Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi menjadi fenomena aktual yang


harus dihadapi bangsa Indonesia. Karakteristik kemajuan yang tidak mengenal ruang dan
waktu sehingga, mampu mengubah karakter masyarakat dalam kehidupan bermedia serta
berimplikasi terhadap kehidupan manusia modern baik secara sosiologis ataupun secara
individual psikologis. Kehadiran media baru atau sering disebut new media,
implementasinya sangat cepat di berbagai bidang aktivitas manusia karena memiliki
kecenderungan yang tidak mudah dikendalikan. Media baru dapat dikelompokkan mejadi
tiga besar yaitu, pertama media baru diarahkan pada objek mengenai internet, muncul
sebagai media yang memiliki karakter tidak mengenal batas. Kedua, media baru akan
dikaitkan dengan proses digitalisasi yang sedang melanda konvensional seperti surat
kabar, majalah, televisi, dan radio. Ketiga, media internet dan digitalisasi akan dikaitkan
dengan area media telekomunikasi lebih spesifik yaitu mengenai pengaturan media ponsel
yang biasa disebut hand phone.
Berbagai permasalahan mulai muncul akibat tidak sesuainya harapan kemajuan
teknologi bagi masyarakat sehingga perlu adanya kebijakan atau regulasi pemerintah
Indonesia mengenai media yaitu Undang-Undang penyiaran sebagai langkah perbaikan
situasi politik sejak pascareformasi hingga sekarang, Undang-Undang telekomunikasi
yang mengatur mengenai penyelenggara konsumen jaringan dan jasa telekomunikasi, dan
pesatnya perkembangan teknologi komunikasi elektornik berupa internet yang
menimbulkan bentuk kejahatan dunia maya (cyber crime) sebagai dasar munculnya
Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Dapat kita lihat, Media sosial dewasa ini sangat digemari masyarakat. Munculnya
pihak-pihak yang mengacaukan ketentraman masyarakat merupakan efek samping dari
internet tekhusus dunia maya facebook sebagai wadah gossip dan media sosial lainnya
menjadi alat komunikasi politik kotor. Misalnya, untuk mendapatkan dukungan politik
berbagai kampanye hoax bernuansa Suku,Agama, Ras, Antar Golongan (SARA) mulai
muncul di media sosial. Hal ini pengguna media sosial semakin terperdaya, terprovokasi,
bahkan terjadinya konflik di media sosial seperti fitnah, ujaran kebencian, pencemaran
nama baik, dan berbagai masalah media sosial yang menghancurkan tatanan demokrasi.
Pentingnya penegakan hukum terhadap penyalahgunaan media sosial untuk menyebar
kebencian dan fitnah menjadi kebutuhan utama karena, kejahatan ini sudah tergolong
parah jika dilihat dari perspektif hukum, sosial-budaya, politik, pembangunan ekonomi,
Hak Asasi Manusia, dan keamanan cyber.
.Indonesia mempunyai karakteristik wilayah yang unik, yaitu sebagai negara
kepulauan terbesar di dunia. Hal itu memberikan konsekuensi bahwa keanekaragaman
atau kebhinnekaan merupakan sebuah hal yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan
bangsa Indonesia yang meliputi kebhinnekaan suku bangsa, bahasa, adat istiadat, dan
sebagainya.
Kebhinnekaan yang terjadi di Indonesia merupakan sebuah potensi sekaligus
tantangan. Dikatakan sebagai sebuah potensi, karena hal tersebut akan membuat bangsa
kita menjadi bangsa yang besar dan memiliki kekayaan yang melimpah, baik kekayaan
alam maupun kekayaan budaya yang dapat menarik minat para wisatawan asing untuk
mengunjungi Indonesia. Kebhinnekaan bangsa Indonesia juga merupakan sebuah
tantangan bahkan ancaman.
Masyarakat paripurna, adil dan makmur, merata secara material dan spiritual hanya
akan tercapai apabila pembangunan nasional berjalan lancar. Kelancaran proses
pembangunan nasional didorong oleh keadaan negara yang aman dan damai serta terbebas
dari segala hambatan, tantangan, ancaman, dan gangguan, baik yang berasal dari dalam
maupun dari luar negeri. Kondisi tersebut dapat tercipta bila setiap warga negara Indonesia
selalu waspada dan siap siaga mengamankan keutuhan dan integrasi nasional.

