Anda di halaman 1dari 20

PENYIMPANGAN SOSIAL

(Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Sosiologi)

KELOMPOK 4

NUR ALAM PUTRI ( A31115007 )


SITTI NURFAJRIANI SYAM ( A21115015 )
AYU TRIANA ( A31115017 )
ROSANI CHAERUNNISA ( A21115035 )
NURFADHILAH ( A21115043)

FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan inayah-Nya
yang diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Penyimpangan Sosial.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,
demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.
Akhirnya kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Makassar, 4 April 2016

Kelompok 4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Perilaku Menyimpang ..............................................................3
2.2. Teori Tentang Perilaku Menyimpang ........................................................4
2.3. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang ........................................6
2.4. Macam-Macam Atau Jenis-Jenis Perilaku Menyimpang ..........................8
2.5. Sifat-Sifat Perilaku Menyimpang ............................................................10
2.6. Bentuk-Bentuk Perilaku Penyimpangan Sosial .......................................10
2.7. Akibat Perilaku Menyimpang ..................................................................14

PENUTUP
3.1. Kesimpulan ...............................................................................................16
3.2. Saran ........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................17


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perilaku menyimpang perlu membedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak
disengaja dan yang disengaja.Diantaranya karena si pelaku kurang memahami aturan-
aturan yang ada.Sedangkan perilaku yang menyimpang yang disengaja, bukan karena si
pelaku tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku
tersebut, adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang
dilakukan melanggar aturan. Becker (dalam Soerjono Soekanto, 1988,26), mengatakan
bahwa tidak ada alasan untuk mengasumsikan hanya mereka yang : menyimpang
mempunyai dorongan untuk berbuat demikian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya
setiap manusia pasti mengalami nyimpang dan dorongan untuk melanggar pada situasi
tertentu, tetapi mengapa pada kebanyakan orang tidak menjadi kenyataan yang berwujud
tukan perilaku penyimpangan, sebab orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri
dari dorongan-dorongan untuk menyimpang.
Proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi sosiai
dengan menggunakan media atau lingkungan sosiai tertentu. Oleh sebab itu, kondisi
kehidupan lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan mempengaruhi input dan
pengetahuan yang diserap. Salah satu variasi dari teori yang menjelaskan kriminalitas di
daerah perkotaan, bahwa beberapa tempat di kota mempunyai sifat yang kondusif bagi
tindakan kriminal oleh karena lokasi tersebut mempunyai karakteristik tertentu, misalnya
(Eitzen, 1986 : 400), mengatakan tingkat kriminalitas yang tinggi dalam masyarakat kota
pada umumnya berada pada bagian wilayah kota yang miskin, dampak kondisi perumahan
di bawah standar, overcrowding, derajat kesehatan rendah dari kondisi serta komposisi
penduduk yang tidak stabil. Penelitian inipun dilakukan di daerah pinggiran kota yaitu di
Pondok Pinang Jakarta Selatan tampak ciri-ciri seperti disebutkan Eitzen diatas. Sutherland
dalam (Eitzen,1986) beranggapan bahwa seorang belajar untuk menjadi kriminal melalui
interaksi. Apabila lingkungan interaksi cenderung devian, maka seseorang akan
mempunyai kemungkinan besar untuk belajar tentang teknik dan nilai-nilai devian yang
pada gilirannya akan memungkinkan untuk menumbuhkan tindakan kriminal.

1.2. Rumusan Masalah


Dari uraian di atas dapat kami rumuskan sebagai berikut :
1. Jelaskan pengertian perilaku menyimpang secara umum dan menurut para ahli !
2. Jelaskan teori tentang perilaku menyimpang !
3. Sebutkan faktor-faktor perilaku menyimpang!
4. Sebutkan jenis-jenis perilaku menyimpang !
5. Sebutkan sifat-sifat perilaku menyimpang !
6. Sebutkan bentuk-bentuk perilaku menyimpang sosial !
7. Sebutkan dampak perilaku menyimpang !
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Perilaku Menyimpang


