Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TEKNIK KONSELING

KONSEP TEORI PSIKOANALISIS DAN BEHAVIORISTIK

Dosen Pengampu :

MISWANTO S.PD.,M.PD

DISUSUN OLEH :

SITI NURKHALISHAH NST (1193351060)

RONA NURDILLAH TASLIMA HARAHAP (1193351063)

CANDRA VERONIKA TOGATOROP (1193351068)

BK REGULER E 2019

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah BK Karier
yang berjudulkonsep teori psikoanalitik dan behavioristik ini meskipun banyak
kekurangan dan ketidaksempurnaan didalamnya.Dalam menyusun makalah ini, tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang kami alami, namun berkat dukungan, dorongan dan
semangat dari orang-orang terdekat, sehingga kami mampu menyelesaikannya. Tujuan
pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Konseling.

Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta

pengetahuan kita mengenai materi Teknik Konseling, semoga kita dapat memahami arti

yang tersaji di dalam makalah ini. Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan

maka saya juga berharap adanya kritik dan saran demi penyempurnaan makalah kami

ini.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya

dan dapat berguna juga bermanfaat untuk kita. Sebelumnya kami mohon maaf apabila

terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran

yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Medan, 18 Februari 2021

( penulis )

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………….………………...

DAFTAR ISI………………………….………………………….…………………….

BAB I PENDAHULUAN………………………….……………………………….….

A. LATAR BELAKANG………………………….……………………………...
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN………………………….…………………………….

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….……………...

A. Sejarah psikoanalisis ....................………………………………………….....


B. Pengertian psikoanalisis …………………………………….………………..
C. Landasan historis atau konsep dasar ..............................................................
D. Teknik-teknik konseling psikoanalisis ……………………………………....
E. Proses psikoanalisis .......................…………………………..………….........
F. Kelebihan dan kekurang ………………………….…………….…………….
G. contoh kasus apa dan bagaimana cara penanganannya dalam pendekatan
behavioristik ………………………….…………….… ………………………
H. landasan historis konsep pendekatan behavioristik ?……..………………….
I. pandangan tentang manusia menurut pendekatan behavioristik?................
J. tujuan konseling dalam pendekatan behavioristik?…………………………
K. peran dan fungsi konselor ? ………………………….………………………..
L. tahap-tahap konseling behavioristik ? ………………………….……………
M. teknik-teknik dalam pendekatan behavioristik ? ………………………….
N. kelebihan dan keterbatasan pendekatan behavioristik?……………………
O. contoh kasus apa dan bagaimana cara penanganannya dalam pendekatan
behavioristik ………………………….…………….… ……………………….

BAB III PENUTUP….………………………………….…………………………….....

KESIMPULAN……………………………………………….…………….........

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….……………….......

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bimbingan merupakan suatu usaha bantuan yang diberikan kepada siswa


dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapinya.salah satu hal yang penting
dalam memberikan bimbingan adalah memahami siswa secara keseluruhan.Dengan
demikian siswa akan mendapatkan bantuan yang tepat dan terarah.Untuk dapat
memahami siswa dengan sebaik-baiknya,maka pembimbing perlu
sekalimengumpulkan berbagai keteranganatau data tentang masing- masing
siswa.jenis data ynag dikumpulkan hendaknya meliputi beberapa aspekyang
berhubungan dengan diri siswa.Salah  satu teknik pengumpulan data utuk
memahami siswa adalah: Tes Psikologis.Tes psikologis digunakan untuk
mengumpulkan data yang bersifat potensi seperti: intelegensi bakat
minat,kepribadian,sikap dan sebagainya.Program khusus dari seluruh program
bimbingan pada umumnya juga meliputi program testing. Setiap siswa sebagai
indivividu mempunyai perbedaan-perbedaan, mempunyai ciri khas tersendiri,serta
mempunyai selera dan minat tersendiri.Mereka perlu dipahami secara
tepat.Ketepatan dalam memahami individu merupakan suatu modal yang sangat
berharga. 

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah psikoanalisis?
2. Apa pengertian psikoanalisis?
3. Bagaimana landasan historis atau konsep dasar?
4. Apa saja teknik-teknik konseling psikoanalisis?
5. Bagaimana proses psikoanalisis?
6. Apa saja kelebihan dan keterbatasan pendekatan Behavioristik?
7. Contoh kasus apa dan bagaimana cara penanganannya dalam pendekatan
Behavioristik ?
8. Apa landasan historis konsep Pendekatan Behavioristik ?
9. Bagaimana pandangan tentang manusia menurut Pendekatan
Behavioristik?
10. Apa tujuan Konseling dalam pendekatan Behavioristik?
11. Apa saja peran dan fungsi konselor ?
12. Apa saja tahap-tahap konseling Behavioristik ?
13. Apa saja teknik-teknik dalam pendekatan Behavioristik ?
14. Apa saja kelebihan dan keterbatasan pendekatan Behavioristik?

4
15. Contoh kasus apa dan bagaimana cara penanganannya dalam pendekatan
Behavioristik ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui sejarah teori psikoanalisis
2. Untuk mengetahui teknik dari psikoanalisis
3. Untuk mengetahui bagaimana proses psikoanlisis
4. Untuk mengetahui kelebihan dan keterbatasan pendekatan Behavioristik.
5. Untuk mengetahui Contoh kasus apa dan bagaimana cara penanganannya
dalam pendekatan Behavioristik
6. Untuk mengetahui landasan historis konsep Pendekatan Behavioristik.
7. Untuk memahami pandangan tentang manusia menurut Pendekatan
Behavioristik.
8. Untuk mengetahui tujuan Konseling dalam pendekatan Behavioristik.
9. Untuk mengetahui peran dan fungsi konselor.
10. Untuk mengetahui tahap-tahap konseling Behavioristik.
11. Untuk mengetahui teknik-teknik dalam pendekatan Behavioristik.
12. Untuk mengetahui kelebihan dan keterbatasan pendekatan Behavioristik.
13. Untuk mengetahui Contoh kasus apa dan bagaimana cara penanganannya
dalam pendekatan Behavioristik.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Psikoanalisis