Tujuan Penulisan :
1. Untuk mengetahui Pancasila tentang Hoax
2. Untuk mengetahui jenis-jenis hoax
3. Untuk mengetahui kasus terkait hoax
4. Untuk mengetahui apa saja ancaman persatuan nasional
5. Untuk mengetahui kasus terkait ancaman persatuan nasiobal
PEMBAHASAN

A. PANCASILA TENTANG HOAX


1. Pengertian Hoax
Hoax adalah usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya
untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu
bahwa berita tersebut adalah palsu. Salah satu contoh pemberitaan palsu yang
paling umum adalah mengklaim sesuatu barang atau kejadian dengan suatu
sebutan yang berbeda dengan barang/kejadian sejatinya. Suatu pemberitaan palsu
berbeda dengan misalnya pertunjukan sulap; dalam pemberitaan palsu,
pendengar/penonton tidak sadar sedang dibohongi, sedangkan pada suatu
pertunjukan sulap, penonton justru mengharapkan supaya ditipu (Wikipedia, n.d.).
Secara umum hoax dapat didefinisikan sebagai “a particular kind of
disinformation”  (sejenis penyalahgunaan informasi) yaitu berupa  “false facts that
areconceived in order to deliberately deceive or betray audience” (penyebarluasan
fakta yang tidak benaruntuk menipu audiens). Jadi berdasarkan definisi umum ini,
informasi dalam hoax berisikan fakta yang salah (tidak ada dalam kenyataan) dan
dengan sengaja disebarluaskan untuk menipu atau membohongi audiens (publik).
Dalam laman Wikipedia, hoax didefinisikan sebagai “a deliberately fabricated
falsehood made tomasquerade as truth”  (kebohongan yang diproduksi secara
sengaja dan dibuat untuk menyamarkankebohongan sebagai sebuah kebenaran).
Definisi lain diberikan oleh Wikipedia Community Guidelines seperti yang
dikutip oleh Kumar, West dan Leskovec (2016). Disitu dikatakan bahwa hoax
adalah “an attempt to trick an audience into believing that something false is real”
(suatu upaya untukmenipu audiens agar mempercayai sesuatu yang salah
sebagai sesuatu yang nyata).

2. Ciri-Ciri Hoax
Menurut Ketua Dewan Pers periode 2016-2019 ada beberapa ciri ciri hoax, yaitu :
 Mewartakan secara sensasional. Dalam arti, berita yang menggugah perasaan
dan emosi orang secara berlebihan. Begitu disebar ia dapat mengakibatkan
kecemasan, permusuhan dan kebencian pada diri masyarakat yang terpapar.
 Ketidakjelasan sumber berita.
 Kurang aspek keaktualannya. Misalnya, berita lama pun bisa dinaikkan lagi,
ditulis ulang seolah peristiwanya baru terjadi.
 Isi pemberitaan tidak berimbang dan cenderung menyudutkan pihak tertentu.
 Sering bermuatan fanatisme atas nama ideologi.
 Biasanya berita hoax sudah melalui proses pengeditan. Dalam arti, ada
informasi yang sudah dipotong maupun ditambahkan tanpa seperlunya.

