementasi proyek ( Marimin
dan Zulfandri).
Adapun manfaat dari penggunaan Logical Framework Analysis (LFA) dikutip dari LO-
FTF Nordic-Dutch sebagai berikut :
a. LFA dapat memperjelas dan membuat definisi dengan cara yang lebih persis dan logis
terkait tujuan, hasil dan kegiatan proyek yang perlu untuk mencapai proyek yang
memberikan manfaat dan dampak berkesinambungan dengan membuat hubungan saling
terkait yang jelas, serta asumsi-asumsi diluar cakupan program yang mungkin
perpengaruh terhadap ketercapaian tujuan.
b. LFA dapat digunakan dalam meningkatkan proses implementasi, pengawasan &
monitoring proyek serta evaluasi lanjutan dengan menyediakan tujuan yang didefinisikan
secara jelas dan menentukan indikator-indikator sebagai alat ukur keberhasilan.
1
[2] Logical Framework Analysis
Berikut merupakan kutipan dari penelitian yang ditulis oleh Zebua dan Nurdjayadi
(2011), yang menunjukan data perilaku konsumtif di Indonesia
Sejak tahun 1970-an hingga hari ini, Indonesia sudah dikenal sebagai negara paling konsumtif di dunia. Bahkan pada saat krisis
ekonomi global melanda dunia di tahun 1998 dan 2008, Indonesia seolah tidak terpengaruh, sehingga nilai belanja
masyarakatnya meningkat cukup signifikan.
Berdasarkan kutipan diatas, dengan kondisi total pemuda di Indonesia adalah sebanyak
62,6% dari total keluruhan penduduk (data BPS 2013), maka dapat disimpulkan bahwa pemuda
memiliki peluang terbesar sebagai actor dalam perilaku dan peningkatan tindakan konsumtif.
Zebua dan Nurdjayadi kemudian menambahkan bahwa pemuda konsumtif memilih dan membeli
sesuatu tanpa memikirkan manfaatnya, artinya pemuda kurang selektif dalam memilih mana
kebutuhan yang pokok dan mana kebutuhan yang tidak pokok.
Berdasarkan paparan isu perilaku konsumtif pada pemuda diatas, perlu adanya sebuah
kebijakan mengenai perubahan pola dan kesadaran pemuda untuk lebih bijaksana dalam
mengatur keangan dan finansial. maka, muncul sebuah kebijakan pendidikan karakter yang
memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa;
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan
tradisi budaya bangsa yang relijius;
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan;
5. Mengembangkan lingkukngan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.
Note: Mengembangkan kebiasaan dan perilaku terpuji peserta didik dalam tujuan kebijakan
pendidikan karakter diatas, merupakan fokus utama program usulan dalam Logical Framework
Analysis yang akan dibuat pada subab selanjutnya.
2
c. LFA Program Pendidikan Karakter melalui basis kurikulum Integratif Pengabdian
Masyarakat.
3
c. Paparan singkat program
Dalam program basis kurikulum integratif pengambdian masyarakat yang telah dibuat
FLA diatas, merupakan salah satu cara terbaik dalam merespon isu perilaku konsumtif pada
remaja melalui pendidikan karakter. Tujuan utama dari program pengabdian masyarakat ini
adalah:
Terciptanya perilaku terpuji serta munculnya sikap kesadaran pemuda sejak dini (pendidikan
SMA) dalam pengaturan manajemen finansial secara hemat dan terarah untuk meminimalisasi
sekaligus menghilangkan perilaku konsumtif yang terjadi pada khalayak pemuda Indonesia.
Dalam mencapai tujuan utama diatas, maka perlu sebuah langkah strategis sekaligus
impelementatif yang dapat memunculkan sikap kesadaran pemuda mengenai isu konsumtif
tersebut. Berdasarkan hal ini, program pengabdian masyarakat menurut penulis, dianggap paling
relevan dalam membangun kesadaran itu sendiri. Mengingat pengabdian masyarakat merupakan
model pembelajaran yang menuntut siswa melakukan kegiatan secara nyata dalam memberikan
pelayanan pada masyarakat disekitarnya.
4
REFERENSI
[1] Zebua, A. S, Nurdjayadi, R.D. (2001). Hubungan Antara Konformitas dan Konsep Diri
dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan: Phronesis.
Vol 3, No 6.
[2] Marimin dan Zulfandri. nd. Strategi Pengembangan Agroindustri Kakao Berbasis
Kelompok Tani di Propinsi Sumatra Barat. Bogor: Intitut Pertanian Bogor.
[4] Nordic-Dutch Trade Union Centres Guidelines. nd. Buku Pegangan Perencanaan Proyek
Partisipatif.