Anda di halaman 1dari 17

Individu Sosiopat dan Reaksi Sosial

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Patologi Sosial

Dosen Pengampu : Aminullah, M. Pd

Disusun Oleh :

Anis Khoiru Rosyidah NIM : 202044510102

Alida Ulya NIM : 202044510101

PRODI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM AL-FALAH ASSUNNIYYAH

KENCONG – JEMBER

2022
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Patologi Sosial dengan lancar dan
tepat waktu. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Patologi Sosial dan juga teman – teman seperjuangan program studi Bimbingan Konseling
dan Pendidikan Islam yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Selain itu
makalah ini kami buat untuk menambah wawasan tentang Individu Sosiopat dan Reaksi
Sosial.

Makalah ini kami susun dengan berbagai rintangan baik internal maupun eksternal.
Namun dengan penuh kesabaran dan kegigihan, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Penyusun menyadari banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun kepada pembaca maupun
dosen pengampu untuk perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan baru kepada pembaca dan dapat
menambah ilmu kita semua dan bermanfaat untuk kita kedepan nya.

Penulis

2
Daftar Isi
Kata Pengantar...........................................................................................................................2

Bab I Pendahuluan.....................................................................................................................3

A.Latar belakang....................................................................................................................4

B.Rumusan masalah...............................................................................................................4

C.Tujuan Penulisan.................................................................................................................4

Bab II Pembahasan.....................................................................................................................4

A.Pengertian Individu Sosiopat..............................................................................................5

B.Reaksi Sosial.......................................................................................................................5

C.Proses Diferensiasi dan Sosialisasi.....................................................................................6

D.Deviasi primer dan deviasi sekunder..................................................................................9

Bab III Penutup........................................................................................................................16

Referensi..................................................................................................................................17

3
Bab I Pendahuluan

A. Latar belakang
Kemampuan akal yang dimiliki manusia sesungguhnya adalah penunjang agar
manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Melalui kemampuan akal
tersebut, manusia dapat melakukan pekerjaan, bersosialisasi dengan lingkungan hingga
mengetahui perbuatan yang seharusnya dikerjakan dan perbuatan yang dihindari. Akal
manusia memiliki peranan yang penting, karena dengan adanya akal, manusia bisa dibedakan
dengan makhluk lainnya termasuk dengan sesama manusia itu sendiri. Berbagai bentuk
sosialisasi adalah serangkain cara yang digunakan seseorang untuk mengenali lingkungan
sosial di masyarakat. Proses mengenal lingkungan bukan hanya secara fisik namun juga
segala aspek yang ada di lingkungan tersebut. Aspek tersebut meliputi nilai sosial,
norma, unsur budaya, dan lain-lain. Proses sosialisasi dalam kehidupan manusia kadang dapat
berjalan lancar dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, namun ada juga
sosialisasi yang tidak berhasil. Sosialisasi ini apabila tidak berhasil dapat menimbulkan
penyimpangan baik secara primer dan sekunder, bahkan akibatnya akan menimbulkan
masalah sosial bila tidak diatas.

B. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan individu sosiopat ?
b. Bagaimana reaksi sosial terhadap penyimpangan yang terjadi ?
c. Bagaimana proses diferensiasi dan sosialisasi terjadi ?
d. Apa yang dimaksud dengan deviasi primer dan deviasi sekunder dan apa penyebab
nya ?

C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui tentang individu sosiopat
b. Memberikan pengetahuan tentang reaksi sosial masyarakat terhadap penyimpangan
yang terjadi
c. Menambah wawasan tentang proses diferensiasi dan sosialisasi
d. Mengetahui deviasi primer dan deviasi sekunder dan juga penyebab dari deviasi
primer dan deviasi sekunder

