OLEH:
KELOMPOK 1
1. HASNIWATI / 1713040002
2. MEGA HERMAN / 1713040018
3. ANDI NURFAUZIAH / 1713042010
4. SULFIANA / 1713042012
5. FUAD R ALFIKRI / 1713041002
6. SYAHRUL RAMADANA / 1713042015
7. SATRIA HASRI / 1713042025
8. TUSKI / 1713040009
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Senyawa Golonga
n Terpenoid”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk melengkapi salah satu tugas yang harus dipenu
hi untuk mata kuliah Kimia Organik Bahan Alam.
Dalam kesempatan ini, tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini baik moral maupun materil.
Kami memahami makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kri
tik yang membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini pada saat yang aka
n datang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
a. Mengetahui pengertian senyawa terpenoid?
b. Mengtahui ciri umum dan klasifikasi dari senyawa terpenoid?
c. Mengetahui Reaksi apa saja yang dapat terjadi pada senyawa terpenoid?
d. Mengetahui cara isolasi senyawa terpenoid dari suatu spesies?
h. Mengetahui Mekanisme Reaksi Biosintesis Senyawa Terpenoid?
i. Mengetahui jenis-jenis senyawa golongan terpenoid?
j. Mengetahui peran dan manfaat senyawa terpenoid dalam kehidupan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. TERPENOID
Terpenoid merupakan komponen-komponen tumbuhan yang mempunyai bau dan
dapat diisolasi dari minyak atsiri. Minyak atsiri yang berasal dari bunga pada awalnya di
kenal dari penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan perbandingan atom hidroge
n dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid yaitu 8:5 dan dengan perbandingan terse
but dapat dikatakan bahwa senyawa tersebut adalah golongan terpenoid (Lenny, 2006).
Minyak atsiri bukanlah senyawa murni akan tetapi merupakan campuran senyawa organi
k yang kadangkala terdiri dari lebih 25 senyawa atau komponen yang berlainan. Semua t
erpenoid berasal dari molekul isoprene CH2==C(CH3)─CH==CH2 dan kerangka karbon
nya dibangun oleh penyambungan 2 atau lebih satuan C5 ini. Kemudian senyawa itu dipi
lah-pilah menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapat dalam sen
yawa tersebut, 2 (C10), 3 (C15), 4 (C20), 6 (C30) atau 8 (C40).
Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak at
siri, yaitu monoterpena dan sesquiterepena yang mudah menguap (C10 dan C15), diterpe
na menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40). Masing-
masing golongan terpenoid itu penting, baik dalam pertumbuhan dan metabolisme maup
un pada ekologi tumbuha. Terpenoid merupakan unit isoprena (C5H8). Terpenoid merup
akan senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara bio
sintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur si
klik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alcohol, aldehid atau atom karboksilat.
Semua senyawa terpenoid berasal dari molekul isoprena CH2=C(CH3)- CH=CH2
dan kerangka karbonya (carbon skeleton) disusun dengan menyambung dua atau lebih sa
tuan isoprena tersebut (C5) seperti pada Gambar 1. Berdasarkan alasan tersebut, maka se
nyawa terpenoid seringkali dinyatakan dengan istilah “isoprenoid”. Namun, senyawa iso
prena sendiri tidak terdapat di alam, senyawa yang sebenarnya terlibat adalah isopentenil
pirofosfat, CH2=C(CH3)-CH2-CH2- OPP. Hal ini menyebabkan ada sebagian senyawa t
erpenoid yang tidak tersusun dari molekul isoprena tersebut.
B. CIRI UMUM TERPENOID
Ciri- ciri umum terpenoid dapat dibagi menjadi dua yaitu secara fisika dan kimia,
yaitu:
a. Sifat Fisika
Kebanyakan terpenoid tidak berwarna, cairan harum sehingga sering disebut
minyak atsiri (essential oil), massa jenisnya lebih ringan daripada air, mudah menguap
(volatil). Hanya sangat sedikit dalam bentuk padat (solid) misalnya camphor. Semua
terpenoid larut dalam pelarut organik dan biasanya tidak larut dalam air. Hampir semua
terpenoid adalah optik aktif.
b. Sifat Kimia
1) Terpenoid dapat berupa rantai terbuka atau siklis tidak jenuh, memiliki satu atau
lebih ikatan rangkap. Sehingga terpenoid dapat mengalami reaksi adisi dengan
hidrogen, halogen, asam, dan lainnya. Beberapa produk dari reaksi adisi ini memiliki
sifat antiseptik.
2) Terpenoid mengalami polimerasi dan dehidrogenasi.
3 Terpenoid mudah teroksidasi oleh hampir semua oksidator. Pada dekomposisi
termal, hampir semua terpenoid membentuk isoprena sebagai produk.
4) Isoprenoid kebanyakan bentuknya kiral dan terjadi dalam dua bentuk enantiomer
Hukum Isopren:
1. Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2. Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono- ,seskui-, di-. s
ester-, dan poli-terpenoid.
3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan ste
roid.
