i
MAKALAH
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat-NYA dan
karunia-NYA kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Ada
pun tema dari makalah ini adalah “ ISU DAN PERMASALAHAN ANAK USIA
DINI SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN “.
Kami jauh dari kesempurnaan, dan ini merupakan langkah yang baik dari
studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan
kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan
semoga makalah ini dapat berguna bagi saya khususnya dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.
Hormat kami,
Kelompok 6
Iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………….iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………….………iv
BAB I
PENDAHULUAN…………………………….………………………….…………………….…………...................1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………….……………………………………………….…………….3
A. Pengertian Kanak-kanak…………………..….…………………………………………….….……………………3
B. Pengertian Permasalahan AUD ..……………….………………….………………………………………..8
C. Jenis Permasalahan dan Isu pada Masa Kanak-kana k………...……………….………..…9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….……………………………………………….26
Iv
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia berkembang tidak hanya dari masa kelahiran saja tetapi dari
masa konsepsi manusia sudah mulai berkembang. Masa konsepsi mempunyai
arti waktu dimana sel telur (ovum) bertemu sperma. Pada saat itu pula manusia
berkembang hingga mempunyai bagian-bagian tubuh yang lengkap.
Perkembangan manusia akan terus berlanjut sampai saat pengambilan ruh tiba.
Semua makhluk Tuhan tidak akan tahu kapan perkembangan dalam dirinya itu
terhenti. Menurut E.B Hurlock perkembangan bersifat kualitatif dan kuantitatif,
artinya proses perkembangan ada yang dapat diukur dan adapula yang tidak
dapat diukur. Misalnya perkembangan otak manusia tidak dapat kita lihat proses
perkembangannya, yang kita lihat adalah gejala-gejalanya.
1
Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang
kehidupan saat dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung pada orang
lain. Bagi kebanyakan anak-anak seringkali dianggap tidak ada akhirnya
sewaktu mereka tidak sabar menunggu saat didambakan yakni pengakuan dari
masyarakat bahwa mereka bukan anak-anak lagi melainkan “ Orang Dewasa”.
Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh
ketergantungan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kanak-kanak
Menurut Montessori (Hurlock, 1978) anak usia 3-6 tahun adalah anak
yang sedang berada dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu suatu periode
dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak
terhambat perkembangannya. Bila kemampuan berbicara anak tidak dirangsang
maka anak akan mengalami kesulitan berbicara pada masa-masa selanjutnya.
Contoh berikut ini sering kita temui sehari-hari. Seorang anak berusia tiga tahun
mengajak ibunya untuk tidur siang dengan kata-kata ”Ma, bo ma, ma bo ma”.
3
b. Sebutan yang digunakan Para Pendidik
Para pendidik menyebut tahun masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah
untuk membedakannya dari saat dimana anak dianggap cukup tua, baik secara
fisik dan mental, untuk menghadapi tugas-tugas pada saat mereka mulai
mengikuti pendidikan formal.
Perkembangan Fisik
a. Pertumbuhan tinggi dan berat badan
Pertumbuhan masa kanak-kanak tidak terjadi sepesat pada masa bayi
(Santrock, 2002; Monks dkk, 1998). Pada masa kanak-kanak awal, rata-rata
anak bertambah tinggi 6,25 cm setiap tahun, dan bertambah berat 2,5-3,5 kg
setiap tahun. Pada usia 6 tahun berat harus kurang lebih mencapai tujuh kali
berat pada waktu lahir. Postur tubuh anak pada masa kanak-kanak awal
meliputi:
1) Gemuk (Endomorfik)
2) Berotot (mesomorfik)
3) Relative kurus (etomorfik)
Besar kecilya tubuh seseorang dipengaruhi oleh factor keturunan dan juga
factor lingkungan. Faktor keturunan menentukan cara kerja hormon yang
mengatur pertumbuhan fisik yang dikelurka oleh lobus anterior dari kelenjar
pituitary, suatu kelejar kecil yang terletak didasar sebelah bawah otak.Anak-anak
dengan usia sebaya dapat memparlihatkan tinggi tubuh yang sangat berbeda,
tetapi pola pertumbuhan tinggi tubuh mereka tetap mengikuti aturan yang sama.