4
Bab II Pembahasan

A. Pengertian Individu Sosiopat


Gangguan kepribadian didefinisikan sebagai pola pengalaman dan perilaku
tidak wajar yang berhubungan dengan pikiran, perasaan, hubungan pribadi, dan
pengendalian dorongan keinginan. Karakterkarakter seseorang diperlihatkan oleh
kepribadiannya melalui pola pikir, perasaan, dan perilaku kebiasaan yang dimilikinya.
Bila orang itu tidak dapat menyesuaikan diri dengan orang lain dan cenderung
antisosial maka dia dapat didiagnosis menderita gangguan kepribadian. Individu yang
mengalami gangguan kepribadian antisosial biasanya disebut sebagai sosiopat.Orang
yang mengalami ganggguan kepribadian ini adalah orang yang tidak memiliki
kematangan emosi, kurang memiliki pertimbangan dan rasa tanggung jawab, tidak
mampu untuk menilai akibat-akibat dari tingkah lakunya sendiri, juga selalu berselisih
dengan masyarakat dan mereka selalu berada dalam kesulitan. Sosiopat bisa timbul
akibat faktor cacat otak bawaan layaknya psikopat. Namun, pengaruh pola asuh orang
tua mungkin memiliki peran lebih dalam perkembangan gangguan mental ini. Antara
psikopat dan sosiopat keduanya merupakan bagian dari gangguan mental kepribadian
antisosial, sehingga keduanya memiliki persamaan sikap. Hanya saja bagi individu
yang sosiopat dia masih memiliki rasa takut dan masih memiliki kemampuan untuk
membedakan mana yang baik dan buruk tapi dia tidak memperdulikan hal tersebut.
Sehingga perilaku sosiopat ini cenderung terlihat sembrono dibandingkan dengan
psikopat.
Sosiopat adalah orang yang menampilkan perilaku antisosial yang ditandai
dengan kurangnya empati terhadap orang lain, digabungkan dengan tampilan perilaku
moral abnormal dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma
masyarakat. Sosiopat sering tidak dapat mengendalikan perilaku dan ekspresi
kejengkelan mereka, lekas marah dan mengancam ketika menghadapi situasi tidak
menarik bagi mereka dan cenderung untuk menggunakan ancaman, agresi dan
kekerasan verbal.

B. Reaksi Sosial
Dalam kehidupan bermasyarakat disamping dapat dijumpai orang-orang yang
berperilaku baik, banyak juga Penyimpangan- penyimpangan perilaku dalam kehidupan
masyarakat atau lingkungan sosial, biasanya perilaku penyimpangan ini menimbulkan
bermacam-macam reaksi dan sikap. Semuanya bergantung pada derajat atau

5
kualitas penyimpangan dan penampakannya, juga tergantung pada harapan dan
tumtutan-tuntutan yang dikenakan oleh lingkungan sosial. Maka norma sosial itu
sifatnya kompulsif memaksa.

Reaksi sosial itu antara lain berupa: kekaguman, pujian, hormat, pesona,
simpati sikap acuh tak acuh, cemburu, iri hati, ketakutan,penolakan,
hukuman,kebencian, kemarahan hebat, dan tindakan-tindakan konktet. Dalam
kehidupan bermasyarakat disamping dapat dijumpai orang-orang yang berperilaku baik,
banyak juga penyimpangan- penyimpangan perilaku dalam kehidupan masyarakat atau
lingkungan sosial, biasanya perilaku penyimpangan ini menimbulkan bermacam-
macam reaksi dan sikap. Semuanya bergantung pada derajat atau
kualitas penyimpangan dan penampakannya, juga tergantung pada harapan dan
tumtutan-tuntutan yang dikenakan oleh lingkungan sosial.

Khususnya mengenai penyimpangan dalam bentuk ide- ide, pikiran dan


perilaku yang dianggap baru, berlangsunglah proses sebagai berikut:

1. mula- mula ditolak hebatg oleh mayarakat luas,


2. kemudian ditanggapi dengan sikap acuh tak acuh
3. lambat laun diterima oleh masyarakat dengan sepenuh hati,
maka produk dari peristiwa tersebut berwujud perubahan sosial dan perubahan
kultural. Sebagai contoh, peristiwa merokok dan minum-minuman keras oleh kaum
wanita, semula dianggap sebai tabu dan hanya dilakukan oleh para nyanyi( istri piaraan
orang-orang belanda) dan wanita- wanita tuna susila saja. Namun pada masa sekarang
ini menjadi modus yang modern untuk menunjukan setatus sosial damn peristiwa
wanita.

