Anda di halaman 1dari 31

ISU DAN PERMASALAHAN ANAK USIA DINI

SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S1 PG PAUD


STKIP MUHAMMADIYAH BOGOR
2021

i
MAKALAH

“ ISU DAN PERMASALAHAN ANAK USIA DINI SERTA


IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN “

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DASAR

KELOMPOK 6 : Anggi Nurfitriani ( Nim : 0142S1D020044 )

Arum Puspita ( Nim : 0142S1D021029 )

Kiki Fikriya ( Nim : - )

Maya Undari ( Nim : 0142S1D021031 )

Sa’adah ( Nim : 0142S1D021018 )

Siti Nuraeni Indriyani ( Nim : 0142S1D021015 )

KETUA KELOMPOK : Gita Wijayanti ( Nim : 0142S1D021016 )

PROGRAM STUDI : PG PAUD

DOSEN PENGAMPU : Nurdini Ferianti, S.Pd., M.Pd

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat-NYA dan
karunia-NYA kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Ada
pun tema dari makalah ini adalah “ ISU DAN PERMASALAHAN ANAK USIA
DINI SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN “.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih yang


sebesar – besarnya kepada dosen mata kuliah PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
DASAR yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari kesempurnaan, dan ini merupakan langkah yang baik dari
studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan
kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan
semoga makalah ini dapat berguna bagi saya khususnya dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.

Bogor, Desember 2021

Hormat kami,

Kelompok 6

Iii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………….iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………….………iv
BAB I
PENDAHULUAN…………………………….………………………….…………………….…………...................1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………….……………………………………………….…………….3
A. Pengertian Kanak-kanak…………………..….…………………………………………….….……………………3
B. Pengertian Permasalahan AUD ..……………….………………….………………………………………..8
C. Jenis Permasalahan dan Isu pada Masa Kanak-kana k………...……………….………..…9

D. Faktor-faktor Permasalahan Perkembangan Perilaku AUD ………………..……………16

E. Implikasinya dalam Pendidikan………………………………………………………………………………..23

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………….………………………………..25


A. Kesimpulan………………………………………………………………………..…………………………………………..25
B. Saran……………………………………………………………………………………..………………………………………..25

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….……………………………………………….26

Iv
BAB I

PENDAHULUAN

Setiap orang yang berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan 


(termasuk anak usia dini) mengalami berbagai hambatan, gangguan serta
kesulitan yang pemecahannya kadang-kadang memerlukan bantuan orang lain
terutama orang yang profesional. Masalah-masalah yang tidak terentaskan
secara tepat bisa menimbulkan hambatan dan masalah pada anak masa
sekarang, maupun setelah anak melanjutkan ke jenjang sekolah dasar. Supaya
bantuan yang diberikan pada anak usia dini sesuai dan tepat dengan
permasalahannya, perlu diketahui terlebih dahulu masalah-masalah apa yang
dialami anak usia dini. Untuk itu masalah dalam penelitian ini adalah  masalah-
masalah apa yang dialami anak usia dini ditinjau dari aspek  pertumbuhan dan
perkembangannya? Tujuan penelitian  adalah (1) mendeskripsikan masalah-
masalah yang dialami anak usia dini berdasarkan aspek perkembangan (2)
mengkaji implikasinya bagi bimbingan dan konseling. Jenis penelitian yang
digunakan adalah Deskriptif Kuantitatif. Sampelnya orang tua dan guru anak usia
dini Alat ukur yang digunakan adalah Kuesioner (untuk guru dan orangtua
siswa).

Teknik analisis data adalah dengan teknik prosentase. Temuan penelitian


mengungkapkan lima kelompok masalah yang dialami anak usia dini, kelima
kelompok masalah yang dialami anak usia dini adalah : sosial, misalnya
“negativisme”, emosional, misalnya cemas, moral, misalnya sengaja merusak
mainan teman, perkembangan pengertian seperti lambat memahami keterangan
atau penjelasan, dan bahasa, misalnya keterlambatan bicara.

Manusia berkembang tidak hanya dari masa kelahiran saja tetapi dari
masa konsepsi manusia sudah mulai berkembang. Masa konsepsi mempunyai
arti waktu dimana sel telur (ovum) bertemu sperma. Pada saat itu pula manusia
berkembang hingga mempunyai bagian-bagian tubuh yang lengkap.
Perkembangan manusia akan terus berlanjut sampai saat pengambilan ruh tiba.
Semua makhluk Tuhan tidak akan tahu kapan perkembangan dalam dirinya itu
terhenti. Menurut E.B Hurlock perkembangan bersifat kualitatif dan kuantitatif,
artinya proses perkembangan ada yang dapat diukur dan adapula yang tidak
dapat diukur. Misalnya perkembangan otak manusia tidak dapat kita lihat proses
perkembangannya, yang kita lihat adalah gejala-gejalanya.

1
Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang
kehidupan saat dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung pada orang
lain. Bagi kebanyakan anak-anak seringkali  dianggap tidak ada akhirnya
sewaktu mereka tidak sabar menunggu saat didambakan yakni pengakuan dari
masyarakat bahwa mereka bukan anak-anak lagi melainkan “ Orang Dewasa”.
Masa kanak-kanak dimulai setelah  melewati masa bayi yang penuh
ketergantungan.

Masa kanak-kanak awal berlangsung dari 2 th sampai 6 th, oleh para


pendidik dinamakan sebagai usia pra-sekolah. Perkembangan fisik pada masa
ini berjalan lambat tetapi kebiasaan fisiologis yang dasarnya diletakkan pada
masa bayi menjadi cukup baik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kanak-kanak

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kanak-kanak berarti periode


perkembangan anak masa prasekolah (usia antara 2—6 tahun); 1 bayi yang
baru dilahirkan; 2 belum berpengalaman; masih sangat muda. Masa kanak-
kanak disebut pula masa prasekolah (preschool age), disebut pra sekolah
karena pada masa ini anak-anak belum masuk sekolah. Ada anak-anak yang
masuk Taman Kanak-kanak pada masa ini, akan tetapi belum bisa
dikategorikan sebagai anak sekolah sebab taman kanak-kanak itu sendiri bukan
lembaga sekolah melainkan lembaga pra sekolah.

Menurut Montessori (Hurlock, 1978) anak usia 3-6 tahun adalah anak
yang sedang berada dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu suatu periode
dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak
terhambat perkembangannya. Bila kemampuan berbicara anak tidak dirangsang
maka anak akan mengalami kesulitan berbicara pada masa-masa selanjutnya.
Contoh berikut ini sering kita temui sehari-hari. Seorang anak berusia tiga tahun
mengajak ibunya untuk tidur siang dengan kata-kata ”Ma, bo ma, ma bo ma”.

Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa anak menunjukkan keinginan


untuk menyampaikan sesuatu tetapi belum jelas ucapannya. Untuk kondisi
seperti ini anak perlu dimotivasi dan dilatih kemampuan berbicaranya agar dapat
menyampaikan apa yang diinginkannya dengan baik dan benar.

Selain pendapat di atas, Maria Montessori juga menyatakan bahwa masa


sensitif anak pada usia ini mencakup sensitif terhadap keteraturan lingkungan,
mengeksplorasi lingkungan dengan lidah dan tangan, sensitif untuk berjalan,
sensitif terhadap obyek-obyek kecil dan detail, serta terhadap aspek-aspek sosial
kehidupan.

1. Ciri-ciri Masa Kanak-Kanak


Salah satu ciri-ciri masa kanak-kanak adalah sebutan yang biasanya
diberikan oleh orang tua, pendidik dan ahli psiklogi.

a. Sebutan dari orang tua


Sebagian orang tua menganggap bahawa masa kanak-kanak adalah masa
yang mengandung masalah atau sulit. Ini dikarenakan karena dalam masa
tersebut anak cenderung bandel, kerasa kepala, tidak menurut dan melawan.
Selain itu, orang tua juga sering menganggap bahwa masa kanak-kanak sebagai
usia mainan. Karena sebagian besar waktu digunakan untuk bermain.

