Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada zaman yang serba instan seperti saat ini, generasi milenial
dihadapkan dengan banyak gaya hidup dan cara bersosial yang dapat
berpengaruh terdahap kehidupannya. Perubahan sikap dan penyakit mental
yang kian marak kita jumpai di zaman sekarang ini terjadi di beragam
tempat, dapat terjadi sekolah, rumah, tempat kerja, dan lain sebagainya.
Sebagai makhluk sosial kita sangat memerlukan adanya orang lain untuk
menjadi tempat mendapatkan bimbingan dan pengarahan agar tidak terjebak
dan masuk dalam kondisi yang fatal. Oleh karenanya keberadaan konselor
dalam dunia pendidikan khususnya sangat penting. Dalam usia pertumbuhan
dan perkembangan, anak-anak pada jenjang pendidikan akan memiliki
masalah-masalah yang semakin kompleks sehingga membutuhkan orang lain
yang memiliki kemampuan dalam membimbing yang disebut dengan
konselor.
Oleh sebab itu, pada makalah ini kita akan membahas bagaimana
bimbingan dan konseling dalam berbagai jenjang pendidikan dari tingkat
PAUD hingga tingkat sekolah menegah sederajat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana bimbingan dan konseling pada tingkat PAUD ?
2. Bagaimana bimbingan dan konseling pada tingkat SD?
3. Bagaimana bimbingan dan konseling pada tingkat SMP?
4. Bagaimana bimbingan dan konseling pada tingkat MTs?
5. Bagaimana bimbingan dan konseling pada tingkat SMA?
6. Bagaimana bimbingan dan konseling pada tingkat MA?
7. Bagaimana bimbingan dan konseling pada tingkat SMK?

1
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui bimbingan dan konseling pada tingkat PAUD
2. Untuk mengetahui bimbingan dan konseling pada tingkat SD
3. Untuk mengetahui bimbingan dan konseling pada tingkat SMP
4. Untuk mengetahui bimbingan dan konseling pada tingkat MTs
5. Untuk mengetahui bimbingan dan konseling pada tingkat SMA
6. Untuk mengetahui bimbingan dan konseling pada tingkat MA
7. Untuk mengetahui bimbingan dan konseling pada tingkat SMK

2
BAB II
KAJIAN TEORITIS

2.1 BIMBINGAN DAN KONSELING PADA TINGKAT PAUD


2.1.1 Pengertian Pendidikan di Usia Dini
Berdasarkan UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 14 yang berbunyi pendidikan
anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usiaenam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untukmembantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anakmemiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Menurut Marjory Ebbeck (dalam Hibama S, 2005)
menyatakan bahwa PAUD adalah pelayanan kepada anak mulai dari
lahir sampai umur enam tahun.Sedangkan menurut Nurlaila N.Q,
Mei Tientje dan Yul Iskandar (2004) menyatakan bahwa PAUD
merupakan sarana untuk menggali danmengembangkan potensi
multiple intelegensi anak. Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa PAUD adalah suatu perwujudan layanan
pendidikan sejak lahir sampai usia enam tahun dengan cara
pemberian rangsangan pendidikan sehingga mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan yang baik pada anak.

2.1.2 Urgensi Bk di Tingkat Pendidikan Usia Dini


Semua anak didik memerlukan bantuan, baik yang
dianggap tidak punya masalah maupun anak yang menghadapi
masalah. Anak yang dianggap tidak memiliki masalah, tetapi tetap
membutuhkan bimbingan karena anak perlu tetap mengembangkan
kemampuan yang ada pada dirinya. Bantuan yang diberikan pada
anak seperti ini bersifat pencegahan dan pengembangan. Sementara

3
bimbingan untuk anak yang bermasalah lebih bersifat perbaikan.
Kehadiran bimbingan dalam praktik pendidikan paud tidak cukup
dikaitkan dengan proses pengajaran melainkan juga perlu dikaitkan
dengan berbagai kegiatan lain yang menunjang pertumbuhan dan
perkembangan anak. Bimbingan yang dilakukan pada anak usia dini
tidak bersifat sementara. Bimbingan tidak hanya dilakukan bila ada
berbagai masalah yang dihadapi anak, tetapi bimbingan perlu
dilakukan secara berkelanjutan dan senantiasa berorientasi pada
upaya membantu perkembangan anak seoptimal mungkin. Anak
pada usia dini adalah fase awal untuk perkembangan yang lebih
lanjut, sehingga adanya bimbingan konseling pada jenjang ini
sangatlah penting.

2.1.3 Masalah-Masalah Pada Tingkat Pendidikan Usia Dini


1) Pola pikir anak (aspek kognitif). Perilaku bermasalah pada aspek
kognitif, yaitu :
a) Berpikir Irasional
b) Pikiran negative
c) Tidak mau belajar.
d) Malas masuk sekolah.
e) Sulit menghapal kata dan nama benda.
f) Tidak memperhatikan pelajaran
g) Terlambat berpikir
h) Pelupa
i) Rasa ingin tahunya rendah Suka menyalahkan orang lain dan
menganggap dirinya paling benar.

