Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu
penyediaan bahan obat dan sumber alam dan sintetik yang seusai untuk disalurkan
dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit.
Farmasetika merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat
meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat-
obatan, seni peracikan obat, serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk
tertentu hingga siap digunakan sebagai obat, serta perkembangan obat yang
meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat
digunakan dan diberikan kepada pasien.selain ittu termasuk juga meliputi segala
hal mengenai resep (Syamsuni,2006).
Obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai
dalam diagnosis,mengurangi rasa sakit mengobati atau mencegah penyakit pada
manusia atau hewan.
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihalusakan,di tujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Karena
mempunyai luas permukaan yang luas,serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih
larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan. Oleh masyarakat terutama bagi
anak-anak dan orang tua yang sukar menelan obat dalam bentuk tablet, pil, atau
pun kapsul.serbuk dapat di bedakan menjadi serbuk terbagi (Pulveres) atau tidak
terbagi (pulvis) .
Serbuk bagi (pulveres) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang
lebih sama dibungkus dengan kertas perkamen atau pengemas lain yang cocok.
Sedangkan serbuk tak terbagi atau serbuk tabor (pulvis) adalah serbuk ringan yang
digunakan untuk pemakaian topikal dikemas dalam wadah yang bagian atasnya
berlubang untuk memudahkan penggunaan pada kulit (Syamsuni, 2006).

1
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Agar kita dapat melakukan praktikum farmasetika dengan baik
dan mengetahui lebih jelas dan mendalam tentang sedian berupa serbuk
terbagi atau pulveres, khususnya cara pembuatan dan pengemasannya.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini diantaranya :
1. Mahasiswa mampu mengetahui cara pembuatan serbuk bagi
2. Mahasiswa mampu mengetahui metode-metode pembuatan serbuk bagi
1.2.3 Prinsip Percobaan
Pada percobaan ini, prinsip yang digunakan adalah menggerus obat dengan
metode Trituration.Trituration adalah metode mencampurkan bahan obat dalam
mortar dengan stemper.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Definisi Obat
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian
tubuh manusia. Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih
banyak juga orang yang menderita akibat keracunan obat.Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai
racun (Syamsuni, 2006).
Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam
pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat
salah digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebih maka akan
menimbulkan keracunan dan bila dosisnya kecil tidak akan memperoleh
penyembuhan (Anief, 1991).
Bahan obat jarang diberikan sendiri-sendiri, lebih sering merupakan suatu
formula yang dikombinasi dengan satu atau lebih zat yang bukan obat yang
bermanfaat untuk kegunaan farmasi.Bentuk-bentuk sediaan yang dapat digunakan
beragam. Bentuk yang populer adalah sebuk, tablet, kapsul, kaplet, suspense dan
berbagai larutan sediaan farmasi (Ansel, 1989)
2.1.2 Definisi Serbuk Bagi
Serbuk bagi (pulveres)adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang
lebih sama dibungkus dengan kertas perkamen atau pengemas lain yang cocok.
Sedangkan serbuk tak terbagi atau serbuk tabor (pulvis) adalah serbuk ringan yang
digunakan untuk pemakain topical dikemas dalam wadah yang bagian atasnya
berlubang untuk memudahkan penggunaan pada kulit.Serbuk mempunyai luas
permukaan yang luas, sehingga serbuk mudah terdispersi dan lebih larut daripada
bentuk sediaan yang dipadatkan (Tantri, 2012).

3
Serbuk (pulvis) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian luar karena memiliki luas permukaan yang
luas, serbuk mudah terdispersi dan lebih larut daripada bentuk sediaan yang
dipadatkan. Anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tabet
lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk(Depkes, 1995).
Dalam membuat serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku serbuk kering.
Maka itu untuk menggerus halus serbuk Kristal lebih baik menggunakan mortir
panas.Jika jumlah obat kurang dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat
ditimbang, harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang
cocok.Obat bermassa lembek misalnya ekstrak kental dilarutkan kedalam pelarut
yang sesuai secukupnya dan diserbukkan dengan pertolongan zat tambahan yang
cocok. Jika serbuk obat mengandung bahan yang mudah menguap, dikeringkan
dengan pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain yang cocok(Depkes,
1979).
2.1.3 Metode Pembuatan
Menurut Syamsuni (2006 ) cara mencampur bahan obat untuk serbuk yaitu:
1. Triturition, mencampurkan bahan obat dalam mortir dengan stamper
2. Spatulation, mencampur bahan obat langsung diatas kertas
3. Sifting, cara mencampurkan bahan obat dalam suatu ayakan tertutup
4. Tumbling, cara mencampurkan bahan obat dalam tempat tertutup yang
dilengkapi dengan bola logam sebagai penggiling kemudian digoyang-
goyangkan.
2.1.4 Syarat Serbuk
Adapun syarat dalam sediaan serbuk adalah :