3. Jenis-jenis Informasi Hoax:


a. Hoax Proper
Hoax dalam definisi termurninya adalah berita bohong yang dibuat
sengaja. Pembuatnya tahu bahwa berita itu bohong dan bermaksud untuk
menipu orang dengan beritanya. Berita ini bertujuan untuk memalsukan atau
memasukkan ketidakbenaran dalam suatu berita. Penulis berita bohong
biasanya menambahkan hal-hal yang tidak benar dan teori persengkokolan,
makin aneh, makin baik. Berita bohong bukanlah komentar humor terhadap
suatu berita.
b. Judul heboh tapi berbeda dengan isi berita
Kebiasaan buruk banyak netixen adalah hanya membaca headline
berita tanpa membaca isinya. Banyak beredar artikel yang isinya benar tapi
diberi judul yang heboh dan provokatif yang sebenarnya tidak sama dengan isi
artikelnya.
c. Berita benar dalam konteks menyesatkan
Kadang-kadang berita benar yang sudah lama diterbitkan bisa beredar
lagi di sosial media. Ini mebuat kesan bahwa berita itu baru terjadi dan bisa
menyesatkan orang yang tidak mengecek kembali tanggalnya.
d. Clickbait (tautan jebakan)
Tautan yang diletakkan secara stategis di dalam suatu situs dengan
tujuan untuk menarik orang masuk ke situs lainnya. Konten di dalam tautan ini
sesuai fakta namun judulnya dibuat berlebihan atau dipasang gambar yang
menarik untuk memancing pembaca.
e. Confirmation bias (bias konfirmasi)
Kecenderungan untuk menginterpretasikan kejadian yang baru terjadi
sebaik bukti dari kepercayaan yang sudah ada.
f. Satire
Sebuah tulisan yang menggunakan humor, ironi, hal yang dibesar-
besarkan untuk mengkomentari kejadian yang sedang hangat. Berita satir
dapat dijumpai di pertunjukan televisi seperti “Saturday Night Live” dan “This
Hour has 22 Minutes”.
g. Post-truth (pasca-kebenaran)
Kejadian di mana emosi lebih berperan daripada fakta untuk
membentuk opini publik.

4. Hubungan Penyebaran Hoax dan Ujaran Kebencian dengan Sila Persatuan


Indonesia
Merebaknya hoax di media sosial membuat pemerintah mengambil Langkah
tegas dengan mengesahkan UU no.11/tahun 2008 tentang ITE. Khusus
pelanggaran freedom of speech diatur dalam pasal 27 UU ITE. Bukan berart  UU
ITE meniadakan kebebasan berpendapat dalam pasal 28 UUD 1945, justru itu
adalah penegasan bahwa pemerintah sangat menghargai kebebasan individu dan
sebagai batas bagi individu untuk tidak mengganggu kebebesan orang lain
seenaknya (Notanubun, 2014, p. 115). Pancasila sila ketiga berbunyi
“Persatuan Indonesia” mengandung arti Indonesia adalah satu kesatuan yang utuh
yang  terdiri dari bagian bagian yang saling menyatu (Kaelan, 2009). Persatuan itu
tercermin dalam semboyan nasional Bhinneka Tunggal Ika yang berarti meski
terdiri dari beraneka ragam suku bangsa yang berbeda-beda , tetapi tetap
menjunjung  tinggi  Negara  Kesatuan  Republik
Indonesia (Kaelan, 2009, p. 185). Sila ketiga sangat menentang bentuk-bentuk
aksi yang mengancam persatuan dan kesatuan nasional, terutama hoax
yang bersifat propagandis dan hate speech. Susunan kodrat kedudukan
manusia adalah sebagai makhluk Tuhan dan makhluk bebas. Dengan
menyebarkan hoax, ia telah mengabaikan kedudukannya sebagai makhluk Tuhan,
dimana moral dan tanggung jawab melekat padanya. Dalam etika, seharusnya
kebebasan  diiringi dengan tanggung jawab, tetapi mereka mengabaikan hal itu.
Oleh karena itu, wajar saja UU ITE disahkan agar penyelewengan hakikat diri
manusia menurut Pancasila tidak lagi terjadi.
5. Studi Kasus Pancasila Tentang Hoax
Berikut Beberapa Kasus Ujaran Kebencian dan Hoaks yang Tersebar di
Indonesia :
a. Ropi Yatsman
Ropi Yatsman (36) merupakan salah satu pelaku yang ditangani di
awal terbentuknya Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri. Di akun
alter Facebook bernama Agus Hermawan dan Yasmen Ropi, ia mengunggah
konten penghinaan terhadap pemerintah dan Presiden Jokowi. Selain Jokowi,
Ropi mengedit foto sejumlah pejabat, termasuk mantan Gubernur DKI Jakarta
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ia juga merupakan admin dari akun grup
publik Facebook Keranda Jokowi-Ahok. Atas perbuatannya, Ropi telah
divonis 15 bulan penjara.
b. Ki Gendeng Pamungkas
Paranormal Ki Gendeng Pamungkas membuat video sepanjang 54
detik yang yang memuat unsur kebencian yang bersifat rasial. Video itu
dibuatnya pada 2 Mei 2017. Selain video, Ki Gendeng juga memproduksi
atribut seperti kaus, stiker, jaket, hingga kantong plastik bermuatan kebencian
suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Bahkan, Ki Gendeng
membagikan atribut berkonten SARA itu kepada orang-orang di
lingkungannya. Kepada polisi, ia mengaku sudah lama memendam kebencian
terhadap etnis tertentu.
c. Akun Muslim_Cyber1
Inisial HP (23), admin akun Instagram Muslim_Cyber1 ditangkap karena
mengunggah screenshoot  (bidik layar) percakapan palsu antara Kapolri
Jenderal Pol Tito Karnavian dengan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes
Argo Yuwono. Isi percakapan membahas kasus pemimpin Front Pembela
Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab. Dalam potongan pesan itu, seolah Tito dan
Argo berencana merekayasa kasus untuk menjatuhkan Rizieq. HP tak hanya
membuat hoaks percakapan antara Tito dan Argo. Dalam akun
@muslim_cyber1 itu juga termuat unggahan berbau SARA, fitnah, serta
ujaran kebencian. Dalam sehari, akun tersebut bisa mengunggah tiga hingga
lima gambar provokatif yang seluruhnya menyinggung ras dan suku tertentu.
Selain HP, ada 18 admin lain yang mengoperasikan akun tersebut. Namun,
baru HP yang dipidanakan karena polisi masih menelusuri keterlibatan admin
lainnya. Atas perbuatannya, HP akan dikenai Pasal 28 ayat (2) juncto Pasal
45a UU ITE dan atau Pasal 4 huruf d angka 1 juncto Pasal 16 UU Nomor 40
Tahun 2008 tentang Penghapusaan Diskriminasi Ras dan Etnis.

