Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

TANAH

OLEH:

KELOMPOK 4:
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki tanah yang sangat subur karena berada di kawasan yang umurnya
masih muda, sehingga didalamnya banyak terdapat gunung-gunung berapi yang mampu
mengembalikan permukaan muda kembali yang kaya akan unsur hara. Namun seiring
berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah Indonesia banyak yang digunakan
sesuai aturan yang berlaku tanpa memperhatikan dampak jangka panjang yang dihasilkan
dari pengolahan tanah tersebut.
Salah satu diantaranya, penyelenggaraan pembangunan. Pembangunan kawasan
industri di daerah-daerah pertanian dan sekitarnya menyebabkan berkurangnya luas areal
pertanian, pencemaran tanah dan badan air yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas
hasil/produk pertanian, terganggunya kenyamanan dan kesehatan manusia atau makhluk
hidup lain. Sedangkan kegiatan pertambangan menyebabkan kerusakan tanah, erosi dan
sedimentasi, serta kekeringan.
Kerusakan akibat kegiatan pertambangan adalah berubah atau hilangnya bentuk
permukaan bumi (landscape), terutama pertambangan yang dilakukan secara terbuka
meninggalkan lubang-lubang besar di permukaan bumi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian pencemaran tanah?
2. Apakah penyebab pencemaran tanah?
3. Bagaimana dampak pencemaran tanah terhadap lingkungan sekitar?
4. Bagaimana pencegahan dampak pencemaran tanah?
5. Apa saja langkah penanggulangan dampak pencemaran tanah?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pencemaran tanah?
2. Mengetahui penyebab pencemaran tanah?
3. Mengetahui dampak pencemaran tanah terhadap lingkungan sekitar?
4. Mengetahui pencegahan dampak pencemaran tanah?
5. Mengetahui langkah penanggulangan dampak pencemaran tanah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pencemaran Tanah


Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk
dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran
limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida;
masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan
kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat
penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak
memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia
dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang
masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat
beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan
atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya. Selain udara dan air, tanah juga
bisa terkena pencemaran oleh setiap aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia
modern bagi kehidupan. Sumber-sumber yang menyebabkan tanah tidak subur adalah
sebagai berikut :
1. Limbah pertanian
2. Limbah pabrik/industri
3. Rumah tangga
4. Bahan-bahan yang tak dapat diuraikan oleh microorganism misalnya plastik.
Plastik adalah senyawa polimer alkena dengan bentuk molekul sangat besar.
Plastik tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme, akibatnya sampah plastik tidak bisa
dibusukkan dan akan menumpuk sehingga mengganggu kesuburan tanah. Begitu juga
dengan penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan, ternyata dapat menimbulkan
pencemaran tanah. Beberapa tumbuhan justru tidak dapat tumbuh dengan subur lantaran
pH tanah yang berubah akibat penambahan pupuk yang tidak sesuai.
B. Penyebab Pencemaran Tanah
1. Limbah domestik 
Limbah domestik dapat berasal dari daerah pemukiman penduduk, perdagangan,
pasar,tempat usaha, hotel, kantor-kantor pemerintahan dan swasta dan tempat wisata,
dapat berupa limbah padat dan cair.
a. Limbah padat berupa sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak dapat diuraikan
olehmikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kan-tong plastik, bekas kaleng
minuman, bekas botol plastik air mineral, dsb.
b. Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah akan
merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh mikro-organisme di dalam
tanah. Timbulan sampah yang berasal dari limbah domestik dapat mengganggu/
mencemari karena lindi (air sampah), bau dan estika. Timbulan sampah juga
menutupi permukaan tanah sehinggatanah tidak bisa dimanfaatkan. Selain itu,
timbunan sampah dapat menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya
zatmercury, chrom dan arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan gangguan
terhadap biotanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah.
2. Limbah Industri
Limbah industri berupa limbah padat yang merupakan hasil buangan industri
berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Misalnya sisa
pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan daging dll.
Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi,
misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya.
Tembaga,timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari
proses industri pelapisan logam. Limbah padat hasil buangan industri berupa padatan,
lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan.
Penimbunan limbah padat mengakibatkan pembusukan yang menimbulkan bau
disekitarnya karena adanya reaksi kimia yang menghasilkan gas tertentu. Dengan
tertimbunnya limbah ini dalam jangka waktu lama, permukaan tanah menjadi rusak dan
air yang meresap ke dalam tanah terkontaminasi dengan bakteri tertentu yang
mengakibatkan turunnya kualitas air tanah pada musim kemarau. Selain itu timbunan
akan mengering dan mengundang bahaya kebakaran. Limbah cair sisa hasil industri
pelapisan logam yang mengandung zat-zat seperti tembaga, timbal, perak, khrom, arsen
dan boron merupakan zat yang sangat beracun terhadap mikroorganisme. Jika meresap
ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme yang memiliki
fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah.
3. Limbah Pertanian
Limbah pertanian berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah atau
tanaman, misalnya pupuk urea, pestisida pemberantas hama tanaman, misalnya DDT.
Penggunaan pupuk yang terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah,
yang menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman
tertentu karenahara tanah semakin berkurang. Penggunaan pestisida bukan saja
mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di dalam tanah.
Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah organisme didalamnya. Selain itu
penggunaan pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal
terhadap pestisida tersebut.
C. Dampak Pencemaran Tanah Terhadap Lingkungan Sekitar.
a. Pada Kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur
masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai
macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi.
Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak,
serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat
meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal
dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan
siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan
gangguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang
perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa
macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata
dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis
yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian.
b. Pada Ekosistem
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem.
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang
hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa
spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap
predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada
bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat
menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-
makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti
konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya
tingkat Kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada
akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan
dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan
lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang
panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan
pencemar tanah utama.