C. Proses Diferensiasi dan Sosialisasi

Pribadi yang menyimpang dengan tingkah laku menyimpang dari norma-


norma umun itu merupakan produk dari proses diferensiasi, individualisasi, dan
sosialisasi.

Diferensiasi diartikan sebagai tingkah laku yang berbeda dari tingkah laku
umum. Misalnya, kejahatan adalah semua bentuk tingkah laku yang berbeda dan

6
menyimpang dari ciri-ciri karakteristik umum, serta bertentangan dengan hukum atau
melawan peraturan yang legal.

Proses diperensiasi ada orang- orang yang secara individual memang berbeda
dengan orang kebanyakan sejak lahirnya. Misalnya dengan cacat jasmani bawaan, atau
memiliki wajah dan tubuh yang mengerikan. Cacat seperti ini umumnya menimbulkan
perasaan- perasaan inferior ( rasa rendah diri ) yang sangat dalam pada pribadi yang
bersangkutan, sehingga respons sosialnya berkembang menjadi tidak wajar.
Selanjutnya, kondisi kondisi tersebut menjadi lebih parah apabila lingkungan sekitar
menghina, menolak atau mengucilkan dirinya, sehingga dia bisa menjadi sosiopatik.

Sekelompok individu lainnya tumbuh dan berkembang menjadi dewasa dalam


lingkungan keluarga atau kelas social yang sangat memilukan. Dimana kejahatan,
kemiskinan kronis, pola asusila, dan dan kebiaasaan mengemis menjadi cara hidup
( way of life) yang melembaga dalam kelompok tersebut. Dalam situasi dan kondisi
demikian, pertumbuhan sosio-psikologis dari pribadi dan kelompok cenderung menjadi
abnormal atau menyimpang. Sebab kebudayaan dan kerangka organisasi social tersebut
memberikan pengaruh yang memaksa, sehingga tingkah laku individu menjadi conform
atau cocok dengan pola perilaku lokal, namun dianggap patologis oleh masyarakat luas.
Kontak yang terus menerus dengan orang dewasa yang menyimpang atau abnormal,
mempersiapkan dan membentuk kebiasaan- kebiasaan serta watak yang sosiopatok
pada diri anak-anak dan orang muda. Dengan sendirinya, konsepsi mengenai nilai- nilai
moral diberi isi dan bentuk oleh kode-kode moral yang berlaku dalam komplek-
komplek bermain sesama anak- anak dan oleh masyarakat lokal. Sehingga apabila
individu- individu yang sosiopatik itu berkonflik dengan masyarakat luar, maka konflik
ini pada hakikatnya merupakan konflik antara kebudayaan yang berbeda, yaitu
kebudayaan yang normal melawan kebudayaan yang patologis.

Sosialisasi

Terjadilah proses sosialisasi pada diri anak dalam perbaikan pola tingkah laku
yang ditolak secara sosial itu ( yang menyimpang/ sosiopatok ). Proses
tersebut berlangsung secara progresif, tidak sadar berangsur- angsur, setahap demi
setahap, dan berkesinambungan. Adapun tahapan nya yaitu :

7
1. Semua bentuk pelanggaran terhadap norma- norma sosial itu lalu dirasionalisasi
secara progresif,
2. Dibenarkan (ada proses justifikasi)
3. dan akhirnya dijadikan pola tingkah laku sehari- hari.
Perubahan- perubahan sosiopatik demikian bisa berlangsung pada tingkah laku
lahiriah dengan penyimpangan- penyimpangan yang tampak jelas, maupun tingkah laku
yang tersembunyi.