B. ANCAMAN PERSATUAN NASIONAL


Posisi Indonesia yang berada di tengah-tengah dunia, dilewati garis khatulistiwa,
diapit oleh dua benua yaitu Asia dan Australia, serta berada di antara dua samudera
yaitu Samudera Hindia dan Pasifik. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa wilayah
Indonesia berada pada posisi silang sangat strategis. Posisi silang negara Indonesia
tidak hanya meliputi aspek kewilayahan saja, melainkan meliputi pula aspek-aspek
kehidupan sosial, antara lain sebagai berikut.
1. Penduduk Indonesia berada di antara daerah berpenduduk padat di belahan utara
dan daerah berpenduduk jarang di belahan selatan.
2. Ideologi Indonesia terletak antara komunisme dan liberalisme.
3. Demokrasi Pancasila berada di antara demokrasi rakyat di utara (Asia daratan
bagian utara) dan demokrasi konstitusional (liberal) di selatan.
4. Ekonomi Indonesia berada di antara sistem ekonomi sosialis di utara dan sistem
ekonomi kapitalis di selatan.
5. Masyarakat Indonesia berada di antara masyarakat sosialis di utara dan
masyarakat individualis di selatan.
6. Kebudayaan Indonesia berada di antara kebudayaan timur di utara dan
kebudayaan barat di selatan.
7. Sistem pertahanan dan keamanan Indonesia berada di antara sistem pertahanan
kontinental di utara dan sistem pertahanan maritim di barat, selatan, dan timur.

Posisi silang Indonesia sebagaimana diuraikan di atas merupakan sebuah potensi


sekaligus ancaman bagi integrasi nasional. Dikatakan sebuah potensi karena akan
memberikan dampak positif bagi kemajuan bangsa Indonesia serta akan
memperkukuh keberadaan Indonesia sebagai negara yang tidak dapat disepelekan
perannya dalam menunjang kemajuan serta peran Indonesia dalam perdamaian dunia.
Akan tetapi, posisi silang ini juga menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak
terbebas dari ancaman yang dapat memecah belah bangsa.
Dalam membangun integrasi nasional, Bangsa Indonesia selalu dihadapkan pada
ATHG, yaitu:
1. Ancaman, merupakan suatu hal atau usaha yang bersifat mengubah atau
merombak kebijaksanaan yang dilakukan secara konsepsional, kriminal, serta
politik.
2. Tantangan, merupakan suatu hal atau usaha yang bertujuan atau bersifat
menggugah kemampuan.
3. Hambatan, merupakan suatu hal atau usaha berasal dari diri sendiri yang
bertujuan melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional.
4. Gangguan, merupakan usaha dari luar yang bertujuan melemahkan atau
menghalangi secara tidak konsepsional.

