Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Individu Sosiopatik

Disusun untuk memenuhi Tugas Struktur


Mata Kuliah “Patologi Sosial “
Dosen Pengampu : Dr. Nasehudin, M.Pd

Disusun Oleh:

Laila Syiva Novianti (1908204110)

Melinda (1908104123)

TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL / 7C


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa Kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, Shalawat serta salam tidak lupa
selalu kami panjatkan untuk junjungan nabi agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang
telah menyampaikan petunjuk dari Allah SWT untuk kita semua, Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Individu Sosiopatik”

Dalam makalah ini dibahas mengenai beberapa pokok bahasan mengenai individu
Sosiopatik. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis dapat masukan dan bantuan dari berbagi
pihak. Semoga pemaparan dalam makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca.
Kebenaran hanya milik Allah SWT, dan kekurangan hanya milik manusia. Oleh sebab itu,
tegur sapa yang bersifat membangun sangat diharapkan dari semua pihak demi perbaikan
makalah ini.

Cirebon, 31 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3
A. Pengertian Sosiopatik ............................................................................... 3
B. Penyebab Terjadi Sosiopatik ..................................................................... 4
C. Contoh perilaku Individu Sosiopatik ......................................................... 6
D. Reaksi Sosial terhadap Perlaku Sosiopatik ................................................ 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 12
A. KESIMPULAN ...................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah psikopat yang sejak 1952 diganti dengan Sosiopat dan dalam “Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder” (DSM) II 1968 resmi dinamakan Sosiopat. Hare
menyamakannya dengan salah satu kelainan, yaitu Anti Social Personality Disorder (Hare,
Hart & Harpur, 1991). Pada umumnya mayoritas orang menyebut psikopat sebagai sakit jiwa,
karena istilah psikopat berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa dan “pathos” yang berarti
penyakit,namun psikopat tidak dimaksudkan untuk kategori sakit kejiwaan secara menyeluruh.
Penderita psikopat biasanya juga seorang sosiopat, karena perilakunya yang antisosial dan
merugikan orang-orang terdekatnya.

Psikopat adalah perilaku psikologis dimana pelaku terus menerus mencari gratifikasi
(pembenaran diri) atas tindakan-tindakan keliru yang dilakukannya. Seorang psikopat tidak
memiliki kemampuan untuk mengenali dan belajar dari kesalahan. Namun dia memiliki daya
analisa yang tinggi dan seringkali tergolong orang yang sangat cerdas.

Menurut Singgih Dirgagunarsa mengatakan pisikopat merupakan hambatan kejiwaan


yang menyebabkan pengidapnya mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap
norma-norma sosial yang ada di lingkunganya. Pengidap psikopat memperlihatkan sikap
egosentris yang besar. Seolah-olah semua patokan untuk perbuatanya adalah dirinya sendiri. 1

Banyak psikolog berpendapat, salah satu ciri awal seorang berpotensi menjadi psikopat
adalah ketika dia memiliki rasa cinta pada diri sendiri (narcissistic). Dalam tingkatan spektum
patologi, Narcissistic berada di peringkat terendah dari gejala kelainan jiwa . Jika kecintaan
pada diri sendiri berubah menjadi paranoid (takut ada orang lain yang lebih cantik / tampan
dari dirinya), maka orang itu berada pada spektrum tengah yang disebut Malignant Narcissism.

1
Singgih Dirgagunarsa, Pengantar Psikologi,(Jakarta : Mutiara, 1998) hal 145
1
Menurut sosiolog tingkah laku sosiopatik adalah tingkah laku yang berbeda dan
menyimpang dari kebiasaan serta norma umum, yang ada pada suatu tempat dan waktu tertentu
yang ditolak sekalipun tingkah laku tersebut di tempat dan waktu lain bisa diterima oleh
masyarakat lainnya

