Anda di halaman 1dari 54

TERPENOID II

Ayumitia Putri
Darma Eka Putra
Imam Nur Alamsyah
Renhat

SESTERTERPENOID (C-25)
TRITERPENOID (C-30)
TETRATERPENOID (C-40)
POLITERPENOID

Sesterterpenoid (C-25)
Terpenoid

yang memiliki 25 carbons dan Lima


unit isoprene di sebut sesterterpen/
sesterterpenoid.

Sesterterpenoid telah di isolasi dari :


Jamur terestrial
Lumut
Tumbuhan tingkat tinggi
Serangga
Berbagai organisme laut terutaman spons

Sifat senyawa
Dapat

larut dalam lemak, eter, kloroform.


Umumnya berupa lipid
Memiliki titik didih yang tinggi

Sestertertpe
n
(25)

1. Ophiobolin

Ophiobolin

A adalah senyawa phytotoxin


merupakan metabolit beracun dari jamur
Helminthosporiurn muydis Nisikado and
Miyake (Leung, dkk., 1982).
Senyawa ini beracun dan menstimulasi
kebocoran elektrolit dan glukosa dari akar
jagung (Leung, dkk., 1982).

2. Heliosida
Merupakan

hasil dari penggabungan dari 5

unit isoproprenil (Stipanovic, et al.,1977).


Analisis

dari daun tanaman G. hirsutum

menunjukkan

adanya

keberadaan

grup

sesterterpen yang dikenal sebagai heliosida


(Stipanovic, et al.,1977).

3. Leucosceptrane
Kelas leucosceptrane sesterterpenoids 1-10,
memiliki , dan -laktone yang tidak jenuh,
yang telah terisolasi dari daun dan bunga
Leucosceptrum canum dan ditemukan bahwa
menunjukkan aktivitas anti-feedant terhadap
serangga yang makan tanaman (Luo dkk,
2013).

TRITERPENOID (C-30)

Triterpenoid

Triterpen merupakan golongan terbesar dari terpenoid dan


tersebar luas didalam tumbuhan baik dalam keadaan
bebas, ester atau bentuk glikosida.

Secara kimia triterpen merupakan senyawa dengan


kerangka karbon yang terbentuk berdasarkan 6 unit
isopren dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon
C30 asiklik yang disebut skualen

Harborne(2006),Sifat-sifat triterpenoid:

Tidak berwarna

Berbentuk kristal

Bertitik leleh tinggi

Bersifat optis aktif

Reaksi Identifikasi
Umumnya

sukar untuk membedakan karena reaktivitasnya

rendah
Tes

kimia yang sering digunakan adalah reaksi LiebermannBurchard. (as. asetat anhidrat - H2SO4) -> yang
memberikan warna hijau kebiruan pada kebanyakan
triterpen dan serol

Pengelompokan Triterpenoid
Menurut

Harbone (1987), senyawa


triterpenoid dapat dibagi menjadi 3 golongan
yaitu:
Triterpen sebenarnya
Saponin
Steroid

Triterpenoid sebenarnya
Pembagian berdasarkan jumlah cincin dalam struktur molekulnya :
Triterpen asiklik triterpen yang tidak memiliki cincin tertutup,
misalnya skualena.
Triterpen trisiklik triterpen yang memiliki tiga cincin tertutup
pada struktur molekulnya, misalnya ambrein.
Triterpen tetrasiklik triterpen yang memiliki empat cincin
tertutup pada struktur molekulnya, misalnya lanosterol.
Triterpen pentasiklik triterpen yang memiliki lima cincin tertutup
pada struktur molekulnya, misalnya a-amirin

Skualena
Skualena adalah senyawa organik alami dengan 30 atom
karbon yang terutama didapatkan dari minyak hati ikan hiu.
Skualena digunakan dalam pembuatan kosmetik, dan juga
sebagai adjuvan imunologi dalam vaksin. Skualena juga tengah
diteliti sebagai senyawa dengan efek kemopreventif.

Biosintesis Skualena
Dua molekul farnesil pirofosfat terkondensasi dengan reduksi
oleh NADPH untuk membentuk squalene (dengan enzim
squalene sintase)

Ambrein

Ambrein adalah salah satu senyawa triterpenoid dengan cincin trisiklik


dalam struktur molekulnya.