Ancaman bagi integrasi nasional tersebut datang dari luar maupun dari dalam
negeri Indonesia sendiri dalam berbagai dimensi kehidupan, seperti ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan. Ancaman tersebut biasanya
berupa ancaman militer dan non-militer.

1. Ancaman di Bidang Ideologi


Pancasila sebagai sebuah ideologi bangsa Indonesia masih rawan terhadap
berbagai ancaman. Salah satunya dari paham komunisme yang bersembunyi di
balik semboyan demokrasi. Upaya sejumlah pihak untuk mengganti Pancasila
dengan ideologi komunis telah berulang kali terjadi di Indonesia terhitung sejak
1926, 1946, 1948, dan 1965. Beruntung setiap aksinya, Indonesia berhasil
diselamatkan Tuhan YME dan keteguhan masyarakat menjalankan Pancasila
sehingga upaya tersebut gagal. Meski tidak lagi muncul sebagai sebuah partai
karena tidak diperbolehkan lagi, namun ideologi komunis hingga kini masih ada
dan berkembang di Indonesia.
Pelarangan ini tidak bisa dikatakan melanggar hak asasi manusia sebab,
negara harus menjamin keselamatan rakyatnya. Di Italia, partai fasis dilarang.
Begitu juga di Jerman yang melarang paham Nazi dan komunis. Negara punya
tanggung jawab menjelaskan dampak dari paham komunis kepada generasi
penerus bangsa. Salah satunya melalui pendidikan. Kurangnya pemahaman
generasi muda terhadap paham komunis, karena belum maksimalnya sistem
pendidikan yang ada.
Bukan hanya paham komunisme yang harus diwaspadai, tapi juga kapitalisme
dan liberalisme. Paham tersebut memengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat
tanpa disadari. Hal itu dapat dilihat dari perubahan perilaku dan sikap
nasionalisme. Ancaman terhadap ideologi Pancasila akan selalu datang dalam
bentuk beragam. Kalau komunisme jadi ancaman maka kapitalis dan
imperialisme juga adalah musuh bangsa Indonesia.
2. Ancaman di Bidang Politik
Ancaman di bidang politik dapat bersumber dari luar negeri maupun dalam
negeri. Dari luar negeri, ancaman di bidang politik dilakukan oleh suatu negara
dengan melakukan tekanan politik terhadap Indonesia. Intimidasi, provokasi, atau
blokade politik merupakan bentuk ancaman non-militer berdimensi politik yang
sering kali digunakan oleh pihak-pihak lain untuk menekan negara lain. Ke
depan, bentuk ancaman yang berasal dari luar negeri diperkirakan masih
berpotensi terhadap Indonesia. Untuk itu, diperlukan peran dari fungsi pertahanan
non-militer untuk menghadapinyaa.
Ancaman yang berdimensi politik yang bersumber dari dalam negeri dapat
berupa penggunaan kekuatan dalam bentuk pengerahan massa untuk
menumbangkan pemerintah yang berkuasa. Bentuk lain yang digunakan adalah
menggalang kekuatan politik untuk melemahkan kekuasaan pemerintah. Selain
itu, ancaman separatisme merupakan bentuk lain dari ancaman politik yang
timbul dari dalam negeri. Sebagai bentuk ancaman politik, separatisme dapat
menempuh pola perjuangan politik tanpa senjata dan perjuangan bersenjata. Pola
perjuangan tidak bersenjata sering ditempuh untuk menarik simpati masyarakat
internasional.
3. Ancaman di Bidang Ekonomi
Pada saat ini ekonomi suatu negara tidak dapat berdiri sendiri. Hal tersebut
merupakan bukti nyata dari pengaruh globalisasi. Dapat dikatakan, saat ini tidak
