Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan


makalah ini dengan penuh kemudahan. Semoga berkah untuk semuanya atas materi
yang tekandung dalam makalah ini. Makalah ini memuat tentang “ Kekhususan
Individual ”, yang merupakan salah satu materi dalam silabus mata kuliah “ Psikologi
Umum ”.
 Penyusun juga mengucapkan terima kesih sebanyak-banyak kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini sehinggi makalah ini bisa
menjadi sebuah sarana penting dalam pembelajaran kuliah.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.

September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

A. INTELEGENSI............................................................................................2
B. FAKTOR PEMBAWAAN DAN LINGKUNGAN.....................................5
C. PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN...........................................................7

BAB III PENUTUPAN........................................................................................12

A. Kesimpulan................................................................................................12
B. Saran..........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tiap individu (manusia maupun hewan) mempunyai kekhususannya sendiri


yang membedakannya dengan individu-individu lainnya, sudah lama disadari
orang. Kalau kita pandangi orang – orang diseitar kita,maka sepintas lalu saja
sudah Nampak bahwa mereka itu berebeda-beda satu sama lain. Ada yang
gemuk, ada yang kurus, ada yang tampan, ada yang cantik, ada yang kurang
menarik wajahnya, ada yang kuat, ada yang lemah dan sebagainya.

Secara lebih mendalam, perbedaaan individual ini dipelajari dalam psikologi


dan menjadi dasar dari hal – hal yang akan dibicarakan dalam makalah ini, yaitu
kekhusussan individual dalam hal kecerdasan ( intelegensi ) dan kepribadian.

Dari latar belakang diatas maka penulis membuat sebuah makalah dengan
judul “Kekhususan Individual”, guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Umum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Intelegensi?
2. Apa maksud dari faktor pembawaan dan lingkungan?
3. Bagaimana pembentukan kepribadian?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui intelegensi.
2. Untuk mengetahui faktor pembawaan dan lingkungan.
3. Untuk mengetahui pembentukan kepribadian.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. INTELEGENSI

Intelegensi adalah potensi atau kemampuan yang dibawa individu sejak lahir,
sehingga ia mampu memecahkan masalah dengan tepat. Potensi pada diri
seseorang berbeda - beda, ada yang besar dan ada pula yang kecil. Intelegensi
yang bersifat potensial merupakan pada modal pada diri yang perlu
dikembangkan. Intelegensi akan berekembang dengan baik apabila dikembangkan,
jika tidak, dia tidak akan mengalami perkembangan apapun. Pengalaman yang
dialami seseorang merupakan salah satu bentuk intelegesi. Intelegensi sendiri bisa
dilihat dari aktivitas sehari-hari, apakah seseorag memiliki intelegensi rendah atau
tinggi tergantung bentuk perkembangannya seperti apa. Jika intelegnsinya tinggi
maka ia mampu mengembangkan dengan baik dan jika rendah tidak bisa
berkembang dengan baik (pengembangan atau pencapaiannya dibawah
kemampuan aslinya).

Defenisi intelegensi menurut para pakar Psikologi, namun satu sama lain
berbeda sehingga tidak memperjelas perbedaan yaitu :
1. Edouard Claparede ( 1873-1940 )
Mendefinisikan intelegensi secara sangat fungsional dan terbatas,
yaitu: intelegensi adalah penyesuaian diri secara menal terhadap situasi atau
kondisi baru (dalam Piaget,1959).
2. Karl Bulher (1879-1963 )
Intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau
pengetian ( dalam Bugental, Wegrocki, Murphy, Thomae, 1966 ).

