Anda di halaman 1dari 15

1

A. Judul

PSIKOLOGI PENOKOHAN DALAM NOVEL FATAMORGANA KARYA

PRILLY LATUCONSINA : TELAAH PSIKOLOGI SASTRA

B. Latar Belakang Masalah

Karya sastra memiliki keindahan yang di dalamnya terkandung nilai-

nilai moral, religi, dan budaya dipandang sebagai fenomena psikologis, yang

akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh baik berupa teks

drama maupun prosa. Kajian psikologi sastra di samping meneliti perwatakan

tokoh secara psikologis juga aspek-aspek pemikiran dan perasaan pengarang

ketika menciptakan karya tersebut. Pada umumnya, aspek-aspek kemanusiaan

inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra, sebab semata-mata dalam

diri manusia itulah, sebagai tokoh-tokoh, aspek kejiwaan dicangkokkan dan

diinvestasikan (Ratna, 2011:343).

Karya sastra adalah fenomena unik. Karya sastra sebagai kreativitas,

hakikat karya yang hanya dipahami oleh intuisi dan perasaan, memerlukan

pemahaman yang sama sekali berbeda dengan ilmu sosial yang lain. Karya

sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa

pengalaman, karya pemikiran, perasaan, ide-ide, semangat dan keyakinan

( Ratna, 2011:11).

Proses kreatif merupakan salah satu model yang banyak dibicarakan

dalam rangka pendekatan psikologi. Karya sastra dianggap sebagai aktivitas

penulis yang sering dikaitkan dengan gejala-gejala kejiwaan (Ratna, 2011:62).

Psikologi adalah eksplorasi segi-segi pemikiran dan kejiwaan tokoh-tokoh


2

utama cerita, terutama yang menyangkut alam pikiran pada tingkat yang lebih

dalam, di tingkat alam bawah sadar (Semi, 1993:66). Psikologi sastra adalah

analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis.

Dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh, maka akan dapat dianalisis

konflik batin, yang mungkin saja bertentangan dengan teori psikologi.

Dalam novel Fatamorgana Karya Prilly Latuconsina ini banyak

mengangkat masalah psikologis antara tokoh Zalea Fiane dengan tokoh

Fatamorgana. Gana yang mengisi hari-hari Fia dengan cinta dan kebahagian

membuatnya lupa dengan rutinitasnya sebagai mahasiswa yang sangat hobi

membaca buku dan menyenangi drama serta berbagai hal menyangkut kesenian.

Cerita ini juga yang membawa si pengarang yang sekarang menjadi seorang

aktris yang memiliki banyak penggemar, cerita penuh gejolak kejiwaan dari

kehidupan tokoh Zalea Fiane bersama tokoh Gana penuh ekspresi yang sangat

menyentuh. Sehingga setiap alur dan arah cerita lebih menunjukan kondisi

kejiwaan tokoh-tokoh dalam novel ini lebih menonjol.

Prilly Latuconsina adalah seorang penulis sekaligus aktris serba bias di

dunia hiburan sekarang ini, ia lahir di Tangerang, 15 Oktober 1996. Ayahnya

adalah Rizal Latuconsina berdarah Ambon dan ibunya Ully Djulita berdarah

Sunda. Dengan tinggi badan 154 cm Prilly memiliki rasa percaya diri yang

tinggi sehingga ia mampu bersaing dengan aktris-aktris muda yang lain . Prilly

mulanya meluncurkan buku puisi yang berjudul 5 Detik dan Rasa Rindu tahun

2017. Proses pembuatannya dilakukan di sela-sela aktivitasnya di dunia

hiburan.
3

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat

aspek-aspek psikologi tokoh dalam novel Fatamorgana ke dalam sebuah judul

penelitian. : “ Psikologi Penokohan dalam Novel Fatamorgana karya Prilly

Latuconsina: Telaah Psikologi Sastra.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana aspek kepribadian tokoh dalam novel Fatamorgana karya Prilly

Latuconsina?

2. Bagaimana aspek perkembangan tokoh dalam novel Fatamorgana karya

Prilly Latuconsina?

