Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEHUSUSAN INDIVIDUAL (INTELEGANSI DAN KEPRIBADIAN)


Dosen pengampuh :
cut sri devi, M.pd

DI SUSUN OLEH:
Nur Jannah

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


JURUSAN ILMU TARBIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH DARUL ULUM
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini..
DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………………………………………………….
Daftar isi…………………………………………………………………………………………………………….
BAB I pendahuluan ………………………………………………………………………………………………………………..
A. Latar belakang…………………………………………………………………………………………………………….
B. Rumusan masalah……………………………………………………………………………………………………….
C. Tujuan ………………………………………………………………………………………………………………………..
BAB II pembahasan…………………………………………………………………………………………………………………
A. Pengertian intelegensi………………………………………………………………………………………………..
B. Pengertian kepribadian……………………………………………………………………………………………….
C. Jenis jenis kepribadian………………………………………………………………………………………………..
D. Macam macam kepribadian………………………………………………………………………………………..
BAB III penutup………………………………………………………………………………………………………………………
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………..
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan
makhluk-makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada
manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, baik
perubahan-perubahan dalam segi fisiologis maupun perubahan-perubahan dalam
segi psikologis sehingga mengakibatkan perbedaan antara individu yang satu dengan
individu yang lainnya.
Tiap individu mempunyai ciri khas masing-masing yang membedakan dengan
individu- individu lainnya. Bila diperhatikan secara seksama maupun sepintas saja
akan terlihat bahwa mereka itu berbeda antara satu sama lainnya. Secara fisik bisa
nampak ada yang gemuk, ada yang kurus, ada yang cantik, ada juga yang kurang
menarik wajahnya, ada yang kuat, ada yang lemah dan sebagainya. Sedangkan dari
segi kejiwaan bisa dibedakan antara orang yang berjiwa sehat dengan orang berjiwa
kurang sehat.
Dengan alasan ini maka penulis berpendapat betapa pentingnya untuk mempelajari
pengetahuan tentang kekhususan individual sebagai pokok bahasannya dan juga
sudah barang tentu mengenai intelegensi dan kepribadian pada sub pokok
pembahasan selanjutnya.
Lebih lanjut pembahasan mengenai kekhususan individual ini terbagi dalam dua
bagian diantaranya intelegensi dan kepribadian. Dengan harapan agar para pembaca
bisa menerima dan mengerti dengan mudah bukan saja salah satu dari materi yang
disampaikan akan tetapi secara keseluruhan dari materi yang disampaikan lebih
khusus yang ditulis pada makalah kekhususan individual ini.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan intelegensi?
2. Apa yang dimaksud dengan Kepribadian?

C. Tujuan
1. Agar para pembaca mengetahui pengertian dari pokok dan sub pokok bahasan
dari materi kekhususan individual.
2. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan khususnya dibidang psikologi lebih khusus
lagi mengenai kekhususan individual, intelegensi dan kepribadian.
BAB II
Pembahasan
A. Intelegensi
Banyak pendapat pakar tentang definisi Intelegensi diantaranya menurut
Piaget,1959 bahwa intelegensi adalah penyesuaian diri secara mental terhadap
situasi atau kondisi baru.ada pula yang mendefenisikannya sebagai penilaian atau
berfikir praktis,inisiatif dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam setiap
keadaan ( Alfred Binet 1857-1911 ) , atau kemampuan untuk mengorganisasikan,
menghubungkan atau menyatukan satu dengan yang lainnya, ( to organize, to relate,
to bind together ), ada yang menitik beratkan intelegensi pada kemampuan menitik
beratkan dan penyesuainnya. Adapula yang mengatakan bahwa intelegensi individu
dikaitkan dengan kemampuan pecahan masalah , belajar, berfikir abstrak
Seorang tokoh Kolonialisme juga mengemukan “ Intelligence is demonstrable in
ability of the induvidual to make good responses from the stand pont of truth or fact
“, artinya seseorang akan berintelegen apabila responnya merupakan respon baik
sesuai dengan stimulus yang diterimanya.
Terlalu banyaknya definisi yang mengemukakan tentang intelegensi, namun satu
sama lain berbeda sehingga tidak memperjelas persoalan. Edourd Claparade (1873-
1940)dan William Stern (1871-1938) seorang pakar psikologi penemu konsep IQ
misalnya mendefinisikan intelegensi secara sangat fungsionala dan terbatas, yaitu :
intelegensi adalah penyesuaian diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru.
Dilain pihak seorang psikologi gestalt mengatakan bahwa intelegensi adalah
perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
Perdebatan tentang definisi ini tidak kunjung selesai. Pada tahun 1990-pun para
pakar mencoba sepakat dengan definisi intelengensi yang masih terdapat versi dua
kelompok yaitu : Mainstream Science on Intelligensi (MSI) dan versi American
Psychological Association (APA).
Versi MSI memberikan definisi tentang intelegensi adalah suatu kemampuan yang
sangat umum yang antara lain melibatkan kemampuan akal, merencana,
memecahkan masalah, berfikir abstrak, memahami ide-ide yang kompleks, cepat
belajar dan belajar dari pengalaman. Dalam versi APA definisi MSI itu dianggap
sebagai hanya sekedar sebuah daftar dari berbagai kemampuan yang
diidentifikasikan. Oleh karena itu, versi APA tidak memberikan suatu definisi,
melainkan hanya menyebutkan tentang perbedaan antar individu dalam memahami
suatu ide, lingkungan, masalah, dan sebagainya.
Berdasarkan analisi faktor, ada 7 faktor intelegensi, seperti digambarkan dibawah ini
menurut Martin,1997, atau yang disebut Thurstone sebagai faktor primer (Primary
Mental Abilities), (1) Verbal Comprehension. (2) Word fluency (kefasihan kata ). (3)
Number Facility. (4) Spacial visualization. (5) Associative memory. (6) Perceptual
speed. (7) Raesoning / penalaran.