2
3. Alfred Binet ( 1867-1911 )
Intelegensi sebagai penilaian, atau disebut juga akal yang baik ( good
sense ), berpikir praktis ( pratical sense ). Inisiatif, kemampuan untuk
menyesuaikan diri sendiri kepada keadaan, kritik pada diri sendiri ( auto-
critique ).
4. David Wechsler ( 1896-1981 )
Intelegensi adalah sekumpulan atau keseluruhan kemampuan
(capacity) individual untuk bertinda dengan tujuan berpikit secara rasional,
dan berurusan secara efektif dengan lingkungannya.
5. Sir Cyril Lodowic Burt ( 1883-1971 )
Intelegensi sebagai kemampuan kognitif umum bawaan.
6. Kelompok 52 orang peneliti Mainstream Science on Intelegence (1994)
Intelegensi adalah suatu kemamppuan mental yang sangat umum yang
antara lain melibatkan kemampuan akal, merencana, memecahkan masalah,
berpikir anstrak, memahami ide-ide yang kompleks, cepat belajar, da belajar
dari pengalaman.
Pernyataan ini diragukan sebagai sebuah definisi sebab definisi ini dianggap
hanya sekedar sebuah daftar dari berbagai kemampuan yang diajukan oleh 52
orang anggota kelompok MSI, sehingga diragukan fungsinya sebagai definisi.
7. APA ( American Psycological Assosiation ) , 1995
Tidak memberikan definisi melainkan hanya menyebutkan tentang
perbedaan antar individu dalam memahami sesuatu (ide,lingkungan, masalah
dan sebagainya). Perbedaan itu tidak konsisten karna ada individu yang
pandai dalam satu bidang, tetapi kurang pandai didalam bidang lainnya.
Dengan demikian definisi versi APA lebihi mengutamakan faktor “S”
(Specific/special/khusus).

3
Sukar sekali mendefinisikan intelegensi, maka menurut Sarlito W. Sarwono
dalam buku Pengantar Psikologi Umum yang menjadian acuan dalam pembuatan
makalah ini, dapat disimpulkan bahwa Intelegensi adalah kemampuan untuk
mengolah lebih jauh lagi hal-hal yang kita amati. Kemampuan ini terdiri atas dua
jenis, yaitu kemampuan umum dan kemampuan khusus. Kemampuan khusus
adalah kemampuan dalam bidang-bidang tertetu, dan Kemampuan umum
mendasari kemampuan-kemampuan khusus, tetapi ia bukan merupakan
kumpulan,gabungan , atau penjumlahan kemampuan khusus belaka, melainkan
merupakan kualitas tersendiri.

Para sarjana percaya bahwa taraf intelegensi dapat di perkirakan melalui


pengukuran terhadap beberapa aspek kemampuan khusus tertentu. Dalam
psikologi, orang pertama yang mengungkapkan konsep IQ adalah William Stern.
Konsepnya yaitu :

IQ = ( Usia Mental [UM] : Usia Kalender [UK] x 100

Namun, teknik menghitung IQ dengan membagi UM dengan UK (quotient /


hasil penghitungan ) hanya dapat dilakukan pada anak-anak. Untuk orang dewasa
dilakukan dengan alat-alat psikodagnostik (psikometri), yang oleh orang awam
lebih dikenal dengan nama psikotes,yaitu serangkaian daftar pertanyaan atau tugas
( baterai tes ) untuk mengukur aneka kemampuan,mulai dari analisis verbal sampai
dengan logika numeric.

Intelegensi; fluid intelligence dan crystallized intelligence

Yang disebut fluid intelligence adalah kemampuan proses informasi secara


cepat, hubungan berpikir dan ingatan dalam bentuk analogi, mengingat rangkaian
angka dan kategorisasi ( Turner dan Helms, 1995: Feldman,2003,2008 ).

4
Crystallized adalah akumulasi informasi, keterampilan – keterampilan dan
strategi yang telah dipelajari selama hidup dan dapat diterapkan untuk memcahkan
masalah ( Turner dan Helms,1995:Feldman,2003,2008).

B. FAKTOR PEMBAWAAN DAN LINGKUNGAN


1. Faktor Pembawaan
Cesare Lombrosso ( 1836-1906 ), terkenal dengan teorinya
(delinquento nato) bahwa penjahat sudah mempunyai watak jahat sejak
lahirnya, yang tercermin dalam bentuk tengkoraknya ( fisiognomi ).
Tentu saja teori ini sudah tidak relevan lagi sekarang, karna sekarng
diketahui bahwa kejahatan adalah hasil pengaruh berbagai faktor pada diri
individu maupun lingkungannya (keadaan social, ekonomi, pendidikan,
faktor kesempatan). Selain itu, bentuk kejahatan sekarang sudah meluas
kepada white collar crime (pidana pegawai, non-kekerasan) dan cyber
crime (pidana internet), tentu sudah lain pula wujud orang jahat itu dimata
orang awam.