1. Kering
2. Halus
3. Homogen
4. Memenuhi uji keseragaman bobot (seragam dalam bobot) atau
keseragaman kandungan ( seragan dalam zat yang terkandung ) yang
berlaku untuk serbuk bagi/pulveres yang mengandung obat keras,
narkotika, dan psikotropika.

4
Keuntungan sediaan serbuk bagi: (Syamsuni, 2006)
1. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan si
penderita.
2. Lebih stabil terutama obat yang rusak oleh air
3. Penyerapan lebih cepat dan lebih sempurna
4. Cocok digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan
kapsul atau tablet
5. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet dan kapsul, dapat
dibuat serbuk
Kerugiaan sediaan sebuk bagi : (Syamsuni, 2006)
1. Tidak tertutupnya rasa tidak enak, pahit, lengket, dilidah (bisa diatasi
dengan corigons sapposig)
2. Pada penyimpanan menjadi lembab
2.1.5 Penggolongan Obat
Menurut Syamsuni(2006),obat terbagi atas 5 golongan yaitu :
1. Menurut kegunaan obat :
a. Untuk menyenmbuhkan.
b. Untuk mencegah.
c. Untuk diagnosis.
2. Menurut cara penggunaan obat :
a. Mediacamentum ad usum internum. (pemakaian dalam).
b. Mediacamentum ad usum eksternum (pemakaian luar).
3. Menurut cara kerjanya :
a. Lokal : obat yang bekerja pada jaringan setempat seperti pemakaian
topikal.
b. Sistemik : obat yang didistribusikan keseluruh tubuh oral.
4. Menurut undang-undang :
a. Narkotik (obat bius atau daftar O=opium).
b. Psikotropika (obat berbahaya).
c. Obat keras (daftar G =geverlijk = berbahaya).
d. Obat bebas terbatas (daftar W = waarschuwing = peringatan).
e. Obat bebas.
5. Menurut sumber obat :
a. Tumbuhan (flora,nabati).
b. Mineral (pertambangan).
c. Sintetis (tiruan/buatan).
d. Mikroba/fungi/jamur

5
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol,methanol,etanol,,isopropil alkohol
Rumus molekul : C2H5OH
Rumus Struktur :

H3C OH
Berat molekul : 46,07 g/mol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap
dan mudah terbakar, berbau khas panas, mudah
terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari
cahaya,di tempat sejuk jauh dari nyala api.
Kegunaan : Zat pensteril
Khasiat : Sebagai antiseptik (menghambat bakteri)
2.2.2 Amoxicillin(Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : AMOXICILLIN
Nama lain : amoksisilin,amoxsan,pamoxicillin,penmox,trimox
Rumus molekul : C16H19N3O4S
Struktur Kimia :

6
Berat Molekul : 349,40 g/mol
Pemerian : Serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau
Kelarutan : Sukar larut dalam air dalam methanol tidak
larutan dalam benzena karena dalam karbon
tetraklorida dan dalam kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.
Kegunaan : Zat aktif
Khasiat : Sebagai antibiotik (membunuh bakteri dan
mikroorganisme
2.2.3 Paracetamol(Dirjen POM, 1995).
Nama resmi : ACETAMINOPHENUM
Nama lain : Paracetamol,acitaminofen,acetamidophenol
Rumus molekul : C8H9N02
Struktur kimia :

Berat molekul : 151, 16 g/mol


Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit
pahit
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium
hidroksidan mudah larut dalam etanol
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
Khasiat : Sebagai obat pereda nyeri (analgesik) dan penurun
demam (antipiretik)
Kegunaan : Zat aktif

