Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“ Definisi Inteligensi Dan Cara Pengukurannya”

Dosen Pengampu : Istiqomah Nur Ahya, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 4 :


1. WASILAH
2. ELSA AMELIA PUTRI
3. DHEA NAILA
4. M.RIDWAN

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


INSTITUT DARUL ULUM SAROLANGUN (IDS)
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Sarolangun, April 2024

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

HALAM AN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 2
A. Pengertian Intelegensi........................................................................ 2
B. Cara Pengukuran intelegensi.............................................................. 5
BAB III PENUTUP....................................................................................... 7
A. Kesimpulan........................................................................................ 7
B. Saran.................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di zaman modern saat ini, masyarakat umum mengenal inteligensi
sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran, ataupun
kemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi. Gambaran tentang
anak yang berintelegensi tinggi adalah gambaran mengenai siswa yang pintar,
siswa yang selalu naik kelas dengan nilai baik, atau siswa yang jempolan
dikelasnya. Bahkan Gambaran ini meluas pada citra fisik, yaitu citra anak
yang wajahnya bersih, berpakaian rapi, matanya bersinar, atau berkacamata.
Sebaliknya, gambaran anak yang berinteligensi rendah membawa citra
seseorang yang lamban berfikir, sulit mengerti, prestasi belajarnya rendah, dan
mulut lebih banyak menganga disertai tatapan mata bingung.Pandangan awam
sebagaimana digambarkan di atas, walaupun tidak memberikan arti yang jelas
tentang inteligensi namun pada umumnya tidak berbeda jauh dari makna
inteligensi sebagai mana yang dimaksudkan oleh para ahli. Adapun
definisinya, makna inteligensi memang mendeskripsikan kepintaran dan
kebodohan.Pada umumnya, para ahli menerima pengertian akan inteligensi
sebagaimana istilah tersebut digunakan oleh orang awam. Kekaburan lingkup
konsep mengenai inteligensi menyebabkan sebagian ahli bahkan tidak merasa
perlu untuk berusaha memberikan batasan yang pasti. Bagimereka ini banyak
diantara definisi yang telah dirumuskan ternyata terlalu luas untuk dapat
disalahkan dan terlalu kabur untuk dapat dimanfaatkan

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari inteligensi ?
2. Bagaimanakah cara pengukuran intelegensi ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Intelegensi
Apabila kita telusuri asal usulnya, kata “intelegensi” erat sekali
hubungannya dengan kata“intelek”. Hal itu bias dimaklumi sebab keduanya
berasal dari kata latin yang sama, yaitu intellegere,yang berarti memahami.
Intellectus atu intelek adalah bentuk participium perpectum(pasif) dari
intellegere; sedangkan intellegens atau inteligensi adalah bentuk participium
praesens (aktif) dari kata yang sama. Bentuk-bentuk kata ini memberikan
indikasi kepada kita bahwa intelek lebih bersifat pasif atau statis (being,
potensi), sedangkan inteligensi lebih bersifat aktif(becoming, aktualisasi).
Berdasarkan pemahaman ini, bisa kita simpulkan bahwa intelek adalah daya
atau potensi untuk memahami, sedangkan inteligensi adalah aktivitas atau
perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi
tersebut.Sehubungan dengan pengertian inteligensi ini, ada yang
mendefinisikan inteligensi sebagai: “Kemampuan untuk berpikir secara
abstrsk” (Terman)“Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya” (Colvin); ada pula yang mendefinisikan inteligensi sebagai
“intelek plus pengetahuan” (Henmon); “Teknik untuk memproses informasi
yang disediakan oleh indera” (Hunt).
Untuk memperoleh pengertian yang lebih luas dan lebih jelas tentang
inteligensi, berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi yang dirumuskan
oleh para ahli.
1. S.C Utami Munandar
Secara umum inteligensi dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Kemampuan untuk berpikir abstrak;
b. Kemampuan untuk menangkap hubungan-hubungan dan untuk belajar;
c. Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru.
2. Alfred Binet
Alfred Binet, dikenal sebagai pelopor dalam menyusun tes
inteligensi, mengemukakan pendapatnya mengenai inteligensi sebagai

