Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDEKATAN SAINTIFIK AUD

“Ruang Lingkup Program Pembelajaran Sains Untuk AUD”

Dosen Pengampu :
NANI ANGGRAINI, M.Pd.I

Disusun Oleh : Kelompok 5

1. IMAS YUNIANTI
2. SRI LESTARI

PRODI : PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
DARUL ULUM SAROLANGUN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Pembuatan makalah ini sebagai salah satu bentuk kegiatan dari
proses belajar mengajar di STAI Darul ‘Ulum Sarolangun.
Dalam pembuatan makalah ini penulis telah berusaha sebaik mungkin,
namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun dengan kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca terutama bagi saya demi pengembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan khususnya di STAI Darul ‘Ulum Sarolangun.

Sarolangun, Maret 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Ruang Lingkup Program Pembelajaran Sains Untuk AUD. . 2
B. Model Program Pengembangan Pembelajaran Sains untuk
AUD....................................................................................... 3
C. Pendekatan Dan Strategi Pembelajaran Sains untuk AUD.... 7
D. Pengembangan Keterampilan Proses Sains untuk AUD ...... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 12
B. Saran ..................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dan pengembangan pembelajaran sains bagi anak usia dini
sangatlah penting. Pendidikan sains hendaklah bersifat segera dan wajib
diberikan pada setiap anak usia dini. Selama ini anak usia dini keliru karena
telah memandang sains sebagai sesuatu pelajaran yang sulit dan
membosankan. Kekeliruan anak usia dini itu harus dihentikan dan dicarikan
solusinya. Para pengajar dan pendidik sains harus meningkatkan
kemampuannya dalam memperkenalkan sains pada anak - anak, baik dalam
melihat dan mengungkapkan isi sains ( discovery content ), dalam mengkaji
dan mengungkapkan proses sains ( utilization of process ), maupun dalam
melekatkan sikap sains ( scientist personality ), sehingga dapat mengantar
anak pada pemahaman yang benar tentang sains dan ruang lingkupnya.
Oleh karena itu kami kelompok 4 akan menguraikan secara rinci
tentang berbagai hal yang terkait dengan program pengembangan
pembelajaran sains untuk anak usia dini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja ruang lingkup program pembelajaran sains untuk AUD ?
2. Apa saja model program pengembangan sains untuk AUD ?
3. Bagaimana Pendekatan dan strategi pembelajaran sains untuk AUD ?
4. Bagaimana cara pengembangan keterampilan proses sains untuk AUD ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ruang lingkup program pembelajaran sains untuk AUD
2. Untuk mengetahui model program pengembangan sains untuk AUD
3. Untuk mengetahui pendekatan dan strategi pembelajaran sains untuk AUD
4. Untuk mengetahui cara pengembangan keterampilan proses sains untuk
AUD

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Program Pembelajaran Sains Untuk AUD


Secara umum yang menjadi wilayah garapan pembelajaran sains
meliputi dua dimensi besar, pertama dilihat dari isi bahan kajian dan kedua
dilihat dari bidang pengembangan atau kemampuan yang akan di capai.
Abruscato dalam Nugraha (2005: 99) mengemukakan bahwa ruang lingkup
sains dilihat dari isi bahan kajian meliputi materi atau disiplin yang terkait
dengan bumi dan jagat raya (ilmu bumi), ilmu-ilmu hayati (biologi), serta
bidang kajian fisika dan kimia.
Isi bahan kajian bidang yang terkait dengan jagat raya (ilmu tentang
bumi), mempresentasikan tentang pengetahuan-pengetahuan yang benar
mengenai alam semesta dan bagian-bagiannya. Yang termasuk dalam
kelompok ini meliputi astronomi, geologi, meteorology.1
Tetapi topik-topik umum untuk pembelajaran anak usia dini, biasanya
meliputi :
 Pengetahuan tentang binatang, matahari dan planet
 Kajian tentang tanah, batuan dan pegunungan, serta
 Kajian tentang cuaca dan musim.
Sedangkan isi bahan kajian terkait dengan ilmu-ilmu hayati atau
biologi meliputi botani, zoology, dan ekologi. Dan khusus lingkup kajian
untuk pendidikn anak usia dini, biasanya meliputi :
 Studi tentang tumbuh-tumbuhan
 Studi tentang binatang atau hewan
 Studi tentang hubungan antara tumbuhan dan hewan, serta
 Studi tentang hubungan antara aspek-aspek kehidupan dengan
lingkungannya.

