Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

DOSEN PENGAMPUH:
Usman, S.Pd.,M.Pd

KELOMPOK 5
o Andi Nini ( 230407550041 )
o Gangka ( 230407551025 )
o Lidya Pratiwi (230407551059 )
o Rahman ( 230407551051 )

KELAS : C23F

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
KAMPUS V UNM PARE-PARE

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan hidayahnya kami dari kelompok 5 dapat menyelesaikan makalah
yang berisi tentang Konsep Multiple Intelegence dan Aplikasi Multiple
Intelegence dalam pembelajaran. Makalah ini dapat membantu kita untuk
lebih mengetahui lebih dalam mengenai Konsep Multiple Intelengence dan
Aplikasi Multiple Intelegence.

Di dalam makalah ini, kami mengambil informasi dari internet yang menjadi
panduan kami untuk mengerjakan makalah tersebut. Kami sangat
berterimakasih kepada semua situs informasi tentang Konsep Penulisan
Akademik yang kami lihat dan juga kami sangat berterimakasih kepada teman
kelompok yang sudah ikut berpartisipasi dalam mengerjakan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami juga meminta maaf jika di dalam makalah
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, dengan terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah kami.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang Konsep Penulisan


Akademik ini dapat memberikan manfaat dan bisa menjadi inspirasi bagi
pembaca.

Pare-pare,29 Agustus 2023

Penyusun

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………..1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….…2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..3
BAB I……………………………………………………………………………………………4
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………….4
1.2 Rumusan masalah……………………………………………………………….4
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………4
BAB II……………………………………………………………………………………………5
KAJIAN TEORI……………………………………………………………………………….5
BAB III………………………………………………………………………………………….9
PEMBAHASAN……………………………………………………………………………..9
BAB IV………………………………………………………………………………………….14
PENUTUP……………………………………………………………………………………..14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………15

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perkembangan kognitif manusia merupakan salah satu objek penelitian
yang sering diteliti oleh para ahli. Sampai saat ini sudah terdapat banyak
teori perkembangan kognitif manusia yang satu dengan yang lainnya saling
melengkapi. Adanya teori – teoriini sangat membantu dunia pendidikan
untuk menciptakan proses belajar yang palingtepat agar setiap siswa
dapat mengembangkan potensinya dengan optimal. Salah satu teori
perkembangan kognitif manusia yang telah membawa perubahan dalam
cara pandang pendidikan memandang siswa dan proses pembelajaran
yaitu teori multipleintelligence yang dikemukakan oleh Howard Gardner.

Pengajaran berbasis teori multiple intelligence mempercayai bahwa setiap


siswamemiliki semua jenis kecerdasan tetapi tidak semua kecerdasan
dapat berkembangdengan baik atau efektif, dan tiap individu memiliki
perbedaan akan aspek kecerdasanyang lebih kuat dan menonjol (Gonzalez-
Trevino, et al., 2020). Oleh karena itu, tujuandari penilaian teori multiple
intelligence adalah untuk mengetahui kemampuan intelektual siswa dalam
konteks kegiatan praktik di kelas, dengan materi yang menarik,
tanpabatasan waktu, dan memberikan kebebasan kepada anak untuk
menggunakan bahan pembelajaran (Almeida et al., 2010).

1.2 Rumusan masalah

 Bagaimanakah proses penerapan pembelajaran berbasis Multiple


Intelligence pada siswa ?

 Bagaimanakah hasil belajar siswa melalui penerapan atau


mengaplikasian pembelajaran berbasis multi intelegence?