3
b. Sebutan yang digunakan Para Pendidik
Para pendidik menyebut tahun masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah
untuk membedakannya dari saat dimana anak dianggap cukup tua, baik secara
fisik dan mental, untuk menghadapi tugas-tugas pada saat mereka mulai
mengikuti pendidikan formal.

c. Sebutan yang digunakan oleh Para Ahli Psikologi


Ada beberpa sebutan yang digunakan oleh alhi psikologi untuk masa kanak-
kanak, diantaranya adalah usia kelompok, yaitu masa dimana anak mempelajari
dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih
tinggi. Kedua usia menjelajah, yaitu sebuah sebutan yang menunjukan bahwa
anak-anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya, bagaimana mekanisnya,
bagaimana perasaaan dan bagaimana ia mendapat bagian dari lingungan.
Ketiga, usia bertanya, yaitu usia dimana seorang anak bertanya terhadap apa
yang ia temui. Keempat, usia meniru, yaitu masa dimana seorang anak
mempunyai kecenderungan untuk meniru pembicaraan dan tindakan orag lain.

2. Masa Perkembangan pada Masa Kanak-kanak

 Perkembangan Fisik
a. Pertumbuhan tinggi dan berat badan
Pertumbuhan masa kanak-kanak tidak terjadi sepesat pada masa bayi
(Santrock, 2002; Monks dkk, 1998). Pada masa kanak-kanak awal, rata-rata
anak bertambah tinggi 6,25 cm setiap tahun, dan bertambah berat 2,5-3,5 kg
setiap tahun. Pada usia 6 tahun berat harus kurang lebih mencapai tujuh kali
berat pada waktu lahir. Postur tubuh anak pada masa kanak-kanak awal
meliputi:

1) Gemuk (Endomorfik)
2) Berotot (mesomorfik)
3) Relative kurus (etomorfik)

Besar kecilya tubuh seseorang dipengaruhi oleh factor keturunan dan juga
factor lingkungan. Faktor keturunan menentukan cara kerja hormon yang
mengatur pertumbuhan fisik yang dikelurka oleh lobus anterior dari kelenjar
pituitary, suatu kelejar kecil yang terletak didasar sebelah bawah otak.Anak-anak
dengan usia sebaya dapat memparlihatkan tinggi tubuh yang sangat berbeda,
tetapi pola pertumbuhan tinggi tubuh mereka tetap mengikuti aturan yang sama.

Bila dihitung secara rata-rata, pola ini dapat menggambarkan pertumbuhan


anak pada usia tertentu. hal ini dipenganruhi oleh faktor dari dalam (gen) dan
faktor dari luar seperti asupan gizi yang memadai untuk pertumbuhan tinggi
badan. Perbandingan tubuhnya sangat berubah tidak lagi seperti bayi akan tetapi
memiliki ciri-ciri pertumbuhan kanak-kanak awal yaitu:

4
1. Pada bagian-bagian tubuh berangsur-angsur berkurang
2. Tubuh cenderung berbentuk kerucut
3. Perut yang rata (tidak buncit)
4. Dada lebih bidang dan rata
5. Bahu lebih luas dan lebih persegi
6. Gumpalan Lengan dan kaki lebih panjang dan lurus
7. Tangan dan kaki tumbuh lebih besar

Bukan hanya perubahan pada bagian tubuh saja akan tetapi tulang dan otot
anak mengalami tingkat pengerasan yang bervariasi pada bagian-bagian tubuh
yaitu meliputi ;otot menjadi lebih besar, lebih kuat dan berat, anak lebih kurus
walaupun berat bertambah, selama 4 – 6 bulan pertama dari awal masa kanak-
kanak, 4 gigi bayi yang terakhir yakni geraham belakang muncul. Selama
setengah tahun terakhir gigi bayi mulai tanggal yakni gigi seri tengah yang
pertama kali lepas dan digantikan gigi tetap. Akhir dari masa kanak-kanak awal
biasanya anak memiliki satu atau dua gigi tetap di depan dan beberapa celah
dimana gigi tetap akan muncul.

b. Perkembangan motorik
Ketrampilan motorik dibagi dua jenis yaitu:

1) Ketrampilan motorik kasar (Gross Motor) adalah gerakan tubuh yang


menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota
tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
2) Ketrampilan motorik halus (Fine motor) adalah gerakan yang menggunakan
otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh
kesempatan untuk belajar dan berlatih
3) Perkembangan Intelektual

 Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif pada tahapan ini mencapai tingkat perkembangan
tertinggi dari tahapan yang dijelaskan Piaget. Perkembangan kognitif kanak-
kanak berada pada tahap praoperasional. Pada tahap ini ada sebagian anak
yang menguasai berbagai kemampuan secara baik tetapi ada pula sebagian
anak yang tidak mampu menguasainya. Ketidakmampuan anak tampak dari
sikap anak yang sulit mengerti, lambat dalam mengerjakan sesuatu, atau keliru
dalam menyelesaikan suatu persoalan. Kondisi ini mengakibatkan anak merasa
tidak mampu, tidak percaya diri, merasa diri berbeda dengan anak yang lain
sehingga anak menarik diri dari lingkungan, dan memandang dirinya tidak
memiliki kemampuan apa-apa.

5
 Perkembangan Bahasa dan Bicara
Perkembngan bahasa dipengaruhi Teori Belajar Sosial, yakni anak belajar
dengan model-model yang ada diligkungannya. Melalui imitasi dan respon dari
lingkungan, akhirnya anak menguasai ketrampilan bicara. Sedangakan menurut
Chomsky, perkembangan bahasa anak terjadi karena factor pembawaan; bahwa
anak lahir sudah disertai dengan LAD (Language Acquisition Device) yang
membuat anak sering mengekspresikan sesuatu dengan kata yang tidak
ditemukan dari lingkungannya. Bahasa dibutuhkan untuk komunikasi dengan
dunia luar. Bahasa yang dimaksud adalah bahasa tutur kata yang dapat
dimengerti oleh sesama manusia.

Menurut Karl Buhler (Monks dkk., 1992) ada 3 faktor yang meneentukan
dalam teori bahasa, yakni:

- Kundgabe (Appele), yakni fungsi bahasa untuk menyatakan apa yang terjadi
dalam si pembicara, misalnya anak menjerit ketakutan atau bersorak
gembira, ini merupakan fungso Kungabe yang dapat menimbulkan fungsi
Auslosung.

- Auslosung (Ausdruck), yakni fungsi untuk menimbulkan reeaksi social,


misalnya mengajak pergi ketoko atau kesekolah. Dalam hubungannya
dengan orang lain, ternyata fungsi yang pertama (Aulosung) juga dapat
menimbulkan reaksi social, missal anak menjerit akan menimbulkan reaksi
terkejut dari orang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa Kungabe memiliki
hubungab dengan Auslosung.

- Darstellung, yakni fungsi untuk melukiskan suatu keadaan secara obyektif,


meletakkan atau mengerti hubungan antara hal yang satu dengan yang
lain,dapat memformulasi ide-ide. Hal-hal tadi merupakan sifat-sifat manusia
yang spesifik dan hanya manusia yang dapat mengadakan Darstellung.

Menurut Karl Buhler seorang anak harus memiliki tiga fungsi tersebut karena
perkembangan anak dipengaruhi imitasi. Jadi bila tidak ada yang ditiru, maka
tidak ada input perkembangan bahasa. Selin itu juga harus ada respon dari
lingkungan sektar untuk menanggapi tingkah laku anak.

3. Perkembangan Sosio-emosional
Banyak keluarga dan pendidik anak usia dini menekankan perkembangan
social selama masa kanak-kanak awal atau tahun-tahun prasekolah. Aspek-
aspek perkembngan sosial emosional anak-anak prasekolah dapat menjadi
bagian integral dari perkembangan area lainya, seperti perkembangan aspek
kognitif dan perkembangan motorik.

6
 Bentuk perilaku dalam berbagai situasi sosial
Bentuk perilaku sosial yang paling penting untuk penyesuaian sosial
berhasil tampak dan mulai berkembang dalam periode ini.

1. Penggolangan teman
Rekan adalah orang yang memuaskan kebutuhan akan teman dengan
berada dalam lingkungan yang sama dimana ia dapat dilihat dan didengar.
Dalam setiap tahap, rekan bisa saja laki-laki atau perempuan dan dari segala
umur. Teman bermain adalah orang dengan siapa individu terlihat dalam
kegiatan yang menyenangkan. Anak lebih menyukai teman bermain yang
sejenis. Teman baik adalah teman baik bukan hanya teman bermain yang cocok
tetapi juga seseorang pada siapa individu dapat berkomunikasi dengan bertukar
pendapat dan saling percaya dengan meminta atau memberi nasihat.