1
Yulianti, Dwi. 2010. Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak – Kanak. Jakarta: PT
Indeks

2
Ruang lingkup program pengembangan pembelajaran sains apabila
ditinjau dari bidang pengembangan atau kemampuan yang harus dicapai,
maka terdapat tiga dimensi yang semestinya dikembangkan bagi anak usia
dini yaitu meliputi kemampuan terkait dengan penguasaaan produk sains,
penguasaan proses sains dan penguasaan sikap-sikap sains (jiwa ilmuan).

B. Model Program Pengembangan Pembelajaran Sains untuk AUD


Jurnal yang berjudul Pengembangan Model Pembelajaran Sains Bagi
Siswa MI/SD (Murtono, 130) menejelaskan bahwa model pembelajaran
adalah suatu pola pembelajaran yang dapat menerangakan proses,
menyebutkan dan menghasilkan lingkkungan belajar tertentu sehingga peserta
didik dapat berinteraksi yang selanjutnya berakibat terjadinya perubahan
tingakah laku siswa secara khusus.2
Terdapat beberapa model pengembangan program pembelajaran atau
kurikulum yang dapat dijadikan pedoman dalam pengembangan program
pembelajaran sains pada anak usia dini. Tytler dalam Samatowa (2010: 57 )
menyatakan bahwa setiap model memiliki fase-fase dengan istilah yang
berbeda, tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu :
1. Menggali gagasan siswa
2. Mengadakan klarifikasi dan perluasan terhadap gagasan tersebut
3. Merefleksikannya secara eksplisit.
Menurut pandangan konstruktivis dalam Samatowa (2012: 63 ) dalam
proses pembelajaran sains seyogianya disediakan serangkaian pengalaman
berupa kegiatan nyata yang rasional atau dapat dimengerti siswa dan
memungkinkan terjadi interaksi sosial. Dengan kata lain saat proses belajar
berlangsung siswa harus terlibat secara langsung dengan kegiatan nyata.
Hasil kajian selama ini, secara umum terdapat tiga pendekatan utama
dalam pengembangan kurikulum sains pada jenjang pendidikan anak usia dini,
yaitu :

2
Murtono, “Pengembangan Model Pembelajaran Sains Bagi Siswa MI/SD”, Jurnal,
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga)

3
1. Pendekatan yang bersifat situasional
Pendekatan yang bersifat situasional adalah pembahasan tentang
sains akan di ulas secara lebih mndalam apabila dalam pembelajaran
muncul fenomena yang terkait dengan tuntutan pembahasan konsep dan
pengalaman dan pengalaman sains pada sasaran belajar.
Jadi pendekatan ini sangat ditentukan oleh muncul atau tidaknya
konteks sains dalam pembelajaran yang sedang dilakukan. Jika muncul
maka pembelajaran akan segera disesuaikan dan diarahkan pada
pembahasan sains, tetapi jika tidak muncul maka pembelajaran akan
dilanjutkan sebagaimana semestinya. Dengan kata lain pendekatan ini
dapat dikatakan sebagai program pengembangan pmbelajaran sains yang
berdasarkan situasi spontanitas (spontanous based treatment) sebagai titik
awal (execellent starting point) untuk menjelaskan sains pada anak.
Haren dan Jelly dalam Nugraha (2005: 104-105 ) menyebutkan
bahwa pendekatan tersebut sebagai pendekatan yang bersifat sensitif
(sensitif approach ) yaitu strategi pengembangan pembelajaran sains yang
didasarkan atas kepekaan terhadap situasi kelas atau pembelajaran yang
terjadi. Jadi pembelajaran sains akan diperkenalkan pada anak sesuai
dengan perkembangan anak itu sendiri dan situasi kelas, jika ada
kesempatan maka harus di fasilitasi secara optimal. Hal tersebut
dikarenakan memang anak itu bersifat spontan, yang ia ingin ketahui
seringkali langsung ia tanyakan kepada guru atau orang dewasa lainnya.
Kemuncuan itu sendiri, dapat saja di awal pembelajaran, di tengah-tengah
pembelajaran ataupun jelang-jelang akhir pembelajaran yang sedang
dilakukan dilaksanakan.