4
1. Pada bagian-bagian tubuh berangsur-angsur berkurang
2. Tubuh cenderung berbentuk kerucut
3. Perut yang rata (tidak buncit)
4. Dada lebih bidang dan rata
5. Bahu lebih luas dan lebih persegi
6. Gumpalan Lengan dan kaki lebih panjang dan lurus
7. Tangan dan kaki tumbuh lebih besar
Bukan hanya perubahan pada bagian tubuh saja akan tetapi tulang dan otot
anak mengalami tingkat pengerasan yang bervariasi pada bagian-bagian tubuh
yaitu meliputi ;otot menjadi lebih besar, lebih kuat dan berat, anak lebih kurus
walaupun berat bertambah, selama 4 – 6 bulan pertama dari awal masa kanak-
kanak, 4 gigi bayi yang terakhir yakni geraham belakang muncul. Selama
setengah tahun terakhir gigi bayi mulai tanggal yakni gigi seri tengah yang
pertama kali lepas dan digantikan gigi tetap. Akhir dari masa kanak-kanak awal
biasanya anak memiliki satu atau dua gigi tetap di depan dan beberapa celah
dimana gigi tetap akan muncul.
b. Perkembangan motorik
Ketrampilan motorik dibagi dua jenis yaitu:
Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif pada tahapan ini mencapai tingkat perkembangan
tertinggi dari tahapan yang dijelaskan Piaget. Perkembangan kognitif kanak-
kanak berada pada tahap praoperasional. Pada tahap ini ada sebagian anak
yang menguasai berbagai kemampuan secara baik tetapi ada pula sebagian
anak yang tidak mampu menguasainya. Ketidakmampuan anak tampak dari
sikap anak yang sulit mengerti, lambat dalam mengerjakan sesuatu, atau keliru
dalam menyelesaikan suatu persoalan. Kondisi ini mengakibatkan anak merasa
tidak mampu, tidak percaya diri, merasa diri berbeda dengan anak yang lain
sehingga anak menarik diri dari lingkungan, dan memandang dirinya tidak
memiliki kemampuan apa-apa.
5
Perkembangan Bahasa dan Bicara
Perkembngan bahasa dipengaruhi Teori Belajar Sosial, yakni anak belajar
dengan model-model yang ada diligkungannya. Melalui imitasi dan respon dari
lingkungan, akhirnya anak menguasai ketrampilan bicara. Sedangakan menurut
Chomsky, perkembangan bahasa anak terjadi karena factor pembawaan; bahwa
anak lahir sudah disertai dengan LAD (Language Acquisition Device) yang
membuat anak sering mengekspresikan sesuatu dengan kata yang tidak
ditemukan dari lingkungannya. Bahasa dibutuhkan untuk komunikasi dengan
dunia luar. Bahasa yang dimaksud adalah bahasa tutur kata yang dapat
dimengerti oleh sesama manusia.
Menurut Karl Buhler (Monks dkk., 1992) ada 3 faktor yang meneentukan
dalam teori bahasa, yakni:
- Kundgabe (Appele), yakni fungsi bahasa untuk menyatakan apa yang terjadi
dalam si pembicara, misalnya anak menjerit ketakutan atau bersorak
gembira, ini merupakan fungso Kungabe yang dapat menimbulkan fungsi
Auslosung.
Menurut Karl Buhler seorang anak harus memiliki tiga fungsi tersebut karena
perkembangan anak dipengaruhi imitasi. Jadi bila tidak ada yang ditiru, maka
tidak ada input perkembangan bahasa. Selin itu juga harus ada respon dari
lingkungan sektar untuk menanggapi tingkah laku anak.
3. Perkembangan Sosio-emosional
Banyak keluarga dan pendidik anak usia dini menekankan perkembangan
social selama masa kanak-kanak awal atau tahun-tahun prasekolah. Aspek-
aspek perkembngan sosial emosional anak-anak prasekolah dapat menjadi
bagian integral dari perkembangan area lainya, seperti perkembangan aspek
kognitif dan perkembangan motorik.
6
Bentuk perilaku dalam berbagai situasi sosial
Bentuk perilaku sosial yang paling penting untuk penyesuaian sosial
berhasil tampak dan mulai berkembang dalam periode ini.