Psikoanalisis merupakan psikologi ketidaksadaran. Perhatiannya tertuju kearah
bidang motivasi, emosi, konflik, simpton-simpton neurotik, mimpi-mimpi, dan sifat-
sifat karakter. Psikoanalisis dahulu lahir bukan dari pengakuan psikologi melainkan dari
kancah kedokteran, yakni kedokteran bidang sakit jiwa. Hall dan Lindaay mengatakan,
bahwa dalam psikologi dan psikoanalisis bersikap bermusuhan. Para psikologi
bermusuhan terhadap ide-ide Freud sebelum perang dunia II (1938-1945). Namun
sesudah perang dunia II, sikap permusuhan tersebut hilang, dan interpenetrasi keduanya
berkembang semakin pesat.
Psikoanalisis menjadi salah satu segi pandangan yang dominan dalam psikologi
akademik. Hal ini dikemukakan oleh Show, Rapport, Hall, dan Lndzey. Psikoanalisis
mulai memperhatikan masalah-masalah tingkah laku normal dan mencapai puncaknya
pada psikologi ego. Dan psikologi juga memperhatikan pada psikoanalisis dan psikologi
kepribadian. Misalnya Lewwin dan Murray mengadakan penelitian empiris yang
berhubungan dengan psikoanalisis. Tokoh-tokoh eksperimentalis seperti Hall, Miller,
Mowrer, Sears, lama kelamaan juga berkenaan dengan konsep kepribadian Freud.
Bahkan karya peaget dianggap jembatan psikologi ke psikoanalisis (Walff 1996;
cobliner, 1967). David rapport menyusun modal psikoanalisis yang mendekati psikologi
tradisional, dan ia dianggap yang paling banyak membawa prestasi psikoanalisis dalam
psikologi. Klien dan Errikson mengakui pengaruh tersebut.
Adanya pelatihan-pelatihan psikologi dalam bidang psikoanalisis makin
mendekatkan hubungan kedua ilmu tersebut. Diantaranya adalah psikologi George
Klein, yang dipandang telah mengawinkan antara psikologi tradisional dan
psikoanalisis. Nilai-nilai percobaan laboratorium mulai dikenal oleh psikoanalisis
termasuk metode kuantitatif. Penghargaan terhadap penemuan-penemuan proses-proses
kognitif dan pengembangan teori psikoanalisis memberikan suatu orientasi dan
wawasan tentang sang pribadi yang telah terdapat dalam latar belakang pendidikan
psikologi umum. Selanjutnya, psikoanalisis tidak dianggap asing oleh psikologi
akademik.

6
B.     Pengertian Psikoanalisis
Psikoanalisis ditemukan di Wina, Austria, oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis
merupakan salah satu aliran di dalam disiplin ilmu psikologi yang memiliki beberapa
definisi dan sebutan, Adakalanya psikoanalisis didefinisikan sebagai metode penelitian,
sebagai teknik penyembuhan dan juga sebagai pengetahuan psikologi.
  Psikoanalisis menurut definisi modern yaitu:
1.      Psikoanalisis adalah pengetahuan psikologi yang menekankan pada dinamika,
faktor-faktor psikis yang menentukan perilaku manusia, serta pentingnya
pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk kepribadian masa dewasa.
2.      Psikoanalisis adalah teknik yang khusus menyelidiki aktivitas ketidaksadaran
(bawah sadar).
3.      Psikoanalisis adalah metode interpretasi dan penyembuhan gangguan mental.
  Psikoanalisis dalam pengertian lain (Hjelle & Ziegler, 1992) yaitu:
1.      Teori mengenai kepribadian & psikopatologi.
2.      Metode terapi untuk gangguan kepribadian teknik untuk menyelidiki pikiran &
perasaan individu yang tidak disadari.
  Psikoanalisis memiliki sebutan-sebutan lain yaitu:
1.      Psikologi dalam, karena menurut Freud penyebab neurosis adalah gangguan jiwa
yang tidak dapat disadari, pengaruhnya lebih besar dari apa yang terdapat dalam
kesadaran dan untuk menyelidikinya, diperlukan upaya lebih dalam.
2.      Psikodinamika, karena Psikoanalisis memandang individu sebagai sistem dinamik
yang tunduk pada hukum-hukum dinamika, dapat berubah dan dapat saling bertukar
energi.
Adapun contoh dari Psikoanalisis adalah Hipnotis, analisis mimpi, mekanisme
pertahanan diri.

C.    Landasan Historis / Konsep Dasar


Psikoanalisa merupakan suatu sistem psikologi Sebagai suatu sistem psikologi,
psikoanalisa merupakan sistem yang paling lengkap yang tersedia. Psikoanalisa
mengandaikan pengalaman individu baik dimasa kini maupun dimasa lampau, baik