Tingkah laku kriminal dan menyimpang dari orang dewasa itu diterima oleh anak- anak
dan orang- orang muda lalu diproyeksikan secara simbolis kedalam jiwa sendiri.
Kemudian berlangsung proses internalisasi dan proses pengkondisian tingkah laku
menyimpang secara bertahap. Banyak penulis menyatakan bahwa perubahan tingkah
laku dari normal menjadi abnormal yang langsung dengan tiba- tiba derastis itu jarang
terjadi. Sebab,ada serangkaian transformasi persiapan yang mengawali berlangsungnya
perubahan tingksh laku menyimpang tadi.Jadi ada pertumbuhan- pertumbuhan dari
potensi- potensi cadangan, dan ada kecenderungan- kecenderungan deviasi yang azali
sifatnya, yang berlangsung dari hari kehari. Ternyata banyak orang normal yang
memiliki potensi- potensi untuk mengembangkan tingkah laku abnormal dengan cara
demikian. Begitu kondisi sosialnya memungkinkan maka dengan mudahnya orang-
orang tersebut berubah menjadi abnormal dan tingkah laku menyimpang dari norma-
norma umun.

Alasan-alasan yang dikemukakan di atas memang ada benarnya, karena


banyak individu kriminal dan penyimpangan lainya memiliki sejarah perkembangan
kepribadian demikian. Namun jangan dilupakan bahwa pengalaman-pengalaman
traumatis seringkali menumbuhkan dan mempercepat perubahan-perubahan secara
radikal pada pribadi. Maka perjadilah proses otonomi itu berlangsung satu trauma atau
luka jiwa, disebabkan oleh pengalaman yang sangat memedihkan hati dan melukai
jiwa. Oleh pengalaman tersebut, kehidupan pribadi yang bersangkutan sejak saat itu
berubah secara radikal, yaitu mengalami proses penaikan menjadi lebih baik atau justru
mengalami proses penurunan , jatuh dalam pelimpahan dan kehinaan yang parah.

Pengalaman traumatis tersebut memiliki arti dinamis sangat besar. Dinamika


dari situasi tadi menjadi suatu kekuatan yang otonom dan secara fungsional terlepas
dari pengalaman-pengalaman hidup sebelunnya. Peristiwa traumatis itu

8
mempetakan pola yang dominan terhadap kepribadian seseorang, sehingga
menyebabkan berlangsungnya reorganisasi tiba terhadap mental dan sikap, lalu
mengeluarkan diri dari kadar hidup yang lama. Kemudian terjadilah satu loncatan hidup
yang baru, yang memberikan persepektif hidup yang baru.

D. Deviasi primer dan deviasi sekunder


Deviasi atau penyimpangan diartikan sebagai tingkah laku yang menyimpang
dari tendensi sental atau ciri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat kebanyakan/populasi.
Sebab -sebab penyimpangan bisa ditimbulkan oleh

1. alasan-alasan yang subjektif, hal tersebut merupakan faktor internal atau personal
atau individual. Deviasi individual merupakan deviasi yang berasal dari gejala
personal, pribadi, atau individual, ditimbulkan oleh ciri-ciri yang khas unik individu
itu sendiri, yaitu berasal dari anomali-anomali (penyimpangan dari hukum,
kelainan-kelainan), variasi biologis, dan kelainan psikis tertentu, yang sifatnya
herediter ada sejak lahir. Kelainan ciri tingkah laku bisa juga disebabkan oleh
penyakit dan kecelakaan. Jika tidak ada diferensiasi biologis, deviasi-deviasi itu
pastilah disebabkan oleh pengaruh sosial dan kultural yang membatasi dan merusak
kualitas-kualitas psiko-fisik individu.
Deviasi jenis ini sering kali bersifat simtomatik, yaitu disebabkan oleh konflik
intrapsikis yang kronis dan sangat dalam atau berasal dari konflik yang ditimbulkan
oleh identifikasi-identifikasi yang bertentangan satu sama lain. Konflik-konflik
semacam ini mengakibatkan keterbelahan pribadi sehingga kepribadiannya menjadi
kacau dan tidak terintegrasi dengan baik.
Contoh yang dimasukkan dalam kelompok deviasi individual ini, antara lain
anak-anak luar biasa, penemu, genius, penganut fanatisme (orang-orang yang
sangat fanatik), idiot savant atau genius yang bersifat idiot dan tidak
berperikemanusiaan serta individu yang psikopat. Pribadi-pribadi ini pada dasarnya
sudah memiliki predisposisi dan kecenderungan yang menyimpang, baik secara
biologis maupun psikis yang kemudian diperhebat oleh rangsangan sosial dan
stimulus kultural dari lingkungan hidupnya.
2. Pengaruh situasional dari luar yaitu limitasi eksternal. Pengaruh situasi yang
membuat pribadi yang bersangkutan menjadi bagian integralnya. Situasi tadi
memberi- kan pengaruh yang memaksa sehingga individu tersebut terpaksa
melanggar peraturan dan norma-norma umum atau hukum formal. Misalnya, karena