7
2.2.4 CTM (DepKes, 1995)
Nama resmi : CHLORPHENIRAMINI MALEAS
Nama lain : Klorfeniramina Maleat,kolephrin,
Rumus molekul : C16H19CIN2.C4H4O4
Struktur kimia :

Berat molekul : 390, 87 g/mol


Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, larutan
mempunyai PH antara 4 dan 5
Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam etanol.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
Khasiat : Antihistamin, sedative (Harkness, 1989)
Kegunaan : Zat aktif
2.2.5 Gliserin Glikolat (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : GUAIFENASIUM
Nama lain : Guaifenasium, gilisan gmalakoat
Rumus molekul : C10H4O4
Struktur kimia :

Berat molekul : 350, 87 g/mol


Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai kering pucat parktis
tidak berbau, peka terhadap cahaya dan
kelembaban melebur pada suhu kurang lebih 140
derajat disertai perusalan

8
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air. Cukup larut dalam
etanol dan sukar larut dalam kloroform
Penyimpanan : Disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya
langsung dan tempat yang lembab
Khasiat : Sebagai antihistamin pada berbagai kondisi alergi
Pada kulit
Kegunaan : Zat aktif

9
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Pelaksanaan Praktikum
Praktikum mengenai Serbuk Bagi di laksanakan di Laboratorium Teknologi
Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo pada
hari Jumat tanggal 8 maret 2019 pukul 07.00 WITA sampai dengan selesai..
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Alu,ayakan no.
44,lap halus,lap kasar,lumping, sudip, cawan porselin, dan spatula
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu Alkohol 70 %,Copy
resep,etiket,plastik obat,dan tissue.
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dibersihkan alat dengan alcohol 70%.
3. Dihitung bahan obat yang akan digunakan.
4. Digerus setiap bahan obat dengan menggunakan lumpang dan alu
5. Diayak bahan obat yang telah digerus.
6. Dicampurkan semua bahan obat satu persatu sesuai persyaratan.
7. Dibagi serbuk pada setiap kertas perkamen dengan bobot kurang lebih
sama.
8. Dilipat kertas perkamen dengan rapi.
9. Dikemas sediaan serbuk ke dalam plastik obat.
10. Diberi etiket dan copy resep

10
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Gambar 4.1.1
Serbuk Bagi

4.2 Pembahasan
Pulveres adalah serbuk yang diracik dari satu atau beberapa bahan aktif ,
dicampurkan menjadi satu dan dihaluskan, setelah itu dibagi dalam bagian-bagian
yang sama rata dan dibungkus menggunakan kertas perkamen, biasanya ditujukan
untuk pemakaian oral.
Pada percobaan pertama kali ini kita akan membuat serbuk bagi. siapkan
alat dan bahan yang akan digunakan, alat yang digunakan yaitu lumpang dan alu
serta ayakan no.44, dan bahan yang digunakan yaitu amoxicillin 500 mg,
paracetamol 250 mg, CTM 2 mg, dan ranitidine 10 mg. Kemudian untuk
membersihkan alat harus dibersihkan menggunakan alkohol 70%. Karena
menurut Noviansari, dkk (2013), alkohol mempunyai aktivitas sebagai bakterisid
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, dan alkohol juga mengandung
antiseptik dan desinfektan.
Karena menurut Joseph (1865), antiseptik bertujuan untuk menghambat atau
merusak mikroorganisme dipermukaan suatu jaringan hidup sehingga dapat
mencegah infeksi.sedangkan desinfektan yaitu mengeliminasi atau membunuh
bentuk-bentuk vegetative dari sebagian besar organisme yang berbahaya dan
pathogen, tetapi tidak ditujukan untuk membunuh semua mikroba (Signaterdadie,
2009).