7
situasi individunya maupun situasi sosialnya. Psikoanalisa pada hakikatnya merupakan
sebuah teori kepribadian. Teori kepribadian menurut Freud, menyangkut tiga hal:
1.      Struktur kepribadian
         Id
Id adalah system kepribadian yang orisinil; kepribadian setiap orang hanya terdiri dari
id ketika dilahirkan id kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Id bersifat
tidak logis , amoral, dan disorong oleh suatu kepentingan: memuaskan kebutuhan-
kebutuhan naluriah. Id adalah sumber segala dorongan; reservasi naluri-naluri. Dengan
kata lain id adalah aspek biologis yang merupakan system kepribadian yang asli.
          Ego
Merupakan Bagian rasional dan dasar dari pikiran, yang membuat keputusan dan
berhadapan dengan realitas dunia luar.Ego adalah aspek psikologis yang timbul karena
kebutuhan organisme untuk berhubungan dengan dunia kenyataan.
Secara teoretis, ego lebih mudah menghadapi bahaya-bahaya eksternal daripada bahaya-
bahaya internal. Bahaya eksternal dihadapi dengan cara menghindar, sementara bahaya
internal tidaklah mungkin ditangani dengan cara demikian. Guna melindungi organisme
yang mudah menjadi rusak sebagai akibat pemenuhan atau bahkan kesadaran terhadap
dorongan-dorongan internal ini, suatu ego dikembangkan dengan beragam pertahanan.
         Super ego
Merupakan aspek sosiologis yang mencerminkan nilai-nilai tradisional serta cita-cita
masyarakat yang ada di dalam kepribadian individu.Super ego juga merupakan “moral”
(conscience), gudang peraturan dan larangan berkenaan dengan yang harus anda
lakukan dan tidak anda lakukan. Sikap yang dimiliki seseorang dalam super ego
sebagian besar merupakan internalisasi dari sikap orang tuanya
2.      Dinamika kepribadian
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energy psikis itu didistribusikan serta
digunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena itulah energy terbatas, maka terjadi
semacam persaingan dalam menggunakan energy tersebut.
3.      Perkembangan kepribadian

8
Kepribadian berkembang sehubungan dengan empat macam pokok sebagai sumber
ketegangan, yaitu: proses pertumbuhan fisiologis (kedewasaan), Fermustasi, Konflik,
dan Ancaman.
Perkembangan kepribadian anak mempunyai tingkatan yang berbeda-beda dari sejak
lahir sampai berumur 5 tahun, adalah merupakan periode dasar yang masih belum stabil,
maju meningkat pada masa pemuda dan menuju ketenangan pada masa dewasa.
Fase-fase perkembangan tersebut adalah :
         Fase oral (0-1 tahun)  pada fase ini mulut merupakan daerah pokok dari pada
aktivitas dinamis.
         Fase anal (1-3 tahun) pada fase ini kateksis dan anti kateksis berpusat pada anal
(pembuangan kotoran).
         Fase Phallis (3-5 tahun) pada fase ini alat kelamin merupakan daerah erogen
terpenting.
         Fase latent (5-13 tahun) pada fase ini implus-implus cenderung untuk ada dalam
keadaan tertekan.
         Fase pubertas (12-20 tahun) Pada fase ini menonjol dan membawa aktivitas
dinamis kembali.
         Fase geital (20-keatas) Pada fase ini individu telah berubah dari mengejar
kenikmatan, menjadi orang dewasa yang telah disosialisasikan dengan realitas.

D.     Teknik-Teknik Konseling Psikoanalisa


Psikoanalisa disamping sebagai teori kepribadian, dapat pula berfungsi sebagai
teknik analisa kepribadian. Untuk dapat menerangkan suatu gejala psikoneurose
misalnya, agar dapat diusahakan penyembuhan terhadap penderita yang bersangkutan
maka perlu di analisa terlebih dahulu kepribadian penderita yang bersangkutan. Dalam
analisa ini umumnya dipergunakan cara pendekatan, yaitu melihat dinamika dari
dorongan-dorongan primitif (khususnya libido).
Teknik-teknik yang dipergunakan dalam menganalisa kepribadian selanjutnya
dipergunakan juga sekaligus sebagai teknik psikoterapi karena pada prinsipnya
psikoanalisa mengakui bahwa kalau faktor penyebab yang tersembunyi didalam
ketidaksadaran sudah bisa diketahui dan dibawah ke kesadaran maka penderita dengan

9
sendirinya akan sembuh. Sebagai seorang murid Charcot, Freud masih berpendirian
sama dengan Charcot, yaitu bahwa penyakit biasanya (psikoneurose) umumnya dapat
disembuhkan setelah faktor penyebab dalam faktor ketidaksadaran dapat diketahui.
Adapun teknik-teknik dasar konseling psikoanalisa adalah sebagai berikut:
1.      Asosiasi Bebas
Teknik pokok dalam terapi psikoanalisa adalah asosiasi bebas. Konselor memerintahkan
klien untuk menjernihkan pikirannya dari pemikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin
untuk mengatakan apa yang muncul dalam kesadarannya. Yang pokok, adalah klien
mengemukakan segala sesuatu melalui perasaan atau pemikiran dengan melaporkan
secepatnya tanpa sensor. Metode ini adalah metode pengungkapan pangalaman masa
lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik dimasa
lalu, klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri.
2.      Interpretasi
Adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisis mimpi,
analisis resistensi dan analisis transparansi. Prosedurnya terdiri atas penetapan analisis,
penjelasan, dan mengajarkan klien tentang makna perilaku dimanifestasikan dalam
mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi
adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses
menyadarkan hal-hal yang tersembunyi.
Rambu-rambu Interpretasi :

         Interpretasi disajikan pada saat gejala yg diinterpretasikan berhubungan erat


dengan hal-hal yg disadari klien.
         Interpretasi dimulai dari permukaan menuju hal-hal yg dalam (dialami oleh
situasi emosional klien).
         Menetapkan resistensi atau pertahanan sebelum menginterpretasikan emosi atau
konflik.
3.      Analisis mimpi
Merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan
membantu klien untuk memperoleh titik terang kepada masalah-masalah yang belum
terpecahkan, aspek yang membuat klien bermimpi itu dikarnakan adanya system

10
imunitas pencernaan otak yang membuat orang itu bermimpi dan bisa saja orang itu
berimajinasi tinggi sehingga terkontaminasi oleh masalah-masalah pribadinya sehingga
terbawa mimpi”.