9
anak-istri hampir mati kelaparan dan tidak ada jalan lain untuk mendapatkan bahan
makanan, kecuali dengan cara mencuri sehingga yang bersangkutan memilih
mencuri, jadilah ia seorang penjahat situasional. Contoh lain adalah gadis yang
menjadi pekerja tunasusila yang disebabkan oleh perasaan tidak puas terhadap
pekerjaan yang lalu, misalnya karena upah yang tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhannya.
Singkatnya, individu atau kelompok tertentu bisa mengembangkan tingkah
laku menyimpang dari norma-norma susila atau hukum sebagai produk dari
transformasi psikologis yang dipaksakan oleh situasi dan kondisi lingkungan
sosialnya. Situasi sosial yang eksternal itu memberikan limitasi, tekanan, dan pak-
saan tertentu yang mengalahkan faktor-faktor internal (pikiran, pertimbangan akal,
dan hati nurani) sehingga memunculkan deviasi situasional tadi. Ruang dan waktu
merupakan dimensi pokok dari situasi sosial yang memberikan pengaruh
“menekan-memaksa” kepada individu. Mengenai berapa besar pengaruh situasi
sosial yang “menekan-memaksa”, dapat kita ketahui apabila individu yang me-
nyimpang itu dipindahkan ke dalam situasi sosial lain. Akan tetapi, lenyap oleh
pola-pola deviasi tersebut setelah situasi sosialnya diubah secara drastis.
3. Juga bisa disebabkan oleh kombinasi dari kedua- duanya.
Penting untuk dicatat, saat deviasi-deviasi tadi terorganisasi secara subjektif
dalam diri pribadi, lalu diubah dalam peranan-peranan aktif tertentu. Selanjutnya
dijadikan kebiasaan atau kriteria sosial yang menetap guna mendapatkan status sosial.
Pada akhirnya, individu yang menyimpang itu menyadari betul peranan patologis yang
dilakukannya. Dia memandang hal tersebut sebagai hal yang wajar dan cocok dengan
pola sosial psikologis masyarakat, maka penyimpangan- penyimpangan deviasinya
disebut primer atau situasional. Disebut demikian, selama penyimpangan itu masih
dirasionalisasi, atau ditetapkan sebagai fungsi untuk melakukan peranan sosial tertentu.
Peranan tersebut dianggap wajar oleh pribadi yang bersangkutan, namun dianggap
menyimpang atau sosiopatik oleh sebagian besar masyarakat lainya.

Apabila seorang mulai menggunakan tingkah laku deviasi sebagai alat


pembelaan diri, atau alat menyerang, atau alat penyesuaiaan diri terhadap kesulitan
( kesulitan sebagai produk dari reaksi-reaksi sosial terhadap tingkah laku yang
sosiopatik ), maka penyimpangan disebut sebagai sekunder, dan berlangsung deviasi

10
sekunder. Dengan kata lain, tingkah laku penyimpangan semacam ini sudah menjadi
propesionalisasi dari deviasi-deviasinya.