Modifikasi terpen (disebut “terpenoid” berarti serupa dengan terpen) adalah sen
yawa dengan struktur serupa tetapi tidak dapat dinyatakan dengan rumus dasar. Ked
ua golongan ini menyusun banyak minyak atsiri.
Terpen memiliki berbagai struktur, mereka dapat berbentuk asiklik atau memili
ki satu atau lebih cincin. Senyawa tersebut mungkin hanya memiliki atom karbon da
n hidrogen, atau mungkin memiliki heteroatom juga. Heteroatom yang paling umum
di terpen adalah oksigen. Banyak minyak esensial, sekelompok senyawa yang diisol
asi dari sumber tanaman dengan distilasi, adalah terpen. Contoh termasuk myrsen da
n mentol.
D. REAKSI PADA TERPENOID
Reaksi-reaksi yang dapat terjadi pada senyawa terpenoid:
1. Reaksi adisi
Limonene dapat diadisi oleh “asam trifluoro asetat” dalam reaksi adisi
Markovnikov, menghasilkan senyawa antara trifluoro asetat yang sangat mudah
dihidrolisa dengan NaOH menjadi α-terpineol (76%).
Gambar 2.2 Reaksi Adisi Limonene
2. Reaksi dehidrasi
Reaksi dehidrasi merupakan terlepasnya molekul air pada suatu terpenoid dengan pereaksi
tertentu. Misalnya, menthol dengan mudah didehidrasi untuk menghasilkan 3-menthene
melalui reaksi dengan asam sulfat 2%.
3. Reaksi oksidasi
Terpenoid mudah teroksidasi oleh hampir semua oksidator. Misalnya pada Menthol yang
dapat bereaksi dengan berbagai reaktan seperti halnya alkohol sekunder. Oksidasi menthol
dapat berlanjut dengan terbukanya rantai siklis pada kondisi tertentu.
Keterangan:
Pada Gambar 2.4 terdiri dari 3 bagian dasar:
1. Kedua C5 diposfat dikonversi menjadi geranil diposfat, monoterpen C10. Gera
nil diposfat merupakan senyawa awal untuk semua monoterpen
2. Geranil diposfat dikonversi menjadi farnesil diposfat, seskuiterpen, dengan pe
nambahan unit C5. Farnesil diposfat merupakan senyawa awal untuk semua ses
kuiterpen dan diterpen.
3. Dua molekul dari farnesil dikonversi menjadi squalene, triterpen C30. Squalen
e merupakan senyawa awal untuk semua triterpen dan steroid.
Bentuk biologis GPP dari kedua 5 karbon diposfat melibatkan 3 tahap : hilangnya
gugus pergi, serangan nukleofilik, dan hilangnya proton, seperti yang ditunjukkan da
lam mekanisme berikut :
Mekanisme Pembentukan Biologis Dari Geranil Diposfat
Tahap 1-2: Hilangnya gugus pergi dan serangan nukleofilik untuk membentuk ikatan
c-c yang baru.
Hilangnya gugus pergi diposfat membentuk resonansi stabil karbokation dalam tah
ap 1, yang bereaksi dengan ikatan rangkap nukleofilik dari 1◦ diposfat untuk membentuk
ikatan C- C yang baru dan 3◦ karbokation dalam tahap 2. Tahap 1-2 dianalogikan dengan
mekanisme SN1 karena gugus pergi (-OPP) hilang sebelum serangan nukleofilik (C=C).
Hilangnya gugus pergi diposfat membentuk resonansi stabil karbokation dalam tah
ap 1, yang bereaksi dengan isopentenil diposfat untuk membentuk ikatan baru dan karbo
kation 3◦ dalam tahap 2.
Hilangnnya proton membentuk ikatan baru dan farnesil diposfat dalam tahap 3.
Dua molekul FPP bereaksi membentuk skualen, dari semua triterpen dan steroid la
in yang disinteis.
Hidrolisis air dari Geranil dan farnesil diposfat masing-masing membentuk gerani
ol monoterpen dan farnesol triterpen.
Semua terpena lain diturunkan secara biologis dari geranil dan farnesil diposfat ole
h beberapa reaksi. Senyawa siklik terbentuk dari reaksi intramolekuler yang melibatkan
serangan nukleofilik dari ikatan dalam karbokation intermediate. Untuk pembentukan be
berapa senyawa siklik, ikatan rangkap E dalam geranil difosfat harus diisomerisasi terleb
ih dahulu menjadi diposfat isomeri dengan ikatan rangkap Z, neril diposfat oleh proses y
ang diilustrasikan dalam mekanisme di bawah.
Isomerisasi membentuk substrat dengan suatu gugus pergi dan ikatan rangkap nukl
eofilik dalam jarak dekat, sehingga reaksi intramolekuler tersebut dapat terjadi.
Mekanisme Isomerisasi dari Geranil Diposfat menjadi Neril Diposfat
Tahap 1-2 Isomerisasi dari generil diposfat menjadi linalyl diposfat
Hilangnya gugus pergi diposfat membentuk sebuah resonansi karbokation yang sta
bil pada tahap 1, dimana bereaksi dengan anion diposfat membentuk linolil diposfat, seb
uah isomer dasar.