ada lagi negara yang mempunyai kebijakan ekonomi yang tertutup dari pengaruh
negara lainnya. Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan
ekonomi dan perdagangan ketika negara-negara di seluruh dunia menjadi satu
kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial
negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan
dan hambatan terhadap arus modal, industri dan jasa. Ketika globalisasi ekonomi
terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara
ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat.
5. Ancaman di Bidang Sosial Budaya
Ancaman yang berdimensi sosial budaya dapat dibedakan atas ancaman dari
dalam dan ancaman dari luar. Ancaman dari dalam didorong oleh isu-isu
kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan. Isu tersebut menjadi
titik pangkal timbulnya permasalahan, seperti separatisme, terorisme, kekerasan,
dan bencana akibat perbuatan manusia. Isu tersebut akan mengancam persatuan
dan kesatuan bangsa, nasionalisme, dan patriotisme.
6. Ancaman di Bidang Pertahanan dan Keamanan
Wujud ancaman di bidang pertahanan dan keamanan pada umumnya berupa
ancaman militer. Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan
bersenjata dan terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman
militer dapat berupa agresi/invasi, pelanggaran wilayah, pemberontakan
bersenjata, sabotase, spionase, aksi teror bersenjata, ancaman keamanan laut dan
udara.
Agresi suatu negara yang dikategorikan mengancam kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa Indonesia mempunyai
bentuk-bentuk mulai dari yang berskala paling besar sampai dengan yang
terendah. Invasi merupakan bentuk agresi yang berskala paling besar dengan
menggunakan kekuatan militer bersenjata yang dikerahkan untuk menyerang dan
menduduki wilayah suatu negara. Bangsa Indonesia pernah merasakan pahitnya
diinvasi atau diserang oleh Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia
sebanyak dua kali, yaitu Agresi Militer Belanda I (21 Juli 1947) dan Agresi
Militer Belanda II (19 Desember 1948).
Bentuk lain dari ancaman militer yang peluang terjadinya cukup tinggi adalah
tindakan pelanggaran wilayah (wilayah laut, ruang udara, dan daratan) Indonesia
oleh negara lain. Konsekuensi Indonesia yang memiliki wilayah yang sangat luas
dan terbuka berpotensi terjadinya pelanggaran wilayah. Ancaman militer dapat
pula terjadi dalam bentuk pemberontakan bersenjata. Pemberontakan tersebut
pada dasarnya merupakan ancaman yang timbul dan dilakukan oleh pihak-pihak
tertentu di dalam negeri. Pemberontakan bersenjata tidak jarang disokong juga
oleh kekuatan asing, baik secara terbuka maupun tertutup.
Contoh Studi Kasus Ancaman Persatuan Nasional :
1. Agresi militer
Agresi militer adalah penggunaan kekuatan bersenjata dari suatu negara untuk
menyerang negara lain. Sejarah mencatat, Indonesia pernah menjadi sasaran
agresi militer oleh Belanda selepas kemerdekaan. Agresi Militer Belanda I
dilancarkan pada 21 Juli 1947 hingga 5 Agustus 1947 dengan Jawa dan Sumatra
sebagai tujuan invasinya. Sedangkan Agresi Militer Belanda II terjadi tanggal 19-
20 Desember 1948 di Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu kota RI.

2. Pelanggaran Wilayah
Pelanggaran wilayah dilakukan dengan memasuki wilayah perbatasan laut
atau darat Indonesia oleh unsur negara lain tanpa seizin petugas perbatasan.
Kasus pelanggaran wilayah di Indonesia ini misalnya dilakukan oleh Malaysia di
Blok Ambalat. Hingga sekarang, lebih dari 9 kali pesawat perang milik Malaysia
masuk ke wilayah Indonesia secara sewenang-wenang.
3. Spionase
Ancaman spionase atau mata-mata dilakukan dengan diam-diam mencuri
informasi untuk mendapatkan rahasia militer Indonesia. Kasus spionase di
Indonesia ini pernah terjadi pada 1982 ketika Alexandre Finenko, intel Uni
Soviet, bertugas dalam Operasi Aeroflot untuk mengorek dokumen rahasia dari
perwira tinggi militer RI, Letkol Soesdarjanto. Alexandre Finenko ditangkap pada
6 Februari 1982. Ia melakukan mogok makan hingga dideportasi pada 13
Februari 1982 dan Operasi Aeroflot diputuskan untuk diakhiri. Baca juga: Sejarah
Perundingan Roem-Royen: Latar Belakang, Isi, Tokoh Sejarah Perundingan
Renville: Latar Belakang, Isi, Tokoh, & Dampak Sejarah Perjanjian Linggarjati:
Latar Belakang, Isi, Tokoh Delegasi 3. Ancaman Sabotase Ancaman militer
dalam bentuk sabotase dilakukan dengan merusak instalasi penting militer dan
objek vital nasional yang dapat membahayakan kedaulatan NKRI.
KESIMPULAN

Seiring berkembangnya teknologi pada saat ini, memang penggunaanya sangat


berpengaruh pada kehidupan manusia. Terutama penggunaan internet dan social media.
Peran internet dan social media menjadi sangat sentral dan menjadikan wadah bagi
seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, seperti berniaga, sarana edukasi dan
lainnya. Akan tetapi internet dan social media yang sekarang semakin tidak terkendali,
ada pihak-pihak atau orang-orang yang menggunakan internet dan social media dengan
cara yang tidak benar, diantaranya yaitu Hoax dan Hate speech, dari kata Hoax dan Hate
speech memiliki keterikatan yaitu sama sama memberikan pengaruh negatif kepada
masyarakat. Jangan mau terperdaya oleh berita-berita hoax Karena si-penyebar berita
tersebut hanya mengincar keuntungan semata yaitu uang dari hasil per-klik dari para
pembaca berita tersebut.
Posisi silang negara Indonesia tidak hanya meliputi aspek kewilayahan saja,
melainkan meliputi pula aspek-apek kehidupan sosial. Posisi silang Indonesia
sebagaimana diuraikan di atas merupakan sebuah potensi sekaligus ancaman bagi
integrasi nasional bangsa Indonesia. Dikatakan sebuah potensi karena akan memberikan
dampak positif bagi kemajuan bangsa Indonesia serta akan memperkukuh keberadaan
Indonesia sebagai negara yang tidak dapat disepelekan perannya dalam menunjang
kemajuan serta terciptanya perdamaian dunia. Akan tetapi, posisi silang ini juga
menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak terbebas dari ancaman yang dapat
memecah belah bangsa.
Ancaman bagi integrasi nasional tersebut datang dari luar maupun dari dalam negeri
Indonesia sendiri dalam berbagai dimensi kehidupan. Strategi pertahanan dan keamanan
negara untuk mengatasi berbagai macam ancaman militer dilaksanakan dengan
menggunakan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata).
Ancaman yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam membangun integrasi nasional
tidak hanya bersifat militer, tetapi ancaman non- militer pun tidak kalah bahayanya. Oleh
karena itu, diperlukan strategi pertahanan non-militer yang tidak kalah hebat dengan
strategi untuk mengatasi ancaman militer. Strategi pertahanan non-militer merupakan
segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, teknologi, informasi, komunikasi,
keselamatan umum, dan hukum.

DAFTAR PUSTAKA

https://news.detik.com/berita/d-3790973/selama-2017-polri-tangani-3325-kasus-ujaran-
kebencian
https://dailysocial.id/post/laporan-dailysocial-distribusi-hoax-di-media-sosial-2018
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/02/08/21160841/kenapa.hoax.mudah.tersebar.di.i
ndonesia.
http://www.academia.edu/35473186/Ancaman_Hoax_Terhadap_Sila_Persatuan_Indonesia_d
an_Pentingnya_Literasi_Media
https://doc.lalacomputer.com/makalah-ancaman-terhadap-negara-kesatuan-republik-
indonesia/
https://indomaritim.id/ancaman-terhadap-persatuan-dan-kesatuan-bangsa/

Anda mungkin juga menyukai