3. Bagaimana struktur yang membangun novel Fatamorgana karya Prilly

Latuconsina?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan di atas, maka tujuan

penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan aspek kepribadian tokoh dalam novel Fatamorgana karya

Prilly Latuconsina?

2. Memaparkan aspek perkembangan tokoh dalam novel Fatamorgana karya

Prilly Latuconsina?

3. Mendiskripsikan struktur yang membangun novel Fatamorgana karya Prilly

Latuconsina?
4

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

bahan untuk meningkatkan apresiasi sastra dalam menumbuh kembangkan

kecintaan kepada novel. Oleh sebab itu secara khusus manfaat yang diharapkan

bisa tercapai dalam penelitian ini.

1. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti terutama tentang aspek

psikologis dalam penelitian sastra.

2. Sebagai sarana untuk tumbuh kembang tambahan referensi bagi pembaca

yang berminat melakukan penelitian.

3. Penelitian ini diharapkan mampu digunakan oleh guru bahasa dan Sastra

Indonesia di sekolah sebagai materi ajar khususnya materi sastra

F. Penegasan Istilah

1.

G. Landasan Teori

1. Pengertian Psikologi Sastra

Psikologi adalah “psychology is the scientific studies of individual

activities relation to the inveronment” suatu ilmu pengetahuan yang

mempelajari aktivitas atau tingkah laku dalam hubungan dengan alam

sekitarnya ( Sobur, 2009:32). Psikologi sastra adalah kajian sastra yang

memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan

menggunakan cipta, rasa, dan karya dalan berkarya. Proyeksi pengalaman


5

sendiri dan pengalaman hidup di sekitar pengarang, akan terproyeksi secara

imajiner ke dalam teks sastra (Endraswara, 2013:96).

Jatman (1985:165) berpendapat bahwa karya sastra dan psikologi

memang memiliki pertautan yang erat, secara tak langsung dan fungsional.

Pertautan tak langsung, karena baik sastra maupun psikologi memiliki objek

yang sama yaitu kehidupan manusia. Psikologi dan sastra memiliki

hubungan fungsional karena bersama-sama untuk mempelajari keadaan

kejiwaan orang lain (Endraswara, 2013:97). Tujuan Psikologi sastra adalah

memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya sastra

(Ratna, 2011:342).

Psikologi sastra memberikan perhatian dalam kaitannya dengan unsur-

unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam karya sastra.

Sebagai dunia dalam kata karya sastra memasukkan berbagai aspek

kehidupan ke dalamnya, khususnya manusia. Dalam analisis, pada

umumnya yang menjadi tujuan adalah tokoh utama, tokoh kedua, tokoh

ketiga dan seterusnya. Studi psikologi yang berakhir berkaitan dengan

sosiologi sastra dan resepsi sastra, sebagai psikologi sosial (Ratna,

2011:342-344).

2. Psikologi Penokohan

Penokohan adalah proses penampilan tokoh dengan pemberian watak,

sifat, atau kebiasaan tokoh pemeran suatu cerita ( Zaidan, 2007:206).Karya

sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan

aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa drama

maupun prosa (Endraswara, 2013:96).


6

Kehidupan tokoh dalam cerita diciptakan secara wajar sebagaimana

kehidupan manusia yang mempunyai pikiran dan perasaan ( Nurgiyantoro,

2002:167). Di sinilah tokoh-tokoh menjadi aktor sekaligus menampilkan

peranan-peranan sosial. Penokohan dengan demikian lahir melalui

perkembangan psikologi tokoh, sebagai kelahiran pribadi yang bebas,bukan

sama sekali atas dasar kemauan pengarang ( Ratna, 2011:318).

Tokoh utama adalah yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang

bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik

sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Bahkan pada novel-

novel tertentu tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat

ditemui disetiap halaman buku cerita yang bersangkutan. Pada novel-novel

yang lain, tokoh utama tidak muncul dalam setiap kejadian, atau langsung

ditunjuk dalam setiap bab,namun ternyata dalam kejadian atau bab tersebut

erat kaitan, atau dapat dikaitkan dengan tokoh utama (Nurgiyantoro,

2002:177).

