Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ISOLASI SENYAWA BIOAKTIF


PEMISAHAN SENYAWA TERPANOID

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK III

AYU GUSTI RAHAYU : 51619011197


HIKMA MAULIDYAH RAHMA S : 51519011134
RITA MONIKA NATAR : 5131 9011007
SAMSUL RIZAL : 51319011176
WIJAKSANI : 51819011011
ZULKHAIDIR P : 51619011183

DOSEN PENGAMPUH : SUPRAPTO PRAYITNO.,S.Si,M.Si.,Apt

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat

limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah

tentang “PEMISAHAN SENYAWA TERPANOID” ini dengan baik, lancar, dan

tepat waktunya.

Makalah ini disusun dengan harapan dapat bermanfaat bagi kita

semua.Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan –

kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari para

pembaca sangat kami harapkan agar makalah yang kami susun selanjutnya akan

lebih baik.

MAKASSAR AGUSTUS  2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Hewan dan tumbuhan menghasilkan berbagai macam zat kimia.

Kebanyakan zat tersebut terbentuk dari kerangka karbon yang dapat

diklasifikasikan ke dalam metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit

primer merupakan zat yang dihasilkan oleh suatu organisme sebagai komponen

dasar untuk proses kehidupannya misalnya protein, asam nukleat, polisakarida,

dan sebagainya. Berbeda dengan metabolit sekunder seperti alkaloid,

terpenoid, dan poliketida, yang tidak secara langsung dibutuhkan dalam

mempertahankan hidupnya namun sangat berguna. Seringkali metabolit

sekunder ini disebut juga dengan bahan alam.Karoten, adalah salah satu jenis

pigmen oranye terpenoid yang terkandung dalam wortel. Zai ini diketahui

sebagai sumber vitamin A yang sangat berguna bagi pengelihatan. Karoten

hanyalah salah satu jenis dari ribuan terpenoid yang sangat berguna bagi

hewan, tumbuhan, dan manusia. Sekarang ini, sangat banyak orang melakukan

isolasi dan identifikasi senyawa terpenoid dari berbagai jenis spesies karena

sangat bermanfaat dalam kehidupan. Oleh  karena itu sangat menarik dan

penting untuk mempelajari lebih lanjut mengenai terpenoid


B.  Rumusan Masalah

1.   Bagaimanakah definisi umum senyawa terpenoid ?

2.   Bagaimana ciri umum dan tata nama dari senyawa terpenoid?

3.   Reaksi apa saja yang dapat terjadi pada senyawa terpenoid?

4.   Bagaimana  proses biosintesis pada senyawa terpenoid?

5.   Bagaimana cara isolasi senyawa terpenoid dari suatu spesies?

6.   Bagaimana peran dan manfaat senyawa terpenoid dalam kehidupan?

C.  Tujuan

1.     Untuk mengetahui dan memahami definisi umum senyawa terpenoid,

2.     Untuk mengetahui dan memahami ciri umum dan tata nama dari

senyawa terpenoid.

3.     Untuk mengetahui dan memahami reaksi yang dapat terjadi pada

senyawa terpenoid.

4.     Untuk mengetahui dan memahami proses biosintesis pada senyawa

terpenoid.

5.     Untuk mengetahui dan memahami cara isolasi senyawa terpenoid dari

suatu spesies.

6.     Untuk mengetahui dan memahami peran dan manfaat senyawa terpenoid

dalam kehidupan.
BAB II

PEMBAHASAN

A.  Definisi Umum Terpenoid

Terpenoid merupakan salah satu jenis metabolit sekunder, dengan

kerangka karbon yang terdiri dari dua atau lebih unit C5 yang disebut unit

isoprena (Sjamsul, 1986:3). Oleh karena itu terpenoid disebut juga

isoprenoid. Pada definisi yang lebih modern, terpenoid merupakan

hidrokarbon dari tanaman dengan rumus umum (C5H8)n, termasuk juga

derivat lainnya yang teroksigenasi, terhidrogenasi, dan terdehidrogenasi.

B.   Ciri Umum Terpenoid dan Tata Nama (Nomenclature)

1.   Ciri ciri umum terpenoid

a.    Sifat Fisika:

Kebanyakan terpenoid tidak berwarna, cairan harum sehingga sering

disebut minyak atsiri (essential oil), massa jenisnya lebih ringan daripada

air,  mudah menguap (volatil). Hanya sangat sedikit dalam bentuk padat

(solid) misalnya camphor. Semua terpenoid larut dalam pelarut organik

dan biasanya tidak larut dalam air. Hampir semua terpenoid adalah optik

aktif.
b.     Sifat Kimia:

1)   Terpenoid dapat berupa rantai terbuka atau siklis tidak jenuh,

memiliki satu atau lebih ikatan rangkap. Sehingga terpenoid dapat

mengalami reaksi adisi  dengan hidrogen, halogen, asam, dan

lainnya. Beberapa produk dari reaksi adisi ini memiliki sifat

antiseptik.

