“MAKALAH”
Pembentukan senyawa Terpenoid
Disusun
Jurusan : KIMIA
Prodi/Kelas : KIMIA/A
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GOROTALO
2018/2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat ALLAH Azza Wa Jallah, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula shalawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada junjungan Baginda Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wassalam.
Saya menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan, dikarenakan kurangnya
pengetahuan maupun referensi yang di miliki. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik, saran,
maupun masukan agar saya dapat menyempurnakan makalah ini kedepannya. InsyaaAllah,
makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Aamiin Allahumma Aamiin
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Mengatahui pengertian dari senyawa terpenoid.
2. Menetahui apa saja pengelompokan senyawa terpenoid.
3. Mengetahui proses sintesis terpenoid.
4. Mengetahui apa saja kegunaan senyawa terpenoid.
5. Mengetahui proses isolasi dan identifikasi terpanoid.
5
BAB II
ISI
2.1 Terpenoid
6
2.2 Senyawa terpenoid dapat dikelompokkan sebagai berikut :
2.2.1 Monoterpenoid
7
menjadi yang lain berlangsung sebagai akibat reaksi isomerisasi. Ketiga alkohol
ini yang berasal dari hidrolisa geranil pirofosfat (GPP) dapat menjadi reaksi-
reaksi sekunder, misalnya dehidrasi menghasilkan mirsen, oksidasi menghasilkan
sitral dan oksidasi reduksi menghasilkan sitronelal.
Peubahan GPP in vivo menjadi senyawa-senyawa monoterpen siklik dari
segi biogenetic disebabkan reaksi siklisasi yang diikuti oleh reaksi-reaksi
sekunder. Senyawa seperti monoterpenoid mempunyai kerangka karbon yang
banyak variasinya. Oleh karena itu penetapan struktur merupakan hal yang
penting. Jenis kerangka karbon monoterpenoid antara lain dapat ditetapkan oleh
reaksi dehidrogenasi menjadi senyawa aromatik. Penetapan struktur selanjutnya
adalah melalui penetapan gugus fungsi dari senyawa yang bersangkutan.
2.2.2 Seskuiterpenoid
2.2.3 Diterpenoid
8
bisiklik, trisiklik, dan tetrasiklik. Tata nama yang digunakan merupakan tata nama
trivial.
2.2.4 Triterpenoid
Lebih dari 4000 jenis triterpenoid, telah diisolasi dengan lebih dari 40
jenis kerangka dasar yang sudah dikenal dan pada prinsipnya merupakan proses
siklisasi dar sekualen. Tritepenoid terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6 yang
bergabung dengan siklik 5 atau berupa 4 siklik 6 yang mempunyai fungsi siklik
pada siklik tertentu.
Struktur terpenoid yang bermacam ragam timbul akibat dari reaksi
sekunder berikutnya seperti hidrolisa, isomerisasi, oksidasi, reduksi dan siklisasi
atas geranil, farnesil, dan geranil-geranil pirofosfat.
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C 30 asiklik,
yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan
berupa alkohol, aldehida atau asam karboksilat. Mereka berupa senyawa
tanwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optik, yang
umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya. Uji yang banyak
digunakan ialah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida asetat-H2SO4 pekat) yang
dengan kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau biru.
Triterpenoid dapat dipilih menjadi sekurang-kurangnya empat golongan
senyawa : triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Kedua
golongan yang terakhir sebenarnya triterpena atau steroid yang terutama terdapat
sebagai glikosida. Banyak triterpena dikenal dalam tumbuhan dan secara berkala
senyawa baru ditemukan dan cirikan. Sampai saat ini hanya beberapa saja yang
diketahui tersebar luas. Senyawa tersebut ialah triterpena pentasiklik α-amirin dan
β-amirin serta asam turunannya yaitu asam ursolat dan asam oleanolat. Senyawa
ini dan senyawa sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan malam daun dan
dalam buah, seperti apel dan pear, dan mungkin mereka berfungsi sebagai
pelindung untuk menolak serangga dan dan serangan mikroba. Triterpena terdapat
9
juga dalam damar, kulit batang, dan getah seperti : Euphorbia, Hevea, dan lain-
lain (Harborne, 1987).
Secara umum terpenoid terdiri dari unsur-unsur C dan H dengan rumus molekul
umum (C5H8)n.
Dari rumus di atas sebagian besar terpenoid mengandung atom karbon yang
jumlahnya merupakan kelipatan lima. Penyelidikan selanjutnya menunjukan pula bahwa
sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau lebih
unit C5 yang disebut unit isopren. Unit C5 ini dinamakan demikian karena kerangka
karbonnya seperti senyawa isopren. Wallach (1887) mengatakan bahwa struktur rangka
terpenoid dibangun oleh dua atau lebih molekul isopren. Pendapat ini dikenal dengan
“hukum isopren”.