11
Langkah pertama yang dilakukan yaitu menggerus terlebih dahulu
amoxicillin karena amoxicillin tidak dapat digerus bersamaan dengan obat lain.
Menurut Kupiec (2003) Pencampuran antibiotik (misal ampicilin) dan obat-obat
AINS (misal paracetamol, asam mefenamat, ibuprofen, dll) dalam bentuk sediaan
puyer bukan merupakan peresepan yang ideal karena antibiotik merupakan obat
yang diminum sampai habis sedangkan obat-obat AINS merupakan obat yang
hanya diminum hanya bila perlu saja.Perlu diketahui bahwa antibiotik seperti
ampicilin seharusnya tidak boleh digerus karena dapat menyebabkan syok
anafilaktik yang bisa membahayakan pasien atau petugas yang meracik
obat.Kemudian letakkan diatas kertad perkamen yang telah tersedia.
Kemudian langkah selanjutnya masukkan ranitidine 10 mg, lalu digerus
sampai halus setelah itu letakkan di atas ayakan dengan nomor 44. Menurut
(Voigt, 1994) alasan menggunakan ayakan nomor 44 agar material yang kita
dapatkan akan lebih halus serta salutan dari ranitidine akan tertinggal, setelah
diayak letakkan diatas kertas perkamen yang telah tersedia. Kemudian, masukkan
CTM 2 mg ke dalam lumpang lalu digerus sampai halus, dan tambahkan dengan
paracetamol 250 gram lalu digerus kembali sampai halus, dan homogen.
Kemudian bagilah dalam bagian yang sama banyak, sebanyak 10 bagian lalu
bungkus dengan kertas perkamen, setelah itu masukkan ke dalam sak obat lalu
diberi etiket putih beserta keterangannya.

12
4.3 Deskripsi Resep
4.3.1 Resep

dr. Sasmita
Jl. Jawa No. 18 Bandung
SIP : NO 04/KM/1982

No. 13 Tgl 7/3/19

R/
Amoxicillin 250 mg
m.f pulv d.t.d No X
∫ t.d.d 1 p.c
R/
PCT 500 mg
CTM 2 tab
GG ½ tab
m.f pulv d.t.d No X
∫ t.d.d 1 p.c

Pro : Sisilia
Umur : 1 Tahun 5 Bulan

4.3.2 Narasi Resep


4.3.2.1 Narasi Resep Perkata
Singkatan Latin Nama Latin Arti
∫ Signa Tandai
500 Centum quinque Lim ratus
250 Ducenta Quinguaginta Dua ratus lima puluh
2 Duo Dua
10 Decem Sepuluh
1 Unus Satu
3.d.d Ter de die Tiga kali sehari
d.t.d Da tales doses Berikan sekian takaran
m.f Misce fac Campur dan buatlah
Mg Miligramma Milligram

13
No Nomero Sebanyak
p.c Post coenam Seduah makan
Pro Pro Untuk
Pulv Pulvis Serbuk
R/ Recipe Ambilah
X Decem Sepuluh

4.3.2.2 Narasi Resep dalam Bahasa latin


Recipe, amoxicillin miligramma, paracetamol ducenta quinguaginta
miligramma, ctm duo miligramma, ranitidine decem miligramma, misce fac
pulvis da tales doses numero decem. Signa ter de die unus post coenam
(Syamsuni, 2006).
4.3.2.3 Narasi Resep dalam Bahasa Indonesia
Ambilah, amoxicillin lima ratus miligram, paracetamol dua ratus lima
puluh milligram, ctm 2 miligram, ranitidine 10 miligram. Campur dan buatlah
serbuk berikan sekian takaran sebanyak sepuluh.Tandai tiga kali sehari sesudah
makan (Syamsuni, 2006).
4.3.3 Perhitungan Bahan
100 mg
1. Ampicilin = x 6 = 1,2 Tablet
500 mg
250 mg
2. Paracetamol = x 6 = 3 Tablet
500 mg
2 mg
3. CTM = x 6 = 3 Tablet
4 mg
4. GG =

4.3.4 Perhitungan Dosis


1. Amoxicilin (250-500 mg) (Gunawan, 2007)
n
- Dosis sekali = x dosis dewasa
20
13
= x 250 mg
20

14
= 162,5 mg
100 mg
% sekali = x 100%
162,5mg
= 61,5% (Tidak OD)
n
- Dosis sehari = x dosis dewasa
20
13
= x 500 mg
20
= 325 mg
100 mg
% sehari = x 100%
325 mg
= 30,7% (Tidak OD)
2. Paracetamol (500-1000) (Tjay, T.H dan Rohardja, 2007)
n
- Dosis sekali = x dosis dewasa
20
13
= x 500 mg
20
= 325 mg
250 mg
% sekali = x 100%
325 mg
= 80% (Tidak OD)
n
- Dosis sehari = x dosis dewasa
20
13
= x 1000 mg
20
= 650 mg
250 mg
% sehari = x 100%
650 mg
= 38,46% (Tidak OD)
3. CTM (2 mg - 6 mg) (Sukandar dan Andarajati, 2009)
n
- Dosis sekali = x dosis dewasa
20
13
= x 2 mg
20
= 1,3 mg