1. Penggolangan teman
Rekan adalah orang yang memuaskan kebutuhan akan teman dengan
berada dalam lingkungan yang sama dimana ia dapat dilihat dan didengar.
Dalam setiap tahap, rekan bisa saja laki-laki atau perempuan dan dari segala
umur. Teman bermain adalah orang dengan siapa individu terlihat dalam
kegiatan yang menyenangkan. Anak lebih menyukai teman bermain yang
sejenis. Teman baik adalah teman baik bukan hanya teman bermain yang cocok
tetapi juga seseorang pada siapa individu dapat berkomunikasi dengan bertukar
pendapat dan saling percaya dengan meminta atau memberi nasihat.
7
Penelitian para psikolog membuktikan bahwa anak-anak pada usia empat
tahun mulai menunjukkan kecenderungan kepada agama. Sebenarnya pada
usia tersebut, anak-anak telah memulai ekspedisi mencari Sang Pencipta.
Masalah psikologis ini juga banyak ditemukan dalam barbagai hadis Nabi Saw.
Imam Muhammad al-Baqir as berkata, “Ajarilah kalimat syahadah kepada anak-
anak saat mereka berusia tiga tahun, dan ketika menginjak usia empat tahun,
kenalilah mereka dengan kenabian nabi Muhammad Saw, dan ajarilah mereka
berwudhu dan shalat saat berusia tujuh tahun.” Poin penting lainnya dalam
pendidikan agama terhadap seorang anak adalah menyiapkan kesempatan dan
iklim baik dalam lingkungan keluarga.
2) Kriteria sosial artinya apabila perilaku yang ditampilkan oleh anak tidak
sesuai dengan pranata atau aturan sosial, maka dianggap bermasalah,
seperti mengemukakan pendapat.
8
Tiga kriteria tersebut dapat dijadikan acuan dalam melihat apakah
perkembangan anak bersifat normatif atau bermasalah, sebab jika kita hanya
menggunakan satu kriteria sebagai acuan patokan, maka akan sulit dalam
menentukan perilaku anak tersebut. Seperti masalah tinggi badan, pertanyaan
yang muncul ialah “apakah setiap anak yang tidak memiliki tinggi badan normal
sudah pasti bermasalah?, dan apakah setiap anak yang berani mengemukakan
pendapatnya pada orang yang lebih tua dikatakan bermasalah karena ia telah
menyimpang dari norma sosial lingkungan padahal tujuannya untuk kebaikan?.
Dan yang terakhir adalah ketidak mampuan penyesuaian diri.
9
1. Jenis-jenis Permasalahan
Pada dasarnya Jenis-jenis masalah pada masa kanak-kanak terdiri dari
masalah fisik dan psikososial. Permasalahan Fisik yang terjadi pada anak usia
Kanak-kanak sangat beragam.
Permasalahan Fisik yang terjadi pada anak usia Kanak-kanak antara lain:
a. Masalah Motorik
Permasalahan motorik anak terdiri dari motorik kasar dan motorik halus.
Motorik kasar merupakan keterampilan menggerakkan bagian tubuh secara
harmonis dan sangat berperan untuk mencapai keseimbangan yang menunjang
motorik halus. Permasalahan yang sering terjadi pada usia kanak-kanak adalah
anak masih labil atau sulit menggerakkan bagian tubuh secara harmonis.
Misalnya: berjalan, berlari, menangkap, melempar. Selain itu juga belum
sempurnanya kordinasi dalam mengontrol motorik kasar, misalnya jika
ditugaskan untuk berjalan tanpa menyentuh temannya.