2
berikut (Effendi & Praja, 1993):Inteligensi mempunyai tiga aspek
kemampuan, yaitu:
a. Direction,kemampuan untuk memusatkan kepada suatu masalah yang
harus dipecahkan.
b. Adaptation,kemampuan untuk mengadakan adaptasi terhadap masalah
yang dihadapinya atau fleksibel dalam menghadapai masalah.
c. Criticism,kemampuan untuk mengadakan kritik, baik terhadap masalah
yang dihadapimaupun terhadap dirinya sendiri.
3. L.L Thurstone
Ia mengemukakan teori multi faktor yang meliputi 7 faktor dasar
(primary abilities), yaitu:
a. Verbal comprehension (V), kecakapan untuk memahami pengertian
yang diucapkan kata-kata;
b. Word fluency (W), kecakapan dan kefasihan mengggunakan kata-kata;
c. Number (N), kecakapan untuk memecahkan masalah matematika
(penggunaan angka-angka/bilangan);
d. Space (S), kecakapan tilikan ruang, sesuai dengan bentuk hubungan
formal, sepertimenggambar design from memory;
e. Memory (M), kecakapan untuk mengingat;
f. Perceptual (P), kecakapan mengamati dan menafsirka, mengamati
persamaan dan perbedaan suatu objek;
g. Reasoning (R), kecakapan menemukan dan menggunakan prinsip-
prinsip.
4. Edward Thorndike
Sebagai seorang tokoh psikologi koneksionisme, Thorndike
mengemukakan bahwa: “Inteligensi adalah kemampuan individu untuk
memberikan respons yang tepat (baik) terhadap stimulasi yang
diterimanaya”
5. George D. Stodard
Inteligensi adalah kecakapan dalam menyatakan tingkah laku, yang
memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

3
a. Mempunyai tingkat kesukaran;
b. Kompleks;
c. Abstrak;
d. Ekonomis;
e. Memiliki nilai-nilai social;
f. Memiliki daya adaptasi dengan tujuan; Menunjukkan kemurnian
(original);
6. William Stern
“Inteligensi merupakan kapasitas atau kecakapan umum pada
individu secara sadar untuk menyesuaikan pikirannya pada situasi yang
dihadapinya”.
7. Lewis Medison Terman
Inteligensi terdiri atas dua faktor, yakni:
“General ability (faktor G), yaitu kecakapan umum” dan “Specialability
(faktor S), yaitu kecakapan khusus”. Faktor G dan faktor S bukan suatu
faktor yang terpisah, tetapi bekerjasama sebagai kesatuan yang bulat.
Teori dari Terman ini dikenal sebagai teori dwi faktor (two factortheory).
8. Carl Whitherington
Menurut Whitherington, sebutan inteligensi atau kecerdasan
sebetulnya kurang tepat.Yang lebih tepat adalah “kelakuan cerdas”.
Alasannya, kalau disebut inteligensi, seakan-akan inteligensi itu melekat
pada badan, seperti hidung, telinga, sedangkan menurutnya, inteligensi
bukan merupakan suatu benda (substansi), melainkan suatu pengertian.
Jadi, inteligensi tidak lain dari pengertian, kumpulan kelakuan yang
menunjukkan hal yang cerdas. Pengertian inteligensi, menurut
Whitherington, mempunyai ciri-ciri hakiki berikut:
a. Cepat; makin cepat pekerjaan diselesaikan, makin cerdaslah orang
yang menyelesaikan.
b. Cekatan; biasanya dihubungkan dengan pekerjaan tangan; dengan
mudah dan ringkasmenjelaskan sesuatu.
c. Tepat; sesuai dengan tuntutan keadaan; misalnya mengukur jalan yang
panjang dengan besaran yang benar pula. Juga berarti mengukur

4
dengan tepat, tidak kurang pula.Dengan demikian, dapatlah disebut
bahwa inteligensi adalah kesempurnaan perbuatan kecerdasan.