2) Masalah fisik motoric


a.) Tanganya kidal
b.) Berjalan pincangButa,tuli,dan bisu
c.) Terlalu gemuk

4
d.) Berambut keriting

3) Sosio emosional
a) Pendiam, pemalu, minder
b) Egois
c) Menolak realitas ( suka membuat kegaduan)
d) Bersikap kaku
e) Sulit berteman, membenci guru tertentu

2.1.4 Peran Bimbingan Konseling di PAUD


Cara mengatasi masalah masalah yang biasa terjadi antara lain:
1) Sosio-emosional
a. Adanya motivasi positif dari guru dan orang tua.
b. Berikanlah sedikit pujian agar anak menjadi lebih berani untuk
bergaul.
c. Ibu dan guru harus bisa menjelaskan kepada anaknya bahwa
sekolah harus mandiri.
2) Motorik
a. Anak diajari melalui kegiatan yang mengasah koordinasi dari
motorik kasar maupun motorik halus. Seperti kegiatan out bond
yang melatih kimerja otot motorik kasar. Dan latihan menggambar
atau menulis untuk melatih gerak motorik halus.
b. Latihan terus-menerus secara berkesinambungan baik untuk
mengembangkan motorik kasar ataupun halus.
3) Penglihatan
a. Mengajari dan mengarahkan dengan menunjukkan dan
menyebutkan berbagai macam bentuk dan warna sehingga anak
mengerti dan paham tentang benda-benda yang ada.
b. Latihan ketangkasan seperti menyusun puzzle memberi warna pada
gambar, menyusun benda bangun ruang (balok, kubus, seditiga dll)
untuk membektuk suatu benda atau bangunan.

5
4) Pendengaran
a. Menunjukkan berbagai suara.
b. Diajak untuk berbicara dan memberikan kosakata untuk dihafal dan
dipahami.
c. Mengajari untuk bernyanyi lagu-lagu sederhana.
d. Dan yang terutama adalah motivasi.
5) Berbahasa
a. Dilatih terus untuk diajak berbicara terus menerus
b. Latihan berbicara di depan umum untuk mengemukakan apa
yang ada di pikirannya.
6) Kecerdasan
a. Kita ajak siswa-siswi kita untuk belajar tentang hal-hal kecil
disekitar kita tetapi tetap sarat akan nilai edukatifnya.
b. Kita ajak bermain belajar dengan model sambil
belajar.sehingga anak merasa senang ketika belajar.
Yang paling utama dalam menangani permasalahan yang ada
adalah kita harus sabar, ulet dan telaten dalam menghadapi permasalahan
yang ada. Pemberian motivasi positif terhadap anak didik akan
memberikan dampak yang baik terhadap perkembangan mereka dalam
segala aspek.
Guru/pendamping dapat mengembangkan kemampuan
pribadi-sosial anak dengan cara dapat distimulasi melalui kegiatan
bermain. Selama bermain anak-anak berinteraksi dengan sebaya dan
guru/pendamping mereka. Stimulasi tersebut dapat terjadi karena
pada saat bermain anak-anak melakukan kegiatan sebagai berikut.
a. Mempraktikkan keterampilan berkomunikasi baik verbal maupun
nonverbal dengan cara menegosiasikan peran, mencoba
memperoleh keuntungan saat bermain atau mengapresiasi perasaan
teman lain.
b. Merespons perasaan teman sepermainan di samping menunggu
giliran dan berbagi materi serta pengalaman.

6
c. Bereksperimen dengan peran-peran di rumah, sekolah dan
komunitas dengan menjalin kontak dengan kebutuhan dan
kehendak orang lain.
d. Mencoba melihat sudut pandang orang lain. Begitu anak
bersentuhan dengan konflik tentang ruang, waktu, materi dan
aturan, mereka membangun strategi resolusi konflik secara positif.
Untuk dapat memberikan pola perlakuan yang sesuai dengan
karakteristik anak maka ada beberapa aspek yang harus di kuasai oleh
seorang guru selaku pembimbing di taman kanak-kanak.
1. Guru harus memiliki kesabaran yang tinggi dalam menghadapi
berbagai karakter anak yang berbeda sehingga guru mampu
menahan emosi bila berhadapan dengan suatu kondisi tertentu
2. Guru harus memiliki sikap kasih sayang yang di wujudkan
melaluibentuk perlakuan guru kepada muridnya.
3. Guru harus memiliki sikap penuh perhatian dan mengetahui
berbagai perubahan dari sifat perilakunya
4. Guru harus memiliki sifat ramah dan menyenangkan sehingga
anak akan merasa senang dan aman bila berhadapan dengan
gurunya
5. Guru harus memiliki sifat toleransi yang tinggi dan tidak
memaksa kehendaka anak dan mau mengerti apa yang sedang
anak hadapi
6. Guru harus dapat menerima anak apa adanya dengan segala
kelebihan dan kekuranganya.
7. Guru harus bersikap adil dan tidak membeda-bedakan anak,
sehingga anak akan mendapat perlakuan yang sama
8. Guru harus dapat memahami perasaan anak didiknya sehingga
anak akan tampil cerah ceria dan menyenangkan di sekolah.

7
2.2 BIMBINGAN DAN KONSELING PADA TINGKAT SD
2.2.1 Pengertian Pendidikan di Sekolah Dasar
Suharjo (2006: 1) menyatakan bahwa “sekolah dasar pada
dasarnya merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan
program pendidikan enam tahun bagi anak-anak usia 6-12 tahun.”
Hal senada juga diungkapkan Ahmadi, (2001) bahwa “Sekolah
Dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di
Indonesia, ditempuh dalam waktu enam tahun, mulai dari kelas satu
sampai kelas enam dan merupakan suatu lembaga dengan organisasi
yang tersusun rapi dan segala aktivitasnya direncanakan dengan
sengaja yang disebut kurikulum.”
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan sekolah dasar adalah kegiatan pendidikan yang
diperoleh seseorang yang dilaksanakan secara teratur, sistematis,
dan terarah yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dengan
menyelenggarakan program pendidkan enam tahun bagi anak usia
6-12 mulai dari kelas satu sampai kelas enam dan segala
aktivitasnya direncanakan yang disebut kurikulum.