Selain fisiognomi, ada beberapa “ilmu semu” lain yang memepercayai


bahwa sifat atau watak,bahkan nasib sudah ditentukan sejak lahir dan bisa
diketahui mElalui beberapa cara, seperti frenologi ( dengan menggukur
tengkorak kepalanya ), palmistry ( melalui garis-garis telapak
tangannya ), dan Astrologi ( dengan memperhitungkan peredaran bintang-
bintang ). Semua itu seakan-akan ilmiah, namun sebetulnya tidak.itulah
sebabnya mereka disebut “ilmu semu”.

Intelegensi sebagai isu tak hanya dilihat sebagai ilmu pengetahuan


saja, bahkan dipakai juga dalam isu-isu social. Intelegensi dipakai oleh
kelompok-kelompok politik tertentu untuk mendiskreditkan kelompok
lain ( terkait ras dan etnis atau kelompok budaya lain) yang biasanya
kelompok minoritas.

5
2. Faktor lingkungan dan kebudayaan

John Locke, seorang filsuf i=Inggris (1632-1704) mengatakan bahwa


jiwa manusia waktu lahir adalah putih bersih (tabula rasa), akan menjadi
apakah orang itu kelak sepenuhnya bergantung pada pengalaman-
pengalaman apakah yang mengisi tabula rasa tersebut. Orang India pandai
berdagang kain, orang melayu pandai berpantun,anak maling jadi maling,
anak dosen jadi dosen, dan seterusnya itu semua menurut John Locke
adalah pengaruh lingkungan.

Menurut John B. Watson, karena jiwa manusia waktu lahir masih


bersih maka untuk menjadikan mausia itu sesuai dengan yang
dikehendaki, kepada orang itu tinggal diberikan lingkungan dan
pengalaman – pengalaman yang diperlukan. Asas ini bisa dipraktikan
kepada orang dewasa dengan teknik yang kita kenal sebagai brain
washing. Dengan cara itu, orang normal bisa dibentuk menjadi radikal
dan teroris untuk tujuan politik, baik dari ajaran ideologi tertentu maupun
berdasarkan ajaran agama tertentu.

Dari sudut pandang bawaan, para peneliti beranjak pada penelitian


terhadap otak. Temuan ini dikuatkan dengan menggunakan metode
pemindaian otak yang dikenali beberapa area otak terkait dengan
itelegensi.

Yang kurang dapat diterima adalah pendapat bahwa faktor pembawaan


atau faktor lingkungan mutlak mempengaruhi perkembangan kehidupan
seseorang. Kedua faktor itu sama berpengaruhnya. Pendapat terakhir ini
dikenal sebagai teori konvegensi dengan tokohnya William Stern (1938).
Francis Galton (1822-1911) membuktikan bahwa dua orang anak kembar
identik,jika dididik dan dibesarkan dalam keluarga dengan lingkungan
yang berbeda,akan mengembangkan sifat-sifat yang berbeda pula. Makin

6
besar perbedaan lingkungannya, makin besar pula perbedaan sifat kedua
anak kembar itu. Jadi pengarih lingkungan cukup besar bagi kedua anak
tersebut.

Disisi lain, seseorang dengan taraf kecerdasan yang tergolong


terbelakang,jika diberi didikan yang sistematis untuk menguasi pelajaran-
pelajaran sekolah menengah, tidak akan menunjukkan kemajuan yang
berarti sampai masa percobaan itu selesai. Jadi, terbukti dari kedua
percobaan diatas bahwa lingkungan boleh berpengaruh terhadap
perkembangan intelegensi seseorang. Tetapi dalam batas-batas bawaan
yang ada.

C. PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

Kepribadian (personality) berasal dari kata Latin “persona” ang artinya adalah
topeng. Kepribadian adalah sbuah konsep yang sangat sukar dimengerti dalam
psikologi, meskipun istilah ini sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

 Teori psikoanalisis, yang dipelopori oleh Sigmund Freud memandang


kepribadian terdiri dari 3 komponen yaitu, id (naluri), ego (kesadaran /
“aku”),dan superego (hati nurani).ketigaya terwujud didalam perilaku.
 Kaum Behavioris, dipelopori oleh B.F. Skinner. Memandang kepribadian
sebagai rangkaian kebiasaan (habit) yang tersusun dari sejumlah hubungan
rangsang (stimulus) dan reaksi ( response ) yang memperoleh penguatan
(reinforcement).
 Leon Festinger dan para penganut psikologi kognitif lainya bahwa kognisilah
yang menentukan perilaku. Kognisi ( kesadaran ) berisikan pengetahuan,
minat, sikap, penilaian dan harapan tentang dunia,khususnya tentang orang-
orang lain.sehingga kepribadian adalah proses kognitif yaitu berpikir dan
membuat keputusan.