Perilaku menyimpang adalah perilaku dari para warga masyarakat yang dianggap
tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang berlaku. Secara umum,
yang digolongkan sebagai perilaku menyimpang, antara lain tindakan yang nonconform,
yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang ada; tindakan yang anti
sosial atau asosial, yaitu tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat atau kepentingan
umum; dan tindakan-tindakan kriminal, yaitu tindakan yang nyata-nyata telah melanggar
aturan-aturan hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain.
Perilaku menyimpang didefinisikan secara berbeda berdasarkan empat sudut
pandang. Petama, secarastatiskal, yaitu segala perilaku yang bertolak dari suatu tindakan
yang bukan rata-rata atau perilaku yang jarang dan tidak sering dilakukan. Kedua,
secara absolut atau mutlak. Definisi perilaku menyimpang yang berasal dari kaum
absolutis ini berangkat dari aturan-aturan sosial yang dianggap sebagai sesuatu yang
mutlak atau jelas dan nyata, sudah ada sejak dulu, serta berlaku tanpa terkecuali, untuk
semua warga masyarakat. Ketiga, secara reaktif, yaitu perilaku yang dicapkan kepadanya
atau orang lain telah memberi cap kepadanya. Dan keempat, secara normatif, yaitu
penyimpangan adalah suatu pelanggaran dari suatu norma sosial.
Ada dua perspektif yang bisa digunakan untuk memahami sebab-sebab dan latar
belakang seseorang atau kelompok berperilaku munyimpang, yaitu perspektif
individualistik dan yang kedua adalah teori-teori sosiologi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan
sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang
bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.

Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan


(norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh
masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita
jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada
masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri,
dan mengganggu siswa lain.
Berikut ini beberapa definisi dari perilaku menyimpang yang dijelaskan oleh
beberapa ahli sosiologi :
a) James Worker Van der Zaden. Penyimpangan sosial adalah perilaku yang
oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar
batas toleransi.
b) Robert Muhamad Zaenal Lawang. Penyimpangan sosial adalah semua
tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat dan menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam sistem itu
untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.
c) Paul Band Horton. Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang
dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau
masyarakat.
d) d.Paul B.Horton .Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang
dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau
masyarakat.
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut
deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan
disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak
menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi
sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.

2.2. Teori Tentang Perilaku Menyimpang


a) Teori Differencial Association (Edwin H. Sutherland)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku menyimpang merupakan perilaku yang di
sebabkan karena hubungan diferensiasi.
b) Teori Labelling (Edwin M.Lemert)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku menyimpang merupakan perilaku yang
menyimpang karena pemberian penjulukan .Teori ini menggambarkan bagaimana suatu
perilaku menyimpang seringkali menimbulkan serangkaian peristiwa yang justru
mempertegas dan meningkatkan tindakan penyimpangan.
c) Teori Merton
Merton mengindefikasikan lima tipe cara adaptasi individu terhadap situasi
tertentu ,empat diantara perilaku dalam menghadapi situasi tersebut merupakan perilaku
menyimpang .
 Konformitas,merupakan cara yang paling banyak dilakukan
 Inovasi,merupakan cara dimana perilaku mengikuti tujuan yang di tentukan
masyarakat tetapi memakai cara yang dilarang oleh masyarakat.
 Ritualisme ,merupakan perilaku seseorang yang telah meninggalkan tujuan
budaya namun masih tetap berpegang pada cara-cara yang telah digariskan
masyarakat.
 Retreatism,merupakan bentuk adaptasi berikut .Dalam bentuk adaptasi ini
perilaku seseorang tidak mengikuti tujuan budaya dan tidak mengikuti cara untuk
meraih tujuan budaya .pola adaptasi ini dapat di jumpai pada orang yang
menderita gangguan jiwa,gelandangan,pemabuk,pecandu obat bius.
 Rebellion (pemberontak ),merupakan bentuk adaptasi terakhir.Dalam pola
adaptasi iniorang tidak lagi mengakui struktur social yang ada dan berupaya
menciptakan suatu struktur social yang lain.

