Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KIMIA BAHAN ALAM HAYATI

Hari, Tanggal : Senin, 16 Maret 2020


Nama : Dian Pertiwi
NIM : M0317019

RESUME GOLONGAN TERPENOID


A. Pengertian Terpena dan Terpenoid
Terdapat berbagai macam kelas senyawa yang berasal dari bahan alam.
Bahan alam merupakan senyawa yang diisolasi dari sumber alami yang berbeda,
seperti tumbuhan, binatang, mikroba, serangga, tanaman patogen, endopita, dan
dari laut. Senyawa tersebut diketahui sebagai metabolisme sekunder yang
terbentuk karena reaksi enzimatik dari metabolit primer (asam amino, gula,
vitamin, dan lain-lain). Salah satunya yaitu golongan terpenoid. Terpena atau
terpenoid termasuk dalam kelas terbesar kedua dari metabolit sekunder.
Terpenoid membentuk suatu kelompok yang mayoritas berasal dari bahan alam
yang terbentuk di tanaman, beberapa dari terpenoid juga dipelajari berasal dari
sumber lain.
Istilah terpena awalnya digunakan untuk menggambarkan suatu campuran
hidrokarbon isomerik dari senyawa C10H16 yang terdapat dalam minyak esensial
yang berasal dari getah dan jaringan tanaman, serta pohon. Terpena dapat
dikatakan sebagai hidrokarbon sederhana, sedangkan terpenoid adalah modifikasi
dari terpena dengan gugusfungsi yang berbeda dan gugus metil teroksidasi yang
berpindah atau pergi pada posisi yang bervariasi. Terpenoid banyak terdapat pada
daun dan buah dari tumbuhan yang tinggi, konifera, citrus, dan kayu putih. Istilah
terpena diberikan pada tumbuhan yang diisolasi dari terpentine, suatu cairan
volatil yang diisolasi dari pohon pinus.
Sebagian besar terpenoid dengan variasi pada strukturnya aktif secara
biologis dan digunakan secara luas untuk perawatan dari berbagai penyakit.
Beberapa terpenoid menghambat sel kanker manusia yang berbeda dan digunakan
sebagai obat anti kanker seperti Taxol dan turunannya. Beberapa pewangi yang
berasa dan beraroma baik terdiri dari terpena karena aromanya yang harum.
Terpena dan turunannya digunakan sebagai obat antimalaria seperti artemisinin.
Sedangkan, terpenoid berperan dalam makanan, obat-obatan, kosmetik, hormon,
vitamin, dan lain-lain.
B. Karakteristik Terpenoid
Beberapa karakteristik dari terpenoid yaitu ada dalam semua minyak
esensial tanaman, serta merupakan cairan atau padatan yang tidak berwarna.
Terpenoid memiliki aroma yang khas dan sebagian besar dari mereka aktif secara
optis, serta mudah teroksidasi. Terpenoid juga larut dalam alkohol, kloroform,
eter, aseton, dan karbon disulfida serta tidak larut dalam air. Dapat digunakan
sebagai aktivitas terapi seperti analgesik, karminatif, antelmintik, antiseptik, dan
menghambat iritasi.
C. Nomenklatur (Tata Nama)
Sebagian besar nama terpena diambil dari nama genus atau familia dari
tanaman atau dari minyak esensial dari produk yang pertama diisolasi atau
kebradaan paling banyak. Semua terpena terdiri dari kumpulan unsur karbon yang
membentuk iso-pentana. Dalam dekomposisi termal dari terpenoid, menghasilkan
isoprena sebagai salah satu produknya. Terpena secara sederhana terdiri atas unit-
unit isoprena yang saling mengikat satu sama lain (dua atau lebih unit isoprena)
dengan berbagai cara.

