Anda di halaman 1dari 3

KETIKA HOBI MEMBERI MANFAAT

Hobi jadi ladang nafkah. Seperti itulah sosok inspirasi yang satu ini.
Bapak Muin. K, Spd. Beliau adalah seorang PNS dan sekarang mengajar di
salah satu sekolah dasar di desanya, Tellu Siatingge Kab. Bone. Selain
profesinya sebagai seorang guru, bapak Muin juga menekuni bidang konveksi.
Pekerjaan sampingan beliau ini sudah dimulainya sejak duduk dibangku SMA,
“karena ibu saya juga penjahit, jadi waktu kelas satu SMA kalau tidak salah
tahun 87 itu saya sudah diajar menjahit” tutur beliau.
Awalnya bapak Muin hanya bermodalkan satu mesin jahit manual yang
sudah tua untuk memulai usahanya. Beliau mencoba membuat baju olahraga
untuk dirinya sendiri agar lebih hemat biaya katanya. “saya bikin sendiri baju
olahraga saya, kerena dulu itu susah cari uang beli baju, kebetulan ada
kainnya di rumah jadi daripada tidak terpakai lebih baik di buat baju. Dari situ
teman saya liat dan katanya suka sama bahannya, jahitannya juga rapi, terus
teman saya ini yang bantu promosi kan hasil jahitan saya”.
Bapak Muin mulai menekuni bisnisnya setelah beliau menikah dengan
ibu Syamsinar. “jadi dulu itu bapak yang jahit, ibu yang keliling tawarin di
rumah-rumah tetangga”. Lanjut pak Muin. Awalnya beliau hanya menjahit
celana training lalu istri beliau yang menjualnya kepada tetangga. Setalah cukup
modal, beliau mulai menambah jumlah barangnya lalu di jual kepasar. Beliau
juga mengirimkan proposal ke perusahaan-perusahaan seperti PT Reskakindo,
PT Sumber Karya Print, dan juga di bandara untuk membuatkan baju para
pegawainya dan juga untuk cleening servisnya.
Waktu proposal beliau diterima, ada sekitar 10 orang pegawai yang di
pekerjakan, karena memang butuh tenaga yang lumayan banyak. Namun karena
kesibukan beliau yang harus mengajar sehingga beliau tidak lagi mengirimkan
proposal ke perusahaan. Selain itu, bapak Muin juga merasa kurang percaya
dengan karyawan-karyawan beliau. “sekarang pegawai saya tinggal satu
orang, kerana susah cari orang yang bisa dipercaya di kampung, kalau sudah
pintar, bikin usaha sendiri dan bikin jahitan yang sama”.
Sekarang usahan konveski beliau terus menignkat, dari yang dulunya
hanya bermodalkan satu mesin jahit manual, sekarang beliau sudah punya 8
mesin jahit dengan aneka fungsi. Barang yang dihasilkan pun sekarang lebih
beragam. “ sekarang tergetnya ke para petani, jadi saya itu buat celana kebun
sama baju kebun yang pake topi, jadi banyak petani yang suka”. Tambah
beliau. Dalam satu hari beliau bisa menyelesaiakan 40-50 pakaian petani, lalu di
jual kepasar. Hasilnya sangat memuaskan, karena setiap hari semua pakaian
beliau terjual habis bahkan masih banyak konsumen yang memesan kembali.
Bagi beliau, usahan ini adalah salah satu ladang mencari nafkah. Beliau
mampu melanjutkan pendidikan dua anaknya yang saat ini tengah menempu
pendidikan di Universitas Negeri Makassar dengan jurusan yang sama yaitu
fisika. Sekarang beliau juga sudah mampu membeli mobil yang memudahkan
beliau jika hendak membali banyak kain.”alhamdulillah sekarang sudah punya
mobil, tidak serepot dulu. Yang harus antar barang atau beli kain pake motor
vespa”.
Bagi beliau, menjaga kepercayaan konsumen dan meningkatkan mutu
hasil jahitannya adalah hal mutlak yang harus beliau lakukan. Pelanggan adalah
raja, memuaskan mereka adalah suatu kebanggaan. Pak Muin juga sama sekali
tidak melupakan kewajiban utamanya sebagai seorang guru, karena beliau
punya tanggung jawab untuk mencerdaskan murid-muridnya. Banyak pelajaran
yang bisa kita dapatkan dari kisah inspiratif ini, salah satunya adalah mengapa
harus malu jika yang kita kerjakan halal.

Anda mungkin juga menyukai