4.      Analisis dan interpretasi transferensi


Transferensi (pemindahan).Transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses
terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan
dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan mereaksi kepada analisis
sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau ayahnya ataupun siapapun.
Tujuan dari analisis ini adalah sebagai berikut :
         Klien memperoleh pemahaman atas pengalaman-pengalaman tak sadar dan
pengaruh masa lampau terhadap kehidupan sekarang.
         Memungkinkan klien menembus konflik lampau yang dipertahankan hingga
sekarang dan menghambat perkembangan emosinya.
5.      Analisis dan interpretasi resistensi
Freud memandang resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang
mendorong seseorang untuk mempertahankan terhadap kecemasan. Interpretasi
konselor terhadap resistensi ditujukan kepada bantuan klien untuk menyadari alasan
timbulnya resistensi.

E.     Proses Konseling Psikoanalisa


Proses dipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman
masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau ditata, didiskusikan, dianalisa, dan
ditafsirkan dengan tujuan untuk merekontruksikan kepribadian.
Satu karakteristik konseling ini adalah bahwa terapi atau analisa bersikap
anonim(tak dikenal) dan bertindak dengan sangat sedikit menunjukkan perasaan dan
pengalamannya, sehingga dengan demikian klien akan memantulkan perasaannya
kepada konselor. Konselor terutama berkenaan dengan membantu klien mencapai
kesadaran diri, ketulusan hati, dan berhubungan pribadi yang lebih efektif, dalam
menghadapi kecemasan melalui cara-cara realistis. Pertama-tama konselor harus
membuat suatu hubungan kerjasama dengan klien dan kemudian melakukan

11
serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan. Konselor memberikan perhatian
kepada resistensi atau penolakan klien. Sementara klien berbicara, konselor
mendengarkan dan memberikan penafsiran yang memadai fungsinya adalah
mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran. Adapun
proses konseling psikoanalisa adalah sebagai berikut :
1.      Proses konseling dipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman
masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau ditata, didiskusikan, dianalisa dan
ditafsirkan dengan tujuan untuk merekonstruksi kepribadian.
2.      Konseling analitik menekankan dimensi afektif dalam membuat pemahaman ketidak
sadaran.

3. Tilikan dan pemahaman intelektual sangat penting, tetapi yang lebih adalah
mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan pemahaman diri.
4. Satu karakteristik konseling psikonalisa adalah bahwa terapi atau analisis
bersikap anonim (tak dikenal) dan bertindak sangat sedikit menunjukkan
perasaan dan pengalamannya, sehingga dengan demikian klien akan
memantulkan perasaannya kepada konselor. Proyeksi klien merupakan bahan
terapi yang ditafsirkan dan dianalisia.
5. Konselor harus membangun hubungan kerja sama dengan klien kemudian
melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan.
6. Menata proses terapeutik yang demikian dalam konteks pemahaman struktur
kepribadian dan psikodinamika memungkinkan konselor merumuskan masalah
klien secara sesungguhnya. Konselor mengajari klien memaknai proses ini
sehingga klien memperoleh tilikan mengenai masalahnya.
7. Klien harus menyanggupi dirinya sendiri untuk melakukan proses terapi dalam
jangka panjang. Setiap pertemuan biasa berlangsung satu jam.
8. Setelah beberapa kali pertemuan kemudian klien melakukan kegiatan asosiasi
bebas. Yaitu klien mengatakan apa saja yang terlintas dalam pikirannya.
9. “dan klien memberikan hasil lintasan imajinasi yang terungkap, sehingga dapat
di asosiasikan dalam pisikoanalitik ini.

F. Kelebihan dan Kekurangan Konseling Psikoanalisa

12
1. Kelebihan konseling psikoanalisa antara lain :

· Adanya motivasi yang tidak selamanya di sadari.

· Teori kepribadian dan teknik psikoanalisa yang saling berhubungan.

· Pentingnya masa lalu pada masa kanak-kanak dalam perkembangan kepribadian.

· Model wawancara sebagai alat terapi.

· Teori dan teknik saling berhubungan satu sama lain.

2. Kekurangan konseling psikoanalisa antara lain :

· Terlalu meminimalkan rasionalitas.

· Data penelitian yang bersifat empiris kurang banyak mendukung sistem


psikoanalisa.

· Bahwa perilaku ditentukan oleh energi psikis ( sesuatu yang meragukan ).

· Penyembuhan dalam psikoanalisa terlalu bersifat rasional dalam pendekatan.

· Pandangan yang terlalu deterministik dinilai terlalu merendahkan martabat


kemanusiaan.

· Terlalu memnekankan pengalaman pada masa kanak-kanak.

G. Contoh kasus :

Contoh kasus 1

klien pernah mengalami trauma diperkosa oleh pamannya sehingga sangat membenci
pamannya dan berusaha melupakannya. Terapis mencoba menggali informasi dengan
membuat klien mengingatnya sehingga memancing emosi klien maka klien diberikan
katarsis (pelampiasan) yaitu sebuah ruangan dimana klien dapat mengekspresikan
kemarahannya seperti berteriak sekeras-kerasnya didalam ruangan katarsis atau meninju
boneka.Ini merupakan contoh kasus dari asosiasi bebas dimana klien dibiarkan untuk
memunculkan ketidaksadarannya. Hal ini juga berkaitan dengan proses katarsis.

Contoh kasus 2

Kasus yang kedua adalah tentang fobia. Semua penanganan psikoanalisis terhadap fobia
berupaya mengungkap konflik-konflik yang ditekan yang diasumsikan mendasari
ketakutan ekstrem dan karakteristik penghindaran dalam gangguan ini. Karena fobia

13
dianggap sebagai simtom dari konflik-konflik yang ada di baliknya, fobia biasanya tidak
secara langsung ditangani. Memang, upaya langsung untuk mengurangi penghindaran
fobik dikontraindikasikan karena fobia diasumsikan melindungi orang yang
bersangkutan dari berbagai konflik yang ditekan yang terlalu menyakitkan untuk
dihadapi.