15
2mg
% sekali = x 100%
1,3 mg
= 153,8% (OD)
n
- Dosis sehari = x dosis dewasa
20
13
= x 6 mg
20
= 3,9 mg
2mg
% sehari = x 100%
3,9 mg
= 51,28% (Tidak OD)
4. Ranitidine (75 mg - 150 mg) (Siswondo dan Soekardjo, 1995)
n
- Dosis sekali = x dosis dewasa
20
13
= x 75 mg
20
= 48,75 mg
10 mg
% sekali = x 100%
48,75 mg
= 20,51% ( Tidak OD)
n
- Dosis sehari = x dosis dewasa
20
13
= x 150 mg
20
= 97,5 mg
10 mg
% sehari = x 100%
97,5 mg
= 10,25 % ( Tidak OD)

4.3.5Kekurangan Resep
Kekurangan pada resep ini adalah tidak terdapat paraf atau tanda tangan
dokter penulis resep dan tidak ada tanggal penulisan resep.Menurut Rahmawati,
dkk (2002) paraf atau tanda tangan dokter harus diperlukan karena jika tidak
terdapat paraf membuat keaslian resep itu diragukan. Sedangkan menurut

16
Syamsuni (2006) paraf dokter harus dicantumkan karena sudah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4.3.6 Indikasi Resep


1. Amoxicillin
Untuk infeksi saluran pernapasan, bronkopneumonia, atitis media, infeksi
saluran napas, saluran kemih, infeksi dalam kelamin wanita (Sirait, 2015).
2. Paracetamol
Untuk meringankan rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, dan
menurunkan demam (Sirait, 2015).
3. CTM
Diindikasikan untuk gangguan alergi (antialergi) pada kulit termasuk
urtikaria, pruritus, gigitan serangga, beberapa alergi obat dan alergi akibat
kontak tanaman(Sirait,2015).
4. Ranitidin
Diindikasikan untuk pengobatan jangka pendek tuka duodenum aktif tuka
lambung.Mengurangi gejala refluks esofagitis, tetapi memelihara setelah
penyembuhan luka duodenum dan lambung sindroma, dunger, Ellison (Sirait,
2015).
4.3.7 Penyampaian Informasi
1. Pemakaian
Serbuk ini digunakan secara oral atau pemakaian dalam, penggunaanya
dikonsumsi 3x1 sebanyak 1 bungkus dalam setiap kali konsumsi dengan
dilarutkan terlebih dahulu dengan air secukupnya (Dirjen POM, 1995)
2. Cara Penyimpanan
Disimpan ditempat yang sejuk dalam wadah tertutup rapat terlindungi dari
panas dan cahaya.Pada penyimpanan kadang terjadi lembab atau basah
sehingga membutuhkan tempat yang tertutup dari udara lembab (Ansel,
2011).
3. Jangka Waktu