b. Masalah Penglihatan
Pengamatan melalui penglihatan, merupakan keterampilan untuk mampu
melihat persamaan dan perbedaan bentuk, benda dan warna sebagai dasar
untuk pengembangan kognitif. Masalah penglihatan yang biasa terjadi pada usia
kanak-kanak adalah sulitnya mengelompokkan benda berdasarkan warna,
bentuk dan ukurannya. Selain itu mereka juga sulit mengamati benda secara
jelas. Permasalahan yang ditimbulkan dari gangguan penglihatan juga bisa
menyebabkan gangguan ingatan. Gangguan ingatan tersebut antara lain:
10
c. Masalah Pendengaran
Pengamatan melalui pendengaran merupakan keterampilan untuk mampu
mendengar perbedaan dan persamaan suara. Pengamatan ini biasanya sudah
dikenal anak sebelum sekolah, misalanya anak sudah mampu membedakan
suara di sekelilingnya. Gangguan pendengaran pada anak-anak usia pra sekolah
bukan berarti anak mengalami tuli. Akan tetapi anak tidak mampu menyebutkan
suara yang ada di sekelilingnya, seperti suara alam, bisikan arah suara dan
sebagainya. Kemudian tidak mampu menirukan berbagai suara tertentu serta
tidak mampu menyanyikan lagu sederhana.
d. Masalah Berbahasa
Berbahasa merupakan keterampilan dalam mendengarkan, berbicara,
membaca dan menulis. Untuk usia kanak-kanak, keterampilan yang diutamakan
adalah mendengaran dan berbicara. Masalah berbahasa yang dialami usia
kanak-kanak Kanak-kanak berawal dari ketidakmampuan mendengar dan
memahami bahasa lisan yang diucapkan orang-orang di sekelilingnya.
11
Adapun Permasalahan psiko-sosial yang dihadapi usia kanak-anak antara lain:
a) Permasalahan Psiko-Sosial
Perkembangan psikis dan sosial anal-anak erat hubungannya dengan
perkembangan jati diri anak. Permasalahan psiko-sosial anak bisa berasal dari
dalam diri anak itu sendiri maupun yang berhubungan dengan orang lain.
Permasalahan psiko-sosialnyang terjadi anak-anak usia taman Kanak-kanak
bukan merupakan hal yang permanen. Hal ini perlu kita maklumi karena anak-
anak usia TK proses berpikirnya masih dalam periode pra-operasional dimana
anak masih sangat dominan dengan sifat egosentrisnya.
Sukar berhubungan dengan orang lain, seperti takut pada orang dewasa
selain orang yang sudah dikenalnya, kemudian takut sekolah yang dimungkinkan
anak takut dengan guru atau belum siap berpisah dari orang tuanya.
Mudah menangis
Sering membangkan jika keinginannya tidak dituruti
Tidak mau bergaul dengan temannya
Mau menang sendiri
Belum memiliki pemahaman tentang konsep dan peran jenis kelamin
Belum dapat mengikuti secara penuh aturan-aturan yang ada.
c) Agresivitas
Agresivitas adalah istilah umum yang dikaitkan dengan adanya perasaan marah
atau permusuhan atau tindakan melukai orang lain baik dengan tindakan
kekerasan secara fisik, verbal maupun dengan menunjukkan ekspresi wajah dan
gerakan tubuh yang mengancam atau merendahkan (Rita Eka Izzaty:2005).
Perilaku agresif biasa ditunjjukan untuk mencapai tujuan tertentu bisa berupa
pembelaan diri atau untuk meraih keunggulan dengan cara membuat lawan tidak
berdaya. Sasaran perilaku agresif ini bisa diberikan kepada pendidik, teman
bahkan dilampiaskan pada bangunan misalnya memukul dinding atau
menendang benda.
12
Menurut Rita Eka Izzaty (2005:106) perilaku agresif ada yang wajar dan ada
yang tidak wajar. Perilaku agresif yang dikategorikan wajar apabila agresivitas
tersebut sebagai pelampiasan emosi dan hambatan psikologis yang berlebihan
dan tidak sehat. Perilaku agresif yang dikategorikan tidak wajar apabila perilaku
tersebut menetap bahkan sampai mengganggu lingkungannya.
d) Kecemasan
Kecemasan merupakan keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang meliputi
interpretasi subyektif dan rangsangan fisiologis, misalnya bernafas lebih cepat,
jantung berdebar-debar dan berkeringat dingin (Ollendick, dalam Rita Eka
Izzaty:2005). Kecemasan ini timbul pada situasi sebagai reaksi emosi sementara
yang timbul pada situasi tertentu yang dirasakan sebagai suatu ancaman.
e) Keberbakatan (Giftedness)
Keberbakatan atau biasa disebut anak berbakat merupakan sebutan bagi anak
yang memiliki kemampuan luar biasa pada hampir semua bidang, mempunyai
kreativitas tinggi serta bertanggung jawab pada tugas. Keberbakatan ini menjadi
permasalahan bagi anak itu sendiri maupun bagi pendidik. Permasalahan anak
berbakat tersebut jika diatasi sejak dini akan menguntungkan semua pihak.