2) Terpenoid mengalami polimerasi dan dehidrogenasi.

3)  Terpenoid mudah teroksidasi oleh hampir semua oksidator. Pada

dekomposisi termal, hampir semua terpenoid membentuk isoprena

sebagai produk.

2.   Tata nama (nomenclature)

Terpenoid diklasifikasikan kedalam beberapa kelompok dan sub kelompok.

Penggolongan ini didasarkan pada beberapa hal, seperti:

a.  Struktur kerangka atom C  atau isoprena

Prinsip dasar ini dikenal dengan istilah “isoprene rule”  yang dijelaskan

oleh Wallach (1887), yang menyatakan bahwa isoprena sebagai penyusun

dasar dari terpenoid. Sehingga klasifikasi ini didasarkan pada  jumlah unit

isoprena yang menyusun terpenoid tersebut.

Rumus umum (C5n)


Jenis Terpenoid Jumlah unit Jumlah atom C
isoprena
Hemiterpenoid 1 5
Monoterpenoid 2 10
Seskuiterpenoid 3 15
Diterpenoid 4 20
Sesterpenoid 5 25
Triterpenoid 6 30
Tetraterpenoid 8 40
Politerpenoid >8 >40
Tabel 2.1

Setelah kerangka dasar (C5n ) terbentuk, rantai terpenoid tersebut dapat

memperoleh gugus tambahan seperti oksogen atau berbagai jenis heteroatom

lainnya. Selain mendapat gugus tambahan, kerangka terpenoid dapat membentuk

siklis ( siklisasi)

b.   Klasifikasi selanjutnya didasarkan pada jenis rantai karbonya, apakah

terbuka, tertutup, memiliki dua atau lebih cincin:

 Terpenoid asiklik: Terpenoid dengan rantai terbuka

Contoh: prenol (suatu hemiterpenoid) dan citral (monoterpenoid) dll

 Terpeoid monosiklik: Terpenoid yang memiliki 1 rantai cincin

 Terpenoid bisiklik: Terpenoid yang memiliki 2 rantai cincin

 Terpenoid trisiklik: Terpenoid yang memiliki 3 rantai cincin

 Terpenoid tetrasiklik: Terpenoid yang memiliki 4 rantai cincin


Tata nama senyawa terpenoid secara individu menggunakan sistem tatanama

IUPAC atau CAS (Chemical Abstracts Service system). Berikut ini contoh

nama tata nama dengan IUPAC dan CAS

 Namun demikian penggunaan nama trivial lebih sering digunakan untuk

beberapa senyawa. Nama trivial sering dikaitkan dengan sumber alami dimana

senyawa tersebut diperoleh atau sifatnya, misalnya saja:

1)  Menthol yang bersumber dari “peppermint” dan mengandung gugus OH,

maka diberikan nama menthol

2)  Camphor, dijumpai pada kayu camphor laurel (Cinnamomum camphora)

3)  Limonene, karena baunya seperti jeruk sehingga diberi nama dari jeruk

lemon, dan lainnya.

C. Reaksi pada Terpenoid

Reaksi-reaksi yang dapat terjadi pada senyawa terpenoid:

1. Reaksi adisi

Limonene dapat diadisi oleh “asam trifluoro asetat” dalam reaksi adisi

Markovnikov, menghasilkan senyawa antara trifluoro asetat  yang sangat

mudah dihidrolisa  dengan NaOH menjadi α-terpineol (76%).

2.     Reaksi dehidrasi

Reaks dehidrasi merupakan terlepasnya molekul air pada suatu terpenoid

dengan pereaksi tertentu. Misalnya, menthol dengan mudah didehidrasi

untuk menghasilkan 3-menthene melalui reaksi dengan asam sulfat 2

3.  Reaksi oksidasi
Terpenoid mudah teroksidasi oleh hampir semua oksidator. Misalnya pada

Menthol yang dapat bereaksi dengan berbagai reaktan seperti halnya alkohol

sekunder. Oksidasi menthol dapat berlanjut dengan terbukanya rantai siklis

pada kondisi tertentu.

4.  Reaksi reduksi

Carvone merupakan sebuah monoterpenoid siklik dengan 3 ikatan rangkap

yang mungkin dapat direduksi, hasil tergantung dari pereaksi dan kondisi

yang digunakan. Berikut ini skema reaksi reduksi pada carvone:

5.  Reaksi Substitusi

Salah satu reaksi ini adalah halogenasi pada camphor, dimana gugus

karbonil pada camphor akan mengarahkan gugus Br untuk mensubstitusikan

salah satu hidrogen α sehingga hidrogen akan terikat pada atom no C no 2.