2. Bermain pada masa kanak-kanak


Masa awal kanak-kanak sering disebut tahap bermain, karena dalam periode
ini hampir semua permainan menggunakan mainan. Menjelang berakhirnya awal
masa kanak-kanak, anak tidak lagi memberikan sifat-sifat manusia,binatang,
atau benda-benda kepada mainannya. Bermacam-macam minat bermain yaitu
anak yang sangat cerdas lebih menyukai permainan sandiwara,kegiatan-
kegiatan kreatif dan buku-buku yang memberikan informasi daripada yang
bersifat hiburan.

3. Pendidikan Agama bagi Kanak-kanak


Pendidikan agama, syarat dan formulasinya termasuk bahasan rumit dalam
kehidupan manusia. Karena pendidikan agama bertujuan untuk membina dan
mencerahkan jiwa manusia. Pendidikan agama merupakan konsep pendidikan
yang diturunkan oleh Allah Swt kepada umat manusia melalui Rasul-Nya. Anak-
anak dan remaja menjadi perhatian khusus konsep pendidikan agama.

Karena untuk memahamkan anak-anak tentang ajaran agama serta tentang


hari penciptaan dan hari akhir dibutuhkan kelihaian khusus. Anak-anak ingin
mengetahui beberapa pertanyaan yang berbau filosofis, “Darimana manusia
datang? Bagaimana mereka datang? Akan kemana mereka pergi? Dan siapa
yang telah membawa mereka ke dunia ini? Pertanyaan-pertanyaan ini dapat
menjadi alasan untuk menyiapkan pola pendidikan agama. Mayoritas para
psikolog sepakat bahwa pendidikan harus dimulai sejak usia dini. Dalam sistem
pendidikan Islam, masalah ini juga mendapat perhatian khusus.

7
Penelitian para psikolog membuktikan bahwa anak-anak pada usia empat
tahun mulai menunjukkan kecenderungan kepada agama. Sebenarnya pada
usia tersebut, anak-anak telah memulai ekspedisi mencari Sang Pencipta.
Masalah psikologis ini juga banyak ditemukan dalam barbagai hadis Nabi Saw.
Imam Muhammad al-Baqir as berkata, “Ajarilah kalimat syahadah kepada anak-
anak saat mereka berusia tiga tahun, dan ketika menginjak usia empat tahun,
kenalilah mereka dengan kenabian nabi Muhammad Saw, dan ajarilah mereka
berwudhu dan shalat saat berusia tujuh tahun.” Poin penting lainnya dalam
pendidikan agama terhadap seorang anak adalah menyiapkan kesempatan dan
iklim baik dalam lingkungan keluarga.

Rasulullah Saw memberikan empat pesan dalam mendidik anak. Beliau


bersabda, “Mintalah anak-anak kalian mengerjakan pekerjaan sesuai dengan
kemampuannya dan jangan menuntut lebih dari mereka, jangan paksa mereka
melakukan perbuatan maksiat, jangan berbohong kepada mereka dan jangan
menghina serta melecehkan mereka.” Pesan Nabi tersebut membuat kita
memahami sejumlah metode untuk mendidik anak. Pertama, memahami dengan
benar kriteria serta perasaan anak sangat penting. Kedua, perilaku kasih sayang
orang tua sangat mempengaruhi perkembangan anak.

B. Pengertian Permasalahan Anak Usia Dini

Permasalahan anak adalah sesuatu yang mengganggu kehidupan anak,


yang timbul karena ketidak selarasan pada perkembangannya (Anonim, 2006).
Kemudian Campbell (1990) berpendapat bahwa istilah perilaku bermasalah
mungkin digunakan untuk mengindikasikan membesarnya frekuensi dan
intensitas perilaku tertentu sampai pada tingkatan yang mengkhawatirkan. Ada
tiga dasar kriteria yang dapat dijadikan acuan untuk melihat apakah perilaku itu
normatif atau bermasalah, yaitu :

1) Kriteria statistik artinya perkembangan dari rata-rata orang yang biasanya


tergambar dari norma statistik, seperti tinggi badan.

2) Kriteria sosial artinya apabila perilaku yang ditampilkan oleh anak tidak
sesuai dengan pranata atau aturan sosial, maka dianggap bermasalah,
seperti mengemukakan pendapat.

3) Kriteria penyesuaian diri artinya ketidak mampuan anak dalam menyesuaikan


diri sehingga meresahkan bahkan menganggu perkembangan diri sendiri
atau lingkungan sekitar, seperti perilaku agresif.

8
Tiga kriteria tersebut dapat dijadikan acuan dalam melihat apakah
perkembangan anak bersifat normatif atau bermasalah, sebab jika kita hanya
menggunakan satu kriteria sebagai acuan patokan, maka akan sulit dalam
menentukan perilaku anak tersebut. Seperti masalah tinggi badan, pertanyaan
yang muncul ialah “apakah setiap anak yang tidak memiliki tinggi badan normal
sudah pasti bermasalah?, dan apakah setiap anak yang berani mengemukakan
pendapatnya pada orang yang lebih tua dikatakan bermasalah karena ia telah
menyimpang dari norma sosial lingkungan padahal tujuannya untuk kebaikan?.
Dan yang terakhir adalah ketidak mampuan penyesuaian diri.

Lebih lanjut Koot (1996) menambahkan ciri pembeda anak-anak menyimpang


dari anak-anak normal adalah frekuensi atau seberapa sering anak tersebut
berperilaku bermasalah dan intensitas atau bobot dari perilaku yang bisa dilihat
dari dampaknya. Di samping frekuensi dan intensitas, tiga aspek perlu
diperhatikan, yakni: aspek derajat kekronisan artinya kekronisan mengacu pada
seberapa mendalam permasalahan tersebut dilihat dari akar perilaku
bermasalah. Perilaku bermasalah yang bersumber dari kelainan genetis bersifat
jauh lebih kronis dari pada perilaku yang bersumber pada proses imitasi.
Kemudian aspek konstelasi artinya keterkaitan satu perilaku bermasalah dengan
perilaku yang lain. Sebagai contoh agresivitas anak yang terkait dengan
hambatan kemampuan berbicara berbeda sifatnya dengan agresivitas yang
dilakukan oleh anak yang memiliki kemampuan berbicara normal.

Dan aspek konteks sosial dari perilaku bermasalah artinya menyangkut


pertimbangan bahwa setiap kelompok sosial memiliki norma perilaku tersendiri.
Sebuah sikap keterbukaan mengemukakan pendapat yang dijunjung tinggi oleh
satu kelompok masyarakat mungkin diangap kurang sopan oleh kelompok yang
lain. Karena anak dibesarkan dalam konteks sosial, oleh karena itu harus
mengikuti norma yang berlaku, ukuran bermasalah atau tidaknya sebuah
perilaku pun harus dikaitkan dengan norma sosial tersebut.

C. Jenis Permasalahan dan Isu pada Masa Kanak-kanak

Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda.


Pemahaman terhadap anak perlu berangkat dari pemahaman pada setiap anak
dengan berbagai karakteristiknya. Selama proses perkembangan, tidak menutup
kemungkinan anak menghadapi berbagai masalah yang akan menghambat
proses perkembangan berikutnya. Permasalahan yang dihadapi anak dapat
dilihat melalui tingkah laku anak pada saat mengikuti proses pembelajaran di
kelas atau pada saat anak bermain. Adapun permasalahan perkembangan yang
dihadapi anak Taman Kanak-kanak diantaranya yaitu :

9
1. Jenis-jenis Permasalahan
Pada dasarnya Jenis-jenis masalah pada masa kanak-kanak terdiri dari
masalah fisik dan psikososial. Permasalahan Fisik yang terjadi pada anak usia
Kanak-kanak sangat beragam.

Beberapa permasalahan fisik yang dihadapi anak usia kanak-kanak adalah


masalah motorik, masalah penglihatan, masalah pendengaran, masalah
berbicara atau berbahasa.Permasalahan psiko-sosial yang dihadapi usia kanak-
anak juga sangat beragam.
Dari beberapa jenis permasalahan psikis anak pada kesempatan kali ini penulis

mengungkapkan 4 psiko-sosial antara lain permasalahan sosio-emosional,


masalah agresivitas, masalah kecemasan dan masalah keberbakatan.