Sedangkan menurut Spearman yang terkenal dengan teori two-factor theory:


General Ability ( faktor G )
· Individu berbeda satu sama lainnya
· Disepakati dalam performance
Special Ability ( Faktor S )
· Bersifat khusus menginai bidang bidang tertentu.
· Individu mengalami persoalan sesuai dengan bidang bidang tersebut.
Pengungkapan Intelegensi dengan istilah IQ atau Intelligence Quetiont yang diukur
semasa kanak kanak. Sedangkan dewasa dengan menggunakan yang dinamakan
psikotes. Dimana standar nya normal antara 90-110, sedangkan diatas 110 tergolong
diatas rata rata, 120 keatas superior dan 130 berarti jenius. Namun, dengan IQ masih
dipertentangkan karena berdasarkan penelitian bahwa anak yang waktu sekolah
mempunyai IQ tinggi ternyata pada saat dewasanya mereka biasa biasa saja atau
sebaliknya, sehingga Ilmu psikologi lebih mengarak kepada “ Kecerdasan Majemuk “
atau MI “ Multiple Intellegence “ yang dipopulerkan oleh Howard Gardner,1993
seorang psikolog dari havard Universcity AS. Dalam sebuah bukunya “ Frames of
Mind : The theory of Multiple Intellegence “, artinya kecerdasan seseorang bukan
berdasarkan IQ saja tetapi ada beberapa hal yang berperan yaitu :
• Kecerdasan bahasa ( Linguistik )
• Logika matematika ( logical matemathica )
• Ruang ( Spatial )
• Gerak tubuh ( Bodily-kinesthetic )
• Musik ( musical )
• Interpersonal
• Intrapersonal
Ada beberapa pendapat tentang IQ, kaum nativis berpendapat bahwa jika seseorang
terindikasi keterbelakangan mental, maka seumur hidupnya tidak mungkin ia
memahami hal hal yang abstrak sejenis hitungan atau lainnya. Sebaliknya kaum
Emperis menyatakan bahwa orang dengan IQ rata-ratapun, kalau dilatih baik-baik
pada aspek kecerdasannya, kreativitasnya serta kecerdasan emosinya dia akan
berhasil luar biasa.
Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan perbedaan kemampuan berfikir
antara anak anak dan orangtua / para lansia. Misalnya menghafal nomor telpon, ini
diungkapkan dengan istilah fluid intellegence adalah kemampuan memproses
informasi secara cepat, hubungan antara berfikir dan mengingat dalam bentuk
analogi. Sedangkan crystallized Intellegence adalah akumulasi informasi,
ketrampilan-ketrampilan dan strategi yang telah dipelajari selama hidup dan dapat
diterapkan untuk memecahkan masalah.
Intelegensi seseorang dipengaruhi beberapa faktor :
• Faktor Pembawaan
• Faktor lingkungan dan kebudayaan
• Konvergensi atau interaksi bawaan dan lingkungan
• Dan pembentukan kepribadaian
Intelegensi sebagai isu tak hanya dilihat sebagai ilmu pengetahuan saja, bahkan
dipakai juga dalam isu-isu social. Intelegensi dipakai oleh kelompok-kelompok politik
tertentu untuk mendiskreditkan kelompok lain, yang biasanya minoritas.
B. Kepribadian
Istilah bahasa inggris untuk kepribadian adalah personality yang berasal dari
kata “persona” yang artinya adalah topeng.
Pengertian Kepribadian (personality) menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam
Sjarkawim (2006) adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang
membedakannya dengan orang lain, integrasi karakteristik dari struktur-struktur,
pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang,
segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.
Feist & Feist (2002) dalam bukunya “Theories of Personality” menjelaskan bahwa
secara spesifik kepribadian terdiri dari sifat-sifat atau disposisi-disposisi yang
mengakibatkan perbedaan individu dalam perilaku.
Sifat-sifat seseorang itu mungkin sama-sama dimiliki dalam satu kelompok (keluarga,
masyarakat), tetapi polanya antara individu berbeda. Jadi, tiap-tiap orang memiliki
kepribadian yang khas dan unik.
Di dalam Psikologi, definisi kepribadian yang paling sering disebut adalah
definisi yang dikemukakan oleh Gordon W. Allport. Psikolog yang meraih gelar
doktor dari Harvard University dalam usia 24 tahun ini merangkum 49 definisi
kepribadian dari berbagai sumber dan mengusulkan definisi yang cukup
komprehensif. Mula-mula (tahun 1937) Ia mendefinisikan kepribadian sebagai
”organisasi dinamis sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan
penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungan.”
Tahun 1961 ia merevisi dengan mengubah frase terakhir menjadi ”yang menentukan