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Individu Sosiopaik?
2. Penyebab terjadinya Individu Sosiopaik?
3. Contoh kasus Perilaku Sosiopai ?
4. Bagaimana Reaksi Sosial dari adanya perilaku sosiapatik ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud Individu Sosiopatik
2. Untuk mengetahui Penyebab terjadinya Individu Sosipatik
3. Untuk mengetahui Contoh pelaku Individu Sosipatik
4. Untuk mengetahui Reaksi Sosial dari adanya perilaku sosiapatik

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosiopatik
Menurut sosiolog tingkah laku sosiopatik adalah tingkah laku yang berbeda dan
menyimpang dari kebiasaan serta norma umum, yang ada pada suatu tempat dan waktu
tertentu yang ditolak sekalipun tingkah laku tersebut di tempat dan waktu lain bisa diterima
oleh masyarakat lainnya.

Arti sosiopatik ialah menjadi sakit secara sosial, adapun terjadinya sebabnya bahwa
satu lingkungan dengan kultur yang tidak menguntungkan bisa memberikan banyak
rangsangan kepada individu-individu tertentu untuk menjadi sakit secara sosial. Sosiopatik
adalah tingkah laku yang menyimpang dari norma masyarakat dimana pelakunya bukanlah
pengidap penyakit mental dan tidak memperdulikan keadaan sekitar (anti Sosial). Namun
pada umumnya, tingkah laku sosiopatik itu mendapatkan reaksi dari masyarakat, misalnya
berupa hukuman, Penolakan, segregasi (pemisahah atau pengasingan dan pengucilan).

Berdasarkan pengertian tentang Penyikapan perilaku individu yang menyimpang


untuk menggunakan istilah sosiopatik. Penggunaan istilah ini karenakan sesuai dengan
study pendahuluan yang telah dilakukan terhadap objek yang akan diamati.Perilaku sosial
yang dilakukan seseorang tidak terlepas dari faktor intern maupun ekstern, sebagaiman yang
diungkapkan oleh Gerungan;(1998) bahwa kriminalitas manusia normal adalah akibat, baik
dari faktor keturunan maupun faktor lingkungan, dimana terkadang kedua faktor tersebut
memegang peran utama dan juga saling mempengaruhi perilaku sosial yang dipengerahui
oleh kedua faktor tesebut akan membawa kepada perilaku sosial yang baik dan juga perilaku
sosial yang buruk atau menyimpang. Faktor intern lebih kepada psikologi individu, yang
dibentuk ketika masa pertumbuhan. Faktor ekstern atau lingkungan berperan penting dalam
perjalanan pembentukan perilaku sosial, ketika individu di lingkungan yang kurang baik,
maka akan terbentuk perilaku sosial yang kurang baik pula. Akan tetapi, ketika individu
yang berada dalam lingkungan yang kurang baik memiliki bekal atau faktor intern yang baik
akan memiliki kontrol perilaku.

3
Menurut Paul B Horton perilaku menyimpang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.2

• Penyimpangan harus dapat didefinisikan, artinya penilaian menyimpang tidaknya suatu


perilaku harus berdasar kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.
• Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak.
• Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak, artinya perbedaannya ditentukan oleh
frekuensi dan kadar penyimpangan.
• Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal, artinya budaya ideal
adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat.
Antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan.
• Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma penghindaran
adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa
harus menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka.
• Penyimpangan sosial bersifat adaptif, artinya perilaku menyimpang merupakan salah
satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.

Ciri-ciri Individu sosiopatik

1. Antisosial : cuek pada norma-norma, tidak peduli aturan dan pembrontak


2. Pribadi yang sulit diduga ( Bordeline) : bisa dilihat dari ketidakstabilanya dalam
hubungan interpesonal, selalu bertindak semaunya sendiri, emosi tak terkendali.
3. Pandai bersandiwara.
4. Egois
5. Sering berbohong
6. Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lan untuk kepuasan diri.