2.2.2 Urgensi Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan Sekolah


Dasar
Bimbingan dan konseling merupakan suatu layanan
pemberian bantuan yang dilakukan konselor kepada seorang klien
atau peserta didik, agar klien dapat memahami dirinya sendiri,
membuat keputusan, memahami potensi dirinya yang dimiliki,
mengetahui bagamaina mengembangkan potensinya tersebut, dan
memiliki sifat tanggung jawab atas keputusan-keputusan yang yang
diambilnya sendiri. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan
di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang
semaksimal mungkin.

8
Saat ini, di Sekolah Dasar kegiatan Bimbingan Konseling
tidak diberikan oleh guru pembimbing secara khusus seperti di
jenjang pendidikan SMP dan SMA. Guru kelas harus menjalankan
tugasnya secara menyeluruh, baik tugas menyampaikan semua
materi pelajaran (kecuali Agama dan Penjaskes) dan memberikan
layanan bimbingan konseling kepada semua siswa tanpa
terkecuali.Guru Sekolah Dasar harus melaksanakansemua layanan
bimbingan konseling agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa
dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak mengganggu
jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat
mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan
dan permasalahan pembelajaran yang cukup berarti. Namun, realita
yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa peran guru kelas
dalam pelaksanaan bimbingan konseling belum dapat dilakukan
secara optimal. Mengingat tugas dan tanggung jawab guru kelas
yang penuh dengan beban, seperti mengajar dan mengevaluasi
siswa, sehingga tugas memberikan layanan bimbingan konseling
kurang membawa dampak positif bagi peningkatan prestasi belajar
siswa sekolah dasar.
Inilah yang membuat betapa pentingnya bimbingan dan
konseling untuk siswa sekolah dasar. Sehingga keberadaan guru
bimbingan sangat diperlukan dalam pendidikan sekolah dasar.
Disamping membantu siswa dalam menyelesaikan masalah dan
mengembangkan potensinya, guru bimbingan dan konseling juga
akan membantu guru kelas dalam memberikan bimbingan dan
pelayanan bagi siswa sekolah dasar agar layanan bimbingan dan
konseling lebih maksimal lagi. Mengingat bahwa anak sering
menemui hambatan dan permasalahan sehingga mereka banyak
bergantung kepada orang lain, terutamaorang tua dan guru. Oleh
sebab itu, anak usia sekolah dasar memerlukan perhatian khusus
agar siswa dapat mencapai prestasi belajar dan segenap potensi

9
yang dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal tanpa
mengalami hambatan dan permasalahan yang cukup berarti.

2.2.3 Masalah BK di Sekolah Dasar


1) masalah perkembangan jasmani dan kesehatan.
2) masalah keluarga
3) masalah-masalah psikologis.
4) masalah-masalah social.
5) masalah kesulitan dalam belajar.
6) masalah motivasi dan pendidikan pada umumnya.

2.2.4 Peran Guru Kelas dalam Kegiatan BK di Sekolah Dasar


Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan
Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat menentukan keberhasilan
proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas
dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka
mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang
dirumuskan.
a) Peran guru kelas dalam layanan bimbingan dan konseling
bidang pribadi
1) Penanaman sikap dan kebiasaan dalam beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Guru selalu membiasakan peserta didik untuk melakukan
kegiatan berdoa bersama sebelum dan sesudah pelajaran
dengan dipimpin oleh ketua kelas serta dibimbing oleh
guru kelas. Selain kegiatan berdoa guru juga
membiasakan peserta didik untuk melakukan kegiatan
infaq kelas setiap hari jumat.
2) Pengenalan dan pemahaman tentang bakat dan minat
peserta didik

10
Pengenalan dan pemahaman tentang bakat dan minat
peserta didik dapat ditandai dengan usaha guru
memberikan informasi-informasi mengenai kegiatan-
kegiatan yang ada disekolah, menjalinkerjsama dengan
orangtua dalam mengembangkan bakat dan minat peserta
didik, mengadakan sebuah permainan dikela syang
nantinya guru akan mengetahui bakat dan minat peserta
didik, serta guru kelas menjadi media untuk peserta didik

dan guru ekstrakurikuler di sekolah.

3) Pengenalan dan pemahaman tentang kelemahan diri dan


usaha yang dilakukan untuk mengatasinya.
guru membantu peserta didik untuk mengatasi kelemahan
dirinya dan membimbing peserta didik untuk mengatasi
kelemahan tersebut. Melalui penyampaian
materiyangdiulang-ulang, memberikan kesempatan
bertanya, dan membimbing peserta didik yang mengalami
kesulitan dalam belajar baik kelompok maupun mandiri
.Selain itu guru kelas juga melakukan kerjasama dengan
pihak-pihak terkait serta memberikan keterbukaan untuk
orang tua peserta didik menyampaikan apa yang menjadi
kesulitan atau masalah peserta didik dirumah.
4) Perencanaan serta penyelenggaraan hidup sehat
Perencanaan serta penyelenggaran hidup sehat dapat
ditandai dengan adanya pemberian informasi kepada
peserta didik tentang cara menjaga kebersihan diri,
menyediakan alat-alat kebersihan dan melakukan
kerjasama dengan masyarakat sekolah untuk
membiasakan seluruh peserta didik melakukan pola hidup
sehat.