2. Pendekatan yang bersifat terpisah atau tersendiri.


Pendekatan yang bersifat terpisah atau tersendiri diartikan sebagai
program pengembangan pembelajaran sains dikemas secara khusus dan
tersendiri. Pembelajaran sains diberikan waktu tersendiri sebagaimana
bidang pengembangan lainnya dalam pendidikan anak usia dini,

4
pembelajaran sains di setting (dirancang) secara khusus sesuai dengan
karakteristik anak yang sesuai (relevant) dengan tuntutan penguasaan
sains. Jadi pengembangan pembelajaran sains bersifat regular karena
memiliki waktu dan tempat khusus dalam program (kurikulum)
pendidikan anak usia dini yang ada.
Program sains tidak tergantung program lainnya, walaupun tetap
prinsip-prinsip pengembangannya harus mengacu pada landasan
pengembangan program (kurikulum) pada umumnya. Jadi program
pengembangan pembelajaran sains sederajat dan berdampingan denga
program program pengembangan lainnya dalam sistem pendidikan yang
ada. Haren dan Jelly dalam Nugraha (2005: 106) menyatakan bahwa untuk
model pengembangan kurikulum pembelajaran sains seperti ini,
menyebutnya dengan istilah separate lessons, maksudnya adalah program
sains direncanakan secara mandiri dan terpisa, dengan alokasi waktu dan
jam belajar tersendiri.
Secara tegas, Haren dan Jelly menyatakan, untuk mengemas
program sains dengan pendekatan tersebut , para pengembang diberikan
keleluasaan dan otoritas (kewenangan) yang tinggi. Pengembang sains
tidak di bebani tuntutan untuk menyelaraskan dan mengharmoniskan
progra yang dibuatnya dengan program yang di buat untuk
mengembangkan bidang lainnya. Pikiran yang harus ada dalam
pengembang adalah plot waktu untuk sains anak, dan isilah dengan
program yang optimal sesuai karakteristik sains itu sendiri dan
karakteristik anak sebagai sasaran pengembangan.

3. Pendekatan yang bersifat merger atau terintregasi dengan disiplin


lain atau bidang pengembangan lain
Dalam pendekatan ini, program sains dikembangkan dengan cara
digabungkan secara formal dan sistematis dengan bidang pengembangan
atau displin ilmu lainnya. Sehingga dalam program, pengembangan
pembelajaran sains merupakan bagian dari suatu program kurikulum yang