13
b. Dampak Orang Tua Bekerja
Kebanyakan penelitian tentang dampak orang tua bekerja terhadap
kesejahteraan anak difokuskan pada ibu yang bekerja. Secara umum, makin
puas seorang ibu dengan status pekerjaannya, makin efektif kemungkinannya ia
sebagai orang tua. Seberapa baik orang tua menyadari kondisi anak-anak
mereka mungkin lebih penting dibandingkan apakah ibu bekerja di luar rumah.
d. Keluarga adoptif
Sejarah, adopsi dapat ditemukan dalam semua kultur. Adopsi bukan hanya
diperuntukkan bagi orang yang mandul, pasangan gay atau lesbian, dan orang
yang telah memiliki anak biologis dapat menjadi orang tua asuh. Mengadopsi
anak membawa tantangan tersendiri.
Disamping masalah pengasuhan yang biasa muncul, orang tua adoptif harus
berhadapan dengan mengadopsikan anak ke dalam keluarga, menjelaskan
pengadopsian kepada si anak, membantu anak mengembangkan perasaan diri
yang sehat, dan mungkin akhirnya membantu anak untuk berhubungan dengan
orang tua biologis.
14
f. Tinggal dengan keluarga satu orang tua
Keluarga satu orang tua berasal dari perceraian atau perpisahan, orang
tua yang tidak menikah, atau kematian. Banyak keluarga “satu orang tua” ini
sebenarnya keluarga tanpa ikatan pernikahan yang meliputi ibu, atau lebih
umumnya, ayah tidak menikah yang menjadi pasangan ibu. Meskipun secara
keseluruhan anak-anak di dalam keluarga orang tua tunggal berperilaku baik,
beberapa penelitian menemukan bahwa anak-anak ini cenderung tertinggal
secara social dan pendidikan dibandingkan dengan teman sebaya yang
berkeluarga dua orang tua.
15
Seharusnya seorang guru bisa mengaktifkan dan mengkaitkan hubungan
rumah dengan sekolah (parent teacher association) untuk saling mendekatkan
dan menyelaraskan system nilai yang dikembangkan dan cara pendekatan
terhadap kanak-kanak serta sikap dan tindakan perlakuan layanan yang
diberikan dalam pembinaannya. Tujuannya adalah untuk memahami dan
mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan
perkembangan perilaku sosial, moralitas dan kesadaran hidup atau penghayatan
keagamaan.
16
Abnormalitas yang paling mudah dikenali adalah Sindroma Down atau
Down’s syndrom, yang disebabkan oleh adanya kelebihan kromosom di
kromosom. Contoh lain adalah haemophilia yaitu kelainan darah yang hanya
terjadi pada pria, disebabkan karena terjadinya abnormalitas gen, yaitu menjadi
tunggal. (Pudjiati, Modul 1)
2. Faktor Biologis
Faktor biologis memiliki pengaruh besar dalam pembentuka sistem neural
otak yang mengatur perilaku. Karena dengan bertambahnya fungsi otak dan
normalnya perkembangan hormon-hormon pertumbuhan dapat memungkinkan
anak untuk tertawa, berbicara, dan berjalan. Kesiapan biologis ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi bayi saat berada dalam kandungan. Seperti nutrizi dan
kesehatan fisik dan psikis ibu.