Apabila senyawa bromo ini direaksikan dengan asam sulfat maka sisa satu

hidrogen α akan disubstitusi oleh gugus –SO3H

D.  Biosintesis Terpenoid

Biosintesis terpenoid pada tumbuhan mengikuti  jalur asam asetat mevalonat.

Asam asetat  diaktifkan dengan koenzin A membentuk asetilCoA dan

melakukan reaksi kondensasi dengan asetilCoA yang lain sehingga terbentuk

asetoasetilCoA. AsetoasteilCoA yang terbentuk juga berkondensasi dengan

unit asetilCoA yang lain, sehingga terbentuk tiga unit gabungan asetilCoA

yang selanjutnya diprotonasi membentuk asam mevalonat. Adanya pirofosfat

pada asam mevalonat  dapat terjadi pelepasan komponen CO2 (dekarboksilasi)

dan pelepasan OPP membentuk isopentenil pirofosfat (IPP) dengan


isomernya dimetilalil pirofosfat (DMAPP) (Sjamsul, 1986:7; Dewick,

2009:40&188). Berikut ini gambar reaksi biosintesis terpenoid.

Selanjutnya antara IPP dan DMAPP terjadi reaksi adisi membentuk geranil

pirofosfat (C10). Geranil pirofosat juga mengalami reaksi adisi dengan satu

unit IPP membentuk farnesil pirofosfat (C15). Farenil pirofosfat juga

mengalami reaksi adisi dengan satu unit IPP membentuk geranil-geranil

pirofosfat (Sjamsul, 1986:8; Dewick, 2009:188).

E.  Isolasi Dari Suatu Spesies

1. Isolasi pada terpenoid pada dasarnya terdiri dari 2 step:

a.  Isolasi minyak atsiri (sumber terpenoid) dari bagian suatu spesies

Terdapat 4 metode pada ekstraksi minyak atsiri (essential oil), antara

lain:

Metode ekspresi (expression method)

Cara ekstraksi minyak atau lemak yang berasal dari biji-bijian atau

suatu bahan alam yang memiliki kandungan minyak atau lemak dalam

jumlah besar (Markopala, 2010).

Metode distilasi uap (Steam distillation method)

Ekstraksi dengan  pelarut volatil.

 Adsorpsi pada lemak murni ( Adsorption in purified fats)

Metode yang paling sering digunakan adalah metode distilasi uap. Pada

metode ini material tanaman didistilasi dengan uap panas untuk memperoleh

minyak atsiri dalam bentuk distilat, yang selanjutnya diekstraksi dengan

pelarut organik volatil murni. Jika senyawa yang diisolasi kemungkinan


mudah terdekomposisi selama proses distilasi, maka dapat diekstraksi

dengan eter pada suhu  50⁰C.

2.  Pemisahan senyawa terpenoid dari minyak atsiri

Sejumlah terpenoid yang terdapat pada minyak atsiri diperoleh dengan

ekstraksi menggunakan pelarut organik (solvent extraction). Metode fisik

dan kimia tertentu dapat digunakan untuk memisahkan terpenoid dari

minyak atsiri. Sekarang ini kebanyakan isolasi dan pemisahan terpenoid

menggunakan berbagai teknik kromatograpi. Misalnya, isolasi senyawa

terpenoid yang aktif antibakteri pada Herba Meniran (Phyllanthus

niruri Linn) (Gunawan dan Sutrisnayanti, 2008:31-39). Dalam penelitian

Gunawan dan Sutrisnayanti, Isolasi senyawa terpenoid aktif pada Herba

Meniran (Phyllantus niruri Linn) dilakukan dengan teknik ekstraksi yaitu:

1)   Maserasi (ekstraksi dingin) dengan pelarut alkohol

Seberat 1000 g serbuk kering herba meniran dimaserasi menggunakan

pelarut metanol. Ekstrak metanol dipekatkan lalu dihidrolisis dalam

100 mL HCl 4 M. Hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5x50 mL n-

heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL

KOH 10%, kemudian dikentalkan.

2)   Sokletasi dengan pelarut n-heksana

Seberat 1000 g serbuk kering herba meniran disokletasi dengan 5 L

pelarut n-heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan

dalam 50 mL KOH 10%. Dan terkahir ekstrak dikentalkan Untuk

mengetahui adanya kandungan senyawa terpenoid aktif, hasil ekstrak


diuji fitokimia dan aktivitas antibakteri (dalam kasus ini Eschericia

coli  dan Staphyloccocus aureus) menggunakan pereaksi  Lieberman-

Buchard. Hasil maserasi dan sokletasi menunjukkan bahwa kedua

ekstrak tersebut positif mengandung senyawa terpenoid. Hasil uji

aktivitas tersebut menunjukkan hasil bahwa akivitas antibakteri pada

ektstrak dengan metode sokletasi lebih tinggi dibandingkan maserasi.