5
lebih luas dan terpadu sifatnya. Jadi dalam pengorganisasiannya, para
pengembang program harus mampu melihat secara seksama karakteristik
dari setiap bidang yang diintegrasikan dengan bidang sains tersebut.
Disiplin atau bidang pengembangan lain yang diintegrasikan dapat
bersifat terbatas, maupun terbuka secara luas dan tanpa dibatasi secara
khusus. Contoh pengintegrasian program sainsyang dilihat berdasarkan isi
bahan kajian misalnya : penggabungan sains dan matematika,
penggabungan sains dan sejarah, penggabungan sains dan olahraga, dan
sebagainya. Sedangkan contoh penggabungan program sains dilihat dari
dimensi pengembangan kemampuan, diantaranya : sains, keterampilan,
bahasa, moral, agama, dan sebagainya menjadi satu kesatuan yang utuh.
Beberapa saran yang harus diperhatikan oleh para guru sains ketika
mengembangkan program sains secara umum, daintaranya :
1. Sebelum memulai pengembangan program pembelajaran hendaklah gur
sudah meyakinkan diri bahwa dia sudah memahami perkembangan dan
karakteristik anak secara memadai
2. Sebelum memulai pengembangan program pembelajaran hendaklah guru
sudah meyakinkan diri bahwa dia sudah memahami ruang lingkup
program sains, baik dari dimensi isi, bahan kajian, maupun dari dimensi
pengembangan kemampuan anak.
3. Jika rambu-rambu 1 dan atau 2, tidak terpenuhi hendaklah dalam
pengembangan program pembelajaran sains anda melakukannya secara
kelompok (teamwork). Bahkan jika diperlukan dan memungkinkan tim
anda mengundang ahli khusus atau konsultan, sehingga anda dan tim dapat
bekerja denga optimal.
4. Bentuk dan wujud program sains yang dapat dihasilkan oleh anda dan atau
tim, dapat berupa program 1 tahun, semester, catur wulan, bulan, minggu
atau hari atau insidental. Jadi dapat disesuaikan dengan kebutuhaan
lembaga dan kepentingan program lain secara keseluruhan.
5. Sebaiknya diinventarisir seluruh yang dapat memberikan kontribusi
(sumbangan ) terhadap pengembangan pembelajaran sains di tempat anda,

6
sehingga program sains mendapatkan dukungan semua pihak (total
environtment)
6. Kemasalah isi program yng mempehatikan prinsip-prinsip kekseimbangan,
keluwesan, kesinambungan, kebermaknaan dan fungsionalitas. Sehingga
program yang dihasilkan lebih adaptif terhadap berbagai perubahan
kondisi lingkungan belajar, apalagi beberapa karakteristik anak usia dini
menunjukkan sifat yang amat situasional.

C. Pendekatan Dan Strategi Pembelajaran Sains untuk AUD


Secara umum terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan yang
berorientasi pada guru (teacher centered) dan pendekatan yang berorientasi
pada anak ( student centered).
Pendekatan yang bersifat teacher centered, maksudnya adalah otoritas
dan dominasi aktifitas, interaksi, dan komunikasi dalam pembelajaran
cenderung dikuasai oleh guru atau pengajar. Bahkan lebih jauh, otoritas guru
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi hingga penentuan dan
pengambilan keputusan tentang perkembangan, kemajuan dan hasil akhir dari
pembelajaran. Porsi yang diberikan kapada anak atau anak, meskipun
disediakan tapi ruang nya amat terbatas. Sedangkan pendekatan student
centered, adalah berdimensi sebaliknya, sistem pembelajaran memberikan
porsi dan lahan luas kepada peserta didik untuk terlibat dan aktif dalam proses
pembelajaran. Beberapa pengajar, dalam pelibatan anak hingga menyentuh
level perencanaan dan penilaian kemajuan, termasuk pengambilan keputusan
atas kegiatan pembelajaran yang dilaksakannya. 3
Yulianti (2010 : 24-29 ) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran
sains pada anak usia dini ( Taman Kanak- Kanak ) hendaknya memperhatikan
prinsip–prinsip yang berorientasi pada kebutuhan anak dengan memperhatikan
hal - hal berikut :

3
Novitahadsari, ”Peningkatan Keterampilan Mengkomunikasikan Sains Melalui Media
Grafis Pada Anak Kelompok B TK ABA Balerante Sleman Yogyakarta”, Skripsi, (Yogyakarta:
UNY, 2014)

7
1. Berorientasi pada Kebutuhan dan Perkembangan Anak
Salah satu kebutuhan perkembangan anak adalah rasa aman. Oleh
karena itu jika kebutuhan fisik anak terpenuhi dan merasa aman secara
psikologis, maka anak akan belajar dengan baik. Di samping itu perlu
diperhatikan bahwa siklus belajar Taman Kanak – kanak adalah berulang
dengan memperhatikan perbedaan individu.
Minat yang tumbuh akan memotivasi belajarnya, sedangkan anak
akan belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak – anak
lainnya. Tak terkecuali dalam pembelajaran sains, minat sains anak dapat
dibangkitkan melalui bermain sains yang dirancang dengan aman untuk
anak, dirancang agar anak bisa bersosialisasi dengan teman,
membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu. Guru jangan malas untuk
selalu mengulang pertanyaan untuk membangkitkan minatnya dan
mengulang untuk menegaskan jawaban yang benar.

