Anda di halaman 1dari 12

FITOKIMIA

II
STEROID

Nama : Sri Nurain Ibrahim


Nim : 821418009
Kelas : B-S1 Farmasi 2019
Steroid
Steroid adalah kelompok senyawa bahan alam yang kebanyakan strukturnya terdiri atas 17 atom karbon dengan
membentuk struktur dasar 1,2- siklopentenoperhidrofenantren. Steroid memiliki kerangka dasar triterpena asiklik. Ciri
umum steroid ialah sistem empat cincin yang bergaubung. Cincin A,B dan C beranggotakan enam atom karbon.

 Steroid merupakan senyyawa organik lemak sterol tidak terhindrolisis yang dapat dihasilkan dari reaksi penurunan
terpena dan skualena. Steroid termasuk kelompok senyawa triterpenoid temodifikasi dengan struktur dasar sterana
jenuh.
 Senyawa yang termasuk turunan dari steroid mislnya kolestrol, ergosterol, progesteron, dan esteron.
 Percobaan-percobaan biogenetik menunjukan bahwa steroid yang terdapat di alam berasa dari triterprnoid.
 Jadi, pembentukan/ biiosintesissteroid adalah sama dengan jalur pembentukan triterpenoid secara umum, namun dengan
sedikit modifikasi
Struktur Steroid Sumber Steroid
 Pepaya (Carica papaya L) yang mengandung senyawa
Steroid mempunyai striktur dasar yang terdiri dari 17 atom steroid golongan sterol (campesterol)
karbon yang membentuk tiga cincin sikloheksana dan satu  Kulit batang bakau (Rhizophora stylosa) senyawa steroid
cincin siklopentana yang terkandung dalam kulit batang Bakau merah
merupakan campuran senyawa steroid yaitu campesterol
 Buah mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) senyawa
steroid yang terdapat dalam buah mahkota dewa adalah
stigma
 Kulit batang bauh maja Senyawa steroid yang terdapat
dalam buah maja adalah stigmasterol
Biosintesis Steroid
 Percobaan-percobaan biogenetik menunjukan bahwa steroid yang terdapat dialam berasal dari triterpenoid
 Steroid yang terdapat dalam jaringan hewan berasal dari Triterpenoid lanosterol
 Steroid yang terdapat dalam jaringan tumbuhan beasal dari Triterpenoid sikloartenol setelah triterpenoid ini mengalami
serentenan perubahan tertentu.
1. Tahap-tahap awal dari biosintesa steroid pengubahan asam asetat melalui asam mevalonat dan skualen (Suatu triterpenoid)
menjadi lanosterol dan sikloartenol.
2. Percobaan-percobaan menunjukan bahwwa skualen terbentuk dari 2 molekul farnesi pirofosfat yang bergabung secara ekor-
ekor yang segera diubah menjadi 2,3 epoksiskualen.
3. Selanjutnya lanosterol terbentuk oleh kecenderungan 2,3 epoksiskualen yang mengandung lima ikatan rangkap untuk melakukan
siklisasi ganda.
4. Sikisasi ini diawali oleh protonasi gugus epoksi dan diikuti oleh pembukaan lingkaran epoksida.
Klasifikasi Steroid
Klasifikasi Steroid
 Steroid anabolik/ steroid steroid andragonik anabolik
 Kortikosteroid/ glukortikoid
 Steroid seks/ Steroid gonad
 Fitosterol atau sterol tanaman
 Ergosterol
Skrining Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder
Terhadap Ekstrak Tanaman Ranting Patah Tulang
(Euphorbia tirucalli L.)
Pendahuluan
Bagian dari tanaman patah tulang yang sering digunakan sebagai obat adalah akar, batang kayu, ranting, dan
getahnya. Batang tanaman patah tulang mengandung senyawa seperti euphorbine, taraksaterol, lakterol, euphol,
sapogenin, tanin, alkaloid, dan asam elagat. Asam elagat adalah senyawa fenol alam yang ditemukan dalam bentuk
elagitanin pada tanaman. Senyawa asam elagat berpotensi sebagai anti kanker dan anti oksidan. Tanaman patah tulang
termasuk dalam famili Euphorbiaceae, merupakan jenis tanaman kebun yang tumbuh tegak hingga setinggi 2-6m.
Kandungan senyawa metabolit sekunder tanaman Euphorbia tirucalli L yaitu flavonid, fenol, saponin, dan tanin.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder dan aktivitas antioksidan
daun ranting tanaman patah tulang. Senyawa metabolit sekunder diperoleh dari proses ekstraksi dengan pelarut etanol
menggunakan metode maserasi dan partisi.
Metode Penelitian
 Pembuatan somplisia
Sebanyak 1500 Tanaman patah tulang ( Euphorbia tirucalli L.) dipisahkan dari kotoran-kotoran yang menempel kemudian dicuci
hingga bersih dan ditiriskan, tanaman yang sudah bersih tersebut diletakan diatas nampan kemudian dikeringkan dengan sinar
matahari kemudian dihaluskan menggunakan blender sampai menjadi serbuk yang halus.
 Proses pembuatan ekstrak
dimaserasi selama 3x24 jam dengan menggunakan pelarut etanol pada suhu kamar. Hasil maserasi kemudian disaring agar diperoleh
filtrat yang terpisah dari residu. Maserat etanol dipekatkan dengan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak etanol.
 Skrining fitokimia
Sampel yang digunakan untuk skrining fitokimia adalah ekstrak etanol batang tanaman Patah tulang.
 Uji Alkaloid
Sebanyak 2 mL ekstrak diuapkan di atas cawan porselin. Residu yang dihasilkan kemudian dilarutkan dengan 5 mL HCl 2 M.
Larutan yang diperoleh dibagi ke dalam 3 tabung reaksi. Pada pereaksi Dragendorff akan terbentuk endapan berwarna jingga
sedangkan pereaksi Mayer akan terbentuk endapan kuning yang menandakan positif adanya alkaloid
 Uji Flavonoid
Sebanyak 2 mL ekstrak ditambahkan dengan air panas secukupnya, kemudian dididihkan selama 5 menit lalu disaring. Filtrat
sebanyak 5 mL ditambahkan 0,05 mg serbuk Mg dan 1 mL HCl pekat, kemudian dikocok kuat-kuat. Uji positif ditunjukkan dengan
terbentuknya warna merah, kuning atau jingga
 Uji Tanin
Sebanyak 1 mL ekstrak ditambahkan dengan beberapa tetes larutan besi(III)klorida 10%. Jika terjadi warna biru tua atau hitam
kehijauan menunjukkan adanya tanin.
 Uji Steroid dan triterpenoid
Sebanyak 2 mL ekstrak ditambahkan CH3COOH glasial sebanyak 10 tetes dan H2SO4 pekat sebanyak 2 tetes. Larutan dikocok
perlahan dan dibiarkan selama beberapa menit. Adanya steroid ditunjukan oleh warna biru atau hijau, sedangkan triterpenoid
memberikan warna merah atau ungu.
 Uji Saponin
Sebanyak 2-3 mL ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 10 mL air panas lalu didinginkan, kemudian
dikocok kuatkuat selama 10 detik lalu ditambahkan 1 tetes HCl 2 N. Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil
setinggi 1-10 cm selama tidak kurang dari 10 menit.
Hasil dan Pembahasan
Hasil skrining fitokimia menunjukan bahwa ekstrak etanol batang tanaman Patah tulang memiliki kandungan senyawa metabolit
mon
sekunder yaitu positif terdapat senyawa flavonoid, tanin, dan steroid
tue

wed

thu

fri
 Alkaloid
Hasil skrining fitokimia menunjukan tidak adanya endapan, yang berarti bahwa kedua ekstrak etanol batang tanaman Patah tulang
tidak terdapat senyawa alkaloid.
 Flavonoid
Hasil skrining fitokimia menunjukan kedua ekstrak etanol batang tanaman Patah tulang berwarna kuning dan positif terdapat
flavonoid.
 Tanin
mon Dari hasil skrining fitokimia pada kedua ekstrak etanol batang tanaman Patah tulang, diperoleh hasil warna hijau kehitaman yang
berarti positif terdapat tanin terkondensasi
tue  Steroid dan triterpenoid
Hasil skrining fitokimia menunjukan kedua ekstrak etanol batang tanaman Patah tulang memberikan warna hijau dan positif terdapat
wed
steroid.

thu  Saponin
Berdasarkan hasil skrining fitokimia menunjukan ekstrak etanol batang tanaman Patah tulang tidak terdapat saponin karena tidak
fri membentuk busa.
mon
Kesimpulan
tue

wed Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


ekstrak etanol tanaman patah tulang
thu mengandung senyawa metabolit sekunder
yaitu senyawa flavonoid, steroid dan tanin
fri

Anda mungkin juga menyukai