Ambrein adalah senyawa beraroma yang banyak digunakan dalam


industri parfum.

Ambrein memiliki aktivitas analgesik dan afrodisiak pada tikus, hal ini
sesuai dengan penggunaan ambrein secara tradisional juga sebagai
afrodisiaka.

Amirin

Senyawa amirin terdiri dari - amirin and -amirin. Masingmasing memiliki rumus molekul C30H50O.
-amirin and -amirin dapat dipisahkan dengan baik jika
dikromatografi memakai n- butanol-NH4OH 2M (1:1)
(Harborne, 2006).

Lanosterol
Lanosterol

merupakan triterpenoid khas hewan dan


prekursor untuk kolesterol dan sterol lain pada hewan dan
fungi.
Skualena teroksidasi membentuk epoksida, memungkinkan
terjadinya siklisasi membentuk lanosterol

Biosintesis Lanosterol

Setelah

membentuk squalen,
maka terjadi reaksi oksidasi pada
atom C nomor 3
sehinggaterbentuk OH, setelah itu
terjadi pembentukan
epoksidasqualen. Senyawa ini akan
terjadisiklisasai menjadi lanosterol
yang merupakan bentuk dasar dari
senyawa steroid(Arifin,1986).

Setelah

membentuk squalen, maka terjadi


reaksi oksidasi pada atom C nomor 3
sehinggaterbentuk OH, setelah itu terjadi
pembentukan epoksidasqualen. Senyawa ini
akan terjadisiklisasai menjadi lanosterol yang
merupakan bentuk dasar dari senyawa
steroid(Arifin,1986).

Saponin
Saponin

merupakan jenis glikosida. Glikosida adalah


senyawa yang terdiri dari glikon (glukosa, fruktosa dll) dan
aglikon (senyawa bahan alam lainnya).
Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa
steroid dan triterpen.
Saponin umumnya berasa pahit dan dapat membentuk buih
saat dikocok dengan air. Selain itu juga bersifat racun pada
hewan berdarah dingin (Najib, 2009).
Tumbuhan yang mengandung saponin ini biasanya memiliki
genus Saponaria dari keluarga Caryophyllaceae.

Dari aglikonnya, saponin dapat dibagi


menjadi 2 yaitu
1.

Saponin dengan steroid (glikosida jantung)

Saponin jenis ini memiliki aglikon berupa steroid yang diperoleh dari
metabolisme sekunder tumbuhan. Jembatan ini juga sering disebut
dengan glikosida jantung. Hal ini disebabkan karena memiliki efek kuat
terhadap jantung.

Contoh saponin jenis ini adalah Asparagosida (Asparagus sarmentosus).

Digunakan sebagai obat antinyeri dan rematik

2. Saponin dengan triterpen

Saponin jenis ini memiliki komponen aglikon berupa


triterpen yang memiliki atom C sebanyak 30. Saponin jenis
ini bersifat asam.

Contoh saponin ialah asiakosida, terdapat pada tanaman


Gatu kola.

Senyawa ini digunakan sebagai antibiotik

Steroid

Steroid adalah suatu golongan senyawa triterpenoid yang


mengandung inti siklopentana perhidrofenantren yaitu tiga cincin
sikloheksana dan sebuah cincin siklopentana

Menurut asalnya senyawa steroid dibagi atas :

1.

Zoosterol steroid yang berasal dari hewan misalnya kolesterol

2.

Fitosterol steroid yang berasal dari tumbuhan misalnya


sitosterol dan stigmasterol

3.

Mycosterol steroid yang berasal dari fungi misalnya ergosterol

4.

Marinesterol steroid yang berasal dari organisme laut misalna


spongesterol


1.
2.
3.

Berdasarkan jumlah atom karbonnya, steroid terbagi atas :


Steroid dengan jumlah atom karbon 27, misalnya zimasterol
Steroid dengan jumlah atom karbon 28, misalnya ergosterol
Steroida dengan jumlah atom karbon 29, misalnya
stigmasterol

Biosintesis Kolesterol

TETRATERPENOID (C-40)

Tetraterpenoid
Tetraterpenoid diwakili oleh grup senyawa karotenoid yang
bersifat hidrofobik(pigmen yang larut dalam lemak, berwarna
kuning sampai merah).