Dalam berbagai kombinasi analis menggunakan berbagai teknik yang dikembangkan


dalam tradisi psikoanalisis untuk membantu mengangkat represi. Dalam asosiasi bebas
analis mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang disebutkan pasien terkait dengan
setiap rujukan mengenai fobia. Analis juga berupaya menemukan berbagai petunjuk
terhadap penyebab fobia yang ditekan dalam isi mimpi yang tampak jelas. Apa yang
diyakini analis mengenai penyebab yang ditekan tersebut tergantung pada teori
psikoanalisis tertentu yang dianutnya. Seorang analis ortodoks akan mencari konflik-
konflik yang berkaitan dengan seks arau agresi, sedangkan analis yang menganut teori
interpersonal dari Arieti akan mendorong pasien untuk mempelajari generalisasi
ketakutannya terhadap orang lain.

Contoh kasus 3

Klien seorang perempuan, 26 tahun dengan gangguan skizofrenia paranoid dan diterapi
menggunakan pendekatan psikoanalisis dan teknik yang digunakan adalah teknik
asosiasi bebas.Pada sesi ini terapis dan klien membangun komunikasi yang nyaman dan
membangun kepercayaan. Setelah terbentuknya rasa kepercayaan dan dukungan yang
lebih besar, terapis mulai mendorong klien untuk mengkaji berbagai hubungan
Interpersonalnya. Kemudian klien diminta untuk mengungkapkan apa saja (pikiran dan
perasaan) yang terlintas dalam pikirannyasaat itu tanpa ada hal-hal yang disensor
(moment catarsis). Dan terapis membantu klien untuk menganalisa mengenai hal-hal
yang dikatarsiskan. Setelah itu terapis membantu dan membimbing klien untuk bisa
insigth. Setelah itu terus menerus menginterpretasikan dan mengidentifikasikan masalah
klien. Kemudian berusaha mengajak klien merealisasikan hal-hal yang didapat dari
insigth.Pada sesi II yaitu teknik asosiasi bebas. Pada sesi ini Klien diminta untuk
mengungkapkan apa saja (pikiran dan perasaan) yang terlintas dalam pikirannya saat ini
tanpa ada hal yang disensor (katarsis). Terapi membantu klien menganalisa mengenai
hal-hal yang dikatarsiskan, kemudian terapis membimbing klien untuk insight, dengan
terus-menerus menginterpretasi dan mengidentifikasi masalah klien dan mkemudian
mengajak klien merealisasikan hal yang didapatkan dari insight.

14
BEHAVIORISTIK

A. Pengertian Teori Behavioristik

Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia. Perspektif


behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku
manusiadanterjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang menimbulkan
hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum mekanistik.Asumsi dasar mengenai
tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh
aturan, bisa diramalkan, dan bisa ditentukan.Menurut teori ini, seseorang terlibatdalam
tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-
pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah. Seseorang
menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah laku tersebut belum diberi
hadiah atau telah mendapat hukuman. Karena semua tingkah laku yang baik bermanfaat
ataupun yang merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari.1Dalam belajar siswa
seharusnya dibimbing untuk aktif bergerak, mencari, mengumpulkan, menganalisis, dan
menyimpulkan dengan pemikirannya sendiri dan bantuan orang dewasa lainnya
berdasarkan pengalaman belajarnya. Inilah yang disebut belajar dengan pendekatan
inkuiri terbimbing

B. Landasan Historis konsep Behavioristik

Manusia adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari
luar. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap
lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian
membentuk kepribadian.Konseling behavioristik membatasi perilaku sebagai fungsi
interaksi antara pembawaan dengan lingkungan.Perilaku yang dapat diamati merupakan
suatu kepedulian dari para konselor sebagai kriteria pengukuran keberhasilan konseling.

Menurut pandangan ini manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar seperti yang
dikemukakan oleh freud. Sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan
mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku. Karakteristik konseling
behavioral adalah :

a. Berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik.

Pendekatan ini tidak didasari oleh teori tertentu yang khusus, hal utama yang harus
diperhatikan dan dilakukan dalam konseling ini adalah menyaring dan memisahkan
tingkah laku yang bermasalah itu dan membatasi secara khusus perubahan apa yang
dikehendaki.

b.Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling.

15
Dalam hal ini, tugas konselor adalah membantu merinci dan memilih tujuan umum
menjadi tujuan khusus, konkrit, dan dapat diukur.

c. Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien.

Teknik-teknik tingkah laku berorientasi pada tindakan, oleh karena itu klien diharapkan
melakukan sesuatu bukan hanya memperhatikan secara pasif dan terlena dalam
instropeksi saja. Klien harus diajar untuk melakukan tindakan khusus apabila perubahan
tingkah laku klien diharapkan.

d. Penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.

Sasaran tingkah laku yang akan diubah sudah diidentifikasi secara jelas, tujuan
perlakuan telah dirumuskan secara khusus, dan prosedur terapeutikpun telah dirinci
secara sistematik. Keputusan untuk menggunakan suatu teknik didasarkan atas
keberhasilan teknik itu dalam mendatangkan hasil, yaitu tercapainya tujuan yang telah
dirumuskan.