d) Teori Fungsi dari Durkheim


Durkheim berpandangan bahwa kejahatan perlu bagi masyarakat karena dengan
adanya kejahatan maka moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal.
e) Teori konflik dari Karl Marx
Menurut pandangan ini apa yang merupakan perilaku menyimpang di definisikan
oleh kelompok-kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi kepentingan
mereka sendiri.Hukum merupakan pencerminan kepentingan kelas yang berkuasa dan
bahwa sistem peradilan pidana mencerminkan nilai dan kepentingan mereka.
Ada dua macam konflik dalam teori ini ,yaitu ;
 Teori konflik budaya; Ini terjadi bilamana dalam suatu masyarakat terdapat
sejumlah kebudayaan khusus hal tersebut mengurangi kemungkinan timbulnya
kesepakatan nilai.
 Teori konflik kelas social; Mereka memandang kesepakatan nilai sebagai mitos
yang diciptakan secara halus oleh mereka yang berkuasa demi kepentingan
mereka sendiri karena hal tersebut akan memuat nilai mereka seolah-olah
merupakan nilai semua orang .mereka yang menentang hak-hak istimewa kelas
dianggap penjahat .
f) Teori pengendalian
Kebanyakan orang menyesuaikan diri dengan nilai dominan karena adanya
pengendalian dari dalam maupun dari luar .
Dalam masyarakat konvensional terdapat empat hal yang mengikat individu
terhadap norma masyarakatnya ,yaitu ;
 Kepercayaan ,mengacu pada norma yang di hayati
 Ketanggapan ,yaitu sikap tanggap seseorang terhadap pendapat orang lain
 Keterikatan,berhubungan dengan berapa banyak imbalan yang di terima
seseorang atas perilakunya
 Keterlibatan ,mengacu pada kegiatan seseorang dalam berbagai lembaga
masyarakat

2.3. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang


Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang tidak terjadi begitu saja tanpa ada
sebab-sebab yang menyertainya, karena perilaku menyimpang berkembang melalui suatu periode
waktu-waktu tertentu sebagai hasil dari serangkaian tahapan interaksisosial dan adanya kesempatan
untuk berperilaku menyimpang.
Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab
penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
a. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan
yang dibawa sejak lahir).
b. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan
rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.
Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya
penyimpangan seorang individu (faktor objektif), yaitu:
1) Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak
sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak
dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat
dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh
dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa
mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak
dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
2) Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan
menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan
tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang
yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. Misalnya, seorang
anak yang melakukan tindakan kejahatan setelah melihat tayangan rekonstruksi
cara melakukan kejahatan atau membaca artikel yang memuat tentang tindakan
kriminal. Demikian halnya karier penjahat kelas kakap yang diawali dari
kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan
bentuk proses belajar menyimpang. Hal itu juga terjadi pada penjahat berdasi
putih (white collar crime) yakni para koruptor kelas kakap yang merugikan
uangnegara bermilyar- milyar. Berawal dari kecurangan-kecurangan kecil semasa
bekerja di kantor/mengelola uang negara, lama kelamaan makin berani dan
menggunakan berbagai strategi yang sangat rapi dan tidak mengundang
kecurigaan karena tertutup oleh penampilan sesaat.
3) Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan
antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang
menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang
tidak memperoleh peluang, sehingga iamengupayakan peluang itu sendiri, maka
terjadilah perilaku menyimpang. Misalnya jika setiap penguasa terhadap rakyat
makin menindas maka lama-kelamaan rakyat akan berani memberontak untuk
melawan kesewenangan tersebut. Pemberontakan bisa dilakukan secara terbuka
maupun tertutup dengan melakukan penipuan-penipuan/pemalsuan data agar
dapat mencapai tujuannya meskipun dengan cara yang tidak benar. Penarikan
pajak yang tinggi akan memunculkan keinginan memalsukan data, sehingga nilai
pajak yang dikenakan menjadi rendah. Seseorang mencuri arus listrik untuk
menghindari beban pajak listrik yang tinggi. Hal ini merupakan bentuk
pemberontakan/perlawanan yang tersembunyi.
4) Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan
beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang
menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku
menyimpang.