Pencegahan dan penanggulangan Dampak Pencemaran Tanah merupakan dua


tindakan yang tidak dapat dipisahkan, dalam arti kedua tindakan dilakukan untuk saling
mengisi, apabila tindakan pencegahan sudah tidak dapat dilakukan, maka dilakukan tindakan
penanggulangan. Namun demikian pada dasarnya tindakan pencegahan lebih baik dan lebih
diutamakan dilakukan sebelum tindakan penanggulangan.
Tindakan pencegahan dan tindakan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran
dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan macam bahan pencemar yang perlu
ditanggulangi. Langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan terhadap terjadinya
pencemaran dapat dilakukan sebagai berikut :
D. Pencegahan Dampak Pencemaran Tanah
Pada prinsipnya tindakan pencegahan adalah berusaha untuk tidak menyebabkan
terjadinya pencemaran, misalnya:

1. Membuang sampah pada tempatnya. Setiap rumah tangga dapat memisahkan sampah
atau limbah atas dua bagian yakni organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme
(biodegradable) dan anorganik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme
(nonbiodegradable) dalam dua wadah yang berbeda sebelum diangkut ketempat
pembuangan akhir.
2. Mengolah sampah organik menjadi kompos. Sistem pengomposan memiliki beberapa
keuntungan, antara lain: Kompos merupakan jenis pupuk yang ekologis dan tidak
merusak lingkungan, Bahan yang dipakai tersedia (tidak perlu dibeli), Masyarakat
dapat membuatnya sendiri (tidak memerlukan peralatan yang mahal), dan Unsur hara
dalam pupuk kompos lebih tahan lama jika dibandingkan dengan pupuk buatan.
3. Sampah organik yang mudah rusak dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak
4. Untuk bahan-bahan yang dapat didaur ulang, hendaknya dilakukan proses daur ulang,
seperti kaca, plastik, kaleng, dan sebagainya.
5. Mengurangi penggunaan bahan-bahan yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme (nonbiodegradable). Misalnya mengganti plastik sebagai bahan
kemasan/pembungkus dengan bahan yang ramah lingkungan seperti dengan daun
pisang atau daun jati.
6. Melakukan proses pemurnian terhadap limbah industri sebelum dibuang ke sungai
atau ke tempat pembuangan.