7
 Psikologi humanistic menekankan pada kebebasan berekehendak sebagai
bagian dari kepribadian manusia. Bagaimana manusia itu berusaha untuk
mencapai aktualisasi dirinya, itulah yang menentukan prilakunya.
 Teori biopsikologi, Richard Dvidson memandang keprabadian sebagai hasil
kerja bagian-bagian dari otak yang disebut prefrontal cortex (PFC) sebagai
pusat rasio dan amygdala sebagai pusat emosi.

Selain definisi di atas menurut Gardon W.Allport,1961 Kepribadian adalah


organisasi dinamis dalam diri individu yang terdiri dari system-sistem psiko-fisik
yang menentukan cara penyesuaian diri yang unik (khusus) dari individu tersebut
terhadap lingkungannya.

The Big Five Theory “5 besar” yang dikemukakan oleh L.L. Thurstone
( 1934) yang kemudian dikembangkan oleh Lewis Goldberg dkk (1993), berisikan
5 sifat inti manusia, yaitu :

1. Openness to experience – keterbukaan pada pengalaman dan gagasan-gagasan


baru vs.tradisional dan berorientasi semata-mata pada rutinitas.
2. Conscientiousness – memenuhi tugas,berencana,dan teratur vs. santai,spontan,
dan tak dapat diandalkan.
3. Extraversion – cerita dan berorientasi pada rangsangan yang ada diluar vs.
pendiam dan menghindari stimulus dari luar.
4. Agreeableness – berssifat social, bersahabat, cinta damai vs. agresif, dominan,
tidak setuju pada orang lain.
5. Neuroticism – reaktif secara emosional, mudah terpicu emosi negatifnya vs.
tenang, terkendali,optimis.

8
Seperti halnya dalam intelegensi, dalam kepribadian juga digunakan alat-alat
psikodiagnotisis atau psikotes, tidak hanya menggunakan alat-alat
psikodiagnostik,melainkan juga digunakan metode wawancara dan observasi
melalui proses simulasi,games diskusi dan lain sebagainya. Dalam teknik-teknik
itu ada dua hal yang perlu diperhatikan karna terkait dengan pengalaman masa lalu
yang ikut membentuk kepribadian :

1. Pengalaman yang umum, yaitu yang dialami oleh tiap-tiap individu dalam
kebudayaan tertentu.pengalaman ini erat hubungannya dengan fungsi dan peranan
sesorang dalalm dalam masyarakat.misal, laki-laki atau wania, bagian etnik atau
ras tertentu, seseorang yang mempunyai hak dan kewajiban sendiri.

Kepribadian seseorang tidak sepenuhnya diramalkan atau dikenali hanya


berdasarkan pengetahuan tentang struktur kebudayaan dimana orang itu hidup. Hal
ini disebabkan karena :

a. Pengaruh kebudayaan terhadap seseirang tidaklah sama karena medianya (


orang tua, guru, tetangga, saudara,media massa) tidaklah sama pula pada
setiap orang. Setiap individu mempunyai pandangan dan pendapatnya
sendiri sehingga orang-orang yang menerima pandangan dan pendapat
yang berbeda-beda itu akan berbeda-beda pula pediriannya.
b. Tiap individu mempunyai pengalaman-pengalaman yang khusus, yang
terjadi hanya pada dirinya sendiri.

2. Pengalaman yang khusus, yaitu pengalaman –pengalaman yang terjadi dan


dialami individu, terlepas dari status dan peranan orang yang bersangkutan dalam
masyarakat. Misal ada riwayat keluar masuk pekerjaan,kawin cerai, beberapa kali
tidak naik kelas,pernah kecanduan narkoba atau alcohol, aktivitas agama,dan
sebagainya.