17
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hetherington (1998) bahwa “anak laki-
laki dari keluarga yang bercerai, dibandingkan dengan anak perempuan dan
anak-anak dari keluarga lengkap, menunjukkan angka behavior disorder
(masalah perilaku) yang lebih tinggi dan masalah-masalah dalam hubungan
antar personal di rumah dan di sekolah dengan guru”. Hetherington juga
menyimpulkan bahwa keluarga utuh yang tertimpa konflik bisa lebih
membahayakan bagi anggota keluarga daripada rumah yang stabil yang kedua
orang tuanya bercerai. Perceraian bisa menjadi solusi positif bagi suatu keluarga
yang kacau. Namun, kebanyakan anak mengalami perceraian sebagai transisi
yang sulit, dan kehidupan dalam keluarga dengan orang tua tunggal bisa
menjadi situasi yang berisiko tinggi bagi anak dan orang tua.
4. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah segala sesuatu yang terdapat di sekitar manusia
yang dapat memberikan pengaruh pada manusia tersebut, serta manusia-
manusia lain yang ada di sekitarnya, seperti tetangga, teman, bahkan juga orang
lain yang belum dikenal. Dimana lingkungan sosial merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk dapat melakukan
sesuatu tindakan sertaperubahan-perubahan perilaku setiap individu. Anak-anak
khususnya, pengaruh yang didapat dalam pergaulan, misalnya waktu bermain,
rekreasi atau saling berkunjung ke rumah akan mendorong anak untuk meniru
perbuatan temannya (Santoso, 200). Sebagaimana di dalam teori ekologi
(ecological theory) yang dipelopori oleh Bronfen Brenner tentang perkembangan,
yang terdiri dari lima sistem lingkungan mulai dari masukan interaksi langsung
dengan agen-agen sosial (social agents) yang berkembang baik hingga
masukan kebudayaan yang berbasis luas. Kelima sistem dalam teori ekologi
ialah mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem.
18
Mikrosistem (microsystem) ialah setting dalam mana individu hidup.
Konteks ini meliputi keluarga individu, teman-teman sebaya, sekolah dan
lingkungan. Dalam mikrosistem inilah interaksi yang paling langsung dengan
agen-agen sosial berlangsung misalnya dengan orang tua, teman-teman sebaya
dan guru. Individu tidak dipandang sebagai penerima pengalaman yang pasif
dalam setting ini, tetapi sebagai seseorang yang menolong membangun setting.
Mesosistem (mesosystem) dalam teori ekologi Bronfen Brenner meliputi
hubungan antara beberapa mikrosistem atau hubungan antara beberapa
konteks. Contohnya hubungan antara pengalaman keluarga dan pengalaman
sekolah, pengalaman sekolah dengan pengalaman keagamaan dan pengalaman
keluarga denga pengalaman teman sebaya. Misalnya anak-anak yang orang
tuanya menolak mereka dapat mengalami kesulitan mengembangkan hubungan
positif dengan guru.
Dua tahun setelah perceraian interaksi keluarga tidak begitu kacau lagi dan
lebih stabil. Dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan sosiohistoris, dewasa
ini, kaum perempuan tampaknya sangat didorong untuk meniti karier
dibandingkan pada 20 atau 30 tahun yang lalu. Dengan cara seperti ini
kronosistem memiliki dampak yang kuat bagi perkembangan itu. (Santrock,
2002:51-54) Satu dimensi dalam lingkungan sosial yang nampak berpengaruh
dalam membentuk pola-pola perilaku anak-anak adalah fenomena modellingi
dengan meniru perilaku orang lain.
19
Teori Albert Bandura (1977) ini menjelaskan mengenai perilaku manusia dalam
konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku
dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat
berpengaruh pada pola belajar sosial ini. Faktor-faktor yang berproses dalam
belajar observasi adalah :
a) Atensi
Sebelum murid dapat meniru tindakan model, mereka harus memerhatikan apa
yang dilakukan atau dikatakan si model. Seorang murid yang terganggu oleh dua
murid lainnya yang sedang bicara mungkin tak mendengar apa yang dikatakan
guru. Atensi pada model dipengaruhi oleh sejumlah karakteristik. Misalnya,
orang yang hangat, kuat dan ramah akan lebih diperhatikan ketimbang orang
yang dingin, lemah dan kaku. Murid lebih mungkin memerhatikan model
berstatus tinggi ketimbang model berstatus rendah. Dalam kebanyakan kasus,
guru adalah model berstatus tinggi di mata murid.
b) Retensi
Untuk memproduksi tindakan model, murid harus mengkodekan informasi dan
menyimpannya dalam ingatan (memori) sehingga informasi itu bisa diambil
kembali. Deskripsi verbal sedehana atau gambar (media) yang menarik atau
hidup dari apa yang akan dilakukan model akan bisa membantu daya retensi
murid.
c) Produksi
Anak mungkin memerhatikan model dan mengingat apa yang mereka lihat.