karakteristik perilaku dan pikirannya.” Jadi, kepribadian adalah organisasi dinamis
sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan karakteristik perilaku dan
pikirannya.
Seperti yang dikisahkan Feist & Feist, Allport memilih tiap frase dalam definisinya
secara hati-hati, sehingga benar-benar menyatakan apa yang ingin ia katakan.
Istilah ”organisasi dinamis” menunjukkan suatu integrasi atau saling keterkaitan dari
berbagai aspek kepribadian. Kepribadian merupakan sesuatu yang terorganisasi dan
terpola. Bagaimanapun, kepribadian bukan suatu organisasi yang statis, melainkan
secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
Istilah ”psikofisik” menekankan pentingnya aspek psikologis dan fisik dari
kepribadian. Kata ”menentukan” dalam definisi kepribadian menunjukkan bahwa
kepribadian ”merupakan sesuatu dan melakukan sesuatu”. Kepribadian bukanlah
topeng yang secara tetap dikenakan seseorang; dan juga bukan perilaku sederhana.
Kepribadian menunjuk orang di balik permukaannya, atau organisme di balik
tindakannya.
Dengan kata ”karakteristik” Allport ingin menunjukkan sesuatu yang unik atau
individual. Kepribadian seseorang bersifat unik, tidak dapat diduplikasi (ditiru) oleh
siapa pun. Kata ”perilaku dan pikiran” secara sederhana menunjuk pada sesuatu
yang dilakukan oleh seseorang, baik perilaku internal (pikiran-pikiran) maupun
perilaku-perilaku eksternal seperti berkata-kata atau tindakan.
Berdasarkan penjelasan Allport tersebut kita dapat melihat bahwa kepribadian
sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) merupakan suatu struktur
dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah.
Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan
mengalami perubahan.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian
merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik yang berpadu dan saling
berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis dalam diri
seorang individu, yang menentukan penyesuaian diri individu tersebut terhadap
lingkungannya, sehingga akan tampak dalam tingkah lakunya yang unik dan berbeda
dengan orang lain. Dalam kekhususan individual kepribadian terbagi menjadi tiga
macam :
1. Jenis Kepribadian
Menurut Galen, seorang ahli fisiolog Romawi yang hidup di abad ke-2
Masehi , yang pertama kali memperkenalkan teori empat kepribadian. Ia
menyatakan bahwa kepribadian manusia bisa dibagi menjadi empat jenis :
sanguin (populer), koleris (kuat), melankolis (sempurna), dan phlegmatis (damai).
Meski teori ini tergolong sangat kuno, para psikolog masa sekarang mengakui,
teori kepribadian ini banyak benarnya.
Empat jenis tersebut diantaranya :
1. Sanguin, tipe yang mempunyai energi yang besar, suka bersenang-senang, dan
supel. Mereka suka mencari perhatian, sorotan, kasih sayang, dukungan, dan
penerimaan orang-orang di sekelilingnya. Orang bertipe sanguin suka memulai
percakapan dan menjadi sahabat bagi semua orang. Orang tipe ini biasanya
optimis dan selalu menyenangkan. Namun, ia tidak teratur, emosional, dan
sangat sensitif terhadap apa yang dikatakan orang terhadap dirinya. Dalam
pergaulan, orang sanguin sering dikenal sebagai “si tukang bicara”.
2. Koleris, yang suka berorientasi pada sasaran. Aktivitasnya dicurahkan untuk
berprestasi, memimpin, dan mengorganisasikan. Orang bertipe koleris menuntut
loyalitas dan penghargaan dari sesama, berusaha mengendalikan dan
mengharapkan pengakuan atas prestasinya, serta suka ditantang dan mau
menerima tugas-tugas sulit. Tapi mereka juga suka merasa benar sendiri, suka
kecanduan jika melakukan sesuatu, keras kepala, dan tidak peka terhadap
perasaan orang lain. Orang koleris seperti ini sering diidentifikasi sebagai “si
pelaksana”.
3. Melankolis yang cenderung diam dan pemikir. Ia berusaha mengejar
kesempurnaan dari apa yang menurutnya penting. Orang dalam tipe ini butuh
ruang dan ketenangan supaya mereka bisa berpikir dan melakukan sesuatu.
Orang bertipe melankolis berorientasi pada tugas, sangat berhati-hati,
perfeksionis, dan suka keteraturan. Karenanya, orang melanklolis sering kecewa
dan depresi jika apa yang diharapkannya tidak sempurna. Orang melankolis
sering diidentifikasi sebagai “si perfeksionis” atau “si pemikir”.
4. Phlegmatis, yang seimbang, stabil, merasa diri sudah cukup, dan tidak merasa