Permasalahan Fisik yang terjadi pada anak usia Kanak-kanak antara lain:

a. Masalah Motorik
Permasalahan motorik anak terdiri dari motorik kasar dan motorik halus.
Motorik kasar merupakan keterampilan menggerakkan bagian tubuh secara
harmonis dan sangat berperan untuk mencapai keseimbangan yang menunjang
motorik halus. Permasalahan yang sering terjadi pada usia kanak-kanak adalah
anak masih labil atau sulit menggerakkan bagian tubuh secara harmonis.
Misalnya: berjalan, berlari, menangkap, melempar. Selain itu juga belum
sempurnanya kordinasi dalam mengontrol motorik kasar, misalnya jika
ditugaskan untuk berjalan tanpa menyentuh temannya.

Kemampuan motorik lainnya yang harus dikuasai anak adalah kemampuan


motorik halus. Motorik halus merupakan keterampilan yang menyatu antara
motorik halus dengan panca indera. Kesiapan mengkoordinasikan keseluruhan
ini diperlukan untuk persiapan menulis, membaca dan sebagainya.
Permasalahan yang sering muncul adalah anak-anak masih sulit menjiplak,
membentuk lingkaran, segitiga dan sebagainya.

b. Masalah Penglihatan
Pengamatan melalui penglihatan, merupakan keterampilan untuk mampu
melihat persamaan dan perbedaan bentuk, benda dan warna sebagai dasar
untuk pengembangan kognitif. Masalah penglihatan yang biasa terjadi pada usia
kanak-kanak adalah sulitnya mengelompokkan benda berdasarkan warna,
bentuk dan ukurannya. Selain itu mereka juga sulit mengamati benda secara
jelas. Permasalahan yang ditimbulkan dari gangguan penglihatan juga bisa
menyebabkan gangguan ingatan. Gangguan ingatan tersebut antara lain:

- Tidak mampu menyebutkan benda tanpa ada bendanya


- Tidak mampu menguraikan benda-benda yang dilihat dari beberapa aspek,
misalnya bentuk, warna, fungsi dan sebagainya.
- Tidak mampu mencari bagian yang hilang dari suatu bentuk atau gambar.
- Tidak mampu mengurutkan kembali satu seri gambar yang diacak.

10
c. Masalah Pendengaran
Pengamatan melalui pendengaran merupakan keterampilan untuk mampu
mendengar perbedaan dan persamaan suara. Pengamatan ini biasanya sudah
dikenal anak sebelum sekolah, misalanya anak sudah mampu membedakan
suara di sekelilingnya. Gangguan pendengaran pada anak-anak usia pra sekolah
bukan berarti anak mengalami tuli. Akan tetapi anak tidak mampu menyebutkan
suara yang ada di sekelilingnya, seperti suara alam, bisikan arah suara dan
sebagainya. Kemudian tidak mampu menirukan berbagai suara tertentu serta
tidak mampu menyanyikan lagu sederhana.

Sebagian besar orang tua menganggap perrmasalahan pendengaran anak


merupakan hal sepele, sehingga yang awalnya hanya gangguan kecil menjadi
gangguan yang sulit disembuhkan. Hal tersebut bisa diminimalisir jika orang tua
sedini mungkin sering melatih anak mendengarkan berbagai suara baik
mendengarkan kaset lagu ataupun orang tuanya sendiri sering bernyanyi saat
bermain dengan anaknya. Permasalahan pendengaran yang terjadi pada usia
kanak-kanak antara lain:

- Tidak mampu menirukan berbagai suara tertentu


- Tidak mampu mendengarkan persamaan-persamaan dalam kata-kata yang
bersajak.
- Tidak mampu menceritakan kembali kejadian
- Tidak mampu mengulangi kembali urutan cerita Dan lain-lain.

d. Masalah Berbahasa
Berbahasa merupakan keterampilan dalam mendengarkan, berbicara,
membaca dan menulis. Untuk usia kanak-kanak, keterampilan yang diutamakan
adalah mendengaran dan berbicara. Masalah berbahasa yang dialami usia
kanak-kanak Kanak-kanak berawal dari ketidakmampuan mendengar dan
memahami bahasa lisan yang diucapkan orang-orang di sekelilingnya.

Permasalahan tersebut salah satunya juga disebabkan berbedanya budaya


di sekitar kita yang tidak membiasakan orang untuk mengekspresikan
perasaannya karena hal itu dianggap sebagai sasuatu yang memalukan.
Kebudayaan tersebut mengakibatkan anak-anak kita tidak mampu mampu
mengutarakan isi hatinya dengan kalimat-kalimatnya, kemudian bicaranya juga
belum jelas serta ada juga yang mengalami masalah gagap.

Ketidakmampuan anak dalam berbahasa sangat mempengruhi kemampuan


bicara anak pada tahap perkembangan selanjutnya yang bisa dimungkinkan juga
mempengaruhi hubungan sosial mereka dengan orang lain.

11
Adapun Permasalahan psiko-sosial yang dihadapi usia kanak-anak antara lain:
a) Permasalahan Psiko-Sosial
Perkembangan psikis dan sosial anal-anak erat hubungannya dengan
perkembangan jati diri anak. Permasalahan psiko-sosial anak bisa berasal dari
dalam diri anak itu sendiri maupun yang berhubungan dengan orang lain.
Permasalahan psiko-sosialnyang terjadi anak-anak usia taman Kanak-kanak
bukan merupakan hal yang permanen. Hal ini perlu kita maklumi karena anak-
anak usia TK proses berpikirnya masih dalam periode pra-operasional dimana
anak masih sangat dominan dengan sifat egosentrisnya.

b) Masalah Sosio-Emosional anak


Permasalahan sosio-emosional yang terjadi pada anak-anak usia Kanak-kanak
termasuk permasalahan psikologis. Permasalahan sosio-emosional anak juga
berasal dari dalam dirinya dan berhubungan dengan orang lain. Masalah-
masalah sosio-emosional usia kanak-kanak antara lain:

 Sukar berhubungan dengan orang lain, seperti takut pada orang dewasa
selain orang yang sudah dikenalnya, kemudian takut sekolah yang dimungkinkan
anak takut dengan guru atau belum siap berpisah dari orang tuanya.
 Mudah menangis
 Sering membangkan jika keinginannya tidak dituruti
 Tidak mau bergaul dengan temannya
 Mau menang sendiri
 Belum memiliki pemahaman tentang konsep dan peran jenis kelamin
 Belum dapat mengikuti secara penuh aturan-aturan yang ada.

c) Agresivitas
Agresivitas adalah istilah umum yang dikaitkan dengan adanya perasaan marah
atau permusuhan atau tindakan melukai orang lain baik dengan tindakan
kekerasan secara fisik, verbal maupun dengan menunjukkan ekspresi wajah dan
gerakan tubuh yang mengancam atau merendahkan (Rita Eka Izzaty:2005).

Perilaku agresif biasa ditunjjukan untuk mencapai tujuan tertentu bisa berupa
pembelaan diri atau untuk meraih keunggulan dengan cara membuat lawan tidak
berdaya. Sasaran perilaku agresif ini bisa diberikan kepada pendidik, teman
bahkan dilampiaskan pada bangunan misalnya memukul dinding atau
menendang benda.

Sasaran lainnya bisa juga berupa mengganggu proses belajar atauupun


mengganggu kegiatan lain yang sedang berlangsung. Perilaku agresivitas ini
tidak hanya merugikan pelaku sendiri, tetapi juga bisa merugikan anak-anak lain
atau orang lain disekitarnya.

12
Menurut Rita Eka Izzaty (2005:106) perilaku agresif ada yang wajar dan ada
yang tidak wajar. Perilaku agresif yang dikategorikan wajar apabila agresivitas
tersebut sebagai pelampiasan emosi dan hambatan psikologis yang berlebihan
dan tidak sehat. Perilaku agresif yang dikategorikan tidak wajar apabila perilaku
tersebut menetap bahkan sampai mengganggu lingkungannya.

d) Kecemasan
Kecemasan merupakan keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang meliputi
interpretasi subyektif dan rangsangan fisiologis, misalnya bernafas lebih cepat,
jantung berdebar-debar dan berkeringat dingin (Ollendick, dalam Rita Eka
Izzaty:2005). Kecemasan ini timbul pada situasi sebagai reaksi emosi sementara
yang timbul pada situasi tertentu yang dirasakan sebagai suatu ancaman.