Gambar 1. Unit Isoprena


Unit isoprena yang dapat membentuk secara sendirinya dengan berbagai cara,
adalah molekul lima karbon. Unit isoprena tunggal, mewakili kelas terpena yang
paling dasar yaitu hemiterpena. Satuan isoprena yang terikat dengan isoprena
kedua adalah ciri khas dari terpena, yaitu merupakan monoterpena (C10).
Sementara sesquiterpena mengandung tiga unit isoprena (C15), diterpen (C20),
dan triterpen (C30) masing-masing mengandung dua dan tiga unit terpena.
Tetraterpena terdiri dari empat unit terpena dan politerpena mengandung lebih
dari empat unit terpena.
D. Klasifikasi
Sebagian besar hidrokarbon terpenoid alami memiliki rumus umum
(C5H8)n. Mereka dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah n atau jumlah atom
karbon yang ada dalam strukturnya. Berdasarkan banyaknya cincin pada struktur,
dapat dibagi dalam subkelas yaitu:
1. Acyclic Terpenoids, yang memiliki struktur terbuka atau tidak siklis.
2. Monocyclic Terpenoids, hanya memiliki satu cincin pada strukturnya.
3. Bicyclic Terpenoids, terdiri atas dua cincin pada strukturnya.
4. Tricyclic Terpenoids, memiliki tiga cincin pada strukturnya.
5. Tetracyclic Terpenoids, memiliki empat cincin pada strukturnya.
Berdasarkan banyaknya atom karbon, terpenoid dapat diklasifikasikan
menjadi sebagai berikut.
1. Hemiterpene
Merupakan unit isoprena tunggal, atau merupakan kelas terpena yang
paling sederhana.
2. Monoterpene
Terdiri dari 10 atom C dengan dua unit isoprena dan rumus molekul
C10H16. Senyawa yang termasuk dalam kelas ini biasanya memiliki aroma
yang kuat, berbau, dan biasa digunakan dalam berbagai perusahaan farmasi,
campuran dari berbagai minyak monoterpene juga digunakan sebagai bahan
parfum dan kosmetik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa dapat
digunakan sebagai antitumor.
3. Sesquiterpene
Merupakan kelas yang terdiri dari tiga unit isoprena (C15H24) dan
ditemukan dalam bentuk linear, siklik, bisiklik, dan trisiklik. Sesquiterpene
juga ditemukan dalam bentuk cincin lactone. Digunakan dalam beberapa
produksi lateks, dan berpotensi sebagai agen anti mikroba serta anti-serangga.
4. Diterpene
Terdiri dari empat unit isoprena dengan rumus molekul C 20H32. Senyawa
dalam kelas ini menunjukkan aktivitas biologis yang signifikan termasuk anti-
inflamasi, anti mikroba, anti kanker, dan anti jamur.
5. Sesterpene
Terdiri dari 25 atom karbon dengan 5 unit isoprena dan rumus molekul
C25H40. Secara alami terdapat dalam jamur, organisme laut, serangga,
tumbuhan berongga, dan getah perlindungan pada serangga. Senyawa tipe ini
aktif secara biologis sebagai anti inflamasi, anti kanker, anti mikroba, dan anti
jamur.
6. Triterpene
Biasanya mengandung 30 atom karbon dengan 6 unit isoprena. Diturunkan
melalui biosintesis squalena. Triterpene memiliki banyak gugus metil dan
dapat dioksidasi menjadi alkohol, aldehid, dan asam karboksilat.
7. Tetraterpene
Memiliki 40 atom karbon atau terdiri dari 8 unit isoprena.
8. Polyterpene
Memiliki lebih dari 40 atom karbon atau terdiri dari 8 unit isoprena.
E. Contoh
Beberapa contoh dari senyawa golongan terpenoid yaitu sebagai berikut.
1. Monoterpene
a. Asiklik

Myrcene Citral Geraniol


b. Monosiklik

Limonene α-Terpineol Menthol


c. Bisiklik

Thujane Carane Pinane Bornane


(Sistem 6+3) (Sistem 6+3) (Sistem 6+4) (Sistem 6+5)

Iso camphane Camphor


2. Sesquiterpene

Farnesol (Asiklik) Zinziberene Cadinene (Bisiklik)


(Monosiklik)
3. Diterpene

Phytol (Asiklik) Vitamin A (Monosiklik)