2.4. Macam-Macam Atau Jenis-Jenis Perilaku Menyimpang


1. Berdasarkan Kekerapannya :
a) Penyimpangan Primer
Penyimpangan primer adalah suatu pelanggaran atau penyimpangan yang
bersifat sementara (temporer), sehingga individu yang melakukan penyimpangan
tersebut masih dapat diterima oleh kelompok sosialnya, sebab pelanggaran
terhadap norma-norma umum tidak berlangsung secara terus-menerus. Contoh
penyimpangan primer adalah : terlambat membayar pajak listrik, mencontek saat
ulangan, melanggar rambu-rambu lalu lintas.
b) Penyimpangan Sekunder
Penyimpangan sekunder adalah penyimpangan sosial yang nyata dan
sering dilakukan sehingga menimbulkan akibat yang cukup parah dan
mengganggu orang lain. Contoh penyimpangan sekunder adalah : berjudi,
mencuri, seseorang yang sering mabuk-mabukan, bahkan pembunhan.

2. Berdasarkan Jumlah Pelakunya


a) Penyimpangan Individual (individual deviation) Penyimpangan individual
merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang atau individu tertentu
terhadap norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakatnya.
Macam-macam penyimpangan individu adalah sebagai berikut :
Penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang
Penyimpangan karena berlaku didalam masyarakat disebut pelanggar. tidak patuh
terhadap nasehat orang tua untuk mengubah pendirian atau kebiasaan buruk
menjadi baik yang disebut dengan pembandel. Penyimpangan karena tidak
menepati janji atau berbohong dan sering berkhianat yang disebut dengan
munafik. Penyimpangan karena tidak taat terhadap peringantan orang lain, yang
disebut pembangkang. Penyimpangan karena melanggar norma-norma umum
yang mengakibatkan kerugian harta benda/jiwa dilingkungannya yang disebut
penjahat atau perusuh.
b) Penyimpangan Kelompok (group deviation) Perilaku penyimpangan dapat disebut
dengan penyimpangan kelompok apabila penyimpangan tersebut dilakukan secara
bersama-sama oleh sekelompok orang yang bergabung dalam suatu kelompok
tertentu. Setiap individu yang bergabung didalam kelompok tersebut berperilaku
sesuai dengan norma yang ditentukan dalam kelompok tersebut walaupun perilaku
tersebut jelas-jelas bertentangan dengan norma-norma sosial umum yang
terdapat/berlaku dalam masyarakat sekitar dimana ia tinggal. Penyimpangan
kelompok lebih rumit dan berbahaya dibandingkan dengan penyimpangan
individual, karena mereka memiliki fanatisme terhadap nilai, norma, sikap, dan
tradisi yang berlaku dalam kelompoknya sehingga mereka beranggapan bahwa
mereka tidak melakukan suatu penyimpangan. Adapun yang termasuk dalam
penyimpangan kelompok antara lain yaitu:
c) Kelompok pengacau keamananan dengan tujuan-tujuan tertentu yang disebut
Persekongkolan dalam dunia usaha dan lembaga dengan teroris. Kelompok atau
(geng) pemerintah untuk mencari keuntungan sendiri. kejahatan terorganisir yang
melakukan perampokan dan penyelundupan. Kelompok yang ingin meisahkan diri
dari suatu Negara, yang disebut separatis
2.5. Sifat-Sifat Perilaku Menyimpang

1. Penyimpangan yang bersifat positif.

Penyimpangan yang bersifat positif adalah sauatu perbuatan yang tidak sesuai
dengan aturan atau norma yang berlaku umum yang mempunyai dampak positif terhadap
sistem sosial dimana ia tinggal. Seseorang dikatakan menyimpang secara positif ketika ia
merealisasikan cita-citanya akan tetapi masyarakat belum bisa menerima cara yang ia
pergunakan ataupun cita-cita yang ia inginkan. Contoh penyimpangan yang bersifat
positif adalah : seorang wanita yang bercita-cita sekolah setinggi-tingginya dan menjadi
dokter spesialis atau wanita karier. Bagi sebagian masyarakat perbuatan sang wanita
adalah suatu penyimpangan, namun dari penyimpangan tersebut ada dampak positif yang
muncul dari dalam dirinya yaitu emansipasi wanita. Karena ia telah bersifat mulia yaitu
mau menjadi seorang dokter atau bersosial kepada orang lain atau masyarakat dengan
menjadi seorang dokter.