B. Pengukuran Intelegensi
Dalam psikologi, pengukuran intelegensi dilakukan dengan
menggunakan alat-alat psikodiagnostik atau yang dikenal dengan istilah
Psikotest. Hasil pengukuran intelegensi biasanya dinyatakan dalam satuan
ukuran tertentu yang dapat menyataakan tinggi rendahnya intelegensi yang
diukur, yaitu IQ (Intellegence Quotioent). Intelegensi pada setiap anak tidak
sama. Untuk mengukur perbedaan-perbedaan kemampuan individu tersebut,
para psikolog telah mengembangkan sejumlah tes intelegensi. Dalam hal
ini,Alfret Binet (1857-1911), seorang dokter dan psikolog Perancis, dipandang
secara luas sebagai orang yang paling berjasa dalam mempelopori
pengembangan tes intelegensi ini.
Tes intelegensi yang dirancang Binet ini berangkat dari konsep usia
mental (Mental Age-MA) yang dikembangkannya.Binet menganggap anak-
anak yang terbelakang secara mental akan bertingkah dan berkinerja seperti
anak-anak normal yang berusia lebih muda.daIam mengembangkan norma-
norma intelegensi dengan menguji 50 orang anak-anak dari usia 3 hingga11
tahun yang tidak terbelakang secara mental. Anak-anak yang diduga
terbelakang secara mental juga diuji, dan performa mereka dibandingkan
dengan anak-anak yang usia kronologisnya sama di dalam sampel yang
normal. Perbedaan antara usia mental (MA) dengan usia-usia kronologis (CA)
usia sejak lahir inilah yang digunakan sebagai ukuran intelegensi.Anak yang
cerdas memiliki MA di atas CA, sedangkan anak yang bodoh memiliki MA di
bawah CA.
William Stern (1871-1938), seorang psikolog Jerman, kemudian
menyempurnakan tes intelegensi Binet dan mengembangkan sebuah istilah
yang sangat populer hingga sekarang,yaitu Inteligence Quotient (IQ). IQ
menggambarkan intelegensi sebagai rasio antara usia mental (MA) dan usia
kronologis (CA), dengan rumus :Angka 100 digunakan sebagai bilangan
penggali supaya IQ bernilai 100 bila MA samadengan CA. Bila MA lebih

5
kecil dari CA, maka IQ kurang dari 100. Sebaliknya, jika M lebih besar dari
CA, maka IQ lebih dari 100. Berdasarkan hasil tes intelegensi yang disebarkan
kesejumlah besar orang, baik anak-anak Maupun orang dewasa dari usia yang
berbeda, ditemukan bahwa intelegensi diukur dengan perkiraan distribusi
normal Binet. Distribusi normal ialah simetris (mengenai keseimbangan letak
unsur ) dengan kasus mayoritas yang berada di tengah-tengah rentang skor
tertinggi dan skor terendah yang tampak pada kedua titik ekstrim skor.
Sebaran atau distribusi intelegensi dari yang terendah sampai yang tertinggi,
dapat dilihat pada tabel klasifikasi IQ.
Dewasa intelegensi tes-tes telah dipergunakan secara luas untuk
menempatkan anak sekolah ke dalam kelas atau jurusan tertentu, untuk
menerima mahasiswa di suatu perguruan tinggi, untuk menyeleksi calon
pegawai negeri sipil, untuk memiliki individu yang akan ditempatkan pada
jabatan tertentu, dan sebagainya.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Intelegensi berasal dari kata intelek yang berarti pikiran,melalui
pikiran orang dapat menimbang, menguraikan, menghubung - hubungkan
pengertian satuan dengan yang lain dan menarik kesimpulan.Sehingga
intelegensi adalah fungsi pikir dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk
mengatasi suatu situasi/untuk memecahkan suatu masalah.

B. Saran
Apabila seorang Dosen atau konselor sudah menemukan inteligensi
peserta didik maka harus memberikan bimbingan belajar yang baik di dalam
situasi belajar, sehingga setiap peserta didik dapat belajar dengan efisien dan
mencapai pertimbangan yang optimal.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://burangasitamaymo.wordpress.com/2015/06/26/makalah-pengukuran-
intelegensi/http://rudisiswoyo89.blogspot.co.id/2013/11/makalah-
intelegensi.htmlhttp://www.perkuliahan.com/makalah-tentang-intelegensi-
kecerdasan/http://thinksomegood.blogspot.co.id/2015/04/makalah-tes-
intelegensi.htmlhttp://precilnadlirin29.blogspot.co.id/2013/11/makalah-
intelegensi-dan-bakat-psikologi.htm

Anda mungkin juga menyukai