Secara umum karotenoid di bahan pangan merupakan


tetraterpenoid dengan jumlah atom karbon 40 yang terdiri atas
delapan unit isoprenoid C5(ip).
Karotenoid dikelompokan menjadi dua kelompok berdasarkan
keberadaan oksigen di struktur molekulnya. Karotenoid yang
hanya hidrokarbon disbeut karoten dan yang memiliki ikatan
oksigen disebut xantofil
Terdiri dari urutan panjang
sehingga memberikan warna
Karotenoid atau tetraterpenoid
wortel, daun bayam, buah tomat

ikatan rangkap terkonjugasi


kuning, oranye dan merah.
terdapat pada tanaman akar
dan biji kelapa sawit.

Tetraterpenoid
Contoh-contoh karotenoid:

LycopeneTomat
Solanaceae)

masak(Lycopersiconesculente;

-karotenWortel
(Daucuscarota;
/Apiaceae) , kelapa sawit

CapsanthinCabe
Solanaceae)

FucoxanthinAlga coklat(Fucus; Fam. Fucaceae)

Astaxanthinwarna pink/merah pada crustaceans (Udang


dan kepiting), shell fish dan ikan salmon.

merah(Capsicum

fam.

Fam.

Umbelliferae

annuum;

Fam.

Karotenoid merupakan metabolit sekunder dari jenis


terpenoid berupa suatu poliisoprenoid panjang (terdiri atas
40 atom karbon/tetraterpen) yang mengandung ikatan
rangkap dan tersusun dari rantai poliisoprena simetris
terhadap pusat ikatan.

Tetraterpenoid dibentuk melalui kondensasi ekor ke ekor


dari dua molekul geranil geranil difosfat (GGPP) dimana
urutan mekanisme reaksinya analog dengan squalene dan
triterpene.

Unit ip tersusun dalam dua posisi arah yang berlawanan


pada pusat rantainya sehingga berbentuk molekul yang
simetris .

Sintesis Tetra terpenoid

Tetraterpenes (karotenoid) disintesis melalui jalur sintase


MEP terletak di plastida.

Biosintesis karotenoid pada umumnya sama dengan semua


jenis isoprenoid, yakni diawali dengan isomerasi IPP
(isopentenil pirofosfat) yang selanjutnya digunakan dalam
sintesis 2 molekul GGPP (Geranylgeranyl pyrophosphate)
yang memiliki 20 karbon

Pembentukan 2 molekul GGPP menjadi 15,15'-cis fitoen terjadi


melalui reaksi kondensasi, dilanjutkan dengan reaksi desaturasi
yang mengubah 15,15'-cis fitoen menjadi all-trans likopen dan
reaksi siklikasi yang mengubah all-trans likopen menjadi all-trans
-karoten. Selanjutnya pada lintasan biosintesis astaksantin dari
karoten, mengalami 2 reaksi kimia yaitu hidroksilasi dan oksidasi.

Ada 2 jalur pembentukan astaksantin, yang pertama yaitu


peningkatan jumlah adoniksantin dan zeaksantin, sedangkan jalur
yang kedua yaitu melalui peningkatan jumlah antaksantin dan
foenikoksantin sehingga menghasilkan astaksantin sebagai
produk akhir.

Dua enzim yang berperan dalam mengubah -karoten


menjadi astaksantin adalah 4-4 oksigenase (CrtW) dan 3-3
hidroksilase (CrtZ). Enzim CrtW dan CrtZ bakteri laut
memiliki 2 fungsi pada aktivitasnya. Enzim ini terlihat
spesifik pada reaksi kimia tetapi tidak spesifik untuk
substrat. CrtZ dan CrtW mampu menggunakan substrat
dengan perbedaan polaritas yang besar, sehingga 6
kelompok ketokarotenoid dapat disintesis hanya dengan 2
jenis enzim ini

karoten C-4 ketolase (CrtW) menggabungkan 2 gugus


keto pada C-4 dan C-4 pada molekul karoten. Subtrat
CrtW menggunakan -ionone dan cincin 3-hidroksi-ionone.