17
Obat ini berjumlah 10 bungkus dalam sehari 3 x 1, 1 bungkus pada pagi,
siang dan malam sesudah makan setiap 8 jam.

4.3.8 Farmakologi
1. Amoxicillin
Farmakodinamik
Amoksisilin adalah bakterisidal yang rentan terhadap organisme melalui
penghambatan biosintesis dinding sel mukopeptida selama tahap
penggandaan bakteri (Imoisili, 2008). Amoksisilin lebih efektif melawan
mikroorganisme gram positif dibanding gram negatif, dan
mendemonstrasikan efikasi lebih baik dibanding penisillin, penisillin V
dan dibanding antibiotik lain dalam pengobatan penyakit atau infeksi yang
beragam (Kaur et al., 2011).
Amoksisilin bekerja dengan mengikat pada ikatan penisilin protein 1A
(PBP-1A) yang berlokasi didalam dinding sel bakteri. Penisillin
(amoksisilin) mengasilasi penisilin-mensensitifkan transpeptidase C-
terminal domain dengan membuka cincin laktam menyebabkan inaktivasi
enzim, dan mencegah pembentukan hubungan silang dari dua untai
peptidoglikan linier, menghambat fase tiga dan terakhir dari sintesis
dinding sel bakteri, yang berguna untuk divisi sel dan bentuk sel dan
proses esensial lain dan lebih mematikan dari penisillin untuk bakteri yang
melibatkan mekanisme keduanya litik dan non litik (Kaur et al, 2011).
Farmakokinetik
a. Absorpsi: Amoxicilin diabsorpsi dengan cepat dan baik pada saluran
pencernaan, dan tidak tergantung dengan adanya makanan. Bioavailabitas
berkisar antara 74-92% dan bias mencapai 95% peroral konsentrasi
puncak dalam serum terjadi dalam 1-2 jam.
b. Distribusi: Distribusi amoxicillin terbanyak dalam cairan tubuh dan
inang termasuk paru-paru sekresi denkial, sekresi sinus empedu cairan
dipura dan cairan telinga tengah

18
c. Metabolisme: Biotransformasi amoxicillin terjadi di waktu paru
amoxicillin kurang lebih 12 jam pada orang dewasa
d. Eksresi: Amoxicilin di ekskresikan melalui urine sekitar 50-80% dosis
amoxicillin di eksresikan tanpa berupa kentut(AHFS, 2011).
2. Paracetamol
Farmakodinamik
Efek analgesik Parasetamol dan Fenasetin serupa dengan Salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang.Keduanya
menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan
efek sentral seperti salisilat.
Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu Parasetamol dan
Fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik.Parasetamol merupakan
penghambat biosintesis prostaglandin (PG) yang lemah.Efek iritasi, erosi
dan perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini, demikian juga
gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa (Mahar Mardjono
1971).
Semua obat analgetik non opioid bekerja melalui penghambatan
siklooksigenase.Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga
konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu.Setiap obat
menghambat siklooksigenase secara berbeda.Parasetamol menghambat
siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang
menyebabkan Parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek
pada pusat pengaturan panas.Parasetamol hanya mempunyai efek ringan
pada siklooksigenase perifer.Inilah yang menyebabkan Parasetamol hanya
menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai
sedang.Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek
langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat
sintesa prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin.Obat ini
menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesa
prostaglandin, tetapi demam yang ditimbulkan akibat pemberian

19
prostaglandin tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu oleh
sebab lain, seperti latihan fisik (Aris 2009).
Farmakokinetik
a. Absorpsi: Diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna,
konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam ½ dari masa para antara
1-3 jam
b. Distribusi: Paracetamol di distribusi kedalam saluran cerna atau
keseluruhan cairan tubuh 25% paracetamol terikat protein plasma
c. Metabolisme: Dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati sebagian
acetaminophen di konjungsi denga asam sulfat
d. Ekskresi: Mensekresi melalui ginjal sebagian kecil paracetamol (30%)
dan sebagian besar dalam bentuk terkonjungsi
(Farmakologi dan Terapi edisi IV: hal 238)
3. CTM
Farmakodinamik
Chlorpheniramine mengikat reseptor H1 dengan cara
antagoniskompetitif reversible pada sel efektor di saluran gastrointestinal, 
pembuluh darah dan saluran pernapasan (Katzung, 2001).
Farmakokinetik
a. Absorpsi: Bioavailabilitas diserap dengan baik setelah pemberian obat
terapi hanya 25-45% (tablet konvensional) atau 35-60% (larutan) dari
dosis tunggal yang mencapai sirkulasi sistematik sebagai obat tidak
berubah
b. Distribusi: Mengalami distribusi cepat dan luas namun distribusi belum
sepenuhnya di ketahui ikatan protein plasma sekitar 69-72%
c. Metabolisme: Mengalami metabolisme substansial dalam mukosa
selama penyerapan dan efek lintas pertama melalui hati di metabolisme
cepat dan intensif terutama menjadi minimal 2 metabolik tak dikenal dan
monodesmethylclarp heniromine dan didesmethychlorpheniranine
d. Ekskresi: Antihistamin HI bekerja secara antagonis kompetitif terhadap
efek histamin pada reseptor HI konsentrasi puncak plasma terjadi setelah

20
2-3 jam pemberian obat, ekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui
urine (Farmakologi dan Terapi edisi III : 1979).