3. Aspek Kepribadian Tokoh

Koentjaraningrat (1980) menyebut ”kepribadian atau personality sebagai

“susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah

laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia”(Sobur, 2009:301).

Dalam kajian psikologi sastra, psikonalisa kepribadian meliputi tiga unsur

kejiwaan, yaitu id, ego, dan super ego. Ketiga sistem kepribadian ini satu

sama lain berkaitan serta membentuk totalitas, dan tingkah laku manusia

yang tak lain merupakan produk interaksi ketiganya. Id ( das es ) adalah

sistem kepribadian manusia yang paling dasar. Dalam pandangan Atmaja


7

(1988:231) Id merupakan acuan penting untuk memahami mengapa

seniman/sastrawan menjadi kreatif.

Id adalah aspek kepribadian yang “gelap” dalam bawah sadar manusia

yang berisi insting dan nafsu-nafsu tak kenal nilai dan agaknya

berupa”energi buta”. Dalam perkembangannya tumbuhlah ego yang

perilakunya didasarkan atas prinsip kenyataan. Sementara super ego

berkembang mengontrol dorongan-dorongan “buta” Id tersebut. Hal ini

berarti ego ( das lch) merupakan sistem kepribadian yang bertindak sebagai

pengarah individu kepada dunia obyek dari kenyataan, dan menjalan

fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Ego adalah kepribadian

implementatif, yaitu berupa kontak dengan dunia luar. Adapun super ego (

das ueber ich) adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan

yang bersifat evaluatif ( Endraswara, 2013:101).

Terlepas darimana kepribadian manusia berasal, kepribadian dalam diri

seseorang secara umum dapatlah dinyatakan tercermin melalui: (1) Sikap,

adalah kecenderungan seseorang melihat ‘sesuatu’secara mental yang

mengarah pada perilaku yang ditujukan pada orang lain, ide, obyek, dan

kelompok tertentu. (2) Perilaku, merupakan cerminan sikap seseorang. (3)

Tutur Bahasa, menggunakan bahasa dengan tutur bahasa yang disesuaikan

dengan situasi dan kondisi yang dihadapi ( Inge, 2007:5).

4. Aspek Perkembangan Tokoh

Kartini Kartono mendefinisikan perkembangan sebagai “perubahan-

perubahan psikofisis sebagai hasil dari pemantangan fungsi-fungsi psikis

dan fisis pada diri anak, yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses
8

belajar dalam passage waktu tertentu, menuju kedewasaan”( Kartono,

1982:33, Sobur, 2009:128).

Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan

perkembangan perwatakan sejalan dengan dengan perkembangan (dan

perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan. Ia secara aktif berinteraksi

dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial, alam, maupun yang lain,

yang kesemuanya itu akan mempengaruhi sikap, watak dan tingkah lakunya.

Adanya perubahan-perubahan yang terjadi diluar dirinya, dan adanya

hubungan antarmanusia yang memang bersifat saling mempengaruhi itu,

dapat menyentuh kejiwaannya dan dapat menyebabkan terjadinya

perubahan dan perkembangan sikap dan wataknya. Sikap dan watak tokoh

berkembang, dengan demikian, akan mengalami perkembangan atau

perubahan dari awal, tengah, akhir cerita, sesuai dengan tuntuntan koherensi

cerita secara keseluruhan (Nurgiyantoro, 2002:188).

5. Teori Struktural

Pendekatan struktural merupakan sebuah pendekatan awal dalam

penelitian sastra. Pendekatan struktural juga sangat penting bagi sebuah

analisis karya sastra. Suatu karya sastra dibangun oleh unsur-unsur yang

membentuknya. Unsur tersebut saling mengisi dan berkaitan sehingga

membentuk satu kesatuan yang utuh dalam sebuah karya sastra. Dalam

penelitian struktural, penekanan pada relasi antar unsur pembanguan teks

sastra. Unsur teks secara sendiri-sendiri tidak penting. Unsur teks itu hanya

memperoleh arti penuh melalui relasi, baik relasi oposisi maupun relasi

asosiasi. Penekanan struktural adalah memandang karya sastra sebagai teks


9

mandiri. Penelitian dilakukan secara objektif yaitu menekankan aspek

intrinsik karya sastra. Keindahan teks sastra bergantung penggunaan bahasa

yang khas dan relasi antar unsur yang mapan. Unsur-unsur itu terdiri dari ide,

tema, plot, latar, watak,tokoh, dan gaya bahasa. (Endraswara, 2013:51)

Tujuan analisis struktural adalah membongkar dan memaparkan secara

cermat, seteliti,sedetail, dan sedalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan

semua analisis dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan

makna menyeluruh. Unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra

secara lengkap dan jelas yaitu sebagai berikut

1. Tema

Tema adalah makna sebuah cerita yang khusus menerangkan sebagian

besar unsurnya dengan cara yang sederhana. Jadi, pada dasarnya tema adalah

ide, gagasan dasar yang terdapat dalam karya sastra.

2. Alur

Stanton (1965: 14) mengemukakan alur adalah cerita yang berisi

kejadian tetapi tokoh-tokoh tersebut adalah unsur penting dalam sebuah

cerita. Pentingnya unsur tersebut pada fungsi tokoh yang memainkan suatu

peran sehingga cerita tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Stanton (dalam

Nurgiyantoro, 2000: 113) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang

berisi urutan kejadian namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara

sebab akibat dan peristiwa yang lain.

3. Penokohan

Tokoh-tokoh dalam sebuah karya sastra biasanya merupakan rekaan

tetapi tokoh-tokoh tersebut adalah unsur penting dalam suatu cerita.

Pentingnya unsur tersebutterletak pada fungsi tokoh yang memainkan suatu


10

peran sehingga cerita tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Stanton ( dalam

Nurgiyantoro, 2009: 165) mengungkapkan bahwa penokohan adalah

gambaran tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dengan sikap ketertarikan,

keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tikoh-tokoh tersebut. Jadi,

penokohan merupakan gambaran terhadap tokoh-tokoh berdasarkan waktu

atau karakternya yang dapat diketahui dari ciri fisiologis, psikologis, dan

sosiologis.

4. Latar

Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana

terjadinya lakuan dalam karya sastra (Sudjiman, 1990: 48). Abrams (dalam

Nurgiyantoro, 2000: 26) mengemukakan bahwa latar mengarah pada

pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

psikologis. Psikologi sastra ditopang oleh tiga pendekatan pertama,

pendekatan tekstual, yang mengkaji aspek psikologis tokoh dalam karya

sastra. Kedua, pendekatan reseptif-pragmatik, yang mengkaji aspek

psikologis pembaca sebagai penikmat karya sastra yang terbentuk dari

pengaruh karya yang dibacanya, serta proses resepsi pembaca dalam

menikmati karya sastra. Ketiga, pendekatan ekspresif, yang mengkaji aspek

psikologis sang penulis ketika melakukan proses kreatif yang terproyeksi


11

lewat karyanya, baik penulis sebagai pribadi maupun wakil masyarakatnya

( Roekhan, 1990:88, Endraswara, 2013:97-98).

Penelitian psikologi sastra memang memiliki landasan pijak yang

kokoh. Karena, baik sastra maupun psikologi sama-sama mempelajari hidup

manusia. Bedanya, kalau sastra mempelajari manusia sebagai ciptaan

imajinasi pengarang, sedangkan psikologi mempelajari manusia sebagai

ciptaan Ilahi secara riil (Endraswara, 201:99).

2. Metode Penelitian

Berdasarkan pendekatan penelitian tersebut di atas, maka metode yang

diterapkan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode

deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang

kemudian disusul dengan analisis. Secara etimologi deskripsi dan analisis

berarti menguraikan. Meskipun demikian, analisis yang berasal dari Yunani,

analyein ( ‘ana’ = atas, ‘lyein’= lepas, urai), telah diberikan arti tambahan,

tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberikan pemahaman

dan penjelasan yang secukupnya (Ratna, 2011:53).