Urutan peristiwa yang menyebabkan terjadinya deviasi sekunder itu secara ringkas
dapat dinyatakan sebagai berikut.

(1) Dimulai dengan deviasi primer

(2) Munculnya kemudian reaksi-reaksi sosial,hukuman dan sanksi-sanksi.

(3) Pengembangan dari deviasi-deviasi primer.

(4) Reaksi sosial dan penolakan yang lebih hebat dari masyarakat.

(5) Pengembangan deviasi lebih lanjut disertai pengorganisasian yang lebih rapi
timbul sikap bermusuh serta dendam penuh kebencian terhadap masyarakat yang
menghukum mereka.

(6) Kesabaran masyarakat sudah sampai pada batas terakhir. Dibarengi hukuman,
tindakan-tindakan kekerasan.

(7) Timbulnya reaksi kedongkolan dan kebencian dipihak sipenyimpang, disertai”


penghebatan tingkah laku yang sosiopatik, sehingga berkembang menjadi deviasi
sekunder. Hilanglah kontrol-kontrol rasional, dan dirinya menjadi budak dari nafsu
serta kebiasaan-kebiasaan yang sosiopatik atau abnormal. Terjadilah individualisasi
dari pribadi yang sosiopatik.

(8) Masyarakat menerima tingkah laku sosiopatik itu sebagai realitas konkret atau
sebagai status sosial.

Deviasi Primer dan Sekunder

Sebuah sikap yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku
dapat dikatakan sebagai penyimpangan. Penyimpangan sosial dapat terjadi sementara
(skunder) atau permanen (primer). Penjelasan terkait arti penyimpangan ini sebagai
berikut;

Penyimpangan primer adalah prilaku yang menyimpan dan terjadi dalam waktu yang
sementara, orang yang melakukan penyimpangan masih ada kemungkinan melakukan

11
perubahan sikap dan tidak lagi melakukan penyimpangan. Penyimpangan primer ini
bukan penyimpangan yang merugikan banyak orang dan masih diterima.

Penyimpangan sekunder adalah tindakan penyimpangan yang lebih condong pada


tindakan kriminalitas. Penyimpangan skunder sudah tidak lagi dapat diterima oleh
masyarakat. Sehingga resiko atas penyimpangan ini juga sangat besar, bahkan
membahayakan orang lain yang ada di lingkungan kita..

Contoh Penyimpangan Primer dan Penyimpangan Sekunder

Penyimpangan primer dan skunder yang dilakukan akan berkaitan dengan hukum yang
berlaku di masyarakat, meski disadari ataupun tidak. Berikut contoh-contohnya;

Contoh Penyimpangan Primer

1. Menerobos lampu lalu lintas

Orang yang terburu buru menuju tempat tujuannya kadang kurang memperhatikan
lampu lalu lintas sehingga ia menerobos lampu lalu lintas tersebut. Kadang juga
unsur kesengajaan orang yang tidak sabar menuggu sehingga ia menerobos lampu
lalu lintas.

Apabila tidak di lakukan berkali-kali hal ini tidak menjadi masalah, tetapi jika terus
menerus dikhawatirkan akan terjadi kecelakaan.

2. Mabuk saat pesta

Ketika terdapat perayaan yang mengundang banyak orang kadang disediakan


minuman alkohol. Beberapa orang dapat memaklumi hal ini namun disis lain apabila
sudah kecanduan maka hal ini menjadi penyimpangan yang serius. Dikhawatirkan
malah menjadi sampah masyarakat yang melakukan segala tindakan yang tidak
penting.

3. Mencoret tembok

Salah satu yang kadang membuat masyarakat merasa terganggu dengan berbagai
jenis coretan tembok yang ada di sekitar rumah.

12
Coretan tersebut membuat orang-orang merasa teraganggu. Biasanya masyarakat
akan mengingatkan pelaku agar tidak lagi mencoret tembok. Orang yang melakukan
penyimpangan akan memilih tempat lain atau tidak lagi melakukan coret mencoret.