Pada umumnya kecemasan pada usia anak-anak berangsur-angsur akan


berkurang seiring bertambahnya usia anak. yang dialami anak-anak Taman
Kanakkanak ditunjukkan dengan keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang
timbul ketika diri merasa tidak aman. Gejala ini disebabkan antara lain karena
perilaku orang tua yang terlalu protektif dan kurang bersosialisasi dengan
lingkungan disekitarnya.

e) Keberbakatan (Giftedness)
Keberbakatan atau biasa disebut anak berbakat merupakan sebutan bagi anak
yang memiliki kemampuan luar biasa pada hampir semua bidang, mempunyai
kreativitas tinggi serta bertanggung jawab pada tugas. Keberbakatan ini menjadi
permasalahan bagi anak itu sendiri maupun bagi pendidik. Permasalahan anak
berbakat tersebut jika diatasi sejak dini akan menguntungkan semua pihak.

Potensi anak akan tersalurkan dan semakin berkembang, sementara anak-anak


lain yang kemampuannya dibawah anak berbakat juga tidak dirugikan.
Keberbakatan mempunyai definisi yang bersifat multidimensional, digambarkan
bahwa anak berbakat sebagai anak yang menunjukkan prestasi tinggi hampir
dalam semua kecerdasan majemuk.

2. Isu pada Masa Kanak-kanak


Pengaruh paling penting lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak
berasal dari suasana yang ada dalam keluarga tersebut.

a. Isu pengasuhan: Koregulasi dan disiplin


Anak-anak lebih bersedia mengikuti keinginan orang tua apabila mereka
menyadari bahwa orang tuanya adil dan memerhatikan kesejahteraan anak dan
mereka (orang tua) mungkin mengetahui lebih baik karena pengalaman. Juga
akan membantu apabila orang tua mencoba untuk mengikuti penilaian matang si
anak dan hanya mengambil posisi tegas pada isu-isu penting.

13
b. Dampak Orang Tua Bekerja
Kebanyakan penelitian tentang dampak orang tua bekerja terhadap
kesejahteraan anak difokuskan pada ibu yang bekerja. Secara umum, makin
puas seorang ibu dengan status pekerjaannya, makin efektif kemungkinannya ia
sebagai orang tua. Seberapa baik orang tua menyadari kondisi anak-anak
mereka mungkin lebih penting dibandingkan apakah ibu bekerja di luar rumah.

c. Kemiskinan dan pengasuhan


Kemiskinan dapat membahayakan perkembangan anak melalui
pengaruhnya terhadap kondisi emosional orang tua dan praktik pengasuhan
anak dan pada lingkungan rumah yang mereka ciptakan.Keluarga yang berada
dalam kesulitan ekonomi memiliki kecenderungan yang lebih rendah dalam
mengontrol aktivitas anak-anak mereka, dan kurangnya monitor tersebut
berkaitan dengan prestasi sekolah dan penyesuaian sosial yang lebih buruk.

d. Keluarga adoptif
Sejarah, adopsi dapat ditemukan dalam semua kultur. Adopsi bukan hanya
diperuntukkan bagi orang yang mandul, pasangan gay atau lesbian, dan orang
yang telah memiliki anak biologis dapat menjadi orang tua asuh. Mengadopsi
anak membawa tantangan tersendiri.

Disamping masalah pengasuhan yang biasa muncul, orang tua adoptif harus
berhadapan dengan mengadopsikan anak ke dalam keluarga, menjelaskan
pengadopsian kepada si anak, membantu anak mengembangkan perasaan diri
yang sehat, dan mungkin akhirnya membantu anak untuk berhubungan dengan
orang tua biologis.

e. Ketika orang tua bercerai


Anak yang lebih muda lebih cemas akan perceraian, kurang memiliki persepsi
yang realistis tentang apa yang menyebabkan perceraian tersebut, dan lebih
sering menyalahkan diri mereka sendiri; akan tetapi bisa beradaptasi lebih cepat
dibandingkan anak yang lebih tua, yang memahami apa yang terjadi dengan
lebih baik.

Perceraian menimbulkan stress bagi anak-anak, stress konflik pernikahan


dan kemudian perpisahan orang tua serta kepergian mendadak salah satu orang
tua, biasanya ayah. Terkadang anak-anak tidak memahami apa yang sedang
terjadi dan mengapa. Perceraian tentu saja menimbulkan stress bagi orang tua
dan bisa berdampak negative terhadap pola asuh mereka.

14
f. Tinggal dengan keluarga satu orang tua
Keluarga satu orang tua berasal dari perceraian atau perpisahan, orang
tua yang tidak menikah, atau kematian. Banyak keluarga “satu orang tua” ini
sebenarnya keluarga tanpa ikatan pernikahan yang meliputi ibu, atau lebih
umumnya, ayah tidak menikah yang menjadi pasangan ibu. Meskipun secara
keseluruhan anak-anak di dalam keluarga orang tua tunggal berperilaku baik,
beberapa penelitian menemukan bahwa anak-anak ini cenderung tertinggal
secara social dan pendidikan dibandingkan dengan teman sebaya yang
berkeluarga dua orang tua.

Anak-anak yang tinggal dengan orang tua menikah cenderung memiliki


lebih banyak interaksi harian dengan orang tua mereka, lebih sering membaca,
berkembang lebih stabil di sekolah, dan ikut serta dalam lebih banyak kegiatan
ekstrakulikuler dari pada anak-anak yang tinggal dengan orang tua tunggal.

g. Tinggal dengan keluarga tiri


Keluarga tiri berbeda dengan keluarga “biasa”. Keluarga tiri memiliki bentuk yang
lebih besar, yang bisa meliputi sanak saudara sampai empat orang dewasa
( pasangan yang menikah kembali ditambah satu atau dua mantan pasangan).
Penyesuaian lebih sulit ketika terdapat banyak anak, termasuk mereka yang
berasal dari pernikahan sebelumnya atau ketika anak baru lahir.

h. Tinggal dengan orang tua homoseks atau lesbian


Beberapa orang homoseks atau lesbian membesarkan anak yang dilahirkan dari
hubungan heteroseksual sebelumnya. Sementara itu, lainnya mengandung
dengan cara buatan, menggunakan wanita yang menyewakan rahimnya untuk
mengandung dan melahirkan anak bagi orang lain atau mengadopsi anak.

Banyak penelitian menelaah perkembangan anak dengan orang tua


homoseks dan lesbian mencakup kesehatan fisik dan emosional, kecerdasan,
penyesuaian, kesadaran diri, penilaian moral, fungsi social dan seksual, serta
menunjukkan tidak ada kekhawtiran yang khusus. Orang tua homoseks atau
lesbian yang terbuka biasanya memiliki hubungan yang positif dengan anak-
anak mereka dan bila anak-anak mereka dibandingkan dengan dengan anak-
anak yang dibesarkan dengan orang tua heteroseksual, sama-sama cenderung
tidak memiliki masalah social atau psikologis.

untuk mengurangi kemungkinan tumbuhnya permasalahan yang timbul pada


masa kanak-kanak, dalam rangka kegiatan pendidikan yang dapat dilakukan
diantara usaha-usaha pembinaan yang perlu di perhatikan, sekurang-kurangnya
pendidik umumnya dan para guru khususnya.

15
Seharusnya seorang guru bisa mengaktifkan dan mengkaitkan hubungan
rumah dengan sekolah (parent teacher association) untuk saling mendekatkan
dan menyelaraskan system nilai yang dikembangkan dan cara pendekatan
terhadap kanak-kanak serta sikap dan tindakan perlakuan layanan yang
diberikan dalam pembinaannya. Tujuannya adalah untuk memahami dan
mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan
perkembangan perilaku sosial, moralitas dan kesadaran hidup atau penghayatan
keagamaan.

Seorang guru atau pendidik untuk memahami dan mengurangi masalah-


masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan fungsi-fungsi
konatif, afektif dan kepribadiannya.

D. Faktor-faktor Permasalahan Perkembangan Perilaku AUD

1. Cetak Biru Biologis

Dalam sel tubuh manusia terdapat 46 kromosom yang terbentuk menjadi 23


pasang struktur yang di dalamnya mengandung gen. 23 kromosom berasal dari
sperma ayah dan 23 lainnya dari sel telur ibu, bersatu bersama-sama
membentuk sel pertama dari bayi. Kode genetik bayi yang bersifat personal
dapat “dibaca” melalui contoh darah. Kode genetik ini sangat unik sehingga tidak
ada satupun orang yang memiliki kode genetik sama, seperti halnya sidik jari.
Banyak karakteristik yang sifatnya bawaan seperti misalnya warna rambut.
Warna rambut hingga saat ini adalah merupakan contoh karakteristik bawaan
yang murni, tidak ada yang dapat kita lakukan selama ataupun setelah kelahiran
untuk mempengaruhi warna alami dari rambut bayi. Tidak semu efek genetik
muncul atau terlihat jelas saat kelahiran.

Pengaruh genetik terus berjalan memainkan peranan sepanjang kehidupan


manusia hingga usia lanjut, dan bahkan kemungkinan berperan besar dalam
menentukan akibat kematian seseorang. Suatu hal yang sering kali tidak disadari
adalah bahwa orang sering tidak menyadari bahwa sebenarnya terdapat
kelainan gen dalam dirinya, namun sifatnya laten dan berlangsung dalam jangka
waktu yang amat panjang, yang dipicu oleh adanya perubahan dalam tubuh
sehingga orang baru menyadari adanya kelainan setelah usia lanjut.

Dalam perjalanannya dapat terjadi kelainan genetis yang lazim dikenal


sebagai abnormalitas gen. Abnormalitas ini dapat terjadi ketika kromosom tidak
memiliki pasangan (tunggal) atau sebagian kromosom hilang, mengalami
duplikasi (kelipatan) atau salah (keluar) dari tempatnya.

16
Abnormalitas yang paling mudah dikenali adalah Sindroma Down atau
Down’s syndrom, yang disebabkan oleh adanya kelebihan kromosom di
kromosom. Contoh lain adalah haemophilia yaitu kelainan darah yang hanya
terjadi pada pria, disebabkan karena terjadinya abnormalitas gen, yaitu menjadi
tunggal. (Pudjiati, Modul 1)

2. Faktor Biologis
Faktor biologis memiliki pengaruh besar dalam pembentuka sistem neural
otak yang mengatur perilaku. Karena dengan bertambahnya fungsi otak dan
normalnya perkembangan hormon-hormon pertumbuhan dapat memungkinkan
anak untuk tertawa, berbicara, dan berjalan. Kesiapan biologis ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi bayi saat berada dalam kandungan. Seperti nutrizi dan
kesehatan fisik dan psikis ibu.

Namun setelah lahir, untuk menuju kesiapan biologis yang menunjang


pertumbuhan fisik dan psikologis tersebut harus terpenuhinya tiga kebutuhan
yaitu : asuh yang meliputi pemenuhan kebutuhan primer seperti gizi, kesehatan,
ASI, imunisasi. Kedua, asih, yaitu pemberian kebutuhan emosi dan kasih sayang
yang tulus dari orangtua dan lingkungan sekitarnya. Ketiga, adalah asah yaitu
stimulasi mental dan pemberian kesempatan anak untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal.

3. Faktor lingkungan keluarga


Salah satu ilmuan yang permulaan mengkaji keluarga adalah George Mudock
(1965) dalam bukunya social structure, ia menguraikan bahwa keluarga
merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat
kerjasama ekonomi dan terjadi proses reproduksi. Selanjutnya Ki Hadjar
Dewantara mengemukakan bahwa pendidikan yang berhubungan dengan
perasaan dapat dibentuk dalam keluarga.

Misalnya menanamkan rasa : disiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif,


berfikir matang, bersehaja, bersemangat, bersyukur, bertanggung jawab,
bertenggang rasa, cermat, gigih, hemat, jujur, kreatif, mandiri, mawas diri,
pemaaf, pemurah, pengendali diri, rajin, ramah tamah, kasih sayang, percaya
diri, rendah hati dan sabar. (Santoso, 2002). Oleh karena itu, keluarga yang
harmonis sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.
Sebab keluarga yang tidak harmonis akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan anak-anak mereka kelak khususnya yang berkaitan dengan
masalah emosional.

17
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hetherington (1998) bahwa “anak laki-
laki dari keluarga yang bercerai, dibandingkan dengan anak perempuan dan
anak-anak dari keluarga lengkap, menunjukkan angka behavior disorder
(masalah perilaku) yang lebih tinggi dan masalah-masalah dalam hubungan
antar personal di rumah dan di sekolah dengan guru”. Hetherington juga
menyimpulkan bahwa keluarga utuh yang tertimpa konflik bisa lebih
membahayakan bagi anggota keluarga daripada rumah yang stabil yang kedua
orang tuanya bercerai. Perceraian bisa menjadi solusi positif bagi suatu keluarga
yang kacau. Namun, kebanyakan anak mengalami perceraian sebagai transisi
yang sulit, dan kehidupan dalam keluarga dengan orang tua tunggal bisa
menjadi situasi yang berisiko tinggi bagi anak dan orang tua.

Hal di atas, sejalan dengan yang dikemukakan oleh (Thompson, 2006)


bahwa hubungan menjadi katalis bagi perkembangan dan merupakan jalur bagi
peningkatan pengetahuan dan informasi, penguasaan keterampilan dan
kompetensi, dukungan emosi dan berbagai pengaruh lain semenjak dini, suatu
hubungan dengan kualitas yang baik akan berpengaruh positif bagi
perkembangan, misalnya penyesuaian, kesejahteraan, perilaku prososial,
transmisi nilai.

Sebaliknya kualitas hubungan yang buruk dapat menimbulkan akibat berupa


masalah perilaku, atau psikopatologi pada diri anak. (Lestari, 2012) Dengan
demikian, hubungan antara orang tua dan anak harus terjalin dengan baik di
dalam keluarga. Kasih sayang ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa
secara wajar dan anak merasa dekat karena suasana yang hangat, maka
keadaan keluarga yang harmonis inilah yang harus tetap dipertahankan untuk
membangun generasi yang unggul.

4. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah segala sesuatu yang terdapat di sekitar manusia
yang dapat memberikan pengaruh pada manusia tersebut, serta manusia-
manusia lain yang ada di sekitarnya, seperti tetangga, teman, bahkan juga orang
lain yang belum dikenal. Dimana lingkungan sosial merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk dapat melakukan
sesuatu tindakan sertaperubahan-perubahan perilaku setiap individu. Anak-anak
khususnya, pengaruh yang didapat dalam pergaulan, misalnya waktu bermain,
rekreasi atau saling berkunjung ke rumah akan mendorong anak untuk meniru
perbuatan temannya (Santoso, 200). Sebagaimana di dalam teori ekologi
(ecological theory) yang dipelopori oleh Bronfen Brenner tentang perkembangan,
yang terdiri dari lima sistem lingkungan mulai dari masukan interaksi langsung
dengan agen-agen sosial (social agents) yang berkembang baik hingga
masukan kebudayaan yang berbasis luas. Kelima sistem dalam teori ekologi
ialah mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem.

18
Mikrosistem (microsystem) ialah setting dalam mana individu hidup.
Konteks ini meliputi keluarga individu, teman-teman sebaya, sekolah dan
lingkungan. Dalam mikrosistem inilah interaksi yang paling langsung dengan
agen-agen sosial berlangsung misalnya dengan orang tua, teman-teman sebaya
dan guru. Individu tidak dipandang sebagai penerima pengalaman yang pasif
dalam setting ini, tetapi sebagai seseorang yang menolong membangun setting.
Mesosistem (mesosystem) dalam teori ekologi Bronfen Brenner meliputi
hubungan antara beberapa mikrosistem atau hubungan antara beberapa
konteks. Contohnya hubungan antara pengalaman keluarga dan pengalaman
sekolah, pengalaman sekolah dengan pengalaman keagamaan dan pengalaman
keluarga denga pengalaman teman sebaya. Misalnya anak-anak yang orang
tuanya menolak mereka dapat mengalami kesulitan mengembangkan hubungan
positif dengan guru.

Eksosistem (exosystem) dalam teori ini melibatkan


pengalamanpengalaman dalam setting sosial lain, dalam mana individu tidak
memiliki peran yang aktif mempengaruhi apa yang individu alami dalam konteks
yang dekat. Misalnya pengalaman kerja dapat mempengaruhi hubungan seorang
perempuan dengan suami dan anaknya. Seorang ibu dapat menerima promosi
yang menuntutnya melakukan lebih banyak perjalanan yang dapat meningkatkan
konflik perkawinan dan perubahan pola interaksi orang tua-anak.

Makrosistem (macrosystem) yaitu kebudayaan dimana individu hidup.