Ikatan rangkap E alil sekarang menjadi suatu ikatan tunggal yang bisa berotasi sec
ara bebas.
Tahap 3-4 Isomerisasi linolil diposfat menjadi neril diposfat
Hilangnya gugus pergi diposfat membentuk karbokation resonansi yang stabil pad
a tahap 3. Perbedaan pada produk dari tahap 1 dan 3 adalah putaran geometri internal ka
rbokation ikatan rangkap.
Serangan nukleofilik dengan diposfat membentuk neril diposfat, sebuah stereoiso
mer dari geranil diposfat. Gugus pergi diposfat dari neril diposfat sekarang lebih rapat (d
ekat) ke ikatan rangkap pada ujung rantai yang lain, jadi siklisasi intrarmolekul bisa terja
di.
Pada sintesis α–terpineol atau limonen, sebaga contoh, geranil diposfat mengisome
r membentuk neril diposfat (tahap 1 pada rentetan reaksi sekuen). Neril diposfat kemudi
an membentuk siklik pada karbokation 3o oleh serangan intramolekul (tahap 2-3). Seran
gan nukleofilik menghasilkan α–terpineol (tahap 4) atau kehilangan sebuah proton mem
bentuk/menghasilkan limonene (tahap 5). Kedua produk tersebut adalah monoterpen sikl
ik
H. MANFAAT TERPENOID
Pemanfaatan berbagai senyawa terpenoid sangat luas, secara umum dapat
dikategorikan dalam beberapa bagian, seperti:
Berperan penting bagi spesies penghasil terpenoid itu sendiri, misalnya:
1. Gibberelin pada tanaman berfungsi :
a. Merangsang pertumbuhan batang
b. Menginduksi pemecahan mitosis dalam daun beberapa tumbuhan
c. Mempercepat perkecambahan biji atau benih
d. Merangsang benih yang dorman untuk berkecambah
Secara gari besar ada tiga fungsi utama metabolit sekunder (termasuk terpenoid)
yang diproduksi tumbuhan
a. Melindungi tumbuhan dari serangan herbivora dan infeksi mikroba
b. Penarik serangga atau hewan penyerbuk dan penebar biji
c. Agen alelopati yang berperan dalam kompetisi antar spesies tumbuhan
2. Industri
a. Karena hampir semua terpenoid harum dan memiliki bau yang khas dan
menyenangkan, maka banyak digunakan dalam parfum, kosmetik, pewangi,
misalnya bisabolol/levomenol.
b. Menthol dijadikan sebagai aditif pada berbagai makanan dan minuman, odol, obat
kumur, dll.
c. Sebagai pestisida alami misalnya pada farnesol
d. Kembang api (Camphor), obat nyamuk (geraniol).
3. Kesehatan (Pharmakologi)
a. Berbagai terpenoid dapat digunakan sebagai obat, misalnya menthol sebagai
anastesi lokal, topikal analgesik (mengurangi rasa sakit, kram, dan sakit kepala),
mengobati iritasi pada tenggorokan, obat pilek, obat luka bakar.
b. Sebagai antiseptik karena bersifat aktif terhadap bakteri dan jamur.
c. Mengurangi “gastrointestinal spasm” dan efektif terhadap insomia
d. Anti Inflammatory
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terpenoid merupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan i
soprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik yaitu skualena. Sen
yawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alcohol, aldehid atau atom
karboksilat. Klasifikasi terpenoid ditentukan dari unit isopren atau unit C-5 atau penyusun
senyawa tersebut. Secara umum, biosintesa dari terpenoid terjadi dengan 3 reaksi dasar yai
tu: 1) Pembentukan isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat. 2) Pen
ggabungan kepala dan ekor dua unit isopren akan membentuk mono-, seskui-, di-, sester-,
dan poli-terpenoid. 3) Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilka
n triterpenoid dan steroid. Berdasarkan mekanisme reaksi biosintesis senyawa terpenoid,
maka senyawa terpenoid dapat dikelompokkan menjadi Monoterpenoid, Seskuiterpenoid,
Diterpenoid, Triterpenoid , Tetraterpenoid dan Politerpenoid.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah Senyawa kimia te
rpenoit sebagai hasil metabolit sekunder dari tumbuhan yang digunakan untuk zat warna, r
acun, aroma makanan, obat-obatan dan sebagainya. Indonesia kaya akan flora tumbuhan-t
umbuhan yang memiliki senyawa ini. Di harapkan penelitian tentang senyawa terpenoid le
bih di teliti lebih mendalam khususnya pada bidang obat.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Universitas Terbuka
Bialangi, N., Mustapa, M. A., Salimi, Y. K., Widiantoro, A., & Situmeang, B. (2016). Antim
alarial activity and phitochemical analysis from Suruhan (Peperomia pellucida) extra
ct. JURNAL PENDIDIKAN KIMIA, 8(3), 33-37.
Lenny, Sofia. 2006. Senyawa Terpenoida dan Steroida. Karya Ilmiah. Medan: Departemen K
imia FMIPA Universitas Sumatera Utara