1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui bagaimana konsep dan metode dalam meningkatkan
multiple intelegences pada siswa

 Untuk mengetahui cara pengaplikasian pembelajaran berbasis multiple


intelegence

4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Intelegensi

1. Pengertian Intelegensi
Istilah intelegensi ini sudah menjadi bahasa umum bagi masyarakat, hanya saja
sebagian masyarakat menamakannya kecerdasan, kecerdikan, kepandaian,
ketrampilan dan istilah lainnya yang pada prinsipnya bermakna sama. Istilah
intelegensi dapat diartikan dengan dua cara, yaitu:
a. Arti luas
kemampuan untuk mencapai prestasi yang di dalamnya berpikir
memegang peranan. Prestasi itu dapat diberikan dalam berbagai bidang
kehidupan, seperti pergaulan, sosial, tekhnis, perdagangan, pengaturan
rumah tangga dan belajar di sekolah.
b. Arti sempit
kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah yang di dalamnya
berpikir memegang peranan pokok. Intelegensi dalam arti ini, kerap
disebut “kemampuan intelektual” atau ”kemampuan akademik”
Pendapat-pendapat para ahli mengenai hakikat intelegensi antara lain:

1. Terman: intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak.

2. Thorndike: intelegensi adalah kemampuan individu untuk memberikan


respon yang tepat (baik) terhadap stimulasi yang diterimanya, misalnya
orang mengatakan “meja”, bila melihat sebuah benda berkaki empat dan
mempunyai permukaan datar. Maka makin banyak hubungan (koneksi)
semacam itu yang dimiliki seseorang, makin intelegenlah orang itu

3. Wechlsler: intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan


mencapai suatu tujuan, untuk berpikir secara rasional dan untuk
berhubungan dengan lingkungan secara efektif.

4. Sedangkan Breckenridge dan Vincent berpendapat bahwa “intelegensi


adalah kemampuan seseorang untuk belajar, menyesuaikan diri dan
memecahkan masalah baru” Berdasarkan pendapat-pendapat di atas,
dapat tarik kesimpulan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk
mencapai prestasi di sekolah.

2. IQ (Intelligence Quotient)
5
Istilah IQ diperkenalkan pertama kalinya pada tahun 1912 oleh seorang ahli
psikologi berkebangsaan Jerman bernama William Stern (Gould 1981).
Kemudian ketika Lewis Madison Terman, seorang ahli psikologi berkebangsaan
Amerika di Universitas Stanford, menerbitkan revisi tes Binet di tahun 1916,
istilah IQ mulai digunakan secara resmi.10 Desmita dalam buku Psikologi
Perkembangan menjelaskan bahwa IQ adalah kemampuan berfikir secara
abstrak, memecahkan masalah dengan menggunakan simbol-simbol verbal dan
kemampuan untuk belajar dari dan menyesuaikan diri dengan pengalaman-
pengalaman hidup sehari-hari.

Menurut Saifudin Azwar, diterangkan bahwa secara tradisional, angka normatif


dari hasil tes intelegensi dinyatakan dengan rasio (Quotient) dan diberi nama
Intelligence Quotient(IQ).11
Dalam kemampuan intelegensi terdapat skala taraf, dari taraf intelegensi yang
tinggi sampai taraf intelegensi yang rendah. Banyak manfaatnya bila taraf
intelegensi para siswadiketahui, dengan demikian diketahui pula taraf prestasi
yang diharapkan dari siswa tertentu. Metode yang digunakan untuk mengukur
taraf intelegensi adalah metode tes yang disebut dengan tes intelegensi.

Tes intelegensi yang diberikan di sekolah terbagi atas dua kelompok yaitu tes
intelegensi umum (General Ability test) dan tes intelegensi khusus (Spesific
Ability Test / Spesific Aptitude Test). Di dalam tes intelegensi umum disajikan
soal-soal berpikir di bidang penggunaan bahasa, manipulasi bilangan dan
pengamatan ruang. Sedangkan di dalam tes intelegensi khusus menyajikan soal-
soal yang terarah untuk menyelidiki apakah siswa mempunyai bakat khusus di
suatu bidang tertentu, misalnya di bidang matematika, di bidang bahasa, di
bidang ketajaman pengamatan dan lain sebagainya.