F. Reaksi Biosintesis Terpena

Blok pembangun (building blocks) C5 dari semua terpenoid, isopentenil


difosfat (IPP), dan dimethylallyl diphosphate (DMAPP), diturunkan dari dua jalur
independen yang berada di sel berbeda, yaitu sebagai berikut.
1. Jalur Asam Mevalonat (MVA)
Jalur ini terjadi di Cytosol menghasilkan unit C 5 untuk sesquiterpene dan
triterpene. Prekursor awal pada jalur ini yaitu asetil koenzim A. Pada
jalur mevalonate (MVA) mengubah prekursor asetil-Coa ke IPP dan DMAPP
dengan melibatkan beberapa enzim antara lain :
a. Enzim acetoacetyl-CoA C-acetyltransferase / acetoacetyl-CoA thiolase (A
ACT)
Enzim ini berperan sebagai katalisis dalam reaksi enzimatik pertama pada
jalur mevalonat, yaitu berupa reaksi kondensasi ester Claison antara
dua molekul asetil-CoA untuk memproduksi acetoacetyl-CoA
b.  Enzim 3-hydroxy 3-methylglutaryl-CoA synthase (HMGS)
Enzim HMGS berperan sebagai katalisis dalam rekasi kedua,
yaitu kondensasi antara asetil CoA dengan asetoasetil-
CoA untuk menghasilkan 3-hydroxy-3-methylglutaryl-CoA (HMG-CoA).
c. Enzim 3-hydroxy 3-methylglutaryl-CoA reductase (HMGR)
Pada reaksi enzimatik selanjutnya 3-hydroxy-3-methylglutaryl-
CoA diubah menjadi asam mevalonat dengan menggunakan 2 mol NADPH.
Rekasi ini bergantung pada ketersediaan NADPH. Dalam reaksi ini dibantu
enzim HMGR yang berperan sebagai katalisis.
d. Enzim Mevalonate kinase (MK) dan Phospho mevalonate kinase (PMK)
Enzim MK dan PMK sama-sama berperan dalam reaksi fosforilasi setelah
terbentuknya asam mevalonat. Enzim MK berperan dalam reaksi fosforilasi
asam mevalonate menjadi mevalonate 5-phosphate. Kemudian PMK berperan
dalam fosforilasi mevalonate 5-phosphate menjadi mevalonate 5-diphosphate.
e. Enzim mevalonate 5-phosphate decarboxylase (MDC)
Enzim ini berperan dalam reaksi dekarboksilase mevalonate 5-phosphate
yang kemudian menghasilkan IPP yang kemudian akan ikonversi juga
menjadi DMAPP.
2. Jalur Metileritrol Fosfat (MEP)

Jalur MEP atau nonmevalonat terjadi di plastida, menyediakan IPP dan


DMAPP untuk biosintesis hemiterpene, monoterpene, diterpene, dan tetraterpene.
Prekursor awalnya merupakan piruvat dan Gliseraldehid 3-fosfat. Sementara itu,
jalur non-mevalonate atau jalur MEP terdiri dari delapan reaksi dikatalisis oleh
sembilan enzim. Beberapa enzim tersebut antara lain
a. Enzim 1-deoksi-Dxylulose- 5-fosfat sintase (DXPS)

Pada reaksi pertama terjadi kondensasi piruvat dan glyceraldehyde 3-


phosphate untuk menghasilkan 1-deoxy-D-xylulose-5-phosphate
(DOXP). Reaksi ini dikatalisasi oleh enzim 1-deoksi-Dxylulose- 5-fosfat
sintase (DXPS), dengan menggunakan pirofosfat tiamin sebagai kofaktor.
b. Enzim 1-deoxy-D-xylulose-5-phosphate reductoisomerase (DXR)
Enzim 1-deoxy-D-xylulose-5-phosphate reductoisomerase (DXR) ini
mengubah DOXP menjadi 2C-methyl-D-erythritol-4-phosphate (MEP) denga
n menggunakan 1 mol NADPH.
c. Enzim 4-(Cytidine 5’-diphospho)-2-C-methyl-D-erythritol synthase (CDP-