7. Penggunaan pupuk, pestisida sesuai dengan aturan, misalnya hindari teknik


penyemprotan yang salah, misalnya menyemprot berlawanan dengan arah angin,
Tidak menggunakan obat melebihi takaran, Pilihlah tempat yang cocok untuk
mengubur atau membakar bekas wadah, jangan membuang di tempat sampah, atau
tempat lain yang dapat terjangkau anak-anak, Jangan membuang wadah bekas ke
sumber air atau selokan, Jangan membakar wadah yang bertekanan tinggi, Tidak
mencuci peralatan penyemprot di sungai atau di dekat sumur, agar tidak mencemari
sungai atau sumur penduduk.
E. Langkah Penanggulangan Dampak Pencemaran Tanah
Ada beberapa langkah penanganan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh
pencemaran tanah, diantaranya adalah:

1. Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Hal yang perlu diketahui sebelum dilakukan remidiasi adalah sebagai
berikut:
1) Jenis pencemar (organic atau anorganik), terdegradasi/tidak, berbahaya/tidak,
2) Berapa banyak zat pencemar yang telah mencemari tanah tersebut,
3) Perbandingan karbon (C), nitrogen (N), dan Fosfat (P),
4) Jenis tanah,
5) Kondisi tanah (basah, kering),
6) Telah berapa lama zat pencemar terendapkan di lokasi tersebut,
7) Kondisi pencemaran (sangat penting untuk dibersihkan segera/bisa ditunda).
Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu:
1) in-situ (atau on-site), adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah
dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
2) ex-situ (atau off-site), meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian
dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut
dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di
bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki
tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian
diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih
mahal dan rumit..
2. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk
memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau
tidak beracun (karbon dioksida dan air). Jenis jenis biomerasi:
a. Biostimulasi
Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke dalam air
atau tanah yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan aktivitas bakteri
remediasi yang telah ada di dalam air atau tanah tersebut.
b. Bioaugmentasi
Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan kontaminan tertentu
ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar. Cara ini yang paling sering
digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di suatu tempat. Namun ada beberapa
hambatan yang ditemui ketika cara ini digunakan. Sangat sulit untuk mengontrol
kondisi situs yang tercemar agar mikroorganisme dapat berkembang dengan optimal.
Para ilmuwan belum sepenuhnya mengerti seluruh mekanisme yang terkait dalam
bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan ke lingkungan yang asing
kemungkinan sulit untuk beradaptasi.
c. Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang
tercemar.
Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi :
1. Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan penambahan
nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi ph, dsb
2. Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme
yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus
3. Penerapan immobilized enzymes
4. Penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau mengubah
pencemar.
Proses Biomerasi
Transformasi kimia dari bahan pencemar pestisida melalui proses
bioremediasi ini meliputi beberapa proses, yaitu
1. Detoksikasi, yaitu konversi dari molekul yang bersifat toksik menjadi produk
yangtidak bersifat toksik.
2. Degradasi, yaitu transformasi dari substrat kompleks menjadi produk yang lebih
sederhana.
3. Konjugasi, yaitu pembentukan senyawa kompleks, atau reaksi penambahan, dimana
suatu organisme dapat menghasilkan substrat yang lebih kompleks dan