Hasil testing dilaporkan dalam bentuk IQ sesuai yang dikemukakan oleh W.S
Winkel bahwa “Hasil testing intelegensi lazim dinyatakan dalam bentuk
Intelligence Quotient (IQ), yang berupa angka yang 11Saifudin Azwar,
Psikologi Inteligensi diperoleh setelah seluruh jawaban pada tes intelegensi
diolah. Angka itu mencerminkan taraf intelegensi. Makin tinggi angka itu,
diandaikan makin tinggi pula taraf intelegensi siswa yang menempuh tes”.Dari
pendapat di atas dapat diartikan bahwa IQ merupakan bentuk dari hasil tes
intelegensi yang berupa angka, sehingga tes intelegensi sering disebut dengan
tes IQ.sesuai dengan yang dikemukakan oleh W.S Winkel bahwa:“IQ dapat
mengalami kenaikan atau penurunan dalam batas-batas tertentu, seperti batas
kurun waktu dan umur anak. Akan tetapi perubahan tersebut tidak bersifat
mencolok, artinya hasil testing pada saat tertentu dan hasil testing beberapa
waktu kemudian memiliki variasi yang kecil”.
3. Faktor-faktor Kecerdasan yang Diungkap Dalam Tes IQ
6
Sekolah tempat peneliti melakukan penelitian bekerjasama dengan lembaga
psikologi dalam melakukan psikotes atau tes psikologi. Faktor-faktor
kecerdasan yang diungkap dalam tes psikologi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Kemampuan memahami masalah: kemampuan untuk menggunakan


pengalaman masa lalunya dalam menghadapi situasi praktis sehari hari.
b. Ruang lingkup pengetahuan: menunjukkan tingkat kepedulian siswa
terhadap situasi sosial dan masyarakat.
c. Kekayaan bahasa: petunjuk penguasaan perbendaharaan kata yang dimiliki.
d. Kemampuan bekerja dengan angka: kemampuan menggunakan konsep
dasar numerik antara lain: menjumlahkan, mengurangi, membagi dan
mengalikan yang diperlukan dalam belajar hitung matematika.
e. Daya analisis dan sintesis: kemampuan sisiwa dalam memberikan alasan
yang logis dalam mengambil kesimpulan dan menerapkannya dalam
kehidupan praktis.
f. Daya abstraksi: kemampuan bekerja dengan simbol-simbol, angka dan
Bahasa
g. Kemampuan mengingat: kemampuan mereproduksi kembali terhadap
sesuatu yang dipelajari. h. Kemampuan menangkap pendapat dengan
bahasa: kemampuan ini menyangkut pengertian terhadap ide-ide yang
diekspresikan dalam bentuk bahasa.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Taraf Intelegensi


Menurut Bayley faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan intelektual
individu, yaitu:
a. Keturunan
Studi korelasi nilai tes intelegensi diantara anak dan orang tua, atau
dengan kakek-neneknya menunjukkan adanya pengaruh faktor keturunan
terhadap kemampuan mental seseorang sampai pada tingkat tertentu.
b. Latar belakang sosial ekonomi
Pendapatan keluarga, pekerjaan orang tua dan faktor sosial ekonomi
lainnya, berkorelasi positif cukup tinggi dengan taraf kecerdasan individu
mulai dari 3 tahun sampai remaja.
c. Lingkungan hidup
Lingkungan yang kurang baik akan menghasilkan kemampuan intelektual
yang kurang baik pula. Lingkungan yang dinilai paling buruk bagi
perkembanga intelegensi adalah panti asuhan serta institusi lainnya,
terutama bila anak ditempatkan seja awal kehidupannya.
d. Kondisi fisik

7
Keadaan gizi yang kurang baik, kesehatan yang buruk, perkembangan
fisik yang lambat, menyebabkan tingkat kemampuan mental yang rendah.
e. Iklim emosi
Iklim emosi mempengaruhi perkembangan mental individu yang
bersangkutan Sebagaimana yang telah diuraikan, terdapat banyak faktor
yang mempengaruhi taraf intelegensi seseorang. Maka sebagai seorang
guru, salah satu tugas serta kewajiban yang harus dipenuhi adalah
membantu kemampuan intelektual siswa agar dapat berfungsi secara
optimal dan melengkapi program pengajaran yang ditujukan bagi mereka
yang lambat dalam belajar. Adapun cara yang dapat dilakukan oleh guru,
yaitu :

• memperhatikan kesehatan fisik siswa,

• membantu pengembangan sifat-sifat positif pada diri siswa

• memperbaiki motivasi siswa,

•menciptakan kesempatan belajar yang lebih baik bagi siswa.