Kebudayaan mengacu pada pola perilaku, keyakinan, dan semua produk lain
dari sekelompok manusia yang diteruskan dari generasi ke generasi. Ingat
bahwa studi lintas budaya, perbandingan antara satu kebudayaan dengan satu
atau lebih kebudayaan lain memberi informasi tentang generalitas
perkembangan.
Kronosistem (chronosystem) yaitu meliputi permulaan peristiwa-peristiwa
lingkungan dan transisi sepanjang rangkaian kehidupan dan keadaan-keadaan
sosiohistori. Misalnya dalam mempelajari dampak perceraian terhadap anak-
anak, para peneliti menemukan bahwa dampak negatif sering memuncak pada
tahun pertama setelah perceraian dan bahwa dampaknya lebih negatif bagi anak
laki-laki daripada anak perempuan (Hetherington, 1989; hetherington, Cox &
Cox, 1982).

Dua tahun setelah perceraian interaksi keluarga tidak begitu kacau lagi dan
lebih stabil. Dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan sosiohistoris, dewasa
ini, kaum perempuan tampaknya sangat didorong untuk meniti karier
dibandingkan pada 20 atau 30 tahun yang lalu. Dengan cara seperti ini
kronosistem memiliki dampak yang kuat bagi perkembangan itu. (Santrock,
2002:51-54) Satu dimensi dalam lingkungan sosial yang nampak berpengaruh
dalam membentuk pola-pola perilaku anak-anak adalah fenomena modellingi
dengan meniru perilaku orang lain.

19
Teori Albert Bandura (1977) ini menjelaskan mengenai perilaku manusia dalam
konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku
dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat
berpengaruh pada pola belajar sosial ini. Faktor-faktor yang berproses dalam
belajar observasi adalah :

a) Atensi
Sebelum murid dapat meniru tindakan model, mereka harus memerhatikan apa
yang dilakukan atau dikatakan si model. Seorang murid yang terganggu oleh dua
murid lainnya yang sedang bicara mungkin tak mendengar apa yang dikatakan
guru. Atensi pada model dipengaruhi oleh sejumlah karakteristik. Misalnya,
orang yang hangat, kuat dan ramah akan lebih diperhatikan ketimbang orang
yang dingin, lemah dan kaku. Murid lebih mungkin memerhatikan model
berstatus tinggi ketimbang model berstatus rendah. Dalam kebanyakan kasus,
guru adalah model berstatus tinggi di mata murid.
b) Retensi
Untuk memproduksi tindakan model, murid harus mengkodekan informasi dan
menyimpannya dalam ingatan (memori) sehingga informasi itu bisa diambil
kembali. Deskripsi verbal sedehana atau gambar (media) yang menarik atau
hidup dari apa yang akan dilakukan model akan bisa membantu daya retensi
murid.
c) Produksi
Anak mungkin memerhatikan model dan mengingat apa yang mereka lihat.
Tetapi, karena keterbatasan dalam kemampuan gerakannya, mereka tidak bisa
memproduksi perilaku model.

d) Motivasi
Sering kali anak memerhatikan apa yang dikatakan atau dilakukan model,
menyimpan informasi dalam memori dan memiliki kemampuan gerak untuk
meniru tindakanbmodel, namun tidak termotivasi untuk melakukannya. Tetapi
setelah mereka diberi insentif atau penguat, mereka melakukan apa yang
dilakukan model. (Santrock, 2007)

Faktor model atau teladan mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut :


a) Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara
mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik
kemudian melakukannya. Proses mengingat akan lebih baik dengan cara
mengkodekan perilaku yang ditiru ke dalam kata-kata, tanda atau gambar dari
pada hanya observasi sederhana (hanya melihat saja). Sebagai contoh : belajar
gerakan tari dari instruktur membutuhkan pengamatan dari berbagai sudut yang
dibantu cermin dan langsung ditirukan oleh siswa pada saat itu juga. Kemudian
proses meniru akan lebih terbantu jika gerakan tadi juga didukung dengan
penayangan video, gambar atau instruksi yang ditulis dalam buku panduan.

20
b) Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang
dimilikinya.

c) Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan
tersebut disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang
bermanfaat.

Dengan demikian, peranan lingkungan sosial sangat penting


keberadaannya dalam pengembangan diri anak menuju kemampuan
perkembangan yang optimal. Oleh karena itu, mari kita berikan model yang baik
bagi anak-anak kita guna menghindarkan mereka dari perilaku-perilaku
bermasalah dikemudian hari.

Permasalahan AUD Guru adalah merupakan bagian yang terpenting


dalam mengidentifkasi permasalahan perkembangan perilaku yang terjadi pada
anak didiknya. Walaupun mereka hanya berinteraksi sekitar 4 jam perhari, 5 atau
6 hari dalam satu minggu. Namun, guru dapat mengamati secara langsung
proses interaksi anak dengan temannya serta antara anak dengan guru. Baik
dalam kegiatan bermain maupun pada saat proses kegiatan belajar ataupun
berkomunikasi. Hal ini akan memudahkan para guru untuk mengenali perilaku-
perilaku yang muncul pada setiap anak.

Di Taman Kanak-kanak perkembangan perilaku anak tergambar dalam


bentuk indikator-indikator pencapaian berdasarkan kurikulum sesuai usia,
sehingga jika anak tidak mampu/kurang memiliki kecakapan atau keterampilan
sebagaimana tugas perkembangan yang seharusnya sudah mereka emban,
maka hal ini akan menunjukkan adanya kejanggalan pada perkembangan anak
dan ini dapat dijadikan bukti yang kuat.

Kemudian, walaupun seorang pendidik memiliki ikatan emosi tertentu


dengan salah satu anak, namun ikatan kekuatan emosi ini tidaklah begitu kuat
jika dibandingkan dengan ikatan bonding antara orang tua dan anak. Hal inilah
yang akan membuat guru dapat melakukan penilaian yang bersifat objektif
terhadap permasalahan perkembangan anak. Dengan itu, akan membantu guru
dalam melakukan diteksi dini permasalah perkembangan yang dihadapi oleh
anak.

Dengan demikian, permasalahan dapat ditangkap sebelum berkembang


terlalu jauh. Oleh karena itu penilaian yang bersifat objektivitas ini juga penting
untuk menghindari kekhawatiran yang berlebihan dari orang tua terhadap
perilaku anaknya. Sebab sebagian dari beberapa orang tua memiliki harapan
yang begitu besar kepada anaknya, sehingga mereka begitu sangat merasa
khawatir, jika anaknya tersebut berbeda dengan anak lain baik dari kemampuan
aspek sosial-emosional, kognitif, bahasa, motorik serta seni.

21
Kemungkinan perbedaan itu menjadi pertanda permasalahan. Selain itu,
kekhawatiran tersebut mungkin akan tercermin dalam tingkah laku orang tua,
yang pada gilirannya justru berdampak negatif pada anak.

Contoh kasus : orang tua yang memiliki pemahaman bahwa prestasi anak
ditinjau dari kemampuan verbal dan logical mathematik. Sejak anaknya duduk di
Taman Kanak-kanak, anak sering dibebani pelajaran tambahan atau yang
dikenal dengan PR (pekerjaan rumah) tanpa melihat apakah anak merasa
senang atau berminat dan si orang tua sendiri bahkan yang meminta agar
adanya PR kepada guru. Selain itu, terkadang anak masih dibebani berbagai
macam pelajaran tambahan di rumah seperti : les menulis, les membaca, les
matematika, les musik dan sebagainya. Hal ini tidaklah menjadi masalah selagi
anak senang dan menikmati kegiatan tersebut apalagi memang terlihat potensi
anak. Namun yang perlu diingat bahwa pelajaran tambahan ini menjadi
permasalahan bagi anak jika terlalu menyita anak, kemudian dilakukan dengan
terpaksa, anak kehilangan waktu bermain, dan tidak sesuai dengan minat serta
potensi yang dimilikinya.

Anak hanya mengikuti karena didorong oleh rasa takut atas konsekuensi
yang diterimanya dari orang tua, misalnya dimarahi, bahkan kejadian yang
ekstrim seperti hukuman fisik pada anak. Harapan orang tua yang berlebihan
inilah yang menjadi perhatian bersama antara guru dan orang tua. Mungkin efek
negatif dari itu terlihat di sekolah. Misalnya perilaku yang berkaitan dengan sosial
emosional seperti suka menganggu teman, berlaku agresif seperti memukul,
memberontak dan sebagainya. Pada hakikatnya anak yang masih berada pada
usia para sekolah tidak dibolehkan untuk adanya beban pekerjaan rumah atau
les tambahan.