mengkombinasikannya dengan pestisida dengan sel metabolis. Konjugasi atau
pembentukan senyawa pengkompleks dapat dihasilkan dari organisme yang
menghasilkan suatu asam amino, asam organik, methyl atau senyawa lain yang
bereaksi dengan polutan membentuk substrat lainnya. Konjugasi adalah salah satu
bentuk bioremediasi dari metabolisme mikroorganisme terhadap fungisida sodium
dimethyldithiocarbamate, dimana mikroorganisme mengkompleks pestisida dengan
asam amino pada sel.
4. Aktivasi, yaitu konversi substrat yang nontoksik menjadi molekul toksik seperti
bahan aktif awal dari pestisida. Sebagai contoh, herbisida 4- (2,4-dichlorophenoxy)
butyric acid ditransformasi dan diaktivasi oleh mikroorganisme dalam tanah
menghasilkan senyawa yang bersifat toksik terhadap gulma dan serangga. Proses
aktivasi ini lebih menekankan pada efisiensi penggunaan pestisida, atau aktivasi
residu.
5. Proses defusi, yaitu konversi molekul nontoksik berasal dari pestisida yang sedang
dalam proses aktivasi secara enzimatik, menjadi produk nontoksik yang tidak lagi
dalam proses enzimatik.
6. Perubahan spektrum toksisitas. Contoh bioremediasi bagi lingkungan yang tercemar
minyak bumi. Yang pertama dilakukan adalah mengaktifkan bakteri alami pengurai
minyak bumi yang ada di dalam tanah yang mengalami pencemaran tersebut. Bakteri
ini kemudian akan menguraikan limbah minyak bumi yang telah dikondisikan
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan hidup bakteri tersebut. Dalam
waktu yang cukup singkat kandungan minyak akan berkurang dan akhirnya hilang,
inilah yang disebut sistem bioremediasi.
Manfaat Biomerasi
1. Bidang Lingkungan
Pengolahan limbah yang ramah lingkungan dan bahkan mengubah limbah
tersebut menjadi ramah lingkungan. Contoh bioremediasi dalam lingkungan yakni
telah membantu mengurangi pencemaran dari pabrik, misalnya saat 1979, supertanker
Exxon Valdez di Alaska, lebih dari 11juta gallon oli mentah mengalir, tetapi bakteri
pemakan oli membantu mengurangi pencemaran laut yang lebih jauh lagi.
2. Bidang Industri
Bioremediasi telah memberikan suatu inovasi baru yang membangkitkan
semangat industri sehingga terbentuklah suatu perusahaan yang khusus bergerak
dibidang bioremediasi, contohnya adalah Regenesis Bioremediation Products, Inc., di
San Clemente, Calif.
3. Bidang Ekonomi
Bioremediasi menggunakan bahan bahan alami yang hasilnya ramah
lingkungan, sedangkan mesin-mesin yang digunakan dalam pengolahan limbah
memerlukan modal dan biaya yang jauh lebih, sehingga bioremediasi memberikan
solusi ekonomi yang lebih baik.
4. Bidang Pendidikan
Penggunaan microorganisme dalam bioremediasi, dapat membantu penelitian
terhadap mikroorganisme yang masih belum diketahui secara jelas.Pengetahuan ini
akan memberikan sumbangan yang besar bagi dunia pendidikan sains.
5. Bidang Teknologi
Bioremediasi memberikan tantangan baru bagi teknologi untuk terus
memberikan inovasi yang lebih baik bagi lingkungan.
6. Bidang Sosial
Bioremediasi memberikan solusi ekonomi yang mudah dijangkau dan mudah
dilakukan baik bagi rumah tangga dan industri. Dengan begini, limbah rumah tangga
dapat dikelola jauh lebih baik.
7. Bidang Kesehatan
Dengan pengelolaan limbah yang baik, pencemaran dapat diminimalisir
sehingga kualitas hidup manusia jauh meningkat.
8. Bidang Politik
Isu lingkungan dapat lebih ditekan sehingga para petinggi dapat memfokuskan
masalah ke lingkup lain, Bahkan bioremediasi dapat membantu memperbaiki masalah
yang berkesinambungan didalamnya.
Keunggulan Biomerasi
 Meminimalisasi terinfeksinya pekerja lapangan
 Perlindungan kesehatan masyarakat yang berjangka panjang
 Proses pelaksanaan dapat dilakukan langsung di daerah tersebut dengan lahan yang
sempit sekalipun.
 Menghilangkan zat-zat berbahaya
 Menggunakan proses yang bersifat alami
 Mengubah polutan bukan hanya memindahkannya
 Proses degradasi dapat dilaksanakan dalam jangka waktu yang cepat