11
b) Peran guru kelas dalam layanan bimbingan dan konseling
bidang sosial
1. Pengembangan kemampuan diri berkomunikasi baik
secara lisan maupun tertulis Komunikasi merupakan
hal yang penting dalam hubungan sosial. Komunikasi
bagi peserta didik dapat dikembangakan dengan cara
berkomunikasi secara lisan ataupun tertulis. Hal tersebut
dilakukan dengan memberikan teks bacaan yang ada
pada buku atau ditulis guru pada papan tulis serta
menuliskan jawaban atas soal yang diberikan guru
secara lisan pada buku atau papan tulis. Selain itu guru
juga meminta peserta didik untuk membuat surat izin
tidak masuk sekolah ketika tidak mengikuti pelajaran di
sekolah,dan membiasakan diri peserta didik untuk selalu
menggunakan komunikasi lisan saat berinteraksi dengan
siapapun
2. Kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial
guru membantu peserta didik dalam mengembangkan
kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial yang
baik dengan masyarakat sekolah maupun diluar
khususmya orang yang lebih tua dengan menggunakan
lagu sebagai medianya. Selain itu guru juga menjalin
kerjasama dengan masyarakat sekolah untuk membiasakan
diri peserta didik bertingkah laku secara baik kepada
siapapun, lalu menegurnya saat peserta didik melanggar
peraturan yang dibuat sekolah.
3. Pengembangan hubungan yang harmonis dengan teman
sebaya
guru memberikan informasi-informasi dan fasilitas kepada
peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya
menjalin hubungan yang harmonis dengan teman

12
sebayanya. Dalam memberikan informasi guru
menggunakan lagu dan nasehat atas tindakan yang
dilakukan peserta didik. Kemudian guru melibatkan
seluruh peserta didik dalam kegiatan pembentukan
kelompok di kelas. Selain itu guru juga menjadi media
atau penengah antara peserta didik dengan temannya saat
mengalami kesulitan belajar bersama atau berkelompok

c). Peran guru kelas dalam layanan bimbingan dan konseling


bidang belajar

1. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar


guru menggunakan sumber belajar berupa buku dan
media pembelajaran untuk menunjang penyampaian
materi kepada peserta didik. Guru juga memperingatkan
dan menasehati peserta didik agar menggunakan posisi
belajar yang benar. Selain itu guru juga mejalin
kerjasama dengan guru mata pelajaran lainnya agar selalu
menggunakan smber belajar yang relevan untuk peserta
didik. Sumber belajar lainnya juga dapat diperoleh
diperpustakaan dengan memanfaatkan jadwal kunjung
perpustakaan yang telah ditentukan oleh penjaga
perpustakaan.
2. Pengembangan disiplin belajar
Guru kelas membantu peserta didik untuk membiasakan
diri disiplin dalam belajar, mulai dari menggunakan
waktu yang efektif dalam menyelesaikan tugas dan
menjalin kerjasama yang kuat untuk menyelesaikan
tanggung jawab kelompok secara tepat waktu. Hal
tersebut dilakukan guru dengan menjalin kerjasama
dengan guru mata pelajaran lainnya agar memulai dan
mengakhiri jam mengajar secara tepat waktu, agar tidak

13
ada watu yang bertabrakan dan membuat bingung peserta
didik. Tindakan tersebut secara tidak langsung
mengajarkan peserta didik untuk disiplin dalam
memanfaatkan waktuk hususnya belajar.
3. Pemantapan dan pengembangan penguasaan materi
Guru membantu peserta didik untuk memantapkan dan
mengembagnkan penguasaan terhadap materi
pembelajaran yang disampaikan guru kelas. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan melakukan evaluasi hasil belajar
dengan memberikan nilai pada setiap hasil belajar peserta
didik dan mengulang-ulang kembali materi yang telah
disampaikan sebelumnya pada awal pembelajaran baru
atau selanjutnya dengan tanya jawab. Tujuan tersebut
agar guru mengetahui seberapa jauh penguasaan peserta
didik terhadap materi yang telah disampaikan guru kelas.

2.3 BIMBINGAN DAN KONSELING PADA TINGKAT SMP


2.3.1 Pengertian SMP
Pendidikan sekolah menengah pertama adalah kegiatan
pendidikan yang diperoleh seseorang yang dilaksanakan secara
teratur, sistematis, dan terarah yang diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan dengan menyelenggarakan program pendidkan tiga
tahun bagi anak usia 12-15 mulai dari kelas tujuh sampai kelas
sembilan dan segala aktivitasnya direncanakan yang disebut
kurikulum. Di SMP sudah perlu dibedakan antara bidang
pengajaran dan bidang bimbingan. Maka diperlukan diferensiasi
antara berbagai petugas bimbingan dan diferensiasi tugas
pendidikan yang lebih tegas. Secara ideal diangkat seorang
coordinator dimana coordinator ini akan merencakanan suatu
program bimbingan yang disetujui oleh kepala sekolah. Wali wali

14
kelas dan guru diberikan peranan yang jelas agar dapat bertindak
sebagai konselor untuk beberapa kelas.

2.3.2 Urgensi Bimbingan Konseling di Tingkat SMP


Guru bimbingan dan konseling dalam suatu sekolah dipandang
sangat penting karena adanya fakta yang tidak bisa dihindarkan yakni
perbedaan individu, atau bahasa anak zaman sekarang adalah labil. Setiap
anak didik memiliki pemikiran, sikap, kepribadian yang berbeda, dan juga
bahwa setiap anak atau individu mengalami perkembangan dalam berbagai
aspek dalam dirinya. Bahkan dapat menimbulkan perasaan yang berbeda
pada diri setiap anak yang akhirnya menjadi sebuah permasalahan pada diri
anak. Maka dibutuhkanlah guru bimbingan dan konseling untuk membantu
mengatasi dan menemukan jalan keluar untuk anak

2.3.3 Masalah-Masalah Pada Tingkat SMP


1) Sikap ingin menyendiri, disebabkan oleh datangnya masa puber anak-
anak menengah pertama biasanya mulai menarik diri dari teman-
temannya, acara keluarga, dan mencari tahu hal-hal baru sendiri
2) Bosan, sehingga pada masa ini terjadi penurunan prestasi belajar
3) Inkoordinasi, terjadi ketidakseimbangan gerakan pada anak
4) Antagonism sosial, anak tidak mau bekerja sama, sering membantah,
dan menentang
5) Emosi yang meninggi, anak mudah murung, merajuk, ledakan amarah
yang berlebihan karena hal-hal sepele.
6) Hilangnya kepercayaan diri, kritik dan ejekin sosial mudah sekali
merusak kepercayaan diri seorang anak menengah pertama.
7) Sulit menyesuaikan diri pada lingkungan
8) Banyaknya pengaruh seksual yang dipengaruhi lingkungan maupun
dirinya sendiri.

15
2.3.4 Peran Guru Bk Pada Tingkat SMP
Bagi Sekolah
1) Bimbingan Konseling (BK) sebagai salah satu wujud kelengkapan sekolah
itu sendiri sebagaimana lembaga pendidikan pada umumnya.
2) BK sebagai sarana yang membantu sekolah dalam mengklasifikasi data
siswa dari segi moral, minat dan bakat.
Bagi siswa
1) BK membantu peserta didik dalam menemukan potensi dirinya (bakat dan
minat).
2) Memberikan arahan-arahan kepada peserta didik, yang nantinya tertuju
pada perbaikan moral.
3) Memberikan ruang terhadap peserta didik untuk mengkonsultasikan segala
sesuatu yang menjadi problematika, di bidang akademik maupun non-
akademik.
4) Menerima segala keluh kesah peserta didik, dengan kata lain BK sebagai
orang tua peserta didik ketika di sekolah.
5) Dari beberapa peran di atas mengindikasikan bahwa Bimbingan Konseling
merupakan komponen yang harus ada dalam lembaga pendidikan. Karena
melihat peserta didik yang di suatu waktu mengharuskan adanya arahan,
bimbingan, dan di waktu lain mengharuskan adanya teguran, sanksi, dan
lain sebagainya.
Meskipun guru bimbingan dan konseling atau konselor memegang
peranan kunci dalam sistem bimbingan dan konseling di sekolah,
dukungan dari kepala sekolah sangat dibutuhkan.
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah diatur dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 111 tahun 2014
tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah beserta lampirannya. Pasal 12 ayat 2 dan 3 Permendikbud
mengamanatkan pentingnya disusun panduan operasional yang merupakan
aturan lebih rinci sebagai penjabaran dari Pedoman Bimbingan dan
Konseling sebagaimana tertera pada lampiran Permendikbud tersebut.

16
Salah satu panduan yang dimaksud adalah Panduan Penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama (SMP).

2.4 BIMBINGAN DAN KONSELING PADA TINGKAT MTS


2.4.1 Pengertian MTs
Madrasah tsanawiyah (disingkat MTs) adalah jenjang dasar pada
pendidikan formal di Indonesia, setara dengan sekolah menengah
pertama, yang pengelolaannya dilakukan oleh Departemen Agama.
Pelajar madrasah tsanawiyah umumnya berusia 13-15 tahun
.Pendidikan madrasah tsanawiyah ditempuh dalam waktu 3 tahun,
mulai dari kelas 7 sampai kelas 9.
Murid kelas 9 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas)
yang memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan MTs dapat melanjutkan
pendidikan ke madrasah aliyah atau sekolah menengah atas/sekolah
menengah kejuruan.
Kurikulum madrasah tsanawiyah sama dengan kurikulum sekolah
menengah pertama, hanya saja pada MTs terdapat porsi lebih banyak
mengenai pendidikan agama Islam. Selain mengajarkan mata pelajaran
sebagaimana sekolah dasar, juga ditambah dengan pelajaran-pelajaran
seperti:
 Alquran dan Hadits
 Aqidah dan Akhlaq
 Fiqih
 Sejarah Kebudayaan Islam
 Bahasa Arab.
2.4.2 URGENSI BK di MTS
Setiap anak pada jenjang sekolah baik pada MTs memerlukan
adanya bimbingan konseling karena pada dasarnya anak yang bersekolah
di MTs tidak jauh beda dengan anak yang bersekolah di SMP negeri. Yang
membedakan adalah pada sekolah MTs anak diberi asupan pelajaran
agama yang lebih banyak daripada umumnya. Namun sangat tidak

17
menutup kemungkinan kenakalan-kenakalan remaja masih dapat terjadi
pada sekolah ini, karena setiap anak tentu mengalami perkembangan. Pada
sekolah MTs, bimbingan diperlukan untuk mengayomi anak-anak remaja
agar tidak mudah terbujuk kawan yang nakal dan tidak sepaham dengan
aturan-aturan yang berlaku di sekolah tersebut. untuk itu kehadiran
konselor sangat dibutuhkan untuk dapat mencegah keburukan yang akan
terjadi di masa yang tidak tentu.

2.4.3 MASALAH-MASALAH BK di MTS


1) Rasa bosan
2) Rasa malas
3) Kurang percaya diri
4) Rasa ingin bebas
5) Merasa terkekang dengan aturan
6) Pengaruh buruk teman
7) Emosi yang bergejolak

2.4.4 PERAN BK DI MTs


a) Membantu peserta didik mengembangkan potensi secara optimal baik
dalam bidang akademik maupun sosial pribadi, memperoleh pengalaman
belajar yang bermakna di sekolah, serta mengembangkan akses terhadap
berbagai peluang dan kesempatan baik di lingkungan sekolah maupun di
luar sekolah
b) Membantu guru memahami peserta didik, mengembangkan proses belajar
mengajar yang kondusif serta menangani permasalahan dalam proses
pendidikan
c) Membantu pimpinan sekolah dalam penyediaan informasi dan data tentang
potensi dan kondisi
d) peserta didik sebagai dasar pembuatan kebijakan peningkatan mutu
pendidikan.
e) Membantu pendidik dan tenaga kependidikan lain dalam memahami
peserta didik dan kebutuhan pelayanan; serta
f) Membantu orang tua memahami potensi dan kondisi peserta didik,
tuntutan sekolah serta akses keterlibatan orang tua dalam proses
pendidikan

18
2.5 BIMBINGAN DAN KONSELING PADA TINGKAT SMA
2.5.1 Pengertian SMA
Sekolah menengah atas adalah sekolah formal setelah
menengah pertama yang ditempuh selama 3 tahun. Pelajar SMA
umumnya berusia 16-18 tahun. SMA tidak termasuk program wajib
belajar pemerintah - yakni SD (atau sederajat) 6 tahun dan SMP (atau
sederajat) 3 tahun - meskipun sejak tahun 2005 telah mulai diberlakukan
program wajib belajar 12 tahun yang mengikut sertakan SMA di beberapa
daerah, contohnya di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.
SMA diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak
diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan SMA
negeri di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Departemen
Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah kabupaten/kota. Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional
hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional
pendidikan. Secara struktural, SMA negeri merupakan unit pelaksana
teknis dinas pendidikan kabupaten/kota.

2.5.2 Urgensi Bimbingan Konseling Pada Tingkat SMA


Tujuan pendidikan menengah atas acap kali dibiaskan oleh
pandangan umum demi mutu keberhasilan akademis seperti persentase
kelulusan, tingginya nilai Ujian Nasional, atau persentase kelanjutan ke
perguruan tinggi negeri. Kenyataan ini sulit dipungkiri, karena secara
sekilas tujuan kurikulum menekankan penyiapan peserta didik (sekolah
menengah umum / SMU) untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih
tinggi atau penyiapan peserta didik (sekolah menengah kejuruan / SMK)
agar sanggup memasuki dunia kerja.
Akibatnya, proses dalam pendidikan di jenjang sekolah
menengah akan kehilangan bobot dalam proses pembentukan pribadi.
Betapa pembentukan pribadi, pendampingan pribadi, pengasahan nilai-

19
nilai kehidupan (values) dan pemeliharaan kepribadian siswa ( cura
personalis) terabaikan. Ini di buktikan dengan kenyataan banyak adanya
tindakan di kalangan pelajar dengan adanya tawuran antar pelajar, dan
tindakan yang tergolong kriminal lain. Dengan demikian tugas konselor
lembaga bimbingan konseling peran yang sebenarnya dan paling
potensial menggarap, pemeliharaan kepribadian dan pengasahan nilai-
nilai kehidupan siswa tersebut.
Pada masa sekolah menengah atas, anak-anak sudah berada
pada fase remaja. Pada fase ini anak-anak sangat membutuhkan tempat
yang menjadi tempatnya bercerita mengenai masalah sosial maupun
priSbadi. Pada fase ini, anak mulai sulit untuk terbuka mengenai
masalah-masalah yang dihadapainya karena merasa sudah mampu
menyelesaikannya sendiri. Sehingga terkadang anak mengambil jalan
yang salah tanpa bertanya atau berpikir lebih panjang. Maka tidak jarang
anak-anak sekolah menengah atas banyak tersandung kasus yang
melibatkan polisi dan sebagainya. Untuk itu adanya bimbingan
konseling sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi masalah-masalah
yang akan terjadi di masa depan.

2.5.3 Masalah-masalah BK di SLTA/SMA


Pada masa SLTA, antara 15 tahun sampai dengan 21 tahun
merupakan adalah masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa.
Mereka banyak mengalami konflik karena adanya perubahan-perubahan
yang terjadi pada dirinya. Jenis-jenis masalah yang dialami murid sekolah
bisa bermacam-macam. Masalah-masalah itu diklarifikasikan atas:
1) Permasalahan dalam belajar
a) Kemampuan akademik, adalah keadaan siswa yang
diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi
tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
b) Ketercepatan dalam belajar, adalah keadaan siswa yang
memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-

20
tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan
belajar yang amat tinggi itu.
c) Sangat lambat dalam belajar, adalah keadaan siswa yang
memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu
dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau
pengajaran khusus.
d) Kurang motivasi dalam belajar, adalah keadaan siswa yang
kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak
jera dan malas.
e) Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, adalah
kondisi siswa yang perbuatan dan kegiatan belajarnya sehari-
hari antagonistik dengan yang seharusnya, seperti suka
menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak
mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya.
2) Permasalahan Phisik dan Phisikis
Permasalahan yang sedang dihadapinya, sesuai
perkembangan usianya sebagai remaja yang sedang berada dalam
masa pancaroba yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa.
Mereka banyak mengalami konflik karena adanya
perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan-
perubahan itu meliputi perubahan psikhis meliputi Perkembangan
Intelegensia, Perkembangan Emosi (Emosionalitas),Perkembangan
Moral, sosial dan kepribadian.

2.5.4 Peran Guru BK di Tingkat SLTA/SMA


Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi sangat menentukan keberhasilan dalam proses belajar-
mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan
BK sangatlah penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan

21
pembelajaran yang dirumuskan. Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa
ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, antara lain :
1. Informator, guru diharapkan bisa sebagai pelaksana cara mengajar
informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi
kegiatan akademik maupun umum.
2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus,
jadwal pelajaran dan lain-lain.
3. guru harus bisa merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa,
menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas)
sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
4. Director, guru harus bisa membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6. Transmitter, guru bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan dalam
pendidikan dan pengetahuan.
7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam
proses belajar-mengajar.
8. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9. Evaluator, guru memiliki otoritas untuk menilai prestasi anak didik
dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga
dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

2.6 BIMBINGAN DAN KONSELING PADA TINGKAT MA


2.6.1 PENGERTIAN MA
Madrasah aliyah (disingkat MA) adalah jenjang pendidikan
menengah pada pendidikan formal di Indonesia, setara
dengan sekolah menengah atas, yang pengelolaannya dilakukan
oleh Kementerian Agama. Pendidikan madrasah aliyah ditempuh
dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12.

22
Pada tahun kedua (yakni kelas 11), seperti halnya siswa SMA, maka
siswa MA memilih salah satu dari 4 jurusan yang ada, yaitu Ilmu
Alam, Ilmu Sosial, Ilmu-ilmu Keagamaan Islam, dan Bahasa. Pada
akhir tahun ketiga (yakni kelas 12), siswa diwajibkan
mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang memengaruhi
kelulusan siswa. Lulusan madrasah aliyah dapat melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi umum, perguruan tinggi agama
Islam, atau langsung bekerja. MA sebagaimana SMA, ada MA
umum yang sering dinamakan MA dan MA kejuruan (di SMA
disebut SMK) misalnya Madrasah aliyah kejuruan (MAK)
dan madrasah aliyah program keterampilan. Pelajar madrasah aliyah
umumnya berusia 16-18 tahun
Kurikulum madrasah aliyah sama dengan kurikulum
sekolah menengah atas, hanya saja pada MA terdapat porsi lebih
banyak mengenai pendidikan agama Islam. Selain mengajarkan mata
pelajaran sebagaimana sekolah dasar, juga ditambah dengan
pelajaran-pelajaran seperti:
 Alquran dan Hadits
 Aqidah dan Akhlaq
 Fiqih
 Sejarah Kebudayaan Islam
 Bahasa Arab.

2.6.2 URGENSI BK di MA
Sebagaimana pada sekolah umumnya, pada jenjang sekolah ini
yaitu MA sangat dibutuhkan adanya konselor. Anak-anak pada fase
sekolah ini yaitu 16-18 tahun sangat butuh bimbingan orang-orang yang
dipercayainya. Oleh sebab itu kehadiran konselor pada fase ini adalah
untuk menjadi teman sehingga anak dapat diawasi perkembangan serta
geraknya apabila mulai terjerumus pada pemikiran yang salah. Pada
sekolah MA sendiri bersifat agama yang kuat sehingga banyak orang tua

23
yang memang sengaja memasukkan anaknya pada sekolah ini karena
dianggap perilakunya kurang baik, sehingga dengan begitu kehadiran
konselor sangat dibutuhkan. Selain itu rentang umur antara lebih kurang
16-19 tahun, yang meliputi sebagian besar dari masa remaja merupakan
masa yang sangat berarti bagi perkembangan kepribadiaan seseorang.
Oleh karena itu , pelayanan bimbingan harus lebih intensif dan lebih
lengkap dibanding dengan layanan disatuan pendidikan dibawahannya.

2.6.3 MASALAH-MASALAH BK di MA
a) Kemampuan akademik, adalah keadaan siswa yang diperkirakan
memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat
memanfaatkannya secara optimal.
b) Sangat lambat dalam belajar, adalah keadaan siswa yang memiliki
akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk
mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
c) Kurang motivasi dalam belajar, adalah keadaan siswa yang kurang
bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan
malas.
d) Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, adalah kondisi siswa
yang perbuatan dan kegiatan belajarnya sehari-hari antagonistik
dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas,
mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal
yang tidak diketahuinya.
e) Masalah peralihan dari kanan-kanak atau remaja menuju dewasa
f) Emosi yang berubah-berubah dalam diri anak tersebut

2.6.4 PERAN BK di MA
1. Informator, guru diharapkan bisa sebagai pelaksana cara mengajar
informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi
kegiatan akademik maupun umum.

24
2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus,
jadwal pelajaran dan lain-lain.
3. guru harus bisa merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa,
menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas)
sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
4. Director, guru harus bisa membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6. Transmitter, guru bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan dalam
pendidikan dan pengetahuan.
7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam
proses belajar-mengajar.
8. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9. Evaluator, guru memiliki otoritas untuk menilai prestasi anak didik
dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga
dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

2.7 BIMBINGAN DAN KONSELING PADA TINGKAT SMK


2.7.1 PENGERTIAN SMK
Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu jenjang
pendidikan menengah dengan kekhususan mempersiapkan lulusannya
untuk siap bekerja. Pendidikan kejuruan mempunyai arti yang
bervariasi namun dapat dilihat suatu benang merahnya. Menurut
Evans dalam Djojonegoro (1999) mendefinisikan bahwa pendidikan
kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan
seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan
atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya.
Dengan pengertian bahwa setiap bidang studi adalah pendidikan
kejuruan sepanjang bidang studi tersebut dipelajari lebih mendalam

25
dan kedalaman tersebut dimaksudkan sebagai bekal memasuki dunia
kerja.

2.7.2 URGENSI BK di SMK


Tujuan utama bimbingan dan konseling yaitu memandirikan siswa.
Siswa SMK memiliki kelebihan tersendiri dalam hal kemadirian karena
siswa SMK dituntut untuk dapat langsung terjun ke lapangan untuk
bekerja setelah lulus. Sistim belajarnya juga berbeda dengan dengan SMA.
Pembagian pembelajarannya yaitu 30% pembelajaran klasikal di dalam
kelas dan 70% praktik di luar kelas. Praktik di luar kelas tentu memiliki
perhatia yang lebih karena hal – hal yang tidak diinginkan mungkin saja
terjadi.

2.7.3 MASALAH-MASALAH BK di SMK


a. Merokok
b. Keluar kelas pada jam pelajaran
c. Tidak masuk sekolah tetapi berbicara ke orang tua sekolah
(Membolos)
d. Membuat kegaduhan dalam kelas
e. Kebut – kebutan di jalan
f. Perilaku ugal – ugalan dan urakan
g. Perkelahian antar geng
h. Kriminalitas remaja dan dewasa muda seperti mengancam, mencuri,
meracuni orang lain, dsb
i. Mabuk – mabukan
j. Perkosaan, pembunuhan motif seksual
k. Penggunaan narkoba
l. Homoseksualitas
m. Komersialisasi seks

26
2.7.4 PERAN BK di SMK
1. Informator, guru diharapkan bisa sebagai pelaksana cara mengajar
informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi
kegiatan akademik maupun umum.
2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus,
jadwal pelajaran dan lain-lain.
3. guru harus bisa merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa,
menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas)
sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
4. Director, guru harus bisa membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6. Transmitter, guru bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan dalam
pendidikan dan pengetahuan.
7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam
proses belajar-mengajar.
8. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9. Evaluator, guru memiliki otoritas untuk menilai prestasi anak didik
dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga
dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
10. Guru menjadi teman sehingga murid mudah dipantau
11. Guru menjadi tempat murid mengadukan masalah bukan
menghindar

27
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi ternyata dapat
menggerus rasa bersosial diantara setiap generasinya yang akan
mempengaruhi tujuan-tujuan akademik yang telah disusun sistematis oleh
sebuah lembaga pendidikan. Pada dasarnya bimbingan dan konseling di
berbagai jenjang pendidikan dari tingkat PAUD, SD, SMP, SMA, dan
Perguruan Tinggi sekalipun berfungsi untuk membantu mengatasi masalah-
masalah yang timbul oleh diri seorang anak yang sedang tumbuh dan
berkembang.
Bimbingan dan konseling sendiri sangat penting keberadaannya disetiap
dunia pendidikan sebab akan berkaitan dengan akademik sang anak.
Bimbingan dan konseling juga berfungsi untuk mencegah adanya masalah-
masalah yang akan datang sehingga anak tersebut tidak terjerumus dalam
kesalahan.

3.2 SARAN
Makalah ini yang terkait dengan Bimbingan konseling diberbagai jenjang
pendidikan semoga dapat diterima dan dibaca oleh seluruh masyarakat
keilmuan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga apabila ada kekurangan pembaca boleh menambah
referensi dari makalah lain. Dengan membaca makalah ini diharapkan dapat
menambah pengetahan mengenai perilaku sosial generasi millennial secara
tepat dan benar sehingga terhindar dalam kesimpulan yang salah. Oleh
karena itu, penulis menerima dan berharap saran dari pembaca agar
penulisan makalah selanjutnya yang lebih baik.

28
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dkk. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Nurohman Agus dan Suci Prasasti. 2009. “Pentingnya Bimbingan Dan Konseling
Di Sekolah Dasar (Sd)”. file:///C:/Users/acer/Downloads/832-520520837-1-
SM(1).pdf diakses pada 4 september 2019.
Suharjo. (2006). Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat
Jenderal pendidikan Timggi direktur Ketenagaan.
Surapranata,sumarna, 2016. “Panduan Penyelenggaraan BK SMP.”
file:///C:/Users/User/Downloads/Panduan_Penyelenggaraan_BK_SMP%20(
1).pdf. Diakses 6 september 2019
Winkel,W.S.1986. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Menengah. Yogyakarta
:PT Gramedia.
smansapurwodadi.blogspot.co.id/2013/02/peran-guru-bk-di-sma.html
Adhiputra, Anak Agung Ngurah. 2013 BIMBINGAN DAN KONSELING Aplikasi
di Sekolah Dasar dan Taman Kanak-kanak. Yogyakarta : Graha Ilmu .
Agustin, Mubiar. http://repository.ut.ac.id/4716/1/PAUD4406-M1.pdf di akses
pada 6 september 2019.
T. Gladding. Samuel. 2012. Konseling Profesi Yang Menyeluruh. Jakarta: PT
Indeks.

29

Anda mungkin juga menyukai