2. Bermain Sambil Belajar


Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegatan
pembelajaran pada anak – anak dini. Untuk itu dalam memeberikan
pendidikan pada usia dini harus dilakukan dalam situasi yang
menyenangkan sehingga anak tidak merasa bosan dalam mengikuti
pelajaran. Bermain bagi anak juga merupakan suatu porses kreatif untuk
bereksplorasi, mempelajari keterampilan yang baru dan bermain dapat
menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya. Pembelajaran
harus dirancang sedemekian sehingga melalui bermain anak – anak
menemukan konsep dengan suasana yang menyenangkan dan tidak terasa
telah belajar sesuatu dalam suasana bermain yang menyenangkan.
Manfaat bermain sambil belajar sains pada aspek – aspek
perkembangan anak, diantaranya adalah :
a. Aspek Perkembangan Motorik Kasar dan Halus
Berbagai penelitian menununjukkan bahwa bermain
memungkinkan anak bergerak secra bebas sehingga mampu

8
mengembangkan kemampuan motoriknya. Dia belajar memanjat,
melangkah, melompat dan sebagainya.
b. Aspek Perkembangan Kognisi
Piaget dalam Yulianti (2010 : 28), anak akan memahami
pengetahuan melalui interaksi dengan objek yand ada di lingkungan
sekitarnya. Pada saat bermain sambil belajar sains anak memiliki
kesempatan untuk mengetahui objek – objek dengan cara mengamati,
menyentuh, mencium, dan mendengarkan.
c. Aspek Perkembangan Sosial
Ketika anak sedang bermain sambil belajar sains anak dapat
belajar bersosialisasi dan berkelompok sehingga membuka peluang
untuk berinteraksi dengan anak atau orang lain. Interaksi tersebut
mengajarkan kepada anak cara merespon, memberi dan menerima,
menolak dan menyetujui ide atau perilaku anak lain.
d. Aspek Perkembangan Bahasa
Pada saat bermain sambil belajar sains anak dilatih
mengemukakan bahasa untuk berkomunikasidan menyatakan ide atau
pikirannya.
e. Aspek Perkembangan Moral
Setiap permainan mempunyai aturan. Aturan akan dikenalkan
oleh teman bermain sedikit demi sedikit, tahap demi tahap sampai
anak memahami aturan bermain. Oleh karena itu, bermain akan
melatih anak menyadari adanya aturan dan pentingnya mematuhi
aturan. Hal ini merupakan tahap awal dari perkembangan moral.

3. Selektif, Kreatif dan Inovatif


Materi sains yang disajikan dipilih sedemikian rupa sehingga dapat
disajikan melaui bermain. Pengeloaan pembelajaran hendaknya juga
dilakukan dengan cara dinamis. Artinya anak tidak hanya dijadikan
sebagai objek, tetapi juga sebagai subjek dalam pembelajaran. Oleh karena

9
itu dibutuhkan kreativitas dan inovasi guru dalam menyusun pembelajaran
sains.
Mengenalkan sains kepada anak dapat dilakukan dengan cara
mengamati dan menyelidiki fenomena di lingkungan sekitar. Anak juga
dapat diajak beljar sains melalui permainan dengan berbagai macam
benda, misalnya air, kertas, tanah liat, daun – daunan dan pohon sekitar
sekolah dan sebagainya.

