Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FARMAKOGNOSI

“TERPENOID”

DISUSUN OLEH:
NAMA : NURUL FATIAH FITRIANA
NIM : G70119018
KELAS :C
DOSEN PENGAMPU : RITHA PRATIWI, S.Si., M.Si., Apt

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan
rahmat dan karunianya kepada kita semua. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
jualah penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul
“Terpenoid”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari Ibu Ritha Pratiwi, S.Si.,
M.Si., Apt, pada Mata Kuliah Farmakognosi.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat menjadi acuan
untuk dapat membuat makalah selanjutnya yang jauh lebih baik dari sekarang.

Ampana Kota, 05 Januari 2021

Nurul Fatiah Fitriana


G70119018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….... i
DAFTAR ISI……………………………..............……………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….............. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….... 1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Terpenoid…………………………………………………….. 3

2.2 Sintesis Terpenoid………………………………………………………. 4

2.3 Penggolongan Terpenoid………………………………………………… 5

2. 4 Tumbuhan Yang Mengandung Senyawa Terpenoid……………………. 9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………. 13
3.2 Saran…………………………………………………………………………… 13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak lama bangsa indonesia sudah mengenal obat-obat tradisional yang
digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit. Pada umumnya obat-obat
tersebut dari sumber bahan alam hayati seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai obat tradisional berkaitan dengan
kandungan kimia yang terdapat didalamnya. Senyawa kimia tersebut merupakan
hasil metabolisme dari tumbuhan itu sendiri. Senyawa kimia dari beberapa jenis
tanaman lebih banyak diteliti dan sering kali dapat memberikan efek fisiologi dan
farmakologi sehingga senyawa ini dikenal dengan senyawa bioaktif. Di antara
senyawa bioaktif tersebut adalah golongan alkaloid, terpenoid, steroid, flavanoid
dan safonin (Sukardiman, dkk, 2020).

Merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan


dan sebagian  kelompok hewan. Rumus molekul terpen adalah (C5H8)n.
Terpenoid disebut juga dengan isoprenoid. Hal ini disebabkan karena kerangka
karbonnya sama seperti senyawa isopren. Secara struktur kimia terenoid
merupakan penggabungan dari unit isoprena, dapat berupa rantai terbuka atau
siklik, dapat mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, karbonil atau gugus
fungsi lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari senyawa terpenoid beserta sifat-sifatnya?
2. Bagaimana proses sintesis terpenoid?
3. Bagaimana penggolongan terpenoid?
4. Tanaman apa saja yang mengandung senyawa terpenoid?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definifi dari senyawa terpenoid beserta fungsinya.
2. Untuk mengetahui proses sintesis terpenoid pada tumbuhan..
3. Untuk mengetahui penggolongan terpenoid.
4. Untuk mengetahui tanaman yang mengandung senyawa terpenoid

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Terpenoid


Dalam tumbuhan biasanya terdapat senyawa hidrokarbon dan hidrokarbon
teroksigenasi yang merupakan senyawa terpenoid. Kata terpenoid mencakup
sejumlah besar senyawa tumbuhan, dan istilah ini digunakan untuk menunjukkan
bahwa secara biosintesis semua senyawa tumbuhan itu berasal dari senyawa yang
sama. Jadi, semua terpenoid berasal dari molekul isoprene
CH2==C(CH3)─CH==CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh
penyambungan 2 atau lebih satuan C5 ini. Kemudian senyawa itu dipilah-pilah
menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapat dalam
senyawa tersebut, 2 (C10), 3 (C15), 4 (C20), 6 (C30) atau 8 (C40).

Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak
atsiri, yaitu monoterpena dan sesquiterepena yang mudah menguap (C10 dan
C15), diterpena menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen
karotenoid (C40). Masing- masing golongan terpenoid itu penting, baik dalam
pertumbuhan dan metabolisme maupun pada ekologi tumbuhan. Terpenoid
merupakan unit isoprena (C5H8). Terpenoid merupakan senyawa yang kerangka
karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan
dari hidrokarbon C30 siklik yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang
rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehid atau atom karboksilat. Mereka berupa
senyawa berwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif
optic yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya
(Kristanti, A, dkk, 2008).
Sifat – sifat umum senyawa terpenoid :

a) Sifat-sifat fisika dari terpenoid adalah :