Tetapi, karena keterbatasan dalam kemampuan gerakannya, mereka tidak bisa
memproduksi perilaku model.
d) Motivasi
Sering kali anak memerhatikan apa yang dikatakan atau dilakukan model,
menyimpan informasi dalam memori dan memiliki kemampuan gerak untuk
meniru tindakanbmodel, namun tidak termotivasi untuk melakukannya. Tetapi
setelah mereka diberi insentif atau penguat, mereka melakukan apa yang
dilakukan model. (Santrock, 2007)
20
b) Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang
dimilikinya.
c) Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan
tersebut disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang
bermanfaat.
21
Kemungkinan perbedaan itu menjadi pertanda permasalahan. Selain itu,
kekhawatiran tersebut mungkin akan tercermin dalam tingkah laku orang tua,
yang pada gilirannya justru berdampak negatif pada anak.
Contoh kasus : orang tua yang memiliki pemahaman bahwa prestasi anak
ditinjau dari kemampuan verbal dan logical mathematik. Sejak anaknya duduk di
Taman Kanak-kanak, anak sering dibebani pelajaran tambahan atau yang
dikenal dengan PR (pekerjaan rumah) tanpa melihat apakah anak merasa
senang atau berminat dan si orang tua sendiri bahkan yang meminta agar
adanya PR kepada guru. Selain itu, terkadang anak masih dibebani berbagai
macam pelajaran tambahan di rumah seperti : les menulis, les membaca, les
matematika, les musik dan sebagainya. Hal ini tidaklah menjadi masalah selagi
anak senang dan menikmati kegiatan tersebut apalagi memang terlihat potensi
anak. Namun yang perlu diingat bahwa pelajaran tambahan ini menjadi
permasalahan bagi anak jika terlalu menyita anak, kemudian dilakukan dengan
terpaksa, anak kehilangan waktu bermain, dan tidak sesuai dengan minat serta
potensi yang dimilikinya.
Anak hanya mengikuti karena didorong oleh rasa takut atas konsekuensi
yang diterimanya dari orang tua, misalnya dimarahi, bahkan kejadian yang
ekstrim seperti hukuman fisik pada anak. Harapan orang tua yang berlebihan
inilah yang menjadi perhatian bersama antara guru dan orang tua. Mungkin efek
negatif dari itu terlihat di sekolah. Misalnya perilaku yang berkaitan dengan sosial
emosional seperti suka menganggu teman, berlaku agresif seperti memukul,
memberontak dan sebagainya. Pada hakikatnya anak yang masih berada pada
usia para sekolah tidak dibolehkan untuk adanya beban pekerjaan rumah atau
les tambahan.
Karena melihat usia mereka yang masih berada pada tahap pra
operasional konkrit, dimana kegiatan belajar mengajar yang dilakukanpun dalam
suasana bermain sambil belajar bukan sebaliknya yaitu belajar sambil bermain
karena hal ini menganggu atau menghambat perkembangan anak untuk
selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan psikologis anak. Oleh karena itu,
tak heran jika banyak diantara anak-anak SD (sekolah dasar) sekarang masih
asyik dalam kegiatan bermain di dalam kelas, sehingga perilaku-perlaku mereka
sangat menganggu proses belajar mengajar.
22
b) Data Perkembangan Intelektual. Yaitu data yang berkenaan dengan daya
konsentrasi anak dalam mengikuti program kegiatan belajar, fokus kegiatan yang
menjadi daya tarik anak, perkembangan bahasa dalam berkomunikasi, daya
imajinasi serta daya tangkap terhadap cerita, kejadian, ataupun dalam
pelaksanaan program kegiatan belajar baik di dalam maupun di luar kelas.
Anak yang agresif bisa bermula dari kurangnya empati diduga karena
pendidikan yang kurang dan juga pemahaman moral tidak tertanam dengan baik.