2. Penyimpangan yang bersifat negatif

Penyimpangan yang bersifat ngatif adalah suatu perbuatan atau kecenderungan


bertindak kearah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk sehingga
mengganggu sistem sosial yang ada. Penyimpangan terhadap kaidah hukum positif maka
aka nada hukum dan sanksi yang jelas dari Negara. Contoh penyimpangan yang bersifat
negatif adalah : pencurian, pembunuhan, pelacuran, pemerkosaan,pemabuk, penjudi, dan
lain-lain.

2.6. Bentuk-Bentuk Perilaku Penyimpangan Sosial


Menyimpang atau tidaknya perilaku seseorang ditentukan oleh norma atau nilai-nilai
yang berlaku dalam masyarakat dimana ia tinggal. Setiap tindakan atau perilaku yang
bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku akan dianggap sebagai penyimpangan.
Ada beberapa bentuk perilaku menyimpang yang bersifat negatif, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Tindakan Kriminal atau Kejahatan.
Tindakan kriminal atau kejahatan merupakan tindakan yang bertentangan dengan
norma hukum, norma sosial dan norma agama. Adapun tindakan kriminal meliputi
pencurian, perampokan, pemerkosaan, penganiayan, pembunuhan. Selain itu berbagai
bentuk kegiatan yang mengganggu keamanan Negara seperti korupsi, maker, dan
terorisme, juga termasuk tindakan kriminal. Berbagai tindakan tersebut biasanya
menjatuhkan korban di mana si korban akan kehilangan harta benda, cacat tubuh,
bahkan tidak jarang pula kehilangan nyawa.
3. Penyalahgunaan Narkotika.
Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai bahaya penyalahgunaan narkotika,
ada baiknya kita membahasnya dari tinjauan medis terlebih dahulu. Secara medis,
narkotika berfungsi di rumah sakit bagi orang yang menderita sakit berat dengan
rekomendasi dokter. Misalnya untuk penderita kanker atau orang yang akan menjalani
operasi sebagai obat bius. Efek dari narkotika selain sebagai obat adalah timbulnya efek
halusinasi (khayalan), impian yang indah-indah, atau rasa nyaman. Karena fungsi
sampingan inilah ada sebagian masyarakat, terutama dikalangan remaja, ingin
menggunakan narkotika walaupun tidak sedang menderita suatu penyakit. Hal itulah
yang dinamakan penyalahgunaan narkotika. Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat
perangsang yang sejenis terutama dikalangan remaja berkaitan erat dengan beberapa hal
yang menyangkut sebab, motivasi, dan akibat yang ingin dicapai. Secara sosiologis,
penyalahgunaan narkotika oleh kaum remaja merupakan perbuatan yang disadari
berdasarkan pengetahuan/pengalaman sebagai pengaruh langsung ataupun tidak langsung
dan pembentukan jati diri. Secara subjectif, penyalahguanaan narkotika oleh kaum remaja
merupakan salah satu upaya individual agar dapat mengungkap dan menangkap kepuasan
yang belum pernah dirasakan oleh setiap individu, terutama bagi setiap remaja yang
sedang tumbuh dan berkembang dalam proses pencarian identitas dan pembentukan jati
diri. Sedangkan secara objectif, penyalahgunaan narkotika adalah merupakan visualisasi
dari proses isolasi yang pasti membebani fisik dan mental sehingga dapat menghambat
pertumbuhan yang sehat. Secara universal, pnyalahgunaan narkotia dan zat lain
sejenisnya merupakan perbuatan destruktif dengan efek-efek negatifnya atau bahkan
dapat menimbulkan kematian bagi penggunanya. Sedangkan menurut Graham Baliene,
seorang remaja yang melakukan penyalahgunaan narkotika disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut :
a. Membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya seperti
berkelahi, ngebut dijalan atau balap sepeda, bergaul dengan lawan jenis, dan lain-lain.
b. Menunjukkan tindakan menentang otoritas terhadap orang tua, guru, orang lain, atau
bahkan kepada norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.
c. Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman-pengalaman emosional.
d. Mencari dan menemukan arti hidup.
e. Menghilangkan kegelisahan, frustasi, dan kepenatan hati.
f. Mempermudah penyaluran dan perbuatan seksual.
g. Hanya iseng-iseng atau didorong oleh rasa ingin tahu.
h. Mengisi kekosongan dan kesepian/kebosanan.
i. Mengikuti kemauan teman atau sepergaulan dalam rangka pembinaan solidaritas.