perlu merubah dunia. Ia juga tak suka mempersoalkan hal-hal sepele, tidak suka
risiko atau tantangan, dan butuh waktu untuk menghadapi perubahan. Orang
bertipe ini kurang disiplin dan motivasi sehingga suka menunda-nunda sesuatu.
Kadang, ia dipandang orang lain sebagai lamban. Bukannya karena ia kurang
cerdas, tapi justru karena ia lebih cerdas dari yang lain. Orang phlegmatis tak
suka keramaian ataupun banyak bicara. Namun, ia banyak akal dan bisa
mengucapkan kata yang tepat di saat yang tepat, sehingga cocok menjadi
negosiator. Orang phlegmatis kadang diidentifikasi sebagai “si pengamat” atau
“si manis”.
Setiap orang mempunyai kombinasi dari dua kepribadian. Umumnya salah
satunya lebih dominan, kadang juga keduanya seimbang. Sanguin dan koleris
bisa berkombinasi secara alami karena keduanya ekstrovert, optimis dan terus
terang. Kombinasi ini menghasilkan individu yang sangat energik. Mereka punya
daya tarik serta banyak bicara sambil menyelesaikan pekerjaan mereka, entah
melakukannya sendiri atau menyuruh orang lain untuk mengerjakannya.
Phlegmatis dan melankolis bisa berkombinasi karena keduanya introvert,
pesimis, dan lembut. Mereka melakukan segala sesuatu dengan sempurna dan
tepat waktu, tidak mau mengambil sikap konfrontatif. Namun anak tipe ini akan
mudah terkuras energinya jika berurusan dengan orang lain.
Kombinasi koleris-melankolis dan sanguin-phlegmatis menggabungkan optimis
dan pesimis, yang suka hura-hura dengan yang tidak suka hura-hura, dan yang
supel dengan yang suka menarik diri. Akibatnya anak cenderung tidak seimbang
dan berubah-ubah kepribadiannya tergantung keadaan. Kombinasi koleris-
melankolis menghasilkan individu yang sangat berorientasi pada tugas.
Kombinasi ini akan menjadi peraih prestasi tertinggi, melakukan segala sesuatu
dengan cepat dan sesempurna mungkin. Namun mereka bisa menjadi nge-boss
dan manipulatif sekaligus mudah stres jika orang lain tak bisa melakukan
segalanya dengan benar dan tepat waktu.
Kepribadian sanguin dan phlegmatis juga bisa berkombinasi, menghasilkan orang
yang berorientasi pada hubungan. Kombinasi ini menjadikannya teman bagi
semua orang. Ia dikagumi karena sifat humornya, selalu rileks, dan menerima
orang lain apa adanya. Namun ia cenderung tidak disiplin, tidak suka melakukan
apapun, mudah lupa tanggung jawabnya, dan selalu dapat merayu orang lain
untuk mengerjakannya bagi mereka.
Kepribadian  memang bisa dirubah sedikit demi sedikit setelah tumbuh dewasa.
Misalnya, jika ia merasa terlalu emosional, ia bisa merubahnya sedikit demi
sedikit sehingga bisa lebih sabar. Namun kepribadian seseorang telah ada sejak ia
lahir, dan akan mempengaruhi cara berpikir dan bertindak dalam kehidupannya.
Maka ada baiknya jika kita bisa memahami kepribadian diri kita sendiri, juga
kepribadian orang-orang di sekitar kita. Karena tiap tipe kepribadian ini
mempunyai kelebihan dan kekurangan, dan masing-masing tipe ini akan
berinteraksi dengan baik jika dapat saling melengkapi.
2. Ekspresi kepribadian
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa arti kepribadian sangat luas. Oleh
karena itu, jika hendak menggambarkan atau menguraikan kepribadian
seseorang, maka harus membagi-bagi kepribadian tersebut dalam beberapa
karakteristik yang dapat dilihat atau diukur. Dengan kata lain, kepribadian
seseorang itu diekspresikan kedalam beberapa karakteristik sehingga dengan
memahami karakteristik-karakteristik tersebut, dapat pula dimengerti
kepribadian orang yang bersangkutan.
Sekalipun tidak semua pakar sependapat tetapi karakteristik-karakteristik
yang dianggap terpenting untuk mengenali kepribadian adalah:
1. Penampilan fisik, Tubuh yang besar, wajah yang tampan, pakaian yang rapi,
atau tubuh yanhg kurus sehat, wajah yang kuyu, pakaian kusut, semuanya
menggambarkan kepribadian dari orang yang bersangkutan. Juga bisa dilihat
apakah Ia berwibawa dan percaya pada diri sendiri atau kurang semangat dan
mempunyai perasaan rendah diri dan sebagainya.
2. Tempramen, yaitu suasana hati yang menetap dan khas pada orang yang
bersangkutan, misalnya: pemurung, pemarah, periang, dan sebagainya.
3. Kecerdasan dan kemampuan, termasuk kreativitasnya mengikuti teori Multiple
Intelligence. Kita bisa mengidentifikasikan kemampuan yang menonjol pada