4. Ranitidine
Farmakodinamik
Cimetidin dan ranitidine menghambat reseptor H2 secara selektif dan
reversible. Reseptor H2 akan merangsang sekresi cairan lambung srhingga
pada pemberian Cimetidin dan ranitidine sekresi cairan lambung
dihambat. Pengaruh fisiologi cimetidin dan ranitidine terhadap reseptor H2
lainnya, tidak begitu penting.walaupun tidak lengkap cimetidin dan
ranitidine dapat menghambat sekresi cairan lembung akibat rangsangan
obat muskarinik atau gastrin. Cimetidin dan ranitidine mengurangi volume
dan kadar ion hydrogen cairan lambung. Penurunan sekresi asam lambung
mengakibatkan perubahan pepsinogen menjadi pepsin menurun. (Sulistia
G, 1995)
Farmakokinetik
a. Absorpsi: Absorpsi ranitidin terjadi pada menit 60-90 masuk kedalam
ssp (system saraf pusat) dan kadarnya cairan 10-20% dari kadar serum
b. Distribusi: Ranitidin di distribusikan kedalam sitem peredaran darah
c. Metabolisme: Ranitidin mengalami metabolisme lintas pertama di hati
dalam jumlah cukup besar seluruh pemberian oral
d. Eksresi: Di eksresikan terutama melalui ginjal sisanya melalui tiga 70%
dari ranitidine yang diberikan secara oral di ekskresikan dalam urin dalam
bentuk oral (Farmakologi dan Terapi edisi IV: 257).

21
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Serbuk Bagi
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa serbuk bagi
(pulveres) adalah serbuk yang dapat dibagi dalam bobot yang sama, dibungkus
menggunakan kemasan untuk sekali minum, serbuk terbagi boleh dibagi secara
visual/penglihatan, maksimal 10 serbuk secara bersamaan. Umumnya serbuk
berbobot 0,5 gram, pengisinya laktosa.
5.1.2 Cara Pembuatan Serbuk Bagi
Cara pembuatan serbuk bagi, yang pertama menyiapkan alat dan bahan,
yang kedua membersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70%, ketiga
menghitung semua bahan obat yang akan digunakan, yang keempat memasukkan
paracetamol, CTM, ranitidine ke dalam lumpang. Yang kelima menggerus sampai
homogen semua bahan.Yang keenam memasukkan ampicilin ke dalam lumpang
terpisah, digerus hingga halus.Pada obat antibiotik harus digerus dan ditaru
ditempat yang berbeda, serta pada obat yang bersalut pun harus digerus dengan
lumpang yang berbeda dan diayak terlebih dahulu sebelum dicampur dengan obat
yang lainnya.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Jurusan
Diharapkan agar dapat melengkapi fasilitisnya berupa alat-alat dan bahan-
bahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar praktikum yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar.
1.2.2 Untuk Laboratorium
Untuk laboratorium diharapkan agar dapat melengkapi fasilitasnya berupa
alat-alat dan bahan-bahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar

22
praktikum yang dilaksanakan dapat berjalan dengan lancer dan untuk
laboratorium, diharapkan agar fasilitas berupa AC dikondisikan.

5.2.3 Untuk Asisten


Diharapkan agar kerja sama antara asisten dengan praktikan lebih
ditingkatkan dengan banyak memberi wawasan tentang serbuk. Asisten dan
praktikan diharapkan tidak ada missed communication selama proses praktikum
agar hubungan asisten dan praktikan diharapkan selalu terjaga keharmonisannya
agar dapat tercipta suasana kerja sama yang baik.
5.2.4 Untuk Praktikan
Praktikan diharapkan dipraktikum selanjutnya bisa melaksanakan
praktikum lebih baik lagi dan tidak membuatkan kesalahan dalam menghitung
dosis obat yang diminta.Selain itu, berhati-hatilah dalam mencampur obat dan
juga didalam praktikum keseriusan diutamakan.

23

Anda mungkin juga menyukai