Anda di halaman 1dari 8

ORGANISASI DALAM BIMBINGAN KONSELING

TELUSURI

organisasi dalam
bimbingan konseling
1. ABKIN (ASOSIASI BIMBINGAN KONSELING INDONESIA)

Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (disingkat ABKIN) adalah organisasi profesi di

Indonesia yang beranggotakan guru bimbingan dan konseling atau konselor. Awalnya

organisasi ini bernama Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) yang didirikan pada

tanggal 17 Desember 1975.

Layanan bimbingan dan konseling adalah layanan yang diberikan oleh tenaga profesional

bimbingan dan konseling kepada peserta didik dan anggota masyarakat lainnya agar

mereka mampu memperkembangkan potensi yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri,

serta mengatasi permasalahannya sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya cara

bertanggungjawab tanpa bergantung kepada orang lain.

Berdasarkan konvensi bimbingan ke I di Malang tanggal 17 Desember 1975 telah

bersepakat bulat membentuk organisasi profesi bimbingan dan konseling yang bernama

Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI). Berdasarkan Hasil Kongres IX IPBI di

Bandar Lampung nama IPBI diubah menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling

Indonesia (ABKIN).
2. IKI (IKATAN KONSELOR INDONESIA)

Ikatan Konselor Indonesia (IKI) merupakan organisasi profesi yang menghimpun seluruh

konselor di Indonesia. Konselor sendiri yaitu suatu profesi yang melayani konseling bagi

masyarakat. Gerakan konseling di Indonesia yang dimulai sejak awal tahun 1960-an telah

berkembang dan berhasil mewujudkan secara nyata kegiatan konseling sebagai pelayanan

profesi bagi warga masyarakat luas, pada setting sekolah, perguruan tinggi, instansi resmi

dan swasta, dunia usaha dan industri, keluarga, dan kelembagaan kemasyarakatan

lainnya.

3.ACA (AMERIKA COUNSELLOR ASSOCIATION)

The American Counseling Association (ACA) adalah asosiasi profesional untuk semua

konselor. Misi dari organisasi ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dalam

masyarakat dengan mempromosikan pengembangan konselor profesional,

memajukan konseling profesi, dan menggunakan profesi dan praktekdari konseling untuk

mempromosikan penghormatan terhadap martabat manusiadan keragaman. Secara

organisasi ACA adalah organisasi yang mewakili kemitraan kemitraan konselor

profesional yang meningkatkan pembangunan manusia. Hal ini terdiri dari 18 divisi yang

mewakili pengaturan kerja tertentu atau bidang minat dalam bidang konseling; 56 negara

atau afiliasi cabang, yang terbagi menjadi 4 wilayah yang mewakili wilayah geografis

utama; beberapa organisasi dan afiliasinya, yang meningkatkan layanan anggota. Melalui

kegiatan dan entitas, ACA mempengaruhi semua aspek konseling profesional. Daerah ini

termasuk credentialing konselor dan akreditasi program pendidikan konselor,

mengembangkan dan menyebarkan standar etika, yang menawarkan pengembangan


profesional, menawarkan sumber daya profesional dan jasa, dan mempengaruhi

kebijakan publik dan perundang-undangan.

ACA memiliki 14 komite berdiri yang membahas banyak bisnis profesional dari asosiasi.

Salah satu komite adalah Komite Etika, yang bertanggung jawab untuk memperbarui

standar etika untuk asosiasi dan menyelidiki dan menengahi keluhan etis. Ketika

bergabung dengan ACA, seseorang harus menandatangani pernyataan setuju untuk

mematuhi Kode Etik dan Standar Praktek. Informasi tambahan tentang etika, isu-isu

etika, dan perilaku profesional tersedia melalui sejumlah layanan dan sumber daya yang

ditawarkan oleh asosiasi. ACA dan entitas yang menawarkan berbagai pelatihan dan

kesempatan pengembangan profesional.