orang yang bersangkutan.
4. Arah Minat dan pandangan mengenai nilai-nilai, hobi, pekerjaan yang selalu
dilakukan, serta kebiasaan sehari-hari merupakan indikasi terbaik untuk
menggambarkan arah minat dan pandangan moral seseorang.
5. Sikap Sosial, hal ini bisa diukur dengan beberapa psikotes atau skala seperti
MPPT, EPPS, The big Five Test, atau tes-tes proyeksi. Namun, bisa digali juga dari
wawancara mendalam atau observasi dalam proses simulasi, games, atau diskusi.
6. Kecenderungan-kecenderungan dalam motivasinya, hal ini pun dapat
diketahui melalui beberapa tes dan wawancara serta observasi selama proses
pemeriksaan.
7. Cara-cara pembawaan diri, dalam bentuk misalnya sopan santun, banyak
bicara, kritis, mudah bergaul, dan sebagainya. Cara pembawaan diri ini terlepas
dari isi atau materi yang dibawakan. Seseorang dapat berbicara tentang berita
kematian atau soal-soal perdagangan atau mengundang seseorang ke suatu
perjamuan , atau menegur kesalahan seseorang, tetapi semuanya dilakukan
dengan cara yang sopan atau justru sebaliknya.
8. Kecenderungan Patologis, merupakan tanda-tanda adanya gangguan jiwa yang
serius (bukan sekedar stress atau depresi karena frustasi). Memang, yang paling
tepat untuk mendiagnosa gangguan jiwa adalah dokter spesialis kejiwaaan (SpKJ)
atau psikolog klinis. Tetapi, mata seorang psikolog non-klinis, atau asesor,
bahkan orang awam yang waspada pun akan mampu mengidentifikasikan
adanya gangguan jiwa berat seperti skhizophrenia (berbicara dan berperilaku
aneh, ngawur tanpa arah (bizarre), ada halusinasi, dan sebagainya). Bisa juga
autism (hiperaktif, tetapi tidak ada kontak dengan orang lain, tidak bisa diajak
bercakap-cakap lebih suka dengan kegiatan sendiri yang bersifat mengulang-
ngulang dan lain-lain.
3. Kritik terhadap penggolongan kepribadian
Penggolongan atau tipologi kepribadian memang memudahkan kita untuk
memahami kepribadian, tetapi pendekatan itu mengundang beberapa kritik,
yaitu :
1. Setiap penggolongan mereduksi kepribadian manusia yang sangat kompleks.
Hanya menjadi satu atau dua variable saja yang digunakan untuk membuat
tipologi. Akibatnya, tipologi ini sangat kurang memperhatikan faktor-faktor
khusus yang sifatnya individual.
2. Tipologi ini tidak memperhatikan kenyataan bahwa manusia berubah-ubah
sesuai dengan kondisi lingkungan, dan karenanya kepribadian pun bersifat
dinamis. Tipologi ini membuat kepribadian seolah-olah statis.
3. Penggolongan kepribadian sangat kurang mempertimbangkan pengaruh
kebudayaan terhadap kepribadian.
Oleh karena itu, tipologi dalam psikologi zaman sekarang lebih terfokus pada
setting atau konteks tertentu saja. Misalnya, dalam lingkungan industri dan
organisasi dikenal dengan tipe kepemimpinan transaksional (memimpin
berpedoman pada hak dan kewajiban masing-masing) dan transformasional
(memimpin berdasarkan nilai-nilai yang dikembangkan bersama anak buah)
(James V. Downton, 1973). Dalam bidang pendidikan ada tipe orang tua yang
otoriter, serba boleh (laissez faire) dan otokratik (demokratik tetapi tetap tegas)
(Baumrind, 1991). Dalam penyesuaian diri terhadap stress ada tipe yang
berorientasi pada tugas (task oriented), ada yang berorientasi pada emosi
(emotional oriented) (Lazarus and Folkman, 1984).
• Teori psikoanalitis, oleh Sigmund Freud yang memandang kepribadian terdiri
dari 3 komponen yaitu Id ( naluri ), Ego ( kesadaran ) dan superego ( hati nurani ),
interaksi ketiga komponen tersebut terwujud dalam perilaku.
• Kaum Behavioristik, B.F Skinner memandang kepribadian sebagai kebiasaan
yang tersusun dari sejumlah hubungan rangsangan dan respon yang memperoleh
penguatan.
• Leon Festinger, kognisilah yang membentuk perilaku. Isi kognisi tersebut
adalah pengetahuan, minat, sikap, penilaian dan harapan tentang dunia.
• Psikologi Humanistik menekankan pada kebebasan berkehendak sebagai
bagian dari kepribadian manusia.
• Teori Biopsikologi, oleh Richard Davidson yang memandang kepribadian
sebagai hasil kerja bagian-bagian dari otak.
Maka dapat disimpulkanlah bahwa kepribadian itu adalah organisasi dinamis
dalam diri individu yang terdiri dari sistem psiko-fisik menentukan cara
penyesuaian diri yang unik dari individu tersebut terhadap lingkungannya.

BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan isi dari materi pembahsan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa setiap makhluk hidup mempunyai ciri khas atau kekhususan
sendiri-sendiri sebagai pembeda antara individu yang satu dengan
individu yang lainnya, dalam hal ini yang menjadi pembahasan adalah dari
segi intelegensi dan kepribadian masing-masing.
Meskipun banyak pendapat mengenai intelegensi tapi secara keseluruhan
intelegensi bisa diartikan sebagai kemampuan untuk mengolah dan
mengatasi segala sesuatu yang dihadapi secara perbuatan, pemikiran,
juga perasaan baik itu yang nyata maupun yang abstrak.
Sedangkan kepribadian ialah organisasi secara fisik dan mental pada tiap-
tiap makhluk hidup yang berubah dari waktu ke waktu sebagai upaya
penyesuaian diri terhadap individu itu sendiri juga terhadap
lingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA
Sarlito W. Sarwono. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Press.
IisMs. 2012. Kekhususan Individual ( Psikologi 1 ) dalam
http://iisms.blogspot.com/2012/02/kekhususan-individual-psikologi-1.html

Bidan Srimulyanti. 2011. Intelegensi dan Kepribadian dalam


http://bidansrimulyanti.blogspot.com/2011/03/intelegensi-dan-kepribadian.html

Anda mungkin juga menyukai