Dalam membantu mengembangkan sifat-sifat positif pada diri siswa


seperti percaya diri, perasaan dihargai, Dengan cara menaruh respect
terhadap pertanyaan-pertanyaan serta gagasan yang diajukan oleh siswa
sehingga dapat meningkatkan keyakinan diri siswa serta perasaan bahwa
dirinya dihargai. Agar perasaan cemas, rendah diri, tegang,atau konflik
dapat dihindari oleh siswa. Sedangkan untuk memperbaiki motivasi
siswa,guru dapat melakukan insentif atas keberhasilan yang diraih oleh
siswa yaitu dapat berupa pujian atau nilai yang baik.

Selain itu guru juga dapat memberikan kesempatan untuk mengerjakan tugas
yang relevan, seperti di dalam kelompok diskusi di kelas, pembuatan karya
tulis, dan lain-lain untuk menciptakan kesempatan belajar yang lebih baik bagi
siswa.Sdh mi ku perbaiki ini karena banyak kelebihan kata

8
BAB III
PEMBAHASAN
A. Konsep Multiple Intelligence
Multiple intelligences adalah sebuah teori kecerdasan yang dimunculkan oleh
Howard Gardner, adalah seorang pakar psikologi perkembangan dan professor
pada Universitas Harvard dari project Zero (kelompok riset) pada tahun 1983.
Hal yang menarik dari teori kecerdasan ini adalah terdapat usaha untuk
melakukan redefinisi kecerdasan. Sebelum muncul teori multiple intelligences,
teori kecerdasan lebih cenderung diartikan secara sempit.Kecerdasan seseorang
lebih banyak ditentukan oleh kemampuannya menyelesaikan serangkaian tes
IQ, kemudian tes itu diubah menjadi angka standar kecerdasan. Gardner
berhasil mendobrak dominasi teori dan tes IQ yang sejak 1905 banyak
digunakan oleh para pakar psikolog di seluruh dunia. Sangat berbeda definisi
kecerdasan yang dibuat Gardner dengan definisi kecerdasan yang telah berlaku
sebelumnya. Gardner mengatakan bahwa “Intelligence is the ability to solve
problems, or to create products, that are valued within one or more cultural”.
Menurut Gardner kecerdasan seseorang tidak diukur dari hasil tes psikologi
standar, namun dapat dilihat dari kebiasaan seseorang menyelesaikan
masalahnya sendiri (problem solving) dan kebiasaan seseorang menciptakan
produk-produk baru yang punya nilai budaya (creativity).

Stenberg mengatakan, sangat terbatas apabila kecerdasan seseorang harus


ditentukan dengan angka-angka IQ. Hal ini merupakan reduksi dan
penyederhanaan makna yang sangat sempit untuk sebuah esensi luas yang
bernama kecerdasan. Bagaimana dengan kemampuan untuk
menganalisis,kreativitas, dan kemampuan praktis seseorang? Angka-angka IQ
tidak mampu menjawab hal itu. Gardner dengan cerdas memberi label
“multiple” (jamak atau majemuk) pada luasnya makna kecerdasan. Gardner
menggunakan istilah “multiple” sehingga memungkinkan ranah kecerdasan
terus berkembang. Dan ini terbukti: ranah-ranah kecerdasan yang ditemukan
terus berkembang, mulai dari 6 kecerdasan (ketika pertama kali konsep itu
dimunculkan) hingga kecerdasan. Kecerdasan itu berkembang dan masih
banyak lagi kecerdasan yang belum ditemukan Gardner atau ahli
lain.Kecerdasan lebih dititik beratkan pada proses untuk mencapai akhir
terbaik.Multiple intelligences punya metode discovering ability, artinya proses
menemukan kemampuan seseorang. Metode ini meyakini bahwa setiap orang
pasti memiliki kecenderungan jenis kecerdasan tertentu. Kecenderungan
tersebut harus ditemukan melalui pencarian kecerdasan.Dalam teori multiple
intelligences menyarankan kepada kita untuk mempromosikan kemampuan atau