B. Penyebab Terjadi Sosiopatik


Factor utama yang menyebabkan orang bertindak sosiopat memang belum jelas hingga
kini. Tapi hipotesis yang diajukan Hare menduga psikopat terjadi akibat kelainan fungsi
otak Karena itu, menurut Hare, seorang psikopat tidak sekadar berbohong atau hipokrit,
tapi juga ada sesuatu yang lebih serius, yakni ada kelainan di otaknya.

2
Kartini Kartono. Patologi sosial 1 (edisi Baru) Jakarta Rajawali Perss1997.

4
➢ Dugaan adanya faktor biologis ini juga muncul dalam laporan Pridmore, Chambers
dan McArthur pada 2005. Mereka melaporkan adanya hubungan antara gejala psikopat
dengan kelainan sistem serotonin, kelainan struktural, dan kelainan fungsional pada
otak. Temuan lain disampaikan pula oleh Litman setahun sebelumnya. Ia
menyebutkan, penderita psikopat mengalami kelainan neurologik pada sindrom erotic
violence. Pada 2003, Raine juga mengungkapkan ada kelainan Corpus collosum pada
sosok psikopat.
➢ Faktor lain penyebab psikopat diutarakan Kirkman (2002). Ia menyatakan, pengidap
kepribadian psikopat memiliki latar belakang masa kecil yang tak memberi peluang
untuk perkembangan emosinya secara optimal. Anak-anak salah asuh ini akan tumbuh
menjadi orang-orang yang tak bisa berempati dan tak memiliki kata hati (consceince).
➢ Faktor genetik dan lingkungan juga berperan besar melahirkan karakter psikopat. Stres
atau tekanan hidup yang besar bisa pula merubah perilaku seseorang menjadi brutal.
Namun bila sifatnya sementara, karena ada pemicu yang masuk akal, maka tidak bisa
dikatakan psikopat. Ciri psikopat sebenarnya bisa dideteksi sejak kanak-kanak melalui
berbagai perilaku yang tidak biasa. Perilaku antisosial pada anak-anak ternyata
merupakan warisan genetik. Penelitian terhadap anak-anak kembar menunjukkan,
anak menunjukkan kecenderungan psikopatik dini. Penelitian tersebut dilakukan
terhadap 3.687 pasang anak kembar berusia tujuh tahun.

Adapun sebab-sebab terjadinya perilaku menyimpang adalah sebagai berikut :3

a. Penyimpangan sebagai akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna

Karena ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam


kepribadiannya, seorang individu tidak mampu membedakan perilaku yang pantas dan
yang tidak pantas. Ini terjadi karena seseorang menjalani proses sosialisasi yang tidak
sempurna dimana agen-agen sosialisasi tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya
dengan baik.

3
Davidson C.G; Neale.J; Kring A.M..2004. Psikologi Abnormal. Alih Bahasa Noermalasari Fajar.(
Jakarta: Raja Grafindo).

5
Contohnya seseorang yang berasal dari keluarga broken home dan kedua orang tuanya
tidak dapat mendidik si anak secara sempurna sehinga ia tidak mengetahui hak-hak dan
kewajibanya sebagai anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat. Perilaku
yang terlihat dari anak tersebut misalnya tidak mengenal disiplin, sopan santun,
ketaatan dan lain-lain.

b. Penyimpangan karena hasil proses sosialisasi subkebudayaan menyimpang

Subkebudayaan adalah suatu kebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan


norma-norma budaya yang dominan. Unsur budaya menyimpang meliputi perilaku dan
nilai-nilai yang dimiliki oleh anggota-anggota kelompok yang bertentangan dengan tata
tertib masyarakat. Contoh kelompok menyimpang diantaranya kelompok penjudi,
pemakai narkoba, geng penjahat, dan lain-lain.

c. Penyimpangan sebagai hasil proses belajar yang menyimpang

Proses belajar ini melalui interaksi sosial dengan orang lain, khususnya dengan orang-
orang berperilaku menyimpang yang sudah berpengalaman. Penyimpangan inipun
dapat belajar dari proses belajar seseorang melalui media baik buku, majalah, koran,
televisi dan sebagainya.

Biasanya tingkah laku sosiopatik itu akan mendapat reaksi dari masyarakat berupa :4

o Hukuman
o Penolakan
o Pemisahan
o Pengucilan

C. Contoh perilaku Individu Sosiopatik


Korupsi Sebagai Tindakan Sosiopatik

Secara pandangan umum korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus politisi
maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik
yang dipercayakan kepada mereka.

4
http://beibzqueen.blogspot.com/2010/01/bab-2.html pada 31 Oktober 2022 pukul 20 : 50 WIB

6
Mohammad Hatta mengatakan bahwa korupsi adalah masalah budaya, artinya bahwa
korupsi di Indonesia tidak mungkin diberantas kalau masyarakat secara keseluruhan
tidabertekad untuk memberantasnya.

Korupsi dalam pandangan politik pada umumnya korupsi dimasukkan orang sebagai
masalah politik karena menyangkut penyalahgunaan (misuse) kekuasaan publik untuk
kepentingan pribadi. Pemerintah telah merumuskan UU Anti Korupsi yang terdiri dari
empat unsur penting, yaitu unsur penyalahgunaan wewenang, unsur memperkaya diri
sendiri atau korporasi, unsur merugikan keuangan negara dan unsur pelanggaran hukum.

Selain faktor di atas banyak lagi aspek psikologis yang menyebabkan seseorang untuk
melakukan korupsi, personality yang tidak sehat, tidak mandiri, lokus of control terhadap
prilaku yang rendah, ketidak matangan emotional, proses berfikir jangka pendek, pengaruh
kelompok sosial, gaya hidup yang hedonism dan lain sebagainya mendorong seseorang
untuk berprilaku menyimpang dan menghalakan segala cara.

Negara Indonesia adalah negara yang termasuk memiliki suber daya alam yang kaya,
tetapi karena pemerintahannya tidak dapat mengelolanya dengan system manajement yang
baik sehingga keuntungan dari kekayan itu hanya sedikit yang dapat dinikmati oleh rakyat.
Pemerintah justeru memperbanyak hutang untuk pembanggunan dan mencukupi
pemasukan negara sehingga rakyat pun terlilit dalam kemiskinan permanen. Kemiskinan
yang berkepanjangan menumpulkan kecerdasan dan kreatifitas bahkan menimbulkan sikap-
sikap putus asa sehingga banyak yang mencari jalan pintas untuk mengatasi ersoalanya
dengan perilaku menyimpang dan menghalalkan segala cara, mencuri, merampok, berjudi
masuk terjerembap dalam kurungan keyakinan mistik, fatalism dan lain-lain.

Kepercayaan terhadap pentingnya nilai-nilai prestasi, kerja keras, kejujuran, dan


keterampilan, kecerdasan semakin memudar karena kenyataan yang ditemui dalam
kehidupan masyarakat menunjukkan yang sebaliknya, banyak mereka yang kerja keras,
jujur dan pandai, tetapi tetap saja miskin dan menjadi orang pinggiran hanya karena mereka
datang dari kelompok keluarga yang tak beruntung, seperti para petani, kaum buruh,
pedangan kecil dan pegawai rendahan. Sementara itu, banyak yang mendapatkan kekayaan
dengan mudah aman walau tidak jujur, kerja santai, tidak kreatif karena mereka datang dari
kelompok elite atau berhubungan dekat dengan para pejabat, penguasa, dan para tokoh
masyarakat.

7
Kepercayaan terhadap pentingnya kecerdasan intelektual pun menurun karena hanya
dipakai para elite untuk membodohi masyarakat saja. Pengaruh media dan gaya hidup yang
materialistis berlebihan sebaliknya, menjadikan masyarakat menjadi lebih percaya adanya
peruntungan hingga menempuh jalan-jalan instan yang berbahaya, budaya memanipulasi
dan budaya permisif terhadap penyimpangan sehingga perdukunan, perjudian, kejahatan
dan perilaku menyimpang lainnya dalam berbagai bentuk semakin marak di mana-mana.

Disamping itu persoalan penegakan hukum yang tidak tegas, pandang bulu, tebang
pilih makin menjadi reinforcement penguatan perilaku menyimpang tersebut karena
masyarakat menilai hukuman bagi para koruptor itu sangatlah ringan. Mencuri miliaran
sampai dengan triliunan hanya dihukum beberapa tahun saja, bahkan banyak kasus besar
yang merugikan negara hingga triliunan dan hingga kini masih tidak jelas penyelesaiannya,
ataupun sangat sedikit koruptornya yang telah disidang atau dipenjara. Akhirnya masyarakat
merasa bahwa tetap menguntungkan menjadi pejabat korup walaupun tertangkap karena
hukumannya beberapa tahun saja, seterusnya dia dapat hidup nyaman karena dipenjara juga
bias hidup enak dengan fasilitas yang elit, dan akan mendapatkan remisi pada setiap hari
besar agama dan kenegaraan, apa lagi kalau tidak terbukti di persidangan atau malah tidak
ketauan maka beruntunglah orang-orang seperti itu.

Dalam tinjauan Psikologi, seorang pemimpin dan pejabat yang menghalalkan segala
cara, dan menumpuk kekayaan untuk kepentingan pribadi dan kelompok (Keluarga, suku,
klan, Partai) nya, adalah termasuk kedalam kategori orang yang sakit secara mental. Banyak
pemimpin yang abnormal pembawa bibit penyakit mental, seperti sikap tidak jujur, korup,
tidak pernah puas dengan kekayaan, mereka bahkan menularkan penyakit sosial ini
kebawahan dan bahkan ke lingkungan sekitarnya. Pemimpin-pemimpin yang sakit secara
sosial itu adalah cerminan dari masyarakat yang tengah sakit pula. Karena mereka hadir dan
muncul serta dipilih oleh masyarakat yang sangat pragmatis dan bahkan oportunis.

Akhirnya sikap-sikap seperti di atas yang memperparah korupsi sebagai patologi


sosial, pemahaman masyarakat tentang korupsipun akhirnya ikut terdistorsi. dari awalnya
masyarakat menganggap perilaku korupsi itu sebagai patologi sosial, suatu penyimpangan,
penyakit masyarakat.

D. Reaksi Sosial terhadap Perlaku Sosiopatik


Reaksi sosial terhadap kejahatan dan pelaku kejahatan (penjahat) seperti yang telah
Kita pahami bahwa kejahatan adalah suatu perbuatan yang merugikan masyarakat sehingga

8
terhadapnya diberikan reaksi yang negatif. Kita juga telah pahami bahwa reaksi terhadap
kejahatan dan penjahat, dipandang dari segi pelaksanaannya. dilihat dari segi pencapaian
tujuannya dapat dibagi menjadi dua yakni; Reaksi Represif dan Reaksi Preventif. Karena
berbeda tujuannya maka secara operasionalnya pun akan berbeda, khususnya dari metode
pelaksanaan dan sifat pelaksanaannya.

a. Reaksi represif

Secara singkat pengertian reaksi atau tindak represif adalah tindakan yang dilakukan
oleh masyarakat (formal) yang ditujukan untuk menyelesaikan kasus atau peristiwa
kejahatan yang telah terjadi, guna memulihkan situasi dengan pertimbangan rasa
keadilan dan kebenaran yang dijunjung tinggi.

Contoh kasus; tema (pembobolan )

b. Reaksi preventif

Yang dimaksud dengan reaksi atau tindak preventif adalah tindak pencegahan agar
kejahatan tidak terjadi. Artinya segala tindak-tindak pengamanan dari ancaman
kejahatan adalah prioritas dari reaksi preventif ini. Menyadari pengalaman-pengalaman
waktu lalu bahwa kejahatan adalah suatu perbuatan yang sangat merugikan masyarakat
maka anggota masyarakat berupaya untuk mencegah agar perbuatan tersebut tidak
dapat terjadi.

Selain reaksi represif dan reaksi preventif ada juga reaksi formal dan reaksi informal,5

1) Reaksi Formal.
Reaksi formal terhadap kejahatan adalah reaksi yang diberikan kepada pelaku kejahatan
atas perbuatannya, yakni melanggar hukum pidana, oleh pihak-pihak yang diberi
wewenang atau kekuatan hukum untuk melakukan reaksi tersebut.

Sebagai suatu sistem pengendali kejahatan maka secara rinci, tujuan sistem peradilan
pidana, dengan demikian adalah;6

5
Kompas. 2011. Korupsi Itu Mencuri dari Si Miskin diakses 3 September 2011 dari http://
http://www.kompas.com

6
Mudjiran, 2002, Patologi Sosial Jilid 1 Padang FIP IKIP Padang

9
(1) mencegah agar masyarakat tidak menjadi korban kejahatan,

(2) menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa
keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana, serta

(3) mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi
kejahatannya.

Contoh kasus; tema (efek jera shaming/malu untuk para koruptor)

Usul Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang didukung organisasi masyarakat sipil
salah satunya, Indonesian Corruption Watch (ICW) untuk mengenakan simbol-simbol
berupa pakaian khusus bagi tersangka pelaku korupsi. Hal ini semakin menarik ketika
ICW secara khusus mengusulkan sejumlah rancangan pakaian khusus bagi koruptor
tersebut.

Sulit untuk melihat bahwa shaming dalam bentuk "pakaian khusus koruptor" masuk
dalam reintegrative shaming. Tujuannya lebih pada membuat malu itu sendiri dan
sebagian berpendapat untuk membuat jera. Perlu dipahami bahwa keinginan untuk
membuat malu dan jera lebih melihat pada aspek kesalahan dari pelaku atau tidak
melihat pada sejauh mana shaming bermanfaat untuk memulihan konflik.

Namun, hal ini tidak sekaligus berarti reaksi yang diberikan justru melanggar hak-hak
dari para pelaku koruptor. Terlebih lagi bila para koruptor yang dimaksud masih
berstatus sebagai tersangka. Sederhananya, reaksi tetap harus melindungi hak tersangka
untuk diduga tidak bersalah. Bila ini kembali dilihat dengan filosofi pemasyarakatan
jelas tidak mendukung semangat memberikan reaksi formal yang manusiawi dan
melindungi HAM.

Ketiga pertimbangan ini perlu diperhatikan dengan baik bila tujuan akhir dari setiap
reaksi formal terhadap kejahatan adalah "meluruskan" kesalahan pelaku dan
membuatnya diterima kembali di masyarakat. Ide "pakaian khusus koruptor" dalam hal
ini masih terlalu jauh dari bermanfaat bagi upaya memerangi korupsi di negeri ini.

Hal yang jauh lebih penting dalam menimbulkan penjeraan ini adalah kepastian bahwa
proses hukum berjalan bagi siapapun yang melakukan korupsi dan kepastian bahwa
hakim akan memberikan hukuman yang mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat.

10
Berkebalikan dengan reintegrative shaming, ada pula upaya membuat malu yang tidak
ditujukan untuk reintegrasi pelaku, yaitu stigmatisasi. Dalam hal ini pelaku kejahatan
cukup hanya dibuat malu dan lebih jauh dari itu juga menciptakan "rasa sakit" secara
psikologis. Stigmatisasi secara simbolik juga memperlihatkan penolakan masyarakat
bagi pelaku kejahatan.

2) Reaksi Informal

Reaksi informal yang dilakukan bukan oleh aparat penegak hukum tetapi oleh warga
masyarakat biasa. Masyarakat biasa di samping telah mendelegasikan haknya kepada
aparat penegak hukum berhak saja bereaksi terhadap kejahatan dan penjahat sebatas
mereka tidak melanggar peraturan yang ada.7

Dalam kriminologi, reaksi informal dari masyarakat itu lebih dikenal sebagai tindak
kontrol sosial informal. Studi-studi memperlakukan beberapa aspek dari kontrol sosial
informal pada tingkat komunitas ketetanggaan yang digunakan untuk membangun
tipologi dari definisi operasional dari kontrol sosial informal. Definisi operasional
ditemui dalam dua dimensi yaitu; bentuk dan tempat.

Dalam buku Without Conscience memberikan kita beberapa tips atau kiat untuk
melindungi diri dari psikopat

1. Usahakan jangan terpengaruh oleh umpan mereka.


2. Buka mata
3. Kendali diri anda
4. Tetapkan aturan yang tegas dan hindari berebut kekuasaan yang tidak munkin anda
menangkan.
5. Bila perlu minta bantuan profesional.

7
http://fauzistks.blogspot.com/2011/08/makalah-reaksi-masyarakat-terhadap.html Pada 31 Oktober 2022,
Pukul 20:55 WIB

11
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sosiopatik ialah tingkah laku yang berbeda dan menyimpang dari kebiasaan serta norma
umum, yang pada satu tempat dan waktu tertentu sangat ditolak, sekalipun tingkah laku
tersebut berada di lain waktu dan tempat yang bisa diterima oleh masyarakat lainnya.
Sosiopatik adalah tingkah laku yang menyimpang dari norma masyarakat dimana pelakunya
bukanlah pengidap penyakit mental dan tidak memperdulikan keadaan sekitar (anti Sosial).
Namun pada umumnya, tingkah laku sosiopatik itu mendapatkan reaksi dari masyarakat,
misalnya berupa hukuman, Penolakan, segregasi (pemisahah atau pengasingan dan
pengucilan).

Menurut Gerungan;(1998) bahwa kriminalitas manusia normal adalah akibat, baik dari
faktor keturunan maupun faktor lingkungan, dimana terkadang kedua faktor tersebut
memegang peran utama dan juga saling mempengaruhi perilaku sosial yang dipengerahui oleh
kedua faktor tesebut akan membawa kepada perilaku sosial yang baik dan juga perilaku sosial
yang buruk atau menyimpang. Faktor intern lebih kepada psikologi individu, yang dibentuk
ketika masa pertumbuhan. Faktor ekstern atau lingkungan berperan penting dalam perjalanan
pembentukan perilaku sosial, ketika individu di lingkungan yang kurang baik, maka akan
terbentuk perilaku sosial yang kurang baik pula.

Korupsi Sebagai Tindakan Sosiopatik Secara pandangan umum korupsi adalah perilaku
pejabat publik, baik politikus politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak
legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan
menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Korupsi terjadi
disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang dimiliki oleh pejabat atau
pegawai demi kepentingan pribadi. Kalau dahulu, masyarakat melihat dan menilai perilaku
menyimpang seperti korupsi dari sudut pandang moralitas, yang bertentangan dengan nilai-
nilai norma dan Agama saja. Akan tetapi saat ini para Psikolog sosial menyebut perbuatan
korupsi dan berbagai penyimpangan sejenisnya sebagai Patologi Sosial.

12
DAFTAR PUSTAKA

Davidson C.G; Neale.J; Kring A.M..2004.Psikologi Abnormal. Alih Bahasa Noermalasari


Fajar. Jakarta: Raja Grafindo.

Kartini Kartono. 1997. Patologi sosial 1 (edisi Baru) Jakarta Rajawali Perss.

Mudjiran, 2002, Patologi Sosial Jilid 1 Padang FIP IKIP Padang

Nevid J.S; Rathus S.A; Greene B.. 2003. Psikologi Abnormal. Alih Bahasa Tim Fakultas
Psikologi UI. Jakarta: Erlangga

Kompas. 2011. Korupsi Itu Mencuri dari Si Miskin diakses 31 Oktober 2022 dari http://
http://www.kompas.com

http://fauzistks.blogspot.com/2011/08/makalah-reaksi-masyarakat-terhadap.html Pada 31 Oktober 2022,


Pukul 20:55 WIB

13

Anda mungkin juga menyukai