Penyalahgunan narkotika dapat mengakibatkan ketergantungan obat (ketagiahan)


atau biasa disebut adikasi. Adikasi adalah ketergantungan obat atau keracunan obat yang
bersifat kronik atau periodic sehinggan penderita menjadi kehilangan control
terhadapdirinya dan menimbulkan kerugian, baik bagi dirinya sendiri maupun
masyarakat. Mungkin pada awalnya seorang “pemakai” (sebutan bagi pengguna
narkotika) hanya coba-coba dalam dosis ringan atau kecil, akan tetapi lama-kelamaan hal
tersebut menjadi kebiasaan (habituasi).
Apabila sudah sampai kondisi itu, maka ia akan menambah dosis untuk dapat
menikmati efek yang diinginkan dan seperti itu terus-menerus (terus menambah dosis)
hingga ia mengalami fase dipendensi (ketergantungan) dan merasa ia tidak dapat hidup
tanpa narkotika. Kondisi demikian sudah dipastikan sangat membahayakan karena
mengonsumsi narkotika secara berlebihan dapat merusak saraf, kelumpuhan, atau bahkan
menimbulkan kematian yang biasa disebut dengan istilah “OD” (over dosis). Adapun
bberapa gejala yang tampak pada sesorang yang menunjukkan ketergantungan terhadap
obat-obat narkotika, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Muncul perilaku yang tidak dapat diterima oleh masyarakat sekelilingnya,
seperti bertindak semaunya sendiri, sering berdusta, menjadi tidak disiplin,
ingin selalu keluar rumah, dan susah untuk bangun pagi.
b. Pada proses lanjut, kenakalan meningkat sampai pada tindakan mengambil
barang berharga milik orang lain (mencuri) guna memenuhi kebutuhannya
untuk mengonsumsi narkotika.
c. Pada dosis tinggi pemakai akan merasa dirinya paling tinggi, paling hebat, dan
paling sanggup melakukan apa saja (kepercayaan dirinya melampaui batas).
d. Pada saat efek mulai menurun, penderita merasa sangat gelisah, muncul
perasaan seperti diancam, dikejar-kejar, dan ingin menyakiti dirinya sendiri
sampai bunuh diri atau membunuh orang lain yang disebut dengan sakau
3. Perkelahian Antarpelajar Perkelahian antarpelajar atau yang lebih disebut tawuran antar
pelajar pada awalnya hanya terjadi di kota-kota besar karena kompleksnya kehidupan
dan persoalan di kota. Akan tetapi, pada saat ini fenomena tawuran antar pelajar sudah
menjamur di kalangan pelajar yang jauh dari kawasan perkotaan. Perkelahian
antarpelajar merupakan termasuk salah satu bentuk kenakalan remaja dan termasuk
perilaku menyimpang karena bertentangan dengan nilai-nilai ataupun norma-norma
sosial yang berlaku di dalam masyarakat tersebut. Perkelahian antarpelajar merupakan
masalah sosial yang berkaitan dengan krisis moral. Tingkat emosi yang belum stabil
serta kerterbatasan pengetahuan akan kaidah-kaidah masyarakat dan agama
mengakibatkan remaja cenderung bertindak tanpa memikirkan resiko karena mereka
hanya mementingkan ego semata. Perkelahian antarpelajar bisa disebabkan oleh
anggapan dari sebagian pelajar bahwa dengan perkelahian bisa menunjukkan kejantanan
dan sportivitas. Perkelahian tersebut umumnya diawali dari hal-hal yang sepele atau
kecil, bahkan hanya menyangkut dua orang saja dari sekolah yang berbeda. Tetapi
karena alasan solidaritas kelompok, maka konflik bisa meluas dan menjadi konflik
antarsekolah.
4. Penyimpangan seksual termasuk perilaku menyimpang yang sangat ditentang oleh
masyarakat.. Selain mendapatkan hubungan bagi para pelakunya, hubungan seksual di
luar nikah juga dianggap dapat mendatangkan bencana bagi daerah tempat tinggal
mereka sehingga masyarakat mengutuk perbuatan tersebut. Hubungan seksual diluar
nikah juga dapat menyebabkan penyakit yang berbahaya dan bahkan mematikan seperti
AIDS dan PSM (penyakit seks menular).Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual
yang tidak semestinya, misalnya perzinahan, lesbianism, homoseksual, kumpul kebo,
dan sodomi. Tindakan-tindakan tersebut merupakan perbuatn yang bertentangan dengan
norma-norma sosial dan agama sehingga dianggap sebagai salah satu bentuk perilaku
menyimpang.