Selanjutnya, Ekstrak n-heksana hasil sokletasi dimurnikan dengan

menggunakan kromatografi kolom dan didentifikasi dengan

kromatografi gas-spektroskopi massa. Berdasarkan data Kromatografi

gas- spektoskopi massa meunjukkan kemungkinan hasil sokletasi

mengandung duah buah senyawa yaitu phytadiene [M +] 278  dan 1,2-

seco-cladiellan m/z 335 [M+-H].

F.  Manfaat Terpenoid

Pemanfaatan berbagai senyawa terpenoid sangat luas, secara umum dapat

dikategorikan dalam beberapa bagian, seperti:

1.    Berperan penting bagi spesies penghasil terpenoid itu sendiri, misalnya

Gibberelin pada tanaman berfungsi :

a.      Merangsang pertumbuhan batang

b.     Menginduksi pemecahan mitosis dalam daun beberapa tumbuhan

c.      Mempercepat perkecambahan biji atau benih

d.     Merangsang benih yang dorman untuk berkecambah

Secara gari besar ada tiga fungsi utama metabolit sekunder (termasuk

terpenoid) yang diproduksi tumbuhan


a.      Melindungi tumbuhan dari serangan herbivora dan infeksi mikroba

b.     Penarik serangga atau  hewan penyerbuk dan penebar biji

c.      Agen alelopati yang berperan dalam kompetisi antar spesies

tumbuhan

2.  Industri

a.  Karena hampir semua terpenoid harum dan memiliki bau yang khas dan

menyenangkan, maka banyak digunakan dalam parfum, kosmetik,

pewangi, misalnya bisabolol/levomenol.

b.  Menthol dijadikan sebagai aditif pada berbagai makanan dan minuman,

odol, obat kumur, dll.

c.      Sebagai pestisida alami misalnya pada farnesol

d.     Kembang api (Camphor), obat nyamuk (geraniol).

3.     Kesehatan (Pharmakologi)

a. Berbagai terpenoid dapat digunakan sebagai obat, misalnya menthol

sebagai anastesi lokal, topikal analgesik (mengurangi rasa sakit, kram,

dan sakit kepala), mengobati iritasi pada tenggorokan, obat pilek, obat

luka bakar.

b. Sebagai antiseptik karena bersifat aktif terhadap bakteri dan jamur.

c. Mengurangi “gastrointestinal spasm” dan efektif terhadap insomia

d.  Anti Inflammatory

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan

a.  Terpenoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang tersusun atas

2 atau lebih unit C5 (isoprena)

b.  Secara umum sifat terpenoid tidak berwarna, cairan harum, massa

jenisnya lebih ringan daripada air,  mudah menguap (volatil). Semua

terpenoid larut dalam pelarut organik dan biasanya tidak larut dalam

air. Hampir semua terpenoid adalah optik aktif. Tata nama terpenoid

dapat berupa sistem IUPAC dan CAS serta nama trivial sedangkan

penggolongannya didasarkan pada jumlah unit C5 dan jenis rantai.

c.   Senyawa terpenoid dapat mengalami berbagai reaksi seperti oksidasi,

reduksi, dehidrasi, adisi, dan substitusi.

d.   Biosintesis terpenoid melalui jalur asam mevalonat dengan

menghasilkan IPP dan DMAPP debagai dasar pembentuk terpenoid.

e.    Isolasi senyawa terpenoid dari suatu spesies melaui dua tahap: isolasi

minyak atsiri dari suatu spesies dan pemisahan terpenoid dari

minyak atsiri.

f. Senyawa terpenoid dimanfaatkan secara meluas dalam berbagai bidang

seperti industri, kesehatan, serta berperan bagi spesies penghasil

terpenoid itu sendiri dalam kehidupannya.

B. Saran

            Semoga makalah selanjutnya lebih baik

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 20082008307141003.pdf. K pada ajian Teori. Diaskes pada 9 Maret
2016 pada http://eprints.uny.ac.id/9329/3/bab%202%20-%

Connolly, J.D dan Hill, R.A. 1991. Dictionary of Terpenoids. London: Chapman
&Hill.

Fadillah, Ahmad Dedi. 2015. Sokletasi. Diakses pada 16 Maret 2016


pada http://fadillahahmaddediblogspot.com.

Gunnawan dan Sutrisnayanti, 2008. Jurnal Kimia : Isolasi dan Identifikasi


Senyawa Terpenoid yang Aktif Antibakteri pada Herba Meniran (Phyllanthus
niruri Linn). Bukit Jimbaran : FMIPA Universitas Udayana.

Sell, Charles S. 2003. The Fragrant Introduction of Terpenoid Chemistry.


Cambridge: The Royal Society of Chemistry.

Anda mungkin juga menyukai