C. Hakekat Manusia Menurut Pendekatan Behavioristik

Pendekatan behavioral tidak mengesampingkan pentingnya hubungan klien/terapis atau


potensi klien untuk membuat pilihan-pilihan. Dari dasar pendekatan tersebut, dapat
dikemukakan beberapa konsep kunci tentang hakikat manusia sebagai berikut :

a. Tingkah laku manusia diperoleh dari belajar, dan proses terbentuknya kepribadian
adalah melalui proses kematangan dan belajar. Terbentuknya tingkah laku, baik positif
maupun negatif diperoleh dari belajar.

b. Kepribadian manusia berkembang bersama-sama dengan interaksinya dengan


lingkungannya. Interaksi yang dapat diamati antara individu dengan lingkungan,
interaksi ini ditentukan bentuknya oleh tujuan, baik yang berasal dari diri pribadi
maupun yang dipaksakan oleh lingkungan.

c. Setiap orang lahir dengan membawa kebutuhan bawaan, tetapi sebagian besar
kebutuhan dipelajari dari interaksi dengan lingkungan. Mula-mula individu banyak
tergantung pada sumber kepuasan eksternal, namun semakin matang kekuatan penguat
internal semakin penting.

d. Manusia bukanlah hasil dari conditioning sosial/kultural mereka, namun sebaliknya


manusia adalah produser (penghasil) dan hasil dari lingkungannya. Kecenderungan saat
ini adalah mengarah pada prosedur perkembangan yang nyata memberikan
pengontrolan pada diri para klien.

16
e. Manusia tidak lahir baik atau jahat tetapi netral, bagaimana kepribadian seseorang
dikembangkan tergantung pada interaksinya dengan lingkungan. Dengan kata lain,
dapat saja manusia menjadi baik atau sebaliknya tergantung dari bagaimana ia belajar
dalam interaksi dengan lingkungan.

f. Manusia mempunyai tugas untuk berkembang, dan semua tugas perkembang yang
harus diselesaikan dengan belajar. Hidup adalah serangkaian tugas yang dipelajari.
Keberhasilan belajar akan menimbulkan suatu kepuasan, sedangkan kegagalan
berakibat ketidakpuasan dan penolakan sosial.

D. Tujuan Konseling Behavioristik

Tujuan konseling behaviour adalah untuk memperoleh perilaku baru, mengeliminasi


perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang
diinginkan dalam jangka waktu lama. Adapun tujuan umumnya yaitu menciptakan
kondisi baru untuk belajar. Dengan asumsi bahwa pembelajaran dapat memperbaiki
masalah perilaku.

Tujuan umum dari suatu terapi perilaku ialah membentuk kondisi baru untuk belajar,
karena melalui proses belajar dapat mengatasi masalah yang ada. Mengenai tujuan
terapi perilaku, Corey (1991) mengingatkan ada 2 konsepsi yang salah:

a) Bahwa tujuan tarapi adalah memindahkan gejala yang menjadi masalah dan karena
itu akan muncul gejala yang baru,karena akar dari persoalannya tidak hilang.Hal ini
dinilai tidak benar,karena terapi memusatkan perhatian pada usaha menghilangkan
perilaku yang tidak sesuai denag perilaku yang sesuai.perhatian tertuju pada perilaku
yang terjadi pada saat sekarang dan apa yang bisa untuk mengubahnya.

b) Konsepsi lain yang salah ialah bahwa tujuan pasien atau klien ditentukan atau
dipaksakan oleh terapisnya. Padahal tujuan atau konsepsi yang baru melibatkan pasien
atau klien (aspek kognitifnya) untuk ikut menentukan pilihan apa sasaran atau tujuan
yang diinginkan.

E. Peran dan Fungsi Konselor Behavioristik

Hakikatnya fungsi dan peranan konselor terhadap konseli dalam teori behavioral
ini adalah :

1) Mengaplikasikan prinsip dari mempelajari manusia untuk memberi fasilitas


pada penggantian perilaku maladaptif dengan perilaku yang lebih adaptif.

2) Menyediakan sarana untuk mencapai sasaran konseli, dengan membebaskan


seseorang dari perilaku yang mengganggu kehidupan yang efektif sesuai dengan nilai

17
demokrasi tentang hak individu untuk bebas mengejar sasaran yang dikehendaki
sepanjang sasaran itu sesuai dengan kebaikan masyarakat secara umum.

F. Tahap Konseling Behavioristik

Berbicara tentang langkah-langkah dasar/tahap-tahap dalam proses konseling ditemukan


sejumlah bagian yang berbeda-beda. Mengapa identifikasi ini dilakukan adalah untuk
mengajarkan ketrampilan-ketrampilan konseling. Walaupun pembagiannya berbeda-
beda dapat ditemukan lima tahap pokok yakni :

a) Assesment

Langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien


(untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya,
pola hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya). Konselor
mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada
waktu itu. Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang
akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.

b) Goal setting

Yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang


diperoleh dari langkah assessment konselor dan klien menyusun dan merumuskan
tujuan yang ingin dicapai dalam konseling.

c) Technique implementation

yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai
tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling.

d) Evaluation termination

yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan
mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.

e) Feedback

yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meingkatkan
proses konseling.

G. Teknik-teknik Konseling Behavioristik

Seorang konselor harus memberikan rambu-rambu terhadap nilai atau keyakinan yang
konseli anut, membangkitkannya, mengingatkannya, kemudian bersama-sama
menemukan penjelasan dan bukti, resiko, data dan informasi kehidupan yang ia hadapi.

18
Barulah konseli diajarkan membuat keputusan, pilihan dan ketegasan sikap terhadap
masalah yang ia hadapi.

Dengan kata lain konseli memahami dengan sendirinya perbedaan-perbedaan dan


keputusan yang ia ambil dengan sendirinya. Dan diharapkan konseli mempunyai
keterampilan ketegasan diri dalam menghadapi sebuah pilihan atau masalah hidup.
Teknik yang digunakan :

1. Desensitisasi Sistematis

Mc. Kay (1981) menjelaskan bahwa desensitisasi merupakan alat yang dikembangkan
untuk menurunkan kecemasan dengan menggantikan kecemasan tersebut melalui respon
alternative yang berlawanan seperti relaksasi. Teknik ini bekerja atas dasar prinsip
reciprocal inhabitation (hambatan hubungan timbal balik) yaitu proses dimana suatu
tingkat kecemasan yang berlebihan dihambat dengan kecemasan.