2.7. Akibat Perilaku Menyimpang


Seorang perilaku penyimpangan senantiasa berusaha mencari kawan yang sama
untuk bergaul bersama, dengan tujuan supaya mendapatkan “teman”. Lama-kelamaan
berkumpullah berbagai individu pelaku penyimpangan menjadi penyimpangan kelompok,
akhirnya bermuara pada penentangan terhadap norma masyarakat. Dampak yang
ditimbulkan selain terhadap individu juga terhadap kelompok atau masyarakat. Dampak apa
saja yang ditimbulkan adanya tindak penyimpangan terhadap kelompok masyarakat…???
Marilah kita bahas satu persatu :
1. Kriminalitas tindak kejahatan Tindak kekerasan seorang kadangkala hasil penularan
seorang individu lain, sehingga tindak kejahatan akan muncul berkelompok dalam
masyarakat. Contoh : seorang residivis dalam penjara akan mendapatkan kawan sesama
penjahat, sehingga sekeluarnya dari penjara akan membentuk “kelompok penjahat” ,
sehingga dalam masyarakat muncullah kriminalitas-kriminalitas baru.
2. Terganggunya keseimbangan sosial Robert K. Merton mengemukakan teori yang
menjelaskan bahwa perilaku menyimpang itu merupakan penyimpangan melaliu struktur
sosial. Karena masyarakat merupakan struktur sosial, maka tindak penyimpangan pasti
akan berdampak terhadap masyarakat yang akan mengganggu keseimbangan sosialnya.
Contoh : pemberontakan, pecandu obat bius, gelandangan, pemabuk, dsb.
3. Pudarnya nilai dan norma Karena pelaku penyimpangan tidak mendapatkan sanksi yang
tegas dan jelas, maka muncullah sikap apatis pada pelaksanaan nilai-nilai dan norma
masyarakat. Sehingga nilai dan norma menjadi pudar kewibawaannya untuk mengatur
tata tertib dalam masyarakat. Juga karena pengaruh globalisasi di bidang informasi dan
hiburan memudahkan masuknya pengaruh asing yang tidak sesuai dengan budaya
Indonesia mampu memudarkan nilai dan norma, karena tindak penyimpangan sebagai
eksesnya. Contoh : karena pengaruh film-film luar yang mempertontonkan tindak
penyimpangan yang dianggap hal-hal yang wajar disana, akan mampu menimbulkan
orang yang tidak percaya lagi pada nilai dan norma di Indonesia.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku secara umum dalam masyarakat sering terjadi dalam kehidupan kita .
Teori ini dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku
menyimpang karena proses labeling yang diberikan masyarakat kepadanya. Labeling
adalah pemberian julukan, cap, etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya seseorang
melakukan “penyimpangan primer” karena itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan
cap (labeling) dari masyarakat. Karena adanya label tersebut, maka sang pelaku
mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan
itupun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunyaari-hari.

3.2. Saran
Kami sadari bahwa dalam penulisan makalah ini penulis masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam hal pengetahuan tentang Mata pelajaran sosiologi. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik saran dari pembaca tentunya yang bersifat
membangun.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang
http://www.akalgi.co.cc/2009/06/perilaku-penyimpangan-sosial_22.html
http://alfinnitihardjo.ohlog.com/perilaku-menyimpang.oh112678.html
http://acep-cyber.blogspot.com/2012/07/makalah-perilaku-menyimpang-sosiologi.html

Anda mungkin juga menyukai