Faktor orang tua yang cendrung cuek turut menjadi penyebab kurangnya akan
menjadi agresif. Di lingkungannya juga bisa diakibatkan karena bergabung
dengan teman yang memiliki sifat agresif dan guru yang tidak begitu memahami
karakter setiap siswanya. Peranan orang dewasa terutama orang tua dan guru
sangat berpengaruh dalam hal ini. Untuk itu, orang tua seharusnya lebih
memperhatikan anaknya, berikan kasih sayang dan empati pada anak, dan
alihkan lah agresifitas nya ke dalam hal yang positif, misalnya di sekolah belajar
menggambar dan olahraga.
Akibat pola pengasuhan orang tua yang terlalu mengecam anak, tidak
menpunyai waktu untuk sekedar berinteraksi dengan anak, selalu menbanding
bandingkan anak sehingga membuat anak terpojok kan, dan selalu
merendahkan anaknya Sikap orang tua seperti itu akan mengakibatnya
melemahnya keberanian anak sehingga anak akan menunjukan rasa khawatir
dan cemas yang berlebihan ketika di lingkungan sosial. Lalu di lingkungan
sekolah, guru yang selalu memperhatikan siswa yang aktif saja, sedangkan
yang lainnya diabaikan dan tidak diperhatikan (pilih kasih) dan guru yang selalu
berlalu otoriter.
23
Hal ini dapat menyebabkan anak pasif dalam kegiatan belajar mengajar dan
akan mudah tersinggung saat di kritik.
Untuk mengatasi anak yang berprilaku merusak, orang tua harus lebih
empati terhadap anak, memperhatikan anak dan buatlah suasana setenang
mungkin di rumah dan ajaklah anak berinteraksi sehingga anak bisa
mencurahkan isi hatinya. Dengan demikian, amarahnya bisa sedikit meredam
dan nengurangi terjadinya perilaku merusak.
Untuk itu orang tua ataup pun guru harus lebih sering berinteraksi dengan anak,
bebaskan anak dalam berekspresi tetapi masih memberi control. Contohnya
guru mengajak anak bernyanyi , memberi kesempatan untuk maju ke depan dan
sebagainya.
24
BAB III
A. Kesimpulan
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa analisis kebutuhan anak dengan proses
belajar mengajar oleh pendidik memiliki “ benang merah” yang mengikat proses
keduanya. Program pengajaran yang baik adalah yang mampu memberikan
dukungan besar kepada para anak dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya.
B. Saran
kebutuhan anak usia dini merupakan hal yang tak dapat dipisahkan dalam
pendidikan anak usia dini. Pendidikan merupakan proses sadar sehingga penting
melakukan perencanaan dala pembuatan program yangsesuai dengan anak.
Untuk mengetahui program yang sesuai maka diperlukan analisis yang benar
pada kebutuhan anak.
25
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, 2002, Belajar dan Pembelajaran Taraf Anak Usia Dini, Jakarta:
Pearson Education Asia.
T, Sutjiati Somantri, 2006, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: Reflika Aditama.
http://tanticristianti.wordpress.com/2013/10/23/perkembangan-masa-kanak-
kanak-dan-anak-awal
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PPM%20di%20Giripurwo.pdf
http://es.slideshare.net/MuhtamahNHabibah/perkembangan-sosial-moral-agama-
dan-kepribadian-masa-akhir-kanak-kanak
http://edupsi.wordpress.com/2010/04/03/ciri-ciri-masa-awal-kanak-kanak/
http://www.psychoshare.com/file-113/psikologi-anak/perkembangan-
psikososial-masa-kanak-kanak-menengah-dan-akhir.html
http://14dejavu.wordpress.com/2013/12/04/permasalahan-anak-usia-taman-
kanak-kanak/
26
http://kuliahgratis.net/masa-kanak-kanak/
http://raden-armya.blogspot.com/2013/11/isu-dan-permasalahan-
perkembangan.html
http://rezamega1911.blogspot.com/2013/02/karakteristik-perkembangan-
anak_6.html
http://massofa.wordpress.com/2010/12/02/permasalahan-perkembangan-anak-
taman-kanak-kanak
27