Menurut Corsini dan Wedding (1989). Desensitisasi merupakan teknik relaksasi yang
berdasarkan pada imagery atau yang sering disebut dengan imagery Based Techniques.
Desensitisasi merupakan perlakuan yang tepat bagi reaksi cemas yang tidak realistis
serta reaksi cemas yang tidak terjadi karena seseorang tidak mengetahui bagaimana
berperilaku dalam situasi yang menimbulkan indikator dari aktivitas para simpatis.

2. Terapi Impulsif.

Dalam kamus Psikologi (J.P. Chaplin) terapi implusif adalah salah satu terapi tingkah
laku dimana disajikan perangsang-perangsang yang dapat menimbulkan kecemasan
dalam imajinasi, sedang pasien didorong dan diberanikan untuk mengalami kecemasan
itu sehebat-hebatnya atau sedalam mungkin. Karena situasinya tidak mengandung
bahaya yang objektif, maka reaksi kecemasannya tidak diperkuat, dan secara berangsur-
angsur dapat dimusnahkan atau dipadamkan.

Terapi ini dikembangkan berdasarkan atas asumsi bahwa seseorang yang secara
berulang-ulang dihadapkan pada suatu situasi pemicu kecemasan dan hal-hal yang
menakutkan ternyata konsekuensi yang diharapkan tidak muncul, akhirnya stimulus
yang mengancam tidak memiliki kekuatan dan neurotiknya menjadi hilang.

3. Latihan Perilaku Asertif

Latihan asertif dalam terapi tingkah laku merupakan teknik yang dipakai terapis dengan
menggunakan model-model pola tingkah laku yang tegas bagi kliennya. Latihan ini
berguna untuk membantu orang yang tidak mampu mengungkapkan perasaan
tersinggung, kesulitan menyatakan “tidak”, atau mengungkapkan afeksi dan respon
positif lainnya.

19
Cara yang digunakan adalah permainan peran dengan bimbingan konselor dan diskusi
kelompok.

4. Pengkondisian Aversi

Teknik pengkondisian aversi digunakan untuk meredakan perilaku yang tidak


diinginkan dengan cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan sehingga
perilaku yang tidak diinginkan tidak muncul. Stimulus yang tidak menyenangkan
diberikan secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak diinginkan.

Stimulus-stimulus aversi biasanya berupa hukuman dengan sengatan listrik atau


pemberian ramuan yang membuat mual.Perilaku yang dapat dimodifikasi dengan teknik
pengkondisian aversi adalah perilaku maladaptif, seperti merokok, obsesi kompulsi,
penggunaan zat adiktif, penyimpangan seksual.

5. Pembentukan Perilaku Model.

Modeling dapat digunakan sebagai pembentukan perilaku baru dan mempertahankan


atau memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Dalam teknik ini peran konselor
difungsikan sebagai penunjuk perilaku model yang harus ditiru. Sarana yang bisa
dipakai sebagai model dapat dilakukan dengan model audio, model fisik, model hidup
atau model lainnya yang dapat dicontoh. Setelah itu klien diberi reinforcement jika dia
dapat meniru perilaku model tersebut.

6. Kontrak Perilaku.

Kontrak Perilaku didasarkan pandangan bahwa membantu klien untuk membentuk


perilaku tertentu yang diinginkan dan memperoleh ganjaran tertentu sesuai dengan
kontrak yang disepakati. Dalam hal ini individu mengantisipasi perubahan perilaku
mereka atas dasar persetujuan bahwa beberapa konsekuensi akan muncul.

Kontrak Perilaku adalah persetujuan antara dua orang atau lebih (konselor dan klien)
untuk mengubah perilaku tertentu pada klien. Konselor dapat memilih perilaku yang
realistik dan dapat diterima oleh kedua belah pihak. Setelah perilaku dimunculkan
sesuai dengan kesepakatan, ganjaran dapat diberikan kepada klien. Dalam terapi ini
ganjaran positif terhadap perilaku yang dibentuk lebih dipentingkan daripada pemberian
hukuman jika kontrak perilaku tidak berhasil.

H. Kelebihan dan Keterbatasan Konseling Behavioristik

Setiap teori yang ada pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, kelebihan dan
kekurangan teori behavioristik dintaranya :

20
Kelebihan :

-Telah mengembangkan konseling sebagai ilmu karena mengundang penelitian dan


menerapkan IPTEK kepada proses konseling

-Pengembangan prilaku yang spesifik sebagai hasil konseling yang dapat diukur

- Memberikan ilustrasi bagaimana keterbatasan lingkungan

-Henekanan bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku sekarang dan


bukan prilaku yang ada dimasa lalu.

Kelemahan :

-Bersifat dingin, kurang menyentuh aspek pribadi sifat manipulatif dan mengabaikan
hubungan pribadi

- Lebih konsentrasi pada teknik

- Pemilihan tujuan sering ditentukan oleh konselor

- Meskipun konselor behaviour menegaskan klien unik dan menuntut perlakuan yang
spesifik tapi masalah klien sering sama dengan klien yang lain dan karena itu tidak
menuntut strategi konseling.

- Konstruk belajar dikembangkan dan digunakan konselor behavioral tidak cukup


komprehensif untuk menjelaskan belajar dan harus dipandang hanya sebagai hipotesis
harus dites.

I. Contoh Kasus dan Penanganannya

STUDI KASUS

Aprilia Dwi Lestari merupakan salah satu siswa yang baru saja beranjak dari SMP
menuju SMA. Ia masuk ke sekolah ternama di Tuban, yaitu SMA N 1 TUBAN. Padahal
ia berasal dari keluarga yang tergolong menengah ke bawah. Awalnya orang tua April
tidak memperbolehkannya masuk ke sekolah tersebut karena takut tidak mampu untuk
membayar hingga lulus nanti. Namun, April terus memaksa sehingga orang tuanya
mengizinkan.