9
a. Pembentukan Identitas Diri

Pengalaman-pengalaman yang umum maupun yang khusus diatas memberi


pengaruh yang berbeda bagi masing-masing individu. Individu itupun
merencanakan pengalaman-pengalaman tersebut secara berbeda-beda pula, sampai
akhirnya ia membentuk dalam dirinya suatu kepribadian yang tetap. Proses
integrasi pengalaman-pengalaman kedalam kepribadian yang makin lama makin
menjadi dewasa disebut proses pembentukan identitas diri.

Sebelum sampai pada pembentukan kepribadian yang matang, dewasa, dan


permanen, proses pembentukan identitas diri harus melalui berbagai tingkatan.
Salah satu tingkat yang harus dilalui adalah imitasi (keinginan untuk meniru orang
lain), yang dilanjutkan dengan identifikasi (dorongan untuk menjadi identik
dengan orang lain).

b. Ekspresi Kepribadian

1) Penampilan fisik : tubuh yang besar, wajah tampan, pakaian rapi, tubuh yang
kurang sehat,wajah yang kuyu,pakaian kusut semuanya menggambarkan
kepribadian orang yang bersangkutan.
2) Tempramen, yaitu suasana hati yang menetap dankhas pada orang yang
bersangkutan, misal : pemurung, pemarah, periang dan sebagainya.
3) Kecerdasan dan kemampuan, termasuk kreativitasnya mengikuti teori Multipe
Intelligence, kita bisa mengidentifikasi kemampuan yang menonjol pada orang
yang bersangkutan.
4) Arah minat dan pandangan pada nilai-nilai : hobi, pekerjaan – pekerjaan yang
selalu dilakukan, serta kebiasaan sehari-hari merupakan indikator terbaik untuk
menggambarkan arah minat seseorang.

10
5) Sikap social, bisa diukur dengan beberapa psikotes atau skala seperti
MPPT,EPPS, The big five test, dan bisa juga digali dari wawancara mendalam
atau observasi dalam proses simulasi, gams dan diskusi.
6) Kecenderungan-kecendurangan dalam motivasinya.
7) Cara-cara pembawaan diri.
8) Kecendrungan Patologis, merupakan tanda-tanda adanya gangguan jiwa yang
serius.

c. Jenis Kepribadian

Penggolongan menurut Ernst Kretschmer (1888-1964) didasari pada cirri-cii


fisik dan berorientasi pada penyakit-penyakit kejiwaan. Ada 3 macam tipe yaitu :

1. Tipe Asthenis
Bertubuh kurus, jangkung, mempunyai tempramen yang mirip dengan
penderita skizofrenia.

2. Tipe Atletis
Bertubuh tegap, seperti olahragawan, mempunyai tempramen yang mirip
dengan penderita epilepsy.

3. Tipe Piknis
Gemuk, pendek, bertempramen mirip dengan penderita manis-depresif.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tiap individu ( manusia maupun hewan ) mempunyai kekhusussannya
sendiri yang membedakannya dengan individu-individu lainnya, sudah lama
disadari orang. Kalau kita pandangi orang – orang diseitar kita,maka sepintas lalu
saja sudah Nampak bahwa mereka itu berebeda-beda satu sama lain. Ada yang
gemuk, ada yang kurus, ada yang tampan, ada yang cantik, ada yang kurang
menarik wajahnya, ada yang kuat, ada yang lemah dan sebagainya.

Intelegensi adalah kemampuan untuk mengolah lebih jauh lagi hal-hal yang kita
amati. Kemampuan ini terdiri atas dua jenis, yaitu kemampuan umum dan
kemampuan khusus. Kemampuan khusus adalah kemampuan dalam bidang-bidang
tertetu, dan Kemampuan umum mendasari kemampuan-kemampuan khusus, tetapi
ia bukan merupakan kumpulan,gabungan , atau penjumlahan kemampuan khusus
belaka, melainkan merupakan kualitas tersendiri.

Kepribadian (personality) berasal dari kata Latin “persona” ang artinya adalah
topeng. Kepribadian adalah sbuah konsep yang sangat sukar dimengerti dalam
psikologi,meskipun istilah ini sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

B. SARAN
Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan
kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis para pembaca materi ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sarlino, Sarlito w. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.


Azwar, Saifuddin. 1996. Pengantar Psikologi Intelegensi.: Cileban timur: Pustaka
Belajar.

13

Anda mungkin juga menyukai