9
kelebihan dan mengubur kelemahan kita. Proses menemukan inilah yang
menjadi sumber kecerdasan seorang anak. Dalam menemukan kecerdasan
seorang anak harus dibantu oleh lingkungan, orang tua, guru, sekolah, maupun
sistem pendidikan yang diimplementasikan di suatu negara.
Thomas Armstrong menjelaskan bahwa teori multiple intelligences
memperluas lingkup potensi dalam diri manusia di luar batas-batas nilai IQ.
Dalam mengembangkan teori multiple intelligences harus berhati-hati untuk
tidak menggunakan istilah kecerdasan diukur menggunakan IQ. Dalam
menggambarkan perbedaan individual semua orang memiliki kecerdasan.

Kemungkinan seseorang yang dianggap memiliki kecerdasan yang lemah dapat


berubah menjadi kuat setelah diberi kesempatan untuk berkembang.Titik kunci
multiple intelligences adalah kebanyakan orang dapat mengembangkan
kecerdasan ke tingkat yang relatif dapat dikuasainya. Muhammad Yaumi
menjelaskan dalam teori multiple intelligences dibagi dalam roda domain
kecerdasan jamak untuk memvisualisasikan hubungan tidak tetap antara
berbagai kecerdasan yang dikelompokkan dalam tiga wilayah atau domain
yakni: interaktif, analitik, dan introspektif. Ketiga domain ini dimaksudkan
untuk menyelaraskan kecerdasan dengan siswa yang ada kemudian diamati oleh
guru secara rutin di dalam ruang kelas.Teori multiple intelligences adalah
validasi tertinggi, gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting.
Pemakaiannya dalam pendidikan sangat tergantung dalam pengenalan,
pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara siswa (pelajar)
belajar, di samping pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap
minat dan bakat masing-masing pembelajar.

Teori multiple intelligences bukan hanya mengakui perbedaan individual ini


untuk tujuan-tujuan praktis, seperti pengajaran dan penilaian tetapi juga
menganggap serta menerimanya sebagai sesuatu yang normal, wajar, bahkan
menarik dan sangat berharga. Teori ini merupakan langkah raksasa menuju
suatu titik dimana individu dihargai dan keragaman dibudidayakan.Teori
multiple intelligences adalah gagasan bahwa perbedaan individu sangat penting.
Pemakaian dalam pendidikan sangat tergantung pada pengenalan, pengakuan
dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara siswa belajar, disamping
pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat dan bakat
masing-masing pembelajar.

10
B. Aplikasi multiple inteelgensces daalm pembelajaran

Problematika pendidikan sekolah di Indonesia mengalami masa-masa penuh


dilema. Pendidik hingga saat ini masih menerapkan pendekatan akademik
penuh hafalan. Praktik yang sesuai dengan kebutuhan/perkembangan anak
belum seluruhnya diterapkan. Keberhasilan belajar anak diukur dari kepatuhan,
kemampuan kognitif dan sosial anak. Anak-anak dengan kecerdasan kinestetik,
intrapersonal, dan naturalis dianggap sebagai anak-anak yang bermasalah.
Beberapa pendidik, bahkan, mengecap mereka sebagai anak yang hiperaktif,
kuper, dan jorok. Pandangan ini telah membawa efek yang merugikan bagi
anak-anak, terutama bagi perkembangan mereka.
Pendidikan yang berbasis multiple intelligences, berpeluang memberikan
pengalaman hidup yang menyenangkan bagi anak dan memantik kecerdasan
mereka. Padahal, sebagaimana dikatakan oleh Howard Gardner (Armstrong,
2003) perkembangan kecerdasan ditentukan oleh crystallizing experience dan
paralyzing experience. Hal ini menunjukkan pentingnya pengalaman baik yang
mengesankan bagi anak, dan betapa berbahayanya pengalaman buruk yang
menyakitkan anak. Dengan kata lain, anak-anak yang dididik dengan konsep
multiple intelligences akan mendapatkan perlakuan yang adil, memperoleh
dukungan yang sangat mungkin menjadi crystallizing experience. Mereka akan
memperoleh kesempatan berkembang sehingga setiap indikator dari kecerdasan
berkembang optimal, dan muncul dalam bentuk keterampilan yang
menakjubkan.

Teori multiple intelligences membuka kemungkinan bagi setiap anak untuk


belajar dan mencapai tugas perkembangan. Multiple intelligences
menghindarkan anak dari kegagalan tugas perkembangan, seperti rasa rendah
diri dan tidak bahagia, rasa ketidaksetujuan dan penolakan sosial, yang akan
menyulitkan penguasaan tugas perkembangan baru. Tugas perkembangan akan
terganggu jika anak tidak memperoleh kesempatan untuk belajar apa yang
diharapkan oleh kelompok sekolah, tidak memperoleh bimbingan dalam belajar,
dan tidak memiliki motivasi untuk belajar. Sebaliknya anak akan terdukung
oleh lingkungan yang memberikan kesempatan anak untuk belajar, bimbingan
belajar dari orang tua dan pendidik, serta motivasi yang kuat untuk belajar
(Hurlock, 1997). Hal ini berarti, multiple intelligences memberi kesempatan
pada anak untuk mendapatkan dukungan untuk pencapaian tugas
perkembangan.
Inteligence ganda banyak digunakan untuk membaantu siswa dalam
pembelajaran sehingga daya tangkap mereka meningkat. Beberapa aplikasi

11
Multiple Inteligence Dalam Pembelajaran dan institusi dapat diringkaskan
sebagai berikut:
1. Bagi siswa yang belajar
Siswa ternyata lebih muda belajar atau menangkap bahan yang diajarkan bila
bahan itu disajikan sesuai dengan intelegensi siswa, dengan demikian siswa
akan dapat belajar lebih senang karena intelegensi siswa berbeda-beda, maka
cara belajar pun dapat berbeda-beda, dappat bervariasi. Yang juga tidak kalah
penting adalah, agar evaluasi pun disesuaikan dengan intelegensi siswa.
Misalnya, bila siswa kuatdalam intelegensi, interpersonal, evaluasi dapat
disajikan dalam bentuk wawancaradan bukan evaluasi tertulis.

2. Bagi Guru yang Mengajar


Dalam risetnya, Gardner menemukan bahwa guru kebnayakan lebih suka
mengajar dengan metode yang sesuai dengan inteligensinya yang menonjol.
Bila guru itu menonjol dalam inteligensi matematis-logis, ia akan suka
mengajar secara skematis, rational, dan logis. Kalau guru kuat dalam inteligensi
linguistic, ia akan banyak mengajar dengan cerita, menjelaskan dengan kalimat.

Yang menjadi soal kadang inteligensi yan gkuat pada guru tidak sama dengan
yang pada siswa. Maka cara yang digunakan guru tidak disukai siswa. Untuk
ini,
karena tujuan guru adalah membantu siswa belajar, maka guru perlu
mengembagkan inteligesni yang sesuai degna siswa, dan menggunakan cara
mengajar yagn sesuai dengan inteligensi siswa. Oleh karena dalam satu klas,
dapat terjadi inteligensi siswa berbeda-beda, maka guru perlu mengajar dengan
berbagai variasi, sehingga setiap siswa merasa dibantu. Tentu inteligensi yang
paling banyak dipunyai siswa, akan lebih banyak digunakan. Pembelajaran
dengan CDROM sangat meningkat dengan munculkan inteligensi ganda, karena
CDROM menggunakan prinsip inteligensi ganda yang memuat berbagai
inteligensi seperti: musical, linguistic, matematik logis, visual,interpersonal,
intrapersonan, eksistensial, lingkungan, dan kinestetik.