4. The American School Counselor Association (ASCA) menjadi sebuah divisi dari ACA

di tahun 1953 Selama beberapa tahun terakhir ini telah menjadi organisasi yang lebih

otonom, namun masih mammm divisi. ASCA mendukung fokus konselor sekolah

profesional 'pada pengembangan akademik, pribadi/sosial dan karir untuk semua siswa.

Struktur ASCA mirip dengan ACA. ASCA memiliki sejumlah komite. Salah satunya

adalah Komite Etika. Komite ini bertanggung jawab untuk pengembangan Sebuah

Standar Etika untuk Konselor Sekolah, kode etik bagi comodnm sekolah profesional yang

akan dibahas pada bagian berikutnya. ASCA mensponsori konferensi nasional dan

jumlah oflana kegiatan pengembangan profesional bagi konselor sekolah profesional.


Standar etika biasanya dikembangkan oleh asosiasi profesional untuk membimbing

perilaku kelompok tertentu profesional. Menurut Herlihy dan Corey (1996), standar etika

melayani tiga tujuan: mendidik anggota tentang perilaku etis suara, menyediakan

mekanisme untuk akuntabilitas, dan melayani sebagai sarana untuk meningkatkan

praktek profesional. Kode etik yang diperbarui secara berkala untuk memastikan

relevansi dan kelayakan dan semua asosiasi menjamin masukan dari stakeholder dalam

proses. Kode etik didasarkan pada norma-norma yang berlaku umum, kepercayaan, adat

istiadat dan nilai-nilai (Fischer & Sorenson, 1996). Kode etik juga melayani fungsi lain

yang penting-mereka melindungi dan mendidik masyarakat tentang standar perilaku

mereka harus harapkan dari konselor.

Kode Etik dan Standar Praktik ACA didasarkan pada lima prinsip moral (Herlihy &

Corey, 1996) yang memandu perilaku konselor Otonomi mengacu pada kemampuan

klien untuk memilih dan untuk membuat keputusan tentang perilaku mereka dan pilihan-

pilihan bagi diri mereka sendiri. Selalu mempromosikan bahwa konselor melayani

pertumbuhan dengan baik dari klien. Keadilan mengacu pada keadilan dalam hubungan

konselor 'dan termasuk perlakuan yang adil dan pertimbangan dari klien. Prinsip terakhir

adalah kesetiaan, yang mengacu pada kejujuran dalam hubungan klien-konselor,

menghormati komitmen seseorang untuk klien dan membangun hubungan yang

menerima.
Pengertian Profesi

Dalam Prayitno; Erman Amti (2004) disebutkan bahwa profesi adalah suatu jabatan atau

pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugasnya. Artinya, pekerjaan yang disebut

profesi itu tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara

khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu.

Profesi merupakan pekerjaan atau karir yang bersifat pelayanan bantuan keahlian dengan

tingkat ketepatan yang tinggi untuk kebahagiaan pengguna berdasarkan norma-norma

yang berlaku. Kekuatan dan eksistensi profesi muncul sebagai akibat interaksi timbal

balik antara kinerja tenaga profesional dengan kepercayaan publik (publik trust).

(Depdiknas, 2004).

Pengertian Kode Etik Profesi

Kode etik adalah seperangkat standar, peraturan, pedoman, dan nilai yang mengatur

mengarahkan perbuatan atau tindakan dalam suatu perusahaan, profesi, atau organisasi

bagi para pekerja atau anggotanya, dan interaksi antara para pekerja atau anggota dengan

masyarakat (Yusuf, 2009).

Kode etik profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap tenaga profesi

dalam menjalankan tugas profesi dan dalam kehidupannya dimasyarakat. Norma-norma

itu berisi apa yang tidak boleh, apa yang seharusnya dilakukan, dan apa yang diharapkan

dari tenaga profesi. Pelanggaran terhadap norma-norma tersebut akan mendapat sanksi

(Depdiknas, 2004).

Dari beberapa pendapat tentang pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis

mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kode etik profesi adalah pola
aturan atau norma-norma, tata cara dan pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan

atau pekerjaan yang harus perhatikan oleh setiap tenaga profesi.

B. Dasar Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling

1. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan (pasal 28 ayat 1, 2 dan 3 tentang standar pendidik dan tenaga

kependidikan)

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2008

tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

Persamaan

1. Organisasi profesi yang beranggotakan guru bimbingan dan konseling atau konselor

dengan kualifikasi pendidikan akademik yang sesuai.

2. Memiliki tanggungjawab profesional yang sama.

Tanggung jawab konselor adalah menghargai dan meningkatkan kesejahteraan konseli.

Dalam rangka mewujudkan hal tersebut maka konselor harus melaksanakan tanggung

jawab

3. Memiliki fungsi kode etik yang sama yaitu sebagai pedoman pelaksanaan tugas dan

pedoman bagi masyarakat sebagai seorang profesional

4. Terdapat sanksi pelanggaran bagi para konselor profesional dan diatur dalam kode etik

ACA, IKI, dan ABKIN


5. Ada pengaturan konstribusi terhadap profesi

6. Konselor menggunakan instrument asesmen sebagai salah satu komponen dari proses

konseli dengan disesuaikan pada pribadi konseli dan budaya yang dimiliki. Konselor

berusaha menciptakan kebermaknaan dari konseli atau kelompok konseli dengan

membangun dan menggunakan instrument asesmen pendidikan, psikologi dan karir.

Dengan melakukan evaluasi, asesmen, dan interpretasi.

7. Ketiga asosiasi ini memberikan penjelasan mengenai hubungan konselor dengan ahli

lain.

8. Memiliki kesamaan prinsip-prinsip pokok profesionalitas

9. Ketiga asosiasi ini menjelaskan mengenai hubungan dalam konseling.

10. Menjelaskan mengenai hubungan multikultur dalam konseling.

11. Menjelaskan mengenai konstribusi terhadap profesinya.

12. Terdapat pengaturan dan ketentuan yang ditetapkan dalam melakukan referal.

13. Ketiga asosia ini memberikan penjelasan mengenai evaluasi, pengkajian serta

interpretasi.

14. ACA, IKI, dan ABKIN memiliki tanggungjawab terhadap anggotanya.

Perbedaan ACA

1. Kode etik dan standar praktik ACA didasarkan pada lima prinsip moral

2. Kode etik ACA dibagi menjadii delapan wilayah yaitu hubungan

konseling, kerahasiaan,

tanggungjawab profesional, hubungan dengan profrsional lain, evaluasi penilaian dan


interpretasi, pengajaran pelatihan dan pengawasan, menyelesaikan masalah etis.

3. Dalam kode etik ACA dijelaskan dengan rinci mengenai supervisi, pelatihan dan

pengajaran.

4. Dalam kode etik ACA dijelaskan mengenai penelitian dan bagaimana

mempublikasikan

penelitian tersebut.

5. Dalam ACA dijelaskan mengenai konseling jarak jauh,mengenai teknologi, serta

penggunaan media sosial.

Perbedaan ABKIN :

1. Dasar kode etik ABKIN adalah Pancasila, UUD, dan peraturan pemerintah.

2. Kualifikasinya terdiri dari Sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan

Konseling dan berpendidikan profesi konselor (PPK).

Rekomendasi

1. ABKIN perlu membahas mengenai supervisi, pelatihan dan pengajaran dengan lebih

rinci

2. ABKIN perlu menambahkan pengaturan mengenai konseling dengan teknologi, media

sosial, serta konseling jarak jauh.

3. ABKIN perlu memberikan peraturan yang jelas mengenai pembahasan isu

multikultural dalam kode etiknya secara tertulis, karena Indonesia tidak bisa lepas dengan

keragaman multikultur yang ada.

Anda mungkin juga menyukai