Enzim bakteri laut Paracoccus sp. ini mengkatalisis konversi


langsung gugus metilen (pada gugus posisi 4-4 karoten)
yang memproduksi echinenone dan kantaksantin.

Sedangkan karoten hydroxylase (CrtZ) memiliki 2 gugus


hydroxyl pada C-3 dan C-3

Subtrat CrtZ adalah cincin -ionone dan 4-keto- ionon.


Secara umum, enzim ini memasukkan satu atom oksigen dari
molekul oksigen ke substratnya dan memerlukan sebuah donor
elektron untuk mengurangi atom oksigen ke dua ke dalam air.

Dua kelompok besar karoten hidroksilase yang kita kenal


adalah non heme di iron (NH-di-iron) hidroksilase yang
dihubungkan dengan desaturasi asam lemak dan sitokrom P450 monooksigenase

Manfaat

Astaksantin terbukti merupakan antioksidan potensial yang


dapat membantu mempertahankan kesehatan tubuh .
Astaksantin mencegah penyakit kardiovaskular dengan
mekanisme antioksidan

Konsumsi mikroorganisme yang menghasilkan astaksantin


dapat menghambat oksidasi LDL dan mencegah arteriosklerosis

Astaksantin juga memiliki banyak fungsi yang lain, di antaranya


sebagai fotoprotektor, meningkatkan daya penglihatan dan juga
dapat digunakan untuk menangani berbagai penyakit
neurodegeneratif (Pratiwi & Limantara, 2008)

Meningkatkan pigmentasi pada kulit dan daging ikan salmon


dalam bidang pangan.

POLITERPENOID

Politerpenoids terdapat pada


Penguat

membran sel ciliataTetrahymena

pyriformis
Politerpena

pada prokariota setara secara

struktural dan fungsional dengan sterol pada


eukariota
Karet

alam

Karet alam

Partikel karet murni (Isopren) tersuspensi dalam


serum lateks dan bergabung membentuk rantai
panjang yang disebut poliisopren
Unit

monomer isoprenanya, terikat sebagai

ikatan kepala ke ekor

Karet alam
Tanaman asal :Hevea braziliensis
Keluarga
: Euphorbiceae
Zat berkhasiat : Kautschuk (zat karet)
Penggunaan :
Untuk bahan utama pembuatan ban
maupunalat kesehatan yang bersifat elastis.

Proses biosintesis karet memerlukan 3 (tiga)


komponen utama, yaitu :
1. Asetil Co-A sebagai blok pengembang
2. TPNH sebagai agen pereduksi
3. ATP sebagai sumber energi
Ketiga komponen ini dihasilkan oleh degradasi
karbohidrat

Biosintesis Karet

Tahap pertama :
Asam mevalonat yang di sintesis dari 3 molekul asetil
Co-A. Energi yang dihasilkan dari proses ini diperoleh
3 ikatan thio ester yang akan dipecah untuk
menghasilkan kembali Co-A bebas dan 2 molekul
TPNH, yang kemudian akan di oksidasi.

Biosintesis Karet
Tahap kedua:
Perubahan asam
mevalonat menjadi
isopentenyl-PP, unit
pembangun dari
poliisopren yang telah
diperoleh. Pengaktifan
dari asam mevalonat
menghasilkan 3
molekul ATP dan reaksi
dekarboksilasi.

Biosintesis Karet

Tahap ketiga : Terjadi sintesis rantai karbon poliisoprenoid,


tidak ada tambahan sumber energi yang dihasilkan karena
energi telah cukup dihasilkan atau disediakan oleh
pengeluaran sebelumnya dari ATP.
PP merupakan leaving group yang baik pada reaksi SN-2 yang
berikutnya
dan
ini
kemudian
dihidrolisis
menjadi
orthophosphate menghasilkan reaksi kondensasi yang
irreversible. PP ada dimana-mana pada semua sistem yang
tinggal dan yang telah ditunjukkan pada lateks juga

Anda mungkin juga menyukai