Karena melihat usia mereka yang masih berada pada tahap pra
operasional konkrit, dimana kegiatan belajar mengajar yang dilakukanpun dalam
suasana bermain sambil belajar bukan sebaliknya yaitu belajar sambil bermain
karena hal ini menganggu atau menghambat perkembangan anak untuk
selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan psikologis anak. Oleh karena itu,
tak heran jika banyak diantara anak-anak SD (sekolah dasar) sekarang masih
asyik dalam kegiatan bermain di dalam kelas, sehingga perilaku-perlaku mereka
sangat menganggu proses belajar mengajar.

Dalam mendeteksi perkembangan anak, berikut ini beberapa data penting


yang dapat dikumpulkan oleh pendidik yaitu :
a) Data perkembangan motorik. Yaitu data yang berkenaan dengan gerak
motor anak tentang apakah anak termasuk yang aktif bergerak atau cenderung
lemah.

22
b) Data Perkembangan Intelektual. Yaitu data yang berkenaan dengan daya
konsentrasi anak dalam mengikuti program kegiatan belajar, fokus kegiatan yang
menjadi daya tarik anak, perkembangan bahasa dalam berkomunikasi, daya
imajinasi serta daya tangkap terhadap cerita, kejadian, ataupun dalam
pelaksanaan program kegiatan belajar baik di dalam maupun di luar kelas.

c) Data Perkembangan Emosi. Yaitu data yang berkenaan dengan Apakah


anak termasuk periang, pendiam, penyabar, hangat atau sangat sensitif, mudah
marah atau mudah menangis? Bagaimana anak mengeluarkan respon atau
reaksi terhadap sesuatu kejadian? Apakah dengan mengamuk, menendang,
memecahkan barang, memukul, mencubit, menggigit, mengompol, gagap,
ataukah reaksi spesifik lainnya? Jadi hal ini berkaitan perasaan anak.

d) Data Perkembangan Sosial Dan Moral. Yaitu data mengenai aspek


perkembangan yang berkaitan dengan penyesuaian diri, bagaimana proses
interaksi dengan pendidik dan teman sebayanya, apakah anak cenderung aktif
bergaul ataukah menarik diri dan lebih suka menyendiri? Data mengenai
perkembangan moral dapat dilihat pada anak dalam menjalankan interaksi
dengan lingkungannya : Apakah anak sudah dapat melihat baik dan buruknya
suatu perilaku? Apakah ia punya keinginan untuk merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain melihat teman sakit, menangis, serta pemecahan
masalah yang dilakukan dalam menghadapi perselisihan.

E. Implikasinya dalam Pendidikan

Anak yang agresif bisa bermula dari kurangnya empati diduga karena
pendidikan yang kurang dan juga pemahaman moral tidak tertanam dengan baik.
Faktor orang tua yang cendrung cuek turut menjadi penyebab kurangnya akan
menjadi agresif. Di lingkungannya juga bisa diakibatkan karena bergabung
dengan teman yang memiliki sifat agresif dan guru yang tidak begitu memahami
karakter setiap siswanya. Peranan orang dewasa terutama orang tua dan guru
sangat berpengaruh dalam hal ini. Untuk itu, orang tua seharusnya lebih
memperhatikan anaknya, berikan kasih sayang dan empati pada anak, dan
alihkan lah agresifitas nya ke dalam hal yang positif, misalnya di sekolah belajar
menggambar dan olahraga.

Akibat pola pengasuhan orang tua yang terlalu mengecam anak, tidak
menpunyai waktu untuk sekedar berinteraksi dengan anak, selalu menbanding
bandingkan anak sehingga membuat anak terpojok kan, dan selalu
merendahkan anaknya Sikap orang tua seperti itu akan mengakibatnya
melemahnya keberanian anak sehingga anak akan menunjukan rasa khawatir
dan cemas yang berlebihan ketika di lingkungan sosial. Lalu di lingkungan
sekolah, guru yang selalu memperhatikan siswa yang aktif saja, sedangkan
yang lainnya diabaikan dan tidak diperhatikan (pilih kasih) dan guru yang selalu
berlalu otoriter.

23
Hal ini dapat menyebabkan anak pasif dalam kegiatan belajar mengajar dan
akan mudah tersinggung saat di kritik.

Anak yang memiliki daya suai rendah hendaknya diperhatikan, khususnya


oleh orang tua dan guru. Orang tua sebaiknya jangan terlalu mengecam anak,
harus bisa menerima kekurangan dan kelebihan anak dan juga b
erilah perhatian pada anak, puji anak saat anak melakukan hal baik sekecil
apapun, dan peringatkan anak dengan lembut bila anak melakukan kesalahan.
Di sekolah, guru seyogyanya bersikap bijaksana dan jujur, adakan kegiatan
kelompok dan berilah kesempatan untuk setiap anak mengerjakan tugas di
depan, dan juga ciptakan suasana belajar yang nyaman. Hal tersebut anak
membuat anak berangsur-angsur dapat menyesuaikan dirinya.

Untuk mengatasi anak yang berprilaku merusak, orang tua harus lebih
empati terhadap anak, memperhatikan anak dan buatlah suasana setenang
mungkin di rumah dan ajaklah anak berinteraksi sehingga anak bisa
mencurahkan isi hatinya. Dengan demikian, amarahnya bisa sedikit meredam
dan nengurangi terjadinya perilaku merusak.
Untuk itu orang tua ataup pun guru harus lebih sering berinteraksi dengan anak,
bebaskan anak dalam berekspresi tetapi masih memberi control. Contohnya
guru mengajak anak bernyanyi , memberi kesempatan untuk maju ke depan dan
sebagainya.

Anak-anak yang mengalami konflik dan mampu mengatakan secara


verbal akan mencoba menyelesaikan konfliknya dengan kekuatan fisik. Oleh
karena itu belajar mengatakan perasaannya untuk menyelesaikan konfllik secara
verbal menjadi hal yang sangat penting bagi anaka pada masa kanak-kanak.

24
BAB III

A. Kesimpulan

Permasalahan anak-anak adalah sesuatu yang mengganggu kehidupan anak,


yang timbul karena ketidakselarasan pada perkembangannya (Anonim, 2006:9).
Pada anak- anak prasekolah perilaku yang dapat dipandang sebagai normal
untuk usia tertentu juga sulit dibedakan dari perilaku yang bermasalah.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa analisis kebutuhan anak dengan proses
belajar mengajar oleh pendidik memiliki “ benang merah” yang mengikat proses
keduanya. Program pengajaran yang baik adalah yang mampu memberikan
dukungan besar kepada para anak dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya.

Sehubungan dengan ini, setiap pendidik harus mengetahui dan selayaknya


memahami seluruh proses dan tugas perkembangan anak.

B. Saran

kebutuhan anak usia dini merupakan hal yang tak dapat dipisahkan dalam
pendidikan anak usia dini. Pendidikan merupakan proses sadar sehingga penting
melakukan perencanaan dala pembuatan program yangsesuai dengan anak.
Untuk mengetahui program yang sesuai maka diperlukan analisis yang benar
pada kebutuhan anak.

25
DAFTAR PUSTAKA

Santoso, 2002, Belajar dan Pembelajaran Taraf Anak Usia Dini, Jakarta:
Pearson Education Asia.

T, Sutjiati Somantri, 2006, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: Reflika Aditama.

Santrock, 2002, Life Span Development, Jakarta: Erlangga.

Albert Bandura, 1997, Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, Jakarta: Gramedia.

Santrock, John W, 2007, Educational Psychology, Terjemahan Tri Wibowo,


Jakarta, Kencana.

http://tanticristianti.wordpress.com/2013/10/23/perkembangan-masa-kanak-
kanak-dan-anak-awal

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PPM%20di%20Giripurwo.pdf

http://es.slideshare.net/MuhtamahNHabibah/perkembangan-sosial-moral-agama-
dan-kepribadian-masa-akhir-kanak-kanak

http://edupsi.wordpress.com/2010/04/03/ciri-ciri-masa-awal-kanak-kanak/

http://www.psychoshare.com/file-113/psikologi-anak/perkembangan-
psikososial-masa-kanak-kanak-menengah-dan-akhir.html

http://14dejavu.wordpress.com/2013/12/04/permasalahan-anak-usia-taman-
kanak-kanak/

26
http://kuliahgratis.net/masa-kanak-kanak/

http://raden-armya.blogspot.com/2013/11/isu-dan-permasalahan-
perkembangan.html

http://rezamega1911.blogspot.com/2013/02/karakteristik-perkembangan-
anak_6.html

http://massofa.wordpress.com/2010/12/02/permasalahan-perkembangan-anak-
taman-kanak-kanak

27

Anda mungkin juga menyukai