Setelah beberapa lama berada disekolah itu, ia merasa mendapat deskriminasi dari
teman-temannya. Ia diejek karena berasal dari keluarga yang tidak mampu. Bahkan,
teman-temannya senang sekali menjahili April. Sedikit demi sedikit, April mulai merasa
dikucilkan. Awalnya, ia tidak terpengaruh dan tetap berprilaku biasa. Namun, lama-
kelamaan ia mulai merasa muak dengan keadaan yang ada. Perilaku teman-temannya

21
mulai membuat April tidak fokus, dan prestasi belajarnya mulai menurun. Ini membuat
April selalu stress dan merubah dirinya menjadi siswa yang amat nakal.

Di kelas April selalu duduk paling belakang, suka membuat gaduh, tidak
memperhatikan materi yang disampaikan guru, bermain-main HP, dan terkadang
sampai tertidur. Di rumah pun ia berperilaku yang sama. Dia tidak menghiraukan
nasehat orang tuannya yang menyuruhnya belajar. Dia suka keluyuran tidak jelas. April
menjadi malas belajar, tidak pernah mengerjakan tugas.

Suatu saat guru memberikan ulangan mendadak, ia mengerjakan sebisanya dan akhirnya
mendapat nilai yang paling bawah. Saat guru tersebut bertanya mengenai materi minggu
lalu, ia tidak pernah bisa menjawab. Mengetahui hal itu, April tetap tenang dan sama
sekali tidak merubah kebiasaannya. Kurangnya ketegasan, bimbingan, motivasi, dan
perhatian seorang guru dan orang tua dalam menyikapi anak didiknya yang bermasalah
bisa menjadikan siswa menjadi nakal dan kurang bisa menghargai guru saat KBM
berlangsung.

PEMECAHAN STUDI KASUS

Menurut kami pemecahan studi kasus yang dialami siswa yang bernama Aprilia Dwi
Lestari ini cocok menggunakan Teori Behavioristik, yaitu sebuah teori yang segala
sesuatunya dibiasakan sehingga menjadi suatu kebiasaan. Jika kami menjadi guru April,
maka kami akan mendekati dia (memberikan perhatian khusus), tetapi hal itu tidak
diperlihatkan kepada siswa yang lain. Menegur siswa-siswa yang suka mengejek, dan
suka mengucilkan. Memberikan bimbingan melalui diskusi-diskusi kecil di dalam kelas
(diskusi siswa), mencoba untuk mengungkapkan pendapat satu sama lain, menukar
informasi dengan anggota kelompoknya.

Selain itu, diawal dan akhir pertemuan selalu diadakan pengulangan materi yang berupa
pertanyaan-pertanyaan atau kuis kepada masing-masing siswa, sehingga materi yang
disampaikan pada saat itu maupun minggu lalu benar-benar bisa diterima dan tidak
hanya pada shot term memory, tetapi juga sampai pada long term memory. Jika siswa
tidak bisa menjawab, maka akan ada hukuman berupa berdiri di depan kelas, menyanyi,
bahkan diberikan tugas khusus. Bersedia atau tidak, peserta didik akan belajar agar tidak
mendapat hukuman. Tanpa disuruh belajarpun, mereka akan tetap belajar karena takut
dihukum.

Inilah teori behavioristik bahwa segala sesuatu harus dipaksakan. Pihak keluarga
khususnya orang tua lebih memperhatikan anaknya, seorang anak dipaksakan untuk
belajar. Jika tidak bersedia, maka uang jajan akan dikurangi. Dengan demikian, adanya
paksaan-paksaan akan menjadikan suatu kebiasaan pada diri siswa.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Psikoanalisis berkembang dari ilmu kedokteran dan konsepnya dipakai tdak hanya
dalam bidang psikologi tetapi juga bidang lain diluar psikologi. Teori psikoanalisa dari
Freud dapat berfungsi sebagaia tiga macam teori, yaitu sebagai teori kepribadian,
sebagai teknik analisa kepribadian, sebagai metode terapi (penyembuhan).

Teori behavioristik adalah teori yang menekankan pada tingkahlaku manusia sebagai
akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.Teori Kognitif adalah teori yang
berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang
memungkinkan seseorang untuk memperoleh pengetahuan.Dari kedua teori tersebut
aspek dan karakteristik yang berbeda-beda pula, sehingga kadang-kadang ditemui
pertentangan antara teori yang satu dengan teori yang lainnya.Jadi dalam hal menilai
benar tidaknya pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh berbagai teoriitu, kita harus
memandangnya dari segi-segi karakteristik tertentu yang sesuai dengan jenis yang
diselidikinya. Yang penting bagi pendidik adalah mengambil manfaat dari masing-
masing teori itu dan menggunakannya dalam praktek sesuai dengan situasi dan materi
yang dipelajari dan yang diajarkan,

23
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Fahyuni, Eni Fariyatul. Developing og Learning Tool at IPA Subyek by Guided Inquiry
Model to Improve Skills Science Process an Understanding Concepts SMPN 2
Porong. Proceedings of International Research Clinic & Scientific Publications
of Educational Technology. 2016

Fahyuni, Eni Fariyatul. Efektifitas Media Cerita Bergambar dalam Meningkatkan


Kemampuan Membaca Siswa. Skripsi: Publikasikan. Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya. 2011Fahyuni,Eni Fariyatul& Istikomah. 2016.
Psikologi Belajar & Mengajar. Sidoarjo:Nizamia Learning Center.

Haryanto,Budi. 2004. Psikologi Pendidikan dan pengenalan Teori-teori Belajar,


Sidoarjo:Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
http://modelkonseling.blogspot.co.id/2013/09/konseling-behavioral.html

Corey, Geral. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika
Aditama

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling- behavioral /

24

Anda mungkin juga menyukai