4. Balapan liar

Remaja kadang memiliki rasa penasaran yang tinggi. Rasa penasaran tersebut
membuat seorang remaja banyak melakukan tindakan yang membuat bahagia dan
mengoobali segala rasa penasaran. Ketika telah memasuki usia tertentu maka anak
tersebut akan berhenti balapan liar dan akan fokus pada kegiatan lain yang lebih
disenangi atau sesuai dengan tujuan masing-masing individu..

5. Makan dengan tangan kiri

Budaya di Indonesia ketika makan menggunakan tangan kanan. Kadang ada orang
yang tidak terbiasa makan menggunakan tangan kanan, hal ini bukan merupakan
pelanggaran yang besar sehingga bisa dimaklumi oleh masing-masing individu.

6. Makan dan minum berdiri

Adab yang baik makan dan minum dengan duduk. Kadang pada kondisi tertentu
orang terpaksa harus makan dan minum dengan berdiri. Penyimpangan ini bukan
permasalahan besar dan tidak merugikan banyak orang yang ada di sekitarnya.

7. Perempuan tomboy

Perempuan berdasarkan budaya yang ada di Indonesia seharusnya berpakaian


layaknya perempuan. Kadang terdapat perempuan yang lebih nyaman menggunakan
pakaian yang mirip laki-laki. Hal ini bukan permasalahan besar karena hanya
pakaian saja. Ketika penyimpangan sudah berkaitan dengan pergaulan akan masuk
dalam permasalahan yang serius.

8. Izin Sekolah Karena Menghadiri Hajatan Saudara

Bentuk lainnya yang menjadi bagian daripada penyimpangan sosial secara primer
ialah tidakan untuk tidak hadir dalam kegiatan sekolah. Lantaran alasan mendatangi
keluarga yang sedang hajatan, padahal sejatinya tingkat urgensi seorang siswa yang
masih menempuh pendidikan formal tentusaja haruslah hadir ke sekolah setiap
harinya.

13
Contoh Penyimpangan Sekunder

1. Penyelahgunaan Narkoba

Zat yang terkandung dalam narkoba memang memiliki kandungan tersendiri yang
membuat seseorang ketagihan apabila telah menggunakan zat tersebut. Ketika
seseorang telah menggunakan zat adiktif ini akan termasuk dalam penyimpangan
sekunder. Ketika tidak menggunakan zt ini akan ketagihan dan melakukan segala
cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bahkan banyak orang yang menghalalkan
segala cara untuk dapat mengkonsumsi barang tersebut.

2. Perkelahian Pelajar

Banyak hal yang memicu tawuran antar pelajar. Permasalahan secara personal
kadang dapat menyebabkan tawuran dengan jumlah masa yang besar. Tawuran antar
pelajar banyak terjadi di llingkungan perkotaan yang banyak terbentuk geng antar
sekolah. Banyak hal yang dapat merugikan diri sendiri dan orang yang terlibat dalam
tawuran pelajar ini.

3. Korupsi

Tindakan korupsi adalah salah satu tindakan yang merugikan banyak orang
kerugian tidak hanya dirasakan oleh seorang pribadi tetapi berkaitan dengan
kepentingan orang banyak. Korupsi merupakan penyimpangan yang serius dan tidak
mudah untuk dicari bukti-bukti akan kesalahan yang dilakukan.

4. Pembunuhan

Tindakan kriminalitas yang jelas merugikan orang lain. Kerugian ini berupa nyawa
sehingga tidak mungkin tergantikan dengan apapun. Orang yang melakukan
pelanggaran ini harus menerima hukum sesuai dengan hukum yang berlaku.
Penyimpangan ini termasuk dalam penyimpangan yang serius.

5. Perjudian

Berjudi merupakan hal yang kadang membuat seseorang lupa kewajiban yang harus
dijalankan. Perjudian kadang memang mengiurkan namun resiko yang harus
ditanggung besar. Kita tahu berdasarkan undang-undang yang berlaku perjudian

14
dilarang dilakukan di Indonesia. Apabila melanggar akan menganggung hukumnan
sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

6. Pencurian

Pencurian jelas merugikan orang lain, kerugian yang tanggung kadang bukan hanya
material tetapi juga mental karena mendapat ancaman dari pelaku. Ketika sudah
terjadi pencurian maka perlu ditindaklanjuti dengan menjalankan hukum yang
berlaku. Hukuman yang harus dijalani juga sudah dijelaskan dalam undang-undang
yang berlaku.

7. Perampokan

Tindakan kriminalitas yang dilakukan secara langsung didepan korbannya. Sasaran


yang diambil dari kasus ini tentu saja harta. Selain harta sasaran lain yang biasanya
digunakan untuk tawanan adalah nyawa. Banyak nyawa menjadi korban karena
melawan ketika melakukan perampokan.

8. Hubungan seksual

Hubungan seksual yang dilakukan diluar nikah berdasarkan aturan agama dan
budaya yang ada di Indonesia merupakan sebuah kesalahan. Kesalahan ini termasuk
kesalahan besar yang tidak dapat dimaafkan dengan mudah. Nilai moral juga
dilanggar hanya untik kesenangan sementara.

9. Tindakan asusila

Banyak terjadi pelecehan yang harus diterima baik laki-laki atau perempuan.
Dimana prihal ini kebanyakkan memang perempuan yang menjadi sasaran. Hal ini
tidak dapat di toleransi karena memang merugikan pihak-pihak yang terkait.

10. Tawuran antar pelajar

Salah satu cara menunjukkan jati diri pada usia remaja kadang memilih cara yang
aneh. Salah satu cara yang dilakukan dengan menantang sekolah lain untuk
melakukan tawuran dengan permasalahan yang sepele. Hal ini harus segera diatasi
agar tidak muncul lagi tindakan atau tawuran yang lebih besar kadang sampai
merusak fasilitas umum.

15
Bab III Penutup

Dari penjelasan yang dikemukakan, dapatlah dikatakan bahwa seseorang dapat


melakukan penyimpangan dimana pun dan kapan pun. Dimana penyimpangan juga
bukan hanya dilakukan oleh individu, namun kadang juga dilakukan oleh kelompok
masyarakat. Oleh karena itulah segala bentuk penyimpangan dapat dilakukan secara
sadar atau tidak sadar. Disisi lain, untuk jenis penyimpangan terbagi menjadi dua, yakni
primer dan sekunder kesemuanya merupakan penyimpangan berdasarkan tindakan yang
dilakukan oleh seseorang, sehingga dapat dilihat dari jenis penyimpangan, intensitas
dalam melakukan penyimpangan, dan lain-lain. Oleh karena itulah penyimpangan yang
dilakukan oleh seseorang atau bahkan kelompok tertentu kadang dapat merugikan
orang lain. Penyimpangan yang bersifat sementara merupakan penyimpangan primer
dan dampaknya tidak terlalu besar.

16
Referensi

Muliasari, A. (2015). BULLYING DI MEDIA SOSIAL (Studi Kasus Grup Facebook


IAIN SMH BANTEN COMMUNITY) (Doctoral dissertation, IAIN SMH Banten).

Baroroh, N., & Rosdiyanti, N. (2019). Status Pertanggungjawaban Pelaku Tindak


Pidana Bagi Penderita Gangguan Mental Kategori Kepribadian Antisosial Perspektif
Hukum Positif dan Hukum Islam. Al-Mazaahib: Jurnal Perbandingan Hukum, 7(2),
167-181.

Safrijal. 2014. Proses Diferensiasi dan sosialisasi.


http://safrijal1991.blogspot.com/2014/04/proses-diperensiasi-dan-sosialisasi.html?
m=1

18 contoh penyimpangan primer dan sekunder di masyarakat. Dosensosiologi com

17

Anda mungkin juga menyukai