ME synthase)
Enzim CDM-ME synthase berperan dalam mengkatalisis reaksi konjugasi
antara MEP dan CTP. Reaksi ini dimulai dengan masuknya nukleotida sebagai
substrat untuk MEP. MEP bereaksi dengan 1 molekul CTP untuk
menghasilkan 4-diphosphocytidyl-2-C-methyl-D-erythritol (CDP-ME)
dan kemudian melepaskan 1 molekul fosfat.
d. Enzim 4-(Cytidine 5’-diphospho)-2-C-methyl-D-erythritol kinase (CDP-

ME kinase)
Enzim CDP-ME kinase berperan sebagai katalis dalam reaksi fosforilasi
CDP-ME yang juga melibatkan ATP. Reaksi ini akan menghasilkan CDP-
ME2P dan ADP.
e. Enzim 2C-metil-D-eritritol- 2,4-cyclodiphosphate synthase (MECP

synthase)
Pada langkah kelima dalam jalur non-mevalonat, CDP-ME2P diubah
menjadi 2C-metil-D-eritritol- 2,4-cyclodiphosphate (MECP)
dengan melepaskan 1 molekul CMP. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim MECP
synthase.
f. Enzim 1-hydroxy 2-methyl 2-(E)-butenyl-4-PP synthase (HMBPP

synthase)
Setelah terbentuk MECP, maka MECP akan diubah menjadi 1-hydroxy 2-
methyl 2-(E)-butenyl-4-PP melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim HMBPP
synthase.
g. Enzim 1-hydroxy 2-methyl 2-(E)-butenyl-4-PP reductase (HMBPP

reductase)
Pada tahap akhir pembentukan IPP dan DMAPP pada jalur non mevalonat,
HMBPP akan dikonversi menjadi IPP dan kemudian DMAPP dengan rasio
5:1. Reaksi konversi ini dikatalisis ileh enzim HMBPP reductase. Pada
pembentukan DMAPP, terdapat enzim IPP isomerase yang akan melakukan
isomerisasi pada ikatan rangkap dua atom karbon pada IPP sehingga terbentuk
DMAPP.

Ketika IPP dan DMAPP sudah terbentuk, maka kedua jalur akan
membentuk terpenoid. Terpenoid yang dihasilkan melalui jalur MVA antara lain
terpenoid sterol, sesquiterpen, poliphrenol, dan ubiquinone. Sedangkan jalur MEP
akan memproduksi antara lain monoterpen, diterpen, hemiterpen,  karotenoid,
asam absisat, dan rantai fitol pada klorofil.
IPP sebagai unit isopren aktif bergabung secara kepala ke-ekor (head to
tail) dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari
polimerisasi isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi
karena pemecahan elektron dari ikatan rangkap IPP akibat atom karbon dari
DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ion pirofosfat.
Proses ini menghasilkan geranil pirofosfat (GPP) yakni senyawa antara bagi
semua senyawa monoterpen.
Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP, dengan
mekanisme yang sama seperti antara IPP dan DMAPP, menghasilkan farnesil
pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa antara bagi semua senyawa
sesquiterpen. Senyawa-senyawa diterpen diturunkan dari geranil-geranil
pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara atau satu unit IPP dan GPP
dengan mekanisme yang sama pula.
Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP dan GGPP untuk
menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu persatu hanya melibatkan
beberapa jenis reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya ialah
hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi dan reaksi-reaksi spontan yang dapat
berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti
isomerisasi, dehidrasi, dekarboksilasi dan sebagainya.

Referensi
Bhargava, V.V., Patel, S.C., dan Desai, K.S. 2013. Importance of Terpenoids and
Essential Oils in Chemotaxonomic Approach. International Journal of
Herbal Medicine, 1(2) : 14-21.
Dewick, P.M. 2009. Medicinal Natural Products : A Biosynthetic Approach, 3rd
Edition. John Wiley & Sons, Ltd.
Perveen, S. 2018. Introductory Chapter : Terpenes and Terpenoids. Intech Open.
Yadav, N., Yadav, R., dan Goya, A. 2014. Chemistry of Terpenoids. International
Journal of Pharmaceutical Science, 27(2) : 272-278.

Anda mungkin juga menyukai