Anda di halaman 1dari 4

A.

KODE ETIK GURU


Kode etik keguruan dapat dipahami sebagai kesimpulan nilai-nilai dan norma-norma
profesi guru yang tersusun secara sistematis dalam satu sistem yang bulat. Norma-norma tersebut
berisi petunjuk-petunjuk yang harus diindahkan oleh para anggota profesi tentang cara mereka
melaksanakan profesi, menjauhi larangan –larangan, ketentuan apa yang tidak boleh
dilaksanakan baik dalam berperilaku mereka dilingkungan kerja maupun dalam lingkungan di
masyarakat. Kode etik guru di Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai dan norma
profesi guru yang tersusun secara sistematis dalam suatau sistem yang utuh dan bulat. Fungsi
kode etik guru di Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru
warga PGRI dalammenunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik didalam maupun diluar
sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Teks kode etik guru di Indonesia yang
telah dirumuskan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangunan yang ber-Pancasila.

b. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan


kebutuhan anak didik masing-masing.

c. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak


didik, tetapi menghindari diri dari segala bentuk penyalahgunaan.

d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang
tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.

e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun


masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.

f. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan


meningkatkan mutu profesinya.

g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan
lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
h. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi
guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.

i. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijakan pemerintah dalam


bidang pendidikan.

B. SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK GURU


Dalam setiap penetapan aturan atau tata tertib, maka tidak lepas dengan yang namanya
sanksi bagi para pelanggar peraturan atau tata tertib tersebut. Begitu juga dalam penetapan kode
etik sebuah profesi, maka juga ada sanksi- sanksi yang bagi anggota yang melanggar kode etik
tersebut. Menurut Mulyana (2007:46) menjelaskan bahwa sanksi pelanggaran kode etik tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Sanksi moral, berupa celaan dari rekan-rekannya dan teguran karena pada umumnya
kode etik merupakan landasan moral, pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan.
Contohnya yaitu guru tidak menunjukkan kejujuran sehingga tidak pantas untuk
ditiru, misalnya: suka ingkar janji, pilih kasih, memanipulasi nilai, mencuri waktu
mengajar, dan lain sebagainya.
2. Sanksi yang dikeluarkan dari organisasi, merupakan sanksi yang dianggap terberat.
Negara sering kali mencampuri urusan profesi, sehingga hal-hal yang semula hanya
merupakan kode etik suatu profesi tertentu dapat meningkat menjadi peraturan
hukum atau undang-undang. Dengan demikian, maka yang mulanya sebagai
landasan moral dan pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang
memberikan sanksi -sanksi yang sifatnya memaksa, baik berupa aksi perdata maupun
pidana. Berupa pemberhentian dengan hormat dan pemberhentian tidak dengan
hormat. Sebagai contoh dalam hal ini yaitu hubungan antar guru yang tidak
harmonis. Misal : saling menjatuhkan.Jika seseorang anggota profesi bersaing secara
tidak jujur atau curang dengan sesama anggota profesinya, dan jika dianggap
kecurangan itu serius, maka dituntut di muka pengadilan.

C. PENGEMBAGAN SIKAP PROFESI KEGURUAN


1. Pengembangan Sikap Selam Pendidikan Prajabatan
Dalam pendidikan prajabatan, calon guru di didik dalam berbagai pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang diperlukandalam pekerjaannya nanti. Karena tugasnya yang bersifat
unik , guru selalu menjadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi masyarakat sekelilingnya.
Oleh sebeb itu, bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi
perhatian siswa dan masyarakat. Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu
saja, tetapi harus dibina sejak calon guru memulai pendidikannya dilembagapendidikan guru.
Berbagai usaha dan latihan, contoh-contoh dan aplikasi penerapan ilmu, keterampilan dan
bahkan sikap profesional di rancang an dilaksanakan selama calon guru berada dalam pendidikan
prajabatan.
2. Pengembangan Sikap Selam Dalam Jabatan
Pengembangan sikap profesional tidak berhenti apabila calon guru selesai mendapatkan
pendidikan prajabatan. Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam rangkapeningkatan sikap
profesional keguruan dalam masa pengabdian seabgai guru. Seperti telah disebut, peningkatan
ini dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan mengikuti penataran, lokakarya,
seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya, ataupun secara informal melalui media massa televisi,
radio koran dan majalah maupun publikasi lainnya. Kegiatan ini sering dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan, sekaligus juga dapat meningkatkan sikap profesional keguruan.
D. STANDAR KOMPETENSI TENAGA PENDIDIK
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal
yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat
keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai
agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini
meliputi:
1. Kompetensi pedagogik;
2. Kompetensi kepribadian;
3. Kompetensi profesional;dan
4. Kompetensi sosial.
Pendidik meliputi pendidik pada TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA,
SDLB/SMPLB/SMALB, SMK/MAK, satuan pendidikan Paket A, Paket B dan Paket C, dan
pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan. Tenaga kependidikan meliputi kepala
sekolah/madrasah, pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan,
tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong belajar, dan tenaga
kebersihan.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Rugaiyah danAtiek Sismiati. 2011. Profesi Kependidikan. Bogor : Ghalia Indonesia.

Zaenab,Siti. 2016. Profesionalisme Guru PAUD Menuju NTB Bersaing. Yogyakarta: Deepublish
Publisher.

http://bsnp-indonesia.org/standar-pendidikan-dan-tenaga-kependidikan/

Anda mungkin juga menyukai