3. Bagi Pengaturan kelas/sekolah


Pengaruh inteligensi majemuk yang paling menonjol adalah munculkan
tekanan sekolah individual, sesuai dengan inteligensi masing masing siswa.
Inilah yang banyak dikembangkan dengan sekolah model les privat. Dalam
model ini pembelajaran disesuaikan dengan situasi siswa, inteligensi siswa.
Kelas perlu juga diatur sesuai dengan inteligensi siswa dalam kelas itu. Dengan

12
kata lain kelas perlu diatur bervasiasi, tidak selalu berbaris seperti pengaturan
kelas sekarang. Bila memang ingin di gunakan bermain,kelas disusun untuk itu;
bila inteligensi musik mau digunakan, kelas disusun secara musikal, bila ingin
diskusi, disusun gberkelompok dan lain-lain. Maka klas inteligensi ganda tidak
monoton, tetapi selalu berubah.Kurikulum pun perlu disusun dengan prinsip
inteligensi ganda, bukan model indoktrinasi, tetapi disesuaikan dengan
inteligensi siswa. Dan yang tidak kalah penting, yaitu memberikan kebebasan
siswa auntuk menemukan cara belajar yang paling tepat. Dengan itu semua
maka belajar akan sungguh menyengkan bagi siswa dan akibatnya mereka akan
tekun belajar, dan menjadi pandai.

4. Pendidikan Nilai
Inteligensi ganda pun mempengaruhi bagaimana kita membantu penanaman
nilai pada siswa. Penanaman nilai perlu dengan bervariasi sesuai dengna
intelligence siswa. Maka model indokterinasi terus menerus tidak tepat lagi.
Model kebebasan anak mencari nilai dan menemukan nilai itu sendiri atau
bersama yang lain menjadi perlu dikembangkan. Dengan demikian ia merasa
menemukan dan menjadi semangat untuk melaksanakan nila iitu.

5. Bagi Institusi/Organisasi
Banyak organsiasi atau institusi yang menginginkan seluruh anggotanya
mengerti visi dan misinya dan dengan demikian dapat ikut pertisipasi
mengembangkan institusi itu. Untuk dapat membantu setiap anggotanya , maka
visi dan misi pun perlu disosialisasikan dengan cara multiple intelligence, yaitu
dengan cara yang bervariasi.
Dengan demikian setiap anggota akan mudah menangkap visi dan misi. Cara
pimpinan mendekati anggota oganisasi pun perlu dengan cara bervariasi. Bila
anggota suka main volley, maka perlu pimpinan masuk lewat kesenangan volley
itu. Bila anggota suka rekreasi, lewat suasana rekreasi itu dapat dilakukan
pendekatan yang tepat. Maka pimpinan perlu melihat situasi anggota dengan
jeli.

13
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
merupakan kemampuan untuk mengungkapkan situasi baru serta kemampuan
Dari uraian diatas maka dapat kita pahami bahwa kecerdasan adalah untuk
belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Disamping itu, setiap manusia
memiliki berbagai kecerdasan. Yang mana Gardner memiliki teori tentang
multiple intellegence yang kemudian membaginya menjadi 7 macam
kecerdasan yang ada dalam diri manusia.Karena pada dasarnya manusia itu
sudah memiliki 7 macam kecerdasan tersebut kemudian diimplementasikan
kedalam proses pembelajaran yang ada dalam dunia pendidikan. Tanpa adanya
multiple intellegence, sumber daya manusia tidak akan bisa memanfaatkan
berbagai kecerdasan yang telah dimilikinya untuk dapat dikembangkan agar
potensi-potensi itu mampu menciptakan sesuatu yang baru dalam menjawab
tantangan zaman yang semakin mendunia.

Saran

Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari tulisan
maupun bahasan yang kami sajikan. Oleh karena itu mohon diberikan sarannya
agar kami bisa membuat makalah lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca dan menjadi wawasan dalam
memahami konsep mutiple intelegence dan aplikasi multiple intelegence.

14
DAFTAR PUSTAKA

Howard Gardner, Multiple intelligences, (Jakarta: Daras Books, 2013)

Nurul Hidayati Rofiah, “Menerapkan Multiple Intelligences dalam


Pembelajaran di Sekolah”

Fandy. 2010. Teori Multiple Intelligence Howard Gardner, (online),


www.google.com.

15
16

Anda mungkin juga menyukai