D. Pengembangan Keterampilan Proses Sains untuk AUD


Anita Chandra Dewi dalam skripsi Novitahadsari yang berjudul
Peningkatan Keterampilan Mengkomunikasikan Sains melalui Media Grafis
pada Anak Kelompok B TK ABA Balerante Sleman Yogyakarta ( 2014: 12 )
menyatakan bahwa, aspek – aspek keterampilan proses meliputi :
1. Observasi, mencakup keterampilan melibatkan semua alat indra untuk
menyatakan sifat yang dimiliki oleh suatu benda atau objek.
2. Menafsirkan hasil pengamatan, melibatkan keterampilan mencari
hubungan antara pengamatan dengan pernyataan ciri – ciri atau sifat suatu
benda atau peristiwa yang mudah diberi arti oleh orang lain.
3. Mengelompokkan memerlukan keterampilan observasi.
4. Berkomunikasi, mencatat hasil pengamatan yang relevan dengan hasil
penyelidikan.
5. Mengajukan pertanyaan, memberikan kepada siswa untuk
mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya.
6. Menyimpulkan ( inferensi ), merupakan keterampilan memberikan
penjelasan atau interprestasi terhadap suatu data yang didasarkan atas
pengetahuan dan pengalaman awal.4
Conny Semiawan dalam skripsi Novitahadsari yang berjudul
Peningkatan Keterampilan Mengkomunikasikan Sains melalui Media Grafis
pada Anak Kelompok B TK ABA Balerante Sleman Yogyakarta (2014 : 2)

4
Nugraha, Ali. 2005. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional

10
menyatakan bahwa, Pengembangan keterampilan proses sains anak usia dini
diperlukan dalam menjelajah dan memahami alam sekitar. Keterampilan
proses anak usia dini dikembangkan agar anak usia dini terbiasa untuk
menemukan suatu fakta dan konsep sendiri seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan yang berlangsung semakin cepat, untuk melatih anak
berpikir dan bertindak secara kreatif, untuk melatih anak dalam
mengembangkan pikiran ( kognitif ) melalui gerakan dan perbuatan serta
untuk sikap dan nilai diri anak sehingga menghasilkan pribadi yang
manusiawi.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari seluruh materi tentang pengembangan program
pembelajaran adalah secara umum ruang lingkup pembelajaran sains untuk
anak usia dini itu meliputi 2 dimensi yaitu dilihat dari isi bahan kajian dan
dilihat dari bidang pengembangan kemampuan yang akan dicapai.
Model program pembelajaran sains untuk anak usia dini yang tepat itu
adalah model pembelajaran sains yang mengharuskan anak usia dini terlibat
secara langsung dengan kegiatan nyata saat proses belajar sedang berlangsung.
Pendekatan dan strategi yang dipilih dengan pertimbangan dapat
menyajikan dan memberikan aktivitas sains secara memadai dan terintegrasi
pada anak. Keterampilan proses sains yang harus diajarkan dan dilatih pada
anak usia dini yaitu mengamati (observasi), mengelompokkan, menafsirkan,
memprediksi, menerapkan, merencanakan penelitian, dan
mengkomunikasikan.

B. Saran
Untuk mencapai tujuan dari pembelajaran sains di PAUD secara
maksimal, maka hendaknya para penyelenggara PAUD memperhatikan
model, pendekatan dan strategi yang akan di terapkan. Serta meningkatkan
keterampilan proses yang harus dimiliki oleh anak usia dini. Agar belajar sains
tidak dianggap sebagai hal yang sulit dan membosankan oleh anak usia dini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Murtono, “Pengembangan Model Pembelajaran Sains Bagi Siswa MI/SD”, Jurnal,


(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga)
Novitahadsari, ”Peningkatan Keterampilan Mengkomunikasikan Sains Melalui
Media Grafis Pada Anak Kelompok B TK ABA Balerante Sleman
Yogyakarta”, Skripsi, (Yogyakarta: UNY, 2014)
Nugraha, Ali. 2005. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran Ipa di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks
Yulianti, Dwi. 2010. Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak – Kanak.
Jakarta: PT Indeks

13

Anda mungkin juga menyukai