3
1. Dalam keadaan segar merupakan cairan tidak berwarna, tetapi jika
teroksidasi warna akan berubah menjadi gelap
2. Mempunyai bau yang khas
3. Indeks bias tinggi
4. Kebanyakan optic aktif 4
5. Kerapatan lebih kecil dari air
6. Larut dalam pelarut organic eter dan alcohol

b. Sifat kimia dari terpenoid adalah :


1. Senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik)
2. Isoprenoid kebanyakan bentuknya khiral dan terjadi dalam dua bentuk
enantiomer

2.2 Sintesis Terpenoid


Secara umum biosintesa terpenoid terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:
a. Pembentukan isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat
b. Penggabungan kepala dan ekor unit isoprene akan membentuk mono-, seskui-,
di-, sester-, dan poli-terpenoid
c. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan
triterpenoid dan steroid.

4
Asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis
Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan
asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon
bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevanolat. Reaksi-reaksi
berikutnya ialah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi
menghasilkan IPP yang selanjutnya berisomerisasi menjadi DMAPP oleh enzim
isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif bergabung secara kepada ke-ekor
dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari
polimerisasi isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi
karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari
DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ison pirofosfat.
Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat (GPP) yakni senyawa antara bagi
semua senyawa monoterpen.

Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP, dengan mekanisme yang
sama seperti antara IPP dan DMAPP, menghasilkan farnesil pirofosfat (FPP)
yang merupakan senyawa antara bagi semua senyawa seskuiterpen. Senyawa-
senyawa diterpen diturunkan dari geranil-geranil pirofosfat (GGPP) yang berasal

5
dari kondensasi antara atau satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama
pula.

2.3 Penggolongan Terpenoid


Secara umum terpenoid terdiri dari unsur-unsur C dan H dengan rumus molekul
umum (C5H8)n.
Penggolonang biasanya tergantung pada nilai n.
Nama Rumus Sumber
Monoterpen C10H16 Minyak atsiri
Seskuiterpen C15H24 Minyak atsiri
Diterpen C20H32 Resin pinus
Triterpen C30H48 Saponin, damar
Tetraterpen C4H64 Pigmen
Karoten politerpen (C5H8)n n 8

a. Monoterpenoid

Monoterpenoid merupakan senyawa essence dan memiliki dan memiliki bau


yang spesifik yang dibangun oleh 2 unti isopren atau dengan jumlah atom
karbon 10. Lebih dari 1000 jenis senyawa monoterpenoid telah diisolasi dari
tumbuhan tingkat tinggi, binatang laut, serangga, dan jenis vertebrata dan
struktur senyawanya telah diketahui.

Struktur dari senyawa monoterpenoid yang telah dikenal merupakan


perbedaan dari 38 jenis kerangka yang berbeda, sedangkan prinsip dasar
penyusunannya tetap sebagai penggabungan kepala dan ekor dari 2 unit
isoprene. Struktur monoterpenoid dapat berupa rantai terbuka dan tertutup
atau siklik. Senyawa monoterpenoid banyak dimanfaatkan sebagai antiseptik,
ekspektoran, spasmolotik, dan sedatif. Disamping itu monoterpenoid yang
sudah banyak dikenal banyak dimanfaatkan sebagai bahan pemberi aroma
makanan dan parfum dan ini banyak digunakan komersial dalam
perdagangan.

6
Dari segi biogenetik, perubahan geraniol nerol dan linaol dari salah satu
menjadi yang lain berlangsung sebagai akibat reaksi isomerisasi. Ketiga
alkohol ini yang berasal dari hidrolisa geranil pirofosfat (GPP) dapat menjadi
reaksi-reaksi sekunder, misalnya dehidrasi menghasilkan mirsen, oksidasi
menghasilkan sitral dan oksidasi reduksi menghasilkan sitronelal.
Peubahan GPP in vivo menjadi senyawa-senyawa monoterpen siklik dari segi
biogenetic disebabkan reaksi siklisasi yang diikuti oleh reaksi-reaksi
sekunder. Senyawa seperti monoterpenoid mempunyai kerangka karbon yang
banyak variasinya. Oleh karena itu penetapan struktur merupakan hal yang
penting. Jenis kerangka karbon monoterpenoid antara lain dapat ditetapkan
oleh reaksi dehidrogenasi menjadi senyawa aromatik. Penetapan struktur
selanjutnya adalah melalui penetapan gugus fungsi dari senyawa yang
bersangkutan.

b. Seskuiterpenoid
Seskuiterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang dibangun oleh 3 unit
isoprene yang terdiri dari kerangka unit asiklik atau bisiklik dengan kerangka
naphtalen. Senyawa terpenoid mempunyai boiaktifitas yang cukup besar,
diantaranya sebagai antifeedant, hormone, antimikroba, antibiotic dan toksin
sebagai regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis.

Senyawa-senyawa seskuiterpen diturunkan dari cis-farnesil pirofosfat dan


trans farnesil piropospat melaului reaksi siklisasi dan reaksi sekunder lain.
Kedua isomer farnesil piropospat ini dihasilkan dari melalui mekanisme yang
sama seperti isomerisasi antara geranil dan nerol.

c. Diterpenoid

Diterpenoid merupakan senyawa yang mempunyai 20 atom karbon yang


dibangun oleh 4 unit isoprene. Senyawa ini mempunyai bioaktifitas yang
cukup luas yaitu sebagai hormone pertumbuhan tanaman, podolakton

7
inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant serangga, inhibitor tumor,
senyawa pemanis, abtifouling dan anti karsinogenik. Senyawa diterpenoid
dapat membentuk asiklik, bisiklik, trisiklik, dan tetrasiklik. Tata nama yang
digunakan merupakan tata nama trivial.

d. Triterpenoid
Lebih dari 4000 jenis triterpenoid, telah diisolasi dengan lebih dari 40 jenis
kerangka dasar yang sudah dikenal dan pada prinsipnya merupakan proses
siklisasi dar sekualen. Tritepenoid terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6 yang
bergabung dengan siklik 5 atau berupa 4 siklik 6 yang mempunyai fungsi
siklik pada siklik tertentu.

Struktur terpenoid yang bermacam ragam timbul akibat dari reaksi sekunder
berikutnya seperti hidrolisa, isomerisasi, oksidasi, reduksi dan siklisasi atas
geranil, farnesil, dan geranil-geranil pirofosfat.

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam


satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30
asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit,
kebanyakan berupa alkohol, aldehida atau asam karboksilat. Mereka berupa
senyawa tanwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif
optik, yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya.
Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Lieberman-Burchard (anhidrida
asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena dan sterol
memberikan warna hijau biru.

Triterpenoid dapat dipilih menjadi sekurang-kurangnya empat golongan


senyawa : triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung.
Kedua golongan yang terakhir sebenarnya triterpena atau steroid yang
terutama terdapat sebagai glikosida. Banyak triterpena dikenal dalam
tumbuhan dan secara berkala senyawa baru ditemukan dan cirikan. Sampai

8
saat ini hanya beberapa saja yang diketahui tersebar luas. Senyawa tersebut
ialah triterpena pentasiklik α-amirin dan β- amirin serta asam turunannya
yaitu asam ursolat dan asam oleanolat. Senyawa ini dan senyawa sekerabatnya
terutama terdapat dalam lapisan malam daun dan dalam buah, seperti apel dan
pear, dan mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak
serangga dan dan serangan mikroba. Triterpena terdapat juga dalam damar,
kulit batang, dan getah seperti : Euphorbia, Hevea, dan lain-lain.

e. Tetraterpenoid

Merupakan senyawa dengan senyawa C yang berjumlah 40. Rumus molekul


tetraterpenoid adalah C40H64. Terdiri dari 8 unit isoprene. Sedangkan
biosintesisnya berasal dari geranyl-geraniol. Tetraterpenoid lebih dikenal
dengan nama karotenoid. Terdiri dari urutan panjang ikatan rangkap
terkonjugasi sehingga memberikan warna kuning, oranye dan merah.
Karotenoid terdapat pada tanaman akar wortel, daun bayam, buah tomat, dan
biji kelapa sawit.

f. Polyterpenoid

Disintesis dalam tanaman dari asetal melalui pyroposfat isopentil (C5)dan dari
konjugasi jumlah unit isoprene. Ditemukan dalam latek dari karet.
Plyterpenoid merupakan senyawa penghasil karet.

2.4 Tumbuhan yang Mengandung Senyawa Terpenoid

Terdapat berbagai jenis/macam tanaman yang mengandung senyawa terpenoid


yang berkhasiat sebagai tumbuhan obat, dintaranya yaitu:
a. Kamfer (Cinnamomum camphora)
Tanaman ini memiliki pohon yang besar dan rindang serta sering dijumpai di
wilayah Sri Lanka, California, dan Asia Timur. Champor alam berbentuk
kristal. Senyawa ini diperoleh dengan memotong bagian batang dan akar

9
dari Cinnamomum camphora kemudian melarutkannya dalam minyak yang
telah beruap.

Selanjutnya disuling dengan menggunakan uap panas. Champor mentah lalu


dibebaskan dari minyak dengan mesin pemisah dengan diputar dan ditekan
dalam cetakan. Camphor dapat memacu saraf dalam kulit untuk mengurangi
rasa sakit sehingga menutup rasa yang timbul dari pusat permukaan kulit yang
sama.  Camphor juga telah terbukti aman untuk mengurangi batuk, sesak
napas, dan sakit tenggorokan pada anak kecil.  Uapnya yang harum
menyebabkan aksi obat bius lokal.

b. Kayu putih (Melaleuca leucadendron)


Pohon ini berasal dari Tasmania yang banyak ditanam di Eropa dan
California. Tanaman ini mengandung senyawa monoterpenoid berupa sineol.
Sineol juga disebut cajuputol karena berasal dari kayuputih.

Minyak kayu putih didapatkan dari hasil penyulingan daun kayu


putih. Semakin  besar kadar sineolnya, kualitas minyak kayu putih semakin
tinggi. Proses  ekstraksi  minyak  kayu  putih  dari  daun  tanaman  ini
dilakukan dengan cara atau proses yang sederhana yaitu berupa penguapan
minyak dari daun dan   kemudian   dikondensasikan.

Selanjutnya dilakukan pemisahan antara komponen minyak dengan air,


yang diperoleh dari semua bahan cair yang diperoleh dalam proses
kondensasi. Minyaknya mengandung kira-kira 70-80% Sineol, dengan ciri-
ciri cairan tidak berwarna, bau wangi seperti champhora yang tajam, dingin,
rasa pedas. Minyaknya sering dipakai pada bermacam-macam produk, seperti
nasal inhaler, antiseptik semprot dan pendingin pada aksi obat bius untuk
hidung dan tenggorokan. Sineol juga sering digunakan uapnya sebagai pereda
batuk berdahak dan radang tenggorokan.

c. Thymus  (Thymus vulgaris)

10
Tanaman ini berasal dari Mediterania dan terkenal sebagai tanaman yang
sangat aromatik dengan daun yang harum. Tanaman ini memiliki kandungan
utama thymol yang berperan sebagai antitusif atau pereda batuk dan
ekspektoran atau pengencer dahak sehingga dapat dimanfaatkan untuk
mengatasi bronkitis dan asma. Thymol diperoleh dengan cara memisahkan
thymol natrium dengan larutan NaOH sehingga diperoleh thimol murni.
Penekanan suhu pada pembekuan thymol akan menghasilkan kristal thymol
yang sebagian besar tidak berwarna dan memiliki aroma seperti thymi
dengan rasa yang tajam.

d. Bunga Artemisia (Artemisia annua)


Bunga artemisia berasal dari daerah subtropis (iklim temperate). Tanaman ini
mengandung bahan aktif artemisinin yang sangat efektif mengatasi penyebab
malaria yang resisten terhadap kina (quinine). Senyawa artemisinin pada
tanaman ini bersifat kuat dan  bereaksi secara cepat
sebagai shcizontosid darah dalam pengobatan malaria yang juga aktif
melawan Plasmodium vivax dan strain Plsmodium vivax yang resisten
terhadap klorokuin.

Senyawa artemisinin pada bunga ini berkadar tinggi terutama pada jaringan
bagian atas tanaman (daun dan bunga), sementara di batang kandungannya
rendah. Artemisinin tidak larut dalam air, sehingga bisa dibuat dalam
derivatnya  dan dalam bentuk garam agar dapat larut di dalam air.

e. Bunga Matricia (Matricia recutita)


Bunga ini mengandung senyawa Sesquiterpenoid berupa chamomil. Senyawa
tersebut juga disebut sebagai matricaria dan diperoleh dari bunga yang
dikeringkan. Chamomil berefek karminatif, spasmolitik, dan antiinflamasi.
Chamomil pada dasarnya dipandang begitu berharga dan mahal, sering diberi
label “ginseng dari Eropa”.  Sekarang chamomil menjadi salah satu teh herbal
yang populer di Amerika Serikat.

11
f. Daun Tanaman Feverfew (Tanacetum parthenium)
Tumbuhan ini memiliki aroma yang mirip dengan jeruk nipis. Daunnya
berwarna hijau muda, tidak memiliki bulu dan berbentuk lonjong dengan tepi
bergerigi.  Tumbuhan ini mengandung senyawa feverfew yang telah berabad-
abad digunkan sebagai antipiretik. Hingga saat ini, senyawa dalam tumbuhan
feverfew efektif menurunkan frekuensi dan kerasnya sakit kepala.

Feverfew telah digunakan secara sederhana dengan dihisap dari daun segar
tanaman, tetapi sediaan yang lain seperti tablet atau kapsul lebih praktis.
Selain meredakan sakit kepala, senyawa ini juga dapat mengobati demam
serta dapat menyebabkan pelepasan plasenta pada wanita hamil. Tanaman ini
juga membantu pencernaan makanan dengan menyerang parasit di usus dan
dapat digunakan sebagai obat luar untuk kulit bernanah dan penolak serangga.

g. Bunga Valerian (Valeriana officinalis)


Tanaman ini mengandung Sesquiterpenoid dengan senyawa Valerian.
Kandungan valerian dalam tanaman ini bersifat mudah menguap dan berbau
tidak enak. Umumnya, senyawa tersebut dikonsumsi sebagai sediaan teh
herbal kering. Senyawa tersebut dapat membantu mengurangi gangguan
pencernaan, serta meringankan kondisi nyeri saluran cerna, kejang, serta
pusing.

h. Tanaman Ginkgo (Ginkgo biloba)


Tanaman ini berasal dari Cina bagian timur. Bijinya digunakan untuk
menyembuhkan gangguan pencernaan, masalah kandung kemih, dan bahkan
kanker. Ginkgo juga secara tradisional digunakan untuk mengobati masalah
paru-paru seperti asma dan bronkitis kronis.

Ginkgo dapat dikonsumsi dengan menyeduhnya sebagai teh. Dua komponen


utama dari daun ginkgo adalah flavonoid dan terpenoid. Flavonoid,
antioksidan yang berbasis tanaman, membantu melindungi pembuluh darah
dan sistem saraf pusat. Terpenoid melebarkan pembuluh darah dan membantu

12
menjaga platelet darah dari saling menempel. Ginkgo juga dapat bertindak
sebagai antidepresan. Hal ini juga telah terbukti membantu menenangkan
suasana hati dari orang-orang dengan gangguan kecemasan.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Terpenoid merupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik
yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan berupa
alkohol, aldehid atau atom karboksilat. Terpenoid dapat di sintesis menjadi
beberapa macam senyawa dengan melakukan Pembentukan isoprena aktif berasal
dari asam asetat melalui asam mevalonat. Setelah itu Penggabungan kepala dan
ekor unit isoprene akan membentuk mono-, seskui- , di-, sester-, dan poli-
terpenoid. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan
triterpenoid dan steroid. Macam terpenoid yaitu monoterpeoid dan
sesquiterepenoid yang mudah menguap, diterpenoid menguap, triterpenoid dan
sterol ,serta pigmen karotenoid (C40). Tumbuhan yang mengandung terpenoid
adalah Cinnamomum camphora L. dan Melaleuce Leucadendra L.

3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan di dalam makalah yang dibuat ini.
Sebagai bahan perbaikan penulis meminta kritik maupun saran kepada pembaca
agar menjadi pertimbangan dalam penulisan makalah selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden & Fessenden. (1982). Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Kristanti, A, dkk. (2008). Buku Ajar Fitokimia. Surabaya: AirLangga University


Press.

Sukardiman, dkk. (2020). Buku Ajar Farmakognosi. Surabaya: AirLangga University


Press.

Safirudin, A. (2014). Senyawa Alam Metabolit Sekunder Teori, Konsep, dan Teknik
Pemurnian. Yogyakarta: Deepublish.

15

Anda mungkin juga menyukai