3. Fitoremediasi
Fitoremediasi adalah teknologi pembersihan, penghilangan atau pengurangan polutan
berbahaya, seperti logam berat, pestisida, dan senyawa organik beracun dalam tanah atau air
dengan menggunakan bantuan tanaman (hiperakumulator plant). Tanaman hiperakumulator
mampu menyerap lebih dari 10.000 ppm Mn, Zn, Ni Lebih dari 1.000 ppm untuk Cu dan Se
Lebih dari 100 ppm untuk Cd, Cr, Pb, dan Co. Contoh Tanaman Hiperakumulator:
 Thlaspi caerulescens menyerap Zink (Zn) dan Kadmium (Cd)

 Alyssum sp., Berkheya sp., Sebertia acuminate menyerap Nikel (Ni)

 Brassicacea sp. Menyerap Sulfate

 Pteris vittata, Pityrogramma calomelanos menyerap Arsenik (As)

 Pteris vittata, Nicotiana tabacum, Liriodendron tulipifera menyerap Mercuri (Hg)

 Thlaspi caerulescens, Alyssum murale, Oryza sativa menyerap Senyawa organic


(petroleum hydrocarbons, PCBs, PAHs, TCE juga TNT)

 Brassica sp. Menyerap Emas (Au)

 Brassica juncea. Menyerap Selenium (Se)

Proses Fitoremediasi
1. Phytoacumulation : tumbuhan menarik zat kontaminan sehingga berakumulasi
disekitar akar tumbuhan

2. Rhizofiltration : proses adsorpsi / pengendapan zat kontaminan oleh akar untuk


menempel pada akar.
3. Phytostabilization : penempelan zat-zat contaminan tertentu pada akar yang tidak
mungkin terserap kedalam batang tumbuhan.

4. Rhyzodegradetion : penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas microba

5. Phytodegradation : penguraian zat kontamin

6. Phytovolatization : transpirasi zat contaminan oleh tumbuhan dalam bentuk yang telah
menjadi larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya

Keuntungan Fitoremediasi
 Biaya operasi lebih murah

 Tanaman juga bisa dijadikan bahan bakar

 Pencemaran pada tanah bisa berkurang secara alamiah

 Tanah juga akan mengalami perbaikan akibat adanya aktivitas akar

 Tanah menjadi lebih subur kembali

 Tanaman yang mampu menyerap unsur bernilai ekonomi seperti emas (au) dan nikel
(ni) bisa digunakan untuk pertambangan.

Faktor yang mendukung kesuksesan fitoremediasi


 Adanya ketersediaan tanaman hiperakumulator yang cocok.

 Adanya kerja sama yang baik antarbidang ilmu lain


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pencegahan dan penanggulangan Dampak Pencemaran Tanah merupakan dua
tindakan yang tidak dapat dipisahkan, dalam arti kedua tindakan dilakukan untuk saling
mengisi, apabila tindakan pencegahan sudah tidak dapat dilakukan, maka dilakukan
tindakan penanggulangan. Pada prinsipnya tindakan pencegahan adalah berusaha untuk
tidak menyebabkan terjadinya pencemaran misalnya membuang sampah pada tempatnya,
mengolah sampah organic menjadi kompos, dan lain lain.
Ada beberapa cara untuk menanggulangi dampak dari pencemaran tanah, diantaranya
dengan remediasi, bioremidiasi, dan fitoremediasi. Remediasi yaitu dengan cara
membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Bioremediasi dengan cara proses
pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri).
Sedangkan, Fitoremediasi adalah teknologi pembersihan, penghilangan atau pengurangan
polutan berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai