PENDAHULUAN
1
secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum
sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (Hosizah & Irmawati, 2017).
Dalam UU No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan dijelaskan bahwa
salah satu tenaga kesehatan adalah tenaga teknis kefarmasian. Dalam UU No. 36
tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa praktik kefarmasian meliputi
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Permenkes,
2014).
Dalam rangka menghasilkan tenaga teknis kefarmasian yang profesional,
handal, inovatif, serta mampu mengaplikasikan serta mengembangkan
kemampuannya di dunia kerja, maka dilakukanlah praktik kerja lapangan (PKL).
Untuk dapat mencapai standar kompetensi tersebut, para calon tenaga teknis
kefarmasian harus dibekali ilmu serta kemampuan yang dapat mengikuti
perkembangan modalitas dan permasalahan klinis yang berkembang di Rumah
Sakit. Salah satu upaya untuk melengkapi kemampuan ini adalah melalui kegiatan
PKL.
PKL merupakan kegiatan belajar yang melibatkan mahasiswa secara aktif
di dalam prosesnya. Kegiatan PKL dirancang untuk memberikan pengalaman
praktis kepada mahasiswa dalam menggunakan metodologi yang relevan untuk
menganalisis keadaan, identifikasi masalah, dan menetapkan alternatif solusi.
Selain itu, mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengaplikasikan kemampuan
memecahkan masalah, berpikir kritis, komunikasi efektif, dan kemampuan
motorik (keterampilan) yang diperoleh selama pembelajaran di kelas. Kegiatan
pembelajaran di lahan praktik dirancang berdasarkan garis-garis besar mata ajar,
sehingga mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar praktik di tatanan yang
nyata secara benar dan terarah untuk pencapaian kompetensi yang telah
diisyaratkan dalam kurikulum.
1.1 Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
PKL dilaksanakan dengan tujuan, yaitu memahami kegiatan
kefarmasian yang dilakukan oleh rumah sakit, membandingkan teori
pelayanan yang didapatkan dalam perkuliahan dengan praktek nyata di
rumah sakit, mendapatkan pengalaman langsung tentang pelayanan
kefarmasian di rumah sakit, meningkatkan kemampuan dalam memberikan
komunikasi, informasi, edukasi tentang penggunaan obat kepada pasien.
1.2 Tujuan Pembuatan Laporan
1.2.1 Sebagai hasil pertanggung jawaban atas ilmu yang telah
didapatkan selama Praktek Kerja Lapangan di Apotek RSIA sitti
khadijah selama kurang lebih sepuluh hari.
1.2.2 Sebagai bahan evaluasi dari segala kegiatan yang dilakukan
didapatkan selama Praktek Kerja Lapangan di Apotek RSIA sitti
khadijah
1.2.3 Sebagai umpan balik yang diberikan mahasiswa terhadap
pengembangan pendidikan di Universitas Negeri Gorontalo
khususnya untuk jurusan farmasi.
1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL)
1.3.1 Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mendapatkan gambaran berbagai permasalahan nyata
dilapangan
b. PKL ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
serta pengalaman bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang
diperoleh selama pendidikan secara langsung di lapangan
c. Mendapatkan bahan untuk penulisan laporan magang di Rumah
Sakit Sitti Khadijah
1.3.2 Bagi Jurusan
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan bagi Jurusan Farmasi
Universitas Negeri Gorontalo bermanfaat untuk dapat membentuk karakter
dan kemampuan mahasiswa calon Ahli Madya Farmasi sehingga dapat
menghasilkan lulusan Ahli Madya Farmasi yang berkualitas dan
berkompeten dalam pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
1.3.3 Bagi Rumah Sakit
a. Dengan adanya mahasiswa magang maka diharapkan dapat
membantu Rumah Sakit Sitti Khadijah dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan bagi pasien.
b. Dapat memberikan masukan positif guna peningkatan pelayanan
dan kemajuan Rumah Sakit Sitti Khadijah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit
2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah intitusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan dan gawat darurat. Di Rumah Sakit mempunyai beberapa jenis
pelayanan diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan
perawatan, pelayananan rehabilitasi dan sebagainnya (Permenkes, 2019).
Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan
alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih
dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern, yang
semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan
pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar, 2004).
2.1.2 Fungsi Rumah Sakit
Pasal 4 Undang Undang No 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit menjelaskan
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Rumah
Sakit mempunyai fungsi:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.1.3 Jenis-jenis Rumah Sakit
Jenis-jenis Rumah Sakit di Indonesia secara umum ada lima, yaitu Rumah
Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus atau Spesialis, Rumah Sakit Pendidikan dan
Penelitian, Rumah Sakit Lembaga atau Perusahaan, dan Klinik (Haliman, 2012).
a. Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Umum, biasanya Rumah Sakit Umum melayani segala jenis
penyakit umum, memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam (Ruang
gawat darurat). Untuk mengatasi bahaya dalam waktu secepat-cepatnya dan
memberikan pertolongan pertama. Di dalamnya juga terdapat layanan rawat inap
dan perawatan intensif, fasilitas bedah, ruang bersalin, laboratorium, dan sarana-
prasarana lain.
b. Rumah Sakit Khusus atau Spesialis
Rumah Sakit Khusus atau Spesialis dari namanya sudah tergambar bahwa
Rumah Sakit Khusus atau Rumah Sakit Spesialis hanya melakukan perawatan
kesehatan untuk bidang-bidang tertentu, misalnya, Rumah Sakit untuk trauma
(trauma center), Rumah Sakit untuk Ibu dan Anak, Rumah Sakit Manula, Rumah
Sakit Kanker, Rumah Sakit Jantung, Rumah Sakit Gigi dan Mulut, Rumah Sakit
Mata, Rumah Sakit Jiwa.
c. Rumah Sakit Bersalin, dan lain-lain;
Rumah Sakit Pendidikan dan Penelitian, Rumah Sakit ini berupa Rumah Sakit
Umum yang terkait dengan kegiatan pendidikan dan penelitian di Fakultas
Kedokteran pada suatu Universitas atau Lembaga Pendidikan Tinggi.
d. Rumah Sakit Lembaga atau Perusahaan
Rumah sakit ini adalah Rumah Sakit yang didirikan oleh suatu lembaga atau
perusahaan untuk melayani pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga
tersebut
e. Klinik
Klinik merupakan tempat pelayanan kesehatan yang hampir sama dengan
Rumah Sakit, tetapi fasilitas medisnya lebih.
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2.2.1 Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit di suatu rumah sakit
tempat penyelengaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk
keperluaan rumah sakit dan pasien. Pekerjaan kefarmasiaan yang dimaksud adalah
kegiatan yang menyangkut pembuatan, pengendalian mutu sediaan farmasi
pengelolaan perbekalan farmasi (perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
distribusi, pencatatan, pelaporan. Pemusnahan/penghapusan), pelayanan resep,
pelayanan informasi obat, konseling, dan farmasi klinik di ruangan pasien (Siregar
dan Amalia, 2016).
2..2.2 Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2004 dan evaluasinya
mengacu pada Pedoman Survei Akreditasi Rumah Sakit yang digunakan secara
rasional, di samping ketentuan masing-masing rumahsakit.
Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah sebagai berikut (Depkes, 2004) :
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi yang professional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk meningkatkan
mutu pelayanan farmasi
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan aturan yang berlaku
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formulsrium
rumah sakit
2.2.3 Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah sebagai berikut (Depkes, 2004) :
1. Pengelolaan PerbekalanFarmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit yang
merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi
di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan
kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai
menjaga dan memperbaharui standarobat.
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal yang merupakan
proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi
yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan
obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan
dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan
dengan anggaranyang tersedia.
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai kebutuhan yang berlaku malaui pembelian (tender dan langsung),
produksi sediaan farmasi (Produksi steril dan non steril), serta sumbangan /
droping /hibah.
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit yang merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk,
dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril dan nonsteril untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumahsakit.
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian.
f. Menyimpan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit yang
dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu, kestabilan, mudah
tidaknya terbakar, tahan / tidaknya terhadap cahaya disertai sistem informasi
yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit pelayanan di rumah sakit untuk
pasien rawat inap (sentralisasi dan atau desentalisai dengan sistem persediaan
lengkap di ruangan, sistem resep perseorangan, sistem unit dose, dan sistem
kombinasi oleh satelit farmasi), pasien rawat jalan (sentralisasi dan atau
desentalisai dengan sistem resep perseorangan oleh apotik rumah sakit), dan
untuk pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja (Apotik rumah
sakit/satelit farmasi yang dibuka 24 jam dan ruang rawat yang menyediakan
perbekalan farmasiemergensi).
2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
a. Mengkaji instruksi pengobatan / resep pasien meliputi seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasi, dan persyaratanklinis.
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat
kesehatan(alkes).
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat danalkes.
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obatdan alkes.
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien /keluarga.
f. Memberi konseling kepada pasien /keluarga.
g. Melakukan pencampuran obatsuntik.
h. Melakukan penyiapan nutrisiparenteral.
i. Melakukan penanganan obatkanker
j. Melakukan penentuan kadar obat dalamdarah.
k. Melakukan pencatatan setiapkegiatan.
l. Melaporkan seluruhkegiatan.
2.3 Obat
2.3.1 Definisi Obat
Definisi obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 tahun 2014 yaitu obat termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi untuk manusia. Sumardjo, D. (2006) melaporkan, obat adalah suatu
bahan kimia yang dapat mempengaruhi organisme hidup dan dipergunakan untuk
keperluan diagnosis, pencegahan, dan pengobatan suatu penyakit.
Obat secara umum merupakan semua bahan tunggal atau campuran yang
dipergunakan oleh semua makhluk untuk mencegah, meringankan dan
menyembuhkan penyakit (Syamsuni, 2005). Dari beberapa definisi obat di atas dapat
disimpulkan bahwa obat merupakan suatu bahan kimia yang diproduksi untuk
mengurangi rasa sakit dan mencegah timbulnya risiko berbagai penyakit.
2.3.2 Penggolongan Obat
Berdasarkan jenisnya, Penggolongan obat terdiri dari Obat bebas, Obat Bebas
Terbatas, Obat Wajib Apotek, Obat Keras, Psikotropika dan Narkotika.
1. Obat Bebas
Obat golongan ini termasuk obat yang relatif paling aman, dapat diperoleh tanpa
resep dokter, selain di apotek juga dapat diperoleh di warung-warung. Obat bebas
dalam kemasannya ditandai dengan lingkaran berwarna hijau. Contohnya adalah
parasetamol, vitamin c, asetosal (aspirin), antasida daftar obat esensial (DOEN), dan
obat batuk hitam (OBH) (Priyanto, 2010).