10
2.3 Kegunaan Terpenoid
Fitoaleksin
Fitoaleksin adalah suatu senyawa anti-mikrobial yang dibiosintesis (dibuat) dan
diakumulasikan oleh tanaman setelah terjadi infeksi dari mikroorganisme
patogen atau terpapar senyawa kimia tertentu dan radiasi dengan sinar UV.
Insect antifectan, repellant
Pertahanan tubuh dari herbifora
Feromon Hormon tumbuhan.
Feromon adalah sejenis zat kimia yang berfungsi untuk merangsang dan
memiliki daya pikat seks pada hewan jantan maupun betina].
Bioaktivitas terpenoid pada akar dan daun Jatropha gaumeri (jarak). Karena
pada tanaman ini terkandung golongan senyawa terpenoid dan juga pada ekstrak
daun ini memiliki aktivitas antibakteri dan antioksidan. Aktivitas tersebut
dihasilkan dengan isolasi dan identifikasi pada akar yang menghasilkan 2-epi-
jatrogossidin (1). Salah satunya suatu rhamnofolane diterpene dengan aktifitas
antimicrobial, dan kedua 15-epi-4E jatrogrossidentadione (2), suatu lathyrane
diterpene tanpa aktivitas biologi. Dengan cara yang sama, pemurnian dengan
penelitian yang telah diuji dari ekstrak daun dapat mengdentifikasi sitosterol dan
triterpen amaryn, traraxasterol. Metabolit ini ternyata bisa digunakan sebagai
aktifitas antioxidant.
Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan struktur yang besar dalam produk
alami yang diturunkan dan unit isoprene (C5)yang bergandengan dalam model kepala ke
ekor, sedangkan unit isoprene diturunkan dari metabolism asam asetat oleh jalur asam
11
mevalonat (MVA). Adapun reaaksinya adalah sebagai ber
Gambar 1 Jalur Asetat dalam Pembentukkan IPP yang Merupakan Batu Bata
Pembentukkan Terpenoid Via Asam Mevalonat (http://nadjeeb.wordpress.com).
Secara umum biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:
1. Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2. Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-,
seskui-, di-. sester-, dan poli-terpenoid.
3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid
dan steroid.
13
14
Gambar 2 Mekanisme Biosintesa Senyawa Terpenoid (http://nadjeeb.wordpress.com)
15
Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas bakteri. Uji aaktivitas
bakteri dilakukan dengan pembiakan bakteri dengan menggunakan jarum ose yang
dilakukan secara aseptis. Lalu dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2mL Meller-
Hinton broth kemudian diinkubasi bakteri homogen selama 24 jam pada suhu
35°C.suspensi baketri homogeny yang telah diinkubasi siap dioleskan pada permukaan
media Mueller-Hinton agar secara merata dengan menggunakan lidi kapas yang steril.
Kemudian tempelkan disk yang berisi sampel, standar tetrasiklin serta pelarutnya yang
digunakan sebagai kontrol. Lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35°C. dilakukan
pengukuran daya hambat zat terhadap baketri.
Uji fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-
Burchard. Perekasi Lebermann-Burchard merupakan campuran antara asam setat anhidrat
dan asam sulfat pekat. Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalah untuk
membentuk turunan asetil dari steroid yang akan membentuk turunan asetil didalam
kloroform setelah. Alasan penggunaan kloroform adalah karena golongan senyawa ini
paling larut baik didalam pelarut ini dan yang paling prinsipil adalah tidak mengandung
molekul air. Jika dalam larutan uji terdapat molekul air maka asam asetat anhidrat akan
berubah menjadi asam asetat sebelum reaksi berjalan dan turunan asetil tidak akan
terbentuk.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metabolisme sekunder (metabolit sekunder) seperti terpenoid, steroid, kumarin,
flavonoid, dan alkaloid. Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang
umumnya mempunyai kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan
dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya.
Terpenoid merupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan
isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik yaitu skualena.
Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alcohol, aldehid atau
atom karboksilat.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Bialangi, N., Mustapa, M. A., Salimi, Y. K., Widiantoro, A., & Situmeang, B. (2016). Antimalarial
activity and phitochemical analysis from Suruhan (Peperomia pellucida) extract. JURNAL
PENDIDIKAN KIMIA, 8(3), 33-37.
2. Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah.
Bandung : Penerbit ITB. Terjemahan dari : Phytochemical methods.
3. IW.G Gunawan, dkk. 2008. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Terpenoid yang Aktif Antibakteri
pada Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn). ISSN 1907-9850
4. http://renggaanaliskimia.blogspot.com/2011_04_01_archive.html
5. http://willi-pharmacist.blogspot.com/2010/09/terpenoid-i-pendahuluan-dan-sintesis.html
18