3. Teknik Penelitian

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik

pengumpulan data dan teknik analisis data.

a. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan teknik observasi

teks, dalam pengamatan penelitian menggunakan data dan

mengumpulkan bahan-bahan tertulis yang berkaitan langsung dengan


12

objek penelitian dalam bentuk karya tertentu atau studi kepustakaan.

Oleh karena itu, langkah-langkah kerja pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah :

1) Membaca data atas naskah yang memuat psikologis secara

menyeluruh.

2) Memilih dan memilah data yang sesuai dengan masalah yang akan

dirumuskan.

3) Merumuskan masalah.

4) Mendeskripsikan data yang telah ditentukan.

b. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul selanjutnya adalah melakukan analisis

data-data dengan menggunakan teknik deskriptif interpretatif, yaitu

peneliti memaparkan data secara keseluruhan, setelah data terkumpul

peneliti menginterpretasikan untuk menganalisis data yang dilakukan

melalui tahapan pengorganisasian data, interpretasi yang mengacu pada

penelitian data, pemaknaan dengan ciri signifikasi, selanjutnya

dihubungkan dengan edialisasi menyangkut deskripsi yang dihasilkan.

Setelah itu baru merefleksikan data dengan pemahaman data

pengetahuan peneliti. Dalam pengolahan data ada beberapa teknik yang

digunakan yaitu :

1. Editing, yaitu penulis mencetak kembali data yang telah terkumpul

untuk mengetahui data mana yang belum lengkap yang berasal dari

sumber penelitian.

2. Klasifikasi, yaitu penulis mengklasifikasikan semua data menurut

jenis macamnya yang diinginkan.


13

3. Interpretasi data, yaitu penulis menguraikan secara rinci hasil

penelitian dari data yang telah dikumpulkan.

4. Evaluasi, yaitu peneliti menilai atau memilih hasil penelitian atau

merefleksikan data dengan pemahaman dan pengetahuan peneliti.

4. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel utama adalah aspek

psikologi. Oleh karena itu, sub variabel ada dua yaitu, aspek kepribadian

tokoh dan aspek perkembangan tokoh dalam novel Fatamorgana karya

Prilly Latuconsina. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR

Psikologis
a. aspek kognitif
Penokohan 1.Aspek Kepribadian Tokoh
b. aspek afektif
c. aspek psikomotorik

2.Aspek Perkembangan Tokoh


a. sifat tokoh
b. intelegensi
c. bakat
d. penderitaan
e. perjuangan
f. impian
g. harapan
h. kasih sayang
i. pengabdian dan pengorbanan
j. kegelisahan
k. tanggung jawab
a. tema
3. Struktur Pembangun (Unsur
b. alur
Intrinsik)
c. penokohan
d. latar
14

5. Sumber Data

Sumber data dalam penenelitian ini adalah novel Fatamorgana karya

Prilly Latuconsina yang diterbitkan oleh The Panas Dalam Publishing

dengan tebal 176 halaman.

6. Jadwal Penelitian

Penelitian ini direncanakan selama enam bulan dari bulan Februari 2019

sampai dengan bulan Juli 2019. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut

BULAN

NO KEGIATAN Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Tahap Persiapan

2 Tahap

Pengumpulan Data

3 Tahap Analisis

4 TahapPenulisan

dan Perbaikan

5 Seminar

6 Revisi
15

I. Daftar Rujukan
Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra.Yogyakarta:
CAPS.

Fauzi, Ahmad. 2008.Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia

Hutagalung, Inge. 2007. Pengembangan Kepribadian. Jakarta: Indeks.


Krismarsanti, Ermina. 2009. Karangan Fiksi dan Nonfiksi. Surabaya: PT.
Jepe Press Media Utama.

Latuconsina, Prilly. 2018. Fatamorgana. Bandung: The Panas Dalam


Publishing

Muhammad, Abdulkadir. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung: Citra


Aditya Bakti.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah


Mada University Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Metode dan Teknik Penulisan Sastra.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.


Sobur, Alek, 2009. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.
Tarigan, Henry Guntur. 1991. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung:
Angkasa Raya.

Tim Penyusun. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. Banjarmasin: STKIP-


PGRI Banjarmasin.

Zaidan, Abdul Razak, dkk. 2007. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai