Anda di halaman 1dari 51

I.

JUDUL PERCOBAAN : UJI FITOKIMIA DARI EKSTRAK RIMPANG


TEMULAWAK DAN JAHE
II. TANGGAL PERCOBAAN : Kamis, 20 April 2017
III. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan judul percobaan.
2. Memilih bahan yang dibutuhkan sesuai dengan judul percobaan.
3. Mengidentifikasi komponen kimia tumbuhan dari kelompok terpenoid,
steroid, fenolik, flavonoid, dan alkaloid yang terkandung dalam ekstrak
rimpang temulawak.
IV. DASAR TEORI
Fitokimia atau kimia tumbuhan mempelajari aneka ragam senyawa organik yang
dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan yaitu mengenai struktur kimianya, biosintesisnya,
perubahan serta metabolismenya, penyebarannya secara alamiah serta fungsi biologinya.
Tumbuhan menghasilkan berbagai macam senyawa kimia organik, senyawa kimia ini
bias berupa metabolit primer maupun metabolit sekunder. Kebanyakan tumbuhan
menghasilkan metabolit sekunder, metabolit sekunder juga dikenal sebagai hasil alamiah
metabolisme. Hasil dari metabolit sekunder lebih kompleks dibandingkan dengan
metabolit primer. Berdasarkan asal biosintetiknya, metabolit sekunder dapat dibagi ke
dalam tiga kelompok besar yakni terpenoid (triterpenoid, steroid, dan saponin) alkaloid
dan senyawa-senyawa fenol (flavonoiddantanin) (Simbala,2009).
Temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb) adalah salah satu tumbuhan obat
keluarga Zingiberaceae yang banyak tumbuh dan digunakan sebagai bahan baku obat
tradisional di Indonesia (Sidik et al. 1992; Prana 2008). Tumbuhan temulawak secara
empiris banyak digunakan sebagai obat tunggal maupun campuran. Terdapat lebih dari
dari 50 resep obat tradisional menggunakan temulawak (Achmad et al. 2007). Eksistensi
temulawak sebagai tumbuhan obat telah lama diakui, terutama dikalangan masyarakat
Jawa. Rimpang temulawak merupakan bahan pembuatan obat tradisional yang paling
utama. Kasiat temulawak sebagai upaya pemelihara kesehatan, disamping sebagai upaya
peningkatan kesehatan atau pengobatan penyakit. Temulawak sebagai obat atau bahan
obat tradisional akan menjadi tumpuan harapan bagi pengembangan obat tradisional
Indonesia sebagai sediaan fitoterapi yang kegunaan dan keamanan dapat
dipertanggungjawabkan (Sidik et al. 1992).
Masyarakat Indonesia telah lama mengenal dan memakai obat tradisional untuk
mengobati berbagai macam penyakit. Salah satu tanaman yang sering digunakan
masyarakat adalah jahe (Zingiber officinale rosc). Jahe (Zingiber officinale rosc)
merupakan salah satu rempah- rempah dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), sejenis
dengan temu-temuan lainnya seperti temulawak (Curcuma xanthorrizha), temu hitam
(Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga),
lengkuas (Languas galanga), dan lain- lain yang telah digunakan secara luas di dunia
baik sebagai bumbu dapur maupun sebagai obat. Ada tiga jenis varian jahe di Indonesia,
yaitu jahe gajah (Zingiber officinale var officinarum), jahe emprit (Zingiber officinale
var amarum), dan jahe merah (Zingiber officinale var. amarum) Survey tentang obat
diakui oleh Food and Drug Administration AS pada periode 1983-1994 menunjukkan
bahwa 157 dari 520 jenis obat berasal dari bahan alam atau turunannya, di mana 61 %
senyawa antikanker yang diakui juga berasal dari bahan alam atau turunannya.
Senyawa Uraian Yang akan diteliti
Menurut Harborne (1984) senyawa metabolit sekunder yang umum terdapat pada
tanaman adalah : alkaloid, flavanoid, steroid, saponin, terpenoid dan tannin.
Alkaloid
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yang tersebar luas hampir pada semua
jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang
biasanya bersifat basa dan membentuk cincin heterosiklik (Harborne, 1984).
Alkaloid dapat ditemukan pada biji, daun, ranting dan kulit kayu dari tumbuh-
tumbuhan. Kadar alkaloid dari tumbuhan dapat mencapai 10-15%. Alkaloid kebanyakan
bersifat racun, tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Alkaloid
merupakan senyawa tanpa warna, sering kali bersifat optik aktif, kebanyakan berbentuk
kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotin) pada suhu kamar.
Suatu cara mengklasifikasi alkaloid adalah didasarkan pada jenis cincin
heterosiklik nitrogen yang terikat. Menurut klasifikasi ini alkaloid dibedakan menjadi ;
pirolidin, piperidin, isoquinolin, quinolin dan indol.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa ini mudah terdekomposisi terutama
oleh panas, sinar dan oksigen membentuk N-oksida. Jaringan yang masih mengandung
lemak, maka dilakukan ekstraksi pendahuluan petroleum eter.
Flavonoid
Flavonoid adalah kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam
terutama pada jaringan tumbuhan tinggi. Senyawa ini merupakan produk metabolik
sekunder yang terjadi dari sel dan terakumulasi dari tubuh tumbuhan sebagai zat racun.
Senyawa flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon dalam inti dasarnya yang
tersusun dalam konfigurasi C6 - C3 – C6. Susunan tersebut dapat menghasilkan tiga
struktur yaitu: 1,3-diarilpropana (flavonoid), 1,2-diarilpropana (isoflavonoid), 2,2-
diarilpropana (neoflavonoid).

Gambar 3. Struktur Dasar Flavonoid


Flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai gugus hidroksil yang tak
tersulih, atau suatu gula, sehingga flavonoid cukup larut dalam pelarut polar seperti
etanol, metanol, butanol dan air.
Flavonoid umumnya terikat pada gula sebagai glukosida dan aglikon flavonoid.
Uji warna yang penting dalam larutan alkohol ialah direduksi dengan serbuk Mg dan
HCl pekat. Diantara flavonoid hanya flavalon yang menghasilkan warna merah ceri kuat
(Harborne,1984).
Steroid / triterpenoid
Steroid adalah terpenoid yang kerangka dasarnya terbentuk dari sistem cincin
siklopentana prehidrofenantrena. Steroid merupakan golongan senyawa metabolik
sekunder yang banyak dimanfaatkan sebagai obat. Hormon steroid pada umumnya
diperoleh dari senyawa-senyawa steroid alam terutama dalam tumbuhan (Djamal, 1988).
Senyawa ini memiliki kegunaan bagi tumbuhan, yaitu sebagai pengatur pertumbuhan,
karotenoid sebagai pewarna, dan memiliki peran dalam membantu proses fotosintesis.
Kadang juga digunakan sebagai bahan baku/simplesia pembuatan obat dalam bidang
farmasi.
Saponin
Saponin atau glikosida sapongenin adalah salah satu tipe glikosida yang tersebar
luas dalam tanaman. Tipe saponin terdiri dari sapongenin yang merupakan molekul
aglikon dan sebuah gula. Saponin merupakan senyawa yang menimbulkan busa jika
dikocok dengan air dan pada konsentrasi rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah
merah, sering digunakan sebagai detergen. Fungsi saponin dalam tumbuh-tumbuhan
tidak diketahui, mungkin sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, atau merupakan
waste product dari metabolisme tumbuh-tumbuhan.
Terpenoid
Semua terpenoid berasal dari molekul isoprena, CH2=C(CH3)-CH=CH2 dan
kerangka karbonya dibangun oleh penyambungan dua atau lebih satuan C 5 ini.
Walaupun demikian, secara biosintesis senyawa yang berperan adalah isopentil
pirofosfat, CH2=C(CH3)-(CH)2OPP, yang terbentuk dari asetat melalui asam
mevalonat, CH2OHCH2C(OH,CH3)-CH2CH2COOH. Isopentil piropospat terdapat dalam
sel hidup dan berkesinambungan dengan isomernya, dimetilalil piropospat,
(CH3)2C=CHCH2OPP.
Berdasarkan kenyataan ini, terpenoid dikelompokan dalam 5 bagian:
a. Monoterpen terdiri dari dua unit C5 atau 10 atam karbon.
b. Siskuisterpen terdiri dari tiga unit C5 atau 15 atom karbon
c. Diterpen terdiri dari empat unit C5 atau 20 atom karbon
d. Triterpen terdiri dari enam unit C5 atau 30 atom karbon
e. Tetraterpen terdiri dari delapan unit C5 atau 40 atom karbon
Secara kimia, terpenoid umumnya larut dalam lemak dan terdapat didalam
sitoplasma sel tumbuhan. Biasanya diekstraksi memakai petrolium eter, eter atau
kloroform dan dapat dipisahkan secara kromatografi pada silika gel dengan pelarut ini
(Harborne,1987).
Tanin
Tanin meruapakan senyawa polivenol yang berarti termasuk dalam senyawa
fenolik. Tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tidak
larut dalam air. Secara kimia terdapat dua jenis tanin, yaitu: (1) tanin terkondensasi atau
flavolan dan (2) tanin yang terhidrolisis.
1. Tanin terkondensasi atau flavolan
Tersebar luas dalam tumbuhan angiospermae, terutama pada tumbuhan-
tumbuhan berkayu. Nama lainnya adalah proantosianidin karena bila direaksikan
dengan asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan
dibebaskanlah monomer antosianidin. Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin
karena bila direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin. Proantosianidin
dapat dideteksi langsung dengan mencelupkan jaringan tumbuhan ke dalam HCl 2M
mendidih selama setengah jam yang akan menghasilkan warna merah yang dapat
diekstraksi dengan amil atau butil alkohol. Bila digunakan jaringan kering, hasil tanin
agak berkurang karena terjadinya pelekatan tanin pada tempatnya didalam sel.
2. Tanin yang terhidrolisis
Terbatas pada tumbuhan berkeping dua. Terutama terdiri atas dua kelas, yang
paling sederhana adalah depsida galoiglukosa. Pada senyawa ini glukosa dikelilingi
oleh lima gugus ester galoil atau lebih. Jenis kedua, inti molekul berupa senyawa
dimer asam galat, yaitu asam heksahidroksidifenat yang berikatan dengan glukosa.
Bila dihidrolisis menghasilkan asam angelat. Cara deteksi tanin terhidrolisis adalah
dengan mengidentifikasi asam galat/asam elagat dalam ekstrak eter atau etil asetat
yang dipekatkan (Harborne,1987).
V. ALAT DAN BAHAN
Alat alat :
1. Tabung reaksi 12 buah
2. Gelas kimia 2 buah
3. Gelas ukur 1 buah
4. Spatula 1 buah
5. Pembakar spiritus 1 buah
6. Kaki tiga 1 buah
7. Pipet tetes 5 buah
8. Neraca analitik 1 buah
9. Corong kaca 1 buah
10. Kasa 1 buah

Bahan bahan :
1. Rimpang temulawak 10 gram
2. Rimpang jahe 10 gram
3. HCl pekat Secukupnya
4. H2SO4 pekat 8 mL
5. Metanol 60 mL
6. H2SO4 2 N Secukupnya
7. Pereaksi Meyer Secukupnya
8. Pereaksi Wagner Secukupnya
9. Pereaksi Dragendof Secukupnya
10. FeCl3 1% Secukupnya
11. Kloroform 6 mL
12. CH3COOH anhidrat 4 mL
13. Amoniak 2 mL
14. Logam Mg 0,2 gram
VI. ALUR PERCOBAAN
1. Penyiapan Ekstrak Metanol Rimpang Jahe atau Temulawak

Rimpang Temulawak atau Jahe


- Dibersihkandandikuliti
- Dikeringkan pada suhu kamar
- Digiling atau diblender
- Diambil 5 gram

5 g Serbuk kering

- Dimasukkankedalamgelaskimia 100 ml
- Direndam dengan 15 ml etanol 60-80 %
- Dipanaskan secukupnya
- Disaring dengan kertas saring

Filtrat Residu

- Dipekatkan dengan diuapkan


dalam penangas air

Ekstrak kental (sampel)

- Dilakukan uji fitokimia

Komponen Kimia

2. Identifikasi Alkaloid dengan Metode Culvenor-Fitzgerald (Harborne, 1987)

1 ml sampel

- Dimasukkankedalamtabungreaksi
- Ditambahkan1 ml kloroform
- Ditambahkan 1 ml amoniak
- Dipanaskandenganpenangas air
- Dikocokdandisaring

Filtrat Residu
- Dibagimenjadi 3
bagian yang sama

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3


Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

- Ditambah 3 tetes - Ditambah 3 tetes


- Ditambah 3 tetes
H2SO4 2 N H2SO4 2 N
H2SO4 2 N
- Dikocok lalu - Dikocok lalu
- Dikocok lalu
didiamkan didiamkan
didiamkan
- Diambil lapisan atas - Diambil lapisan atas
- Diambil lapisan atas
- Diuji dengan pereaksi - Diuji dengan pereaksi
- Diuji dengan pereaksi
Hasil Wagner
Hasil Dragendorf
Hasil
Meyer

3. Identifikasi Flavonoid (Harborne, 1987)

1 ml sampel

- Dimasukkankedalamtabungreaksi
- Ditambahkan 3 ml etanol 70%
- Dikocok dan dipanaskan
- Dikocok kembali dan disaring
-

Filtrat Residu

- Ditambahkan 0,1 g Mg
- Ditambahkan 2 tetes HClpekat
- Diamati

Hasil

4. Identifikasi Saponin (Harborne, 1987)

ml sampel

- Dididihkan dengan 5 mL air dalam penangas air


- Dikocok
- Didiamkan selama 1,5 menit
5. Identifikasi Steroid (Harborne, 1987)

1 ml sampel

- Ditambahkan 3 ml etanol 70%


- Ditambahkan 2 ml H2SO4pekat
- Ditambahkan 2 ml CH3COOH anhidrat (reagen
Liebermann-Burchard)

Hasil

6. IdentifikasiTriterpenoid(Harborne, 1987)

1 ml sampel

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


- Ditambah 2 ml kloroform
- Ditambah 3 ml asamsulfatpekat
- diamati

Hasil

7. IdentifikasiTanin (Edoga et al, 2003 )

1 ml sampel

- Dididihkan dengan 5 ml air di atas penangas air


- Disaring

Filtrat Residu

- Ditambah 2-3 tetes FeCl3 1 %


- Diamati

Hasil
VII. HASIL PENGAMATAN
Hasil Pengamatan
No. Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Sebelum Sebelum
1 Penyiapan Ekstrak Methanol Rimpang - Rimpang - Serbuk Analisis kualitatif skrining Dari percobaan yang
Jahe atau Temulawak Temulawak= temulawak= fitokimia pada rimpang telah dilakukan,
Rimpang Temulawak atau Jahe orange orange temulawak terdapat alkaloid, Uji fitokimia pada

- Dibersihkandandikuliti - Rimpang Jahe= - Serbuk jahe= fenolik, flavonoid, rimpang temulawak


- Dikeringkan pada suhu kamar coklat coklat triterpenoid, dan glikosida mengandung alkaloid,
- Digiling atau diblender
- Diambil 5 gram - Metanol= tidak Temulawak (Hayani, 2006). flavonoid, dan
berwarna - Direndam triterpenoid. Sedangkan
5 g Serbuk
methanol= larutan Hasil skrining fitokimia pada pada uji fitokimia
- Dimasukkan kedalam gelas
kering
kimia 100 ml merah kekuningan, rimpang jahe merah rimpang jahe merah
- Direndam dengan 15 ml endapan coklat mengandung saponin, mengandung alkaloid,
etanol 60-80 %
- Dipanaskan= flavonoid, polifenol, dan saponin, dan
- Dipanaskan secukupnya
- Disaring dengan kertas saring larutan merah minyak atsiri (Arifin, 2012). triterpenoid.
kekuningan,
endapan coklat
Filtra Residu
t - Filtrat= larutan
- Dipekatkan dengan diuapkan dalam
penangas air berwarna merah
kekuningan
Ekstrak kental (sampel)
- Dipekatkan=
merah kekuningan
Jahe
- Direndam
methanol= larutan
kuning kecoklatan
endapan coklat
- Dipanaskan=
kuning kecoklatan
endapan coklat
- Filtrat= larutan
kuning kecoklatan
- Dipekatkan=
kuning kecoklatan
2 Identifikasi Alkaloid dengan Metode - Kloroform = Temulawak Terbentuknya endapan Pada uji ini
Culvenor-Fitzgerald (Harborne, 1987) tidak berwarna - + kloroform= menunjukkan bahwa menggunakan
1 ml sampel - Ammonia= tidak orange mengandung alkaloid. - Pereaksi Meyer,
- Dimasukkan kedalam tabung berwarna, bau - + ammonia= 2 Reaksi dengan pereaksi positif pada sampel
reaksi menyengat lapisan, atas Meyer akan terbentuk jahe yang ditandai
- Ditambahkan 1 ml kloroform
- Sampel merah keruh, endapan putih. Reaksi dengan larutan keruh,
- Ditambahkan 1 ml amoniak
- Dipanaskan dengan penangas air temulawak= bawah merah dengan pereaksi Dragendorf dan negatif pada
- Dikocok dan disaring merah - Dipananaskan= terbentuk endapan merah sampel temulawak.
kekuningan larutan merah jingga, dan dengan pereaksi - Pereaksi Wagner,
Filtrat Residu
- Sampel jahe= pekat, endapan Wagner terbentuk endapan positif pada kedua
kuning merah coklat (Sangi, dkk. 2008). sampel yang ditandai
Filtrat
kecoklatan - Dikocok= larutan dengan terbentuk
- Dibagi merah pekat, endapan coklat,
menjadi 3 endapan merah - Pereaksi Dragendorf,
bagian
yang sama - Filtrat= larutan positif pada kedua
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
merah pekat sampel yang ditandai
Jahe dengan endapan
- + kloroform= jingga.
kuning kecoklatan Jadi, kedua sampel
(-) tersebut positif
- + ammonia= mengandung alkaloid.
larutan berwarna
orange, endapan
merah bata
- Dipananaskan=
larutan orange
(+), endapan lebih
banyak
- Dikocok= larutan
berwarna orange,
- Filtrat= larutan
- H2SO4 = tidak Temulawak
berwarna - + H2SO4 = 2 Pereaksi Meyer
Tabung 1 - Filtrat lapisan, atas HgCl2 + 2KI → HgI2 + 2KCl

- Ditambah 3 tetes H2SO4 2 N temulawak= merah pekat, HgI2 + 2KI → K2[HgI4]


merah pekat bawah merah
- Dikocok lalu didiamkan + K2 HgI4
- Filtrate jahe= - Dikocok= jingga
N
- Diambil lapisan atas orange Tabung 1
- Diuji dengan pereaksi Meyer - Pereaksi Meyer= - Duji dengan
Hasil
kuning pereaksi Meyer= N
K
- Pereaksi larutan berwarna + K HgI4

Wagner= merah jingga


- Pereaksi Tabung 2
Pereaksi Wagner
Dragendorf= - Diuji dengan
I2 + I-→ I3-
Tabung 2 Jingga pereaksi Wagner=
larutan jingga + KI + I2
- Ditambah 3 tetes H2SO4 2 N
N
kemerahan,
- Dikocok lalu didiamkan
endapan coklat
- Diambil lapisan atas Tabung 3
N + I3
K
- Diuji dengan pereaksi - Diuji dengan
Hasil
Wagner pereaksi
Dragendorf=
larutan jingga,
endapan jingga
Jahe Pereaksi Dragendorf
Tabung 3
- + H2SO4 = 2 Bi(NO3)2 + 3KI → BiI3 +
- Ditambah 3 tetes H2SO4 2 N lapisan, atas 3KNO3
- Dikocok lalu didiamkan merah kecoklatan BiI3 + KI → K[BiI4]

- Diambil lapisan atas bawah kuning


+ K BiI4
pudar
- Diuji dengan pereaksi N
Dragendorf - Dikocok= kuning
Hasil
pudar
Tabung 1 N
K
- Duji dengan + BiI4
pereaksi Meyer=
larutan berwarna
kuning pudar,
keruh
Tabung 2
- Diuji dengan
pereaksi Wagner=
larutan merah
kecoklatan
Tabung 3
- Diuji dengan
pereaksi
Dragendorf=
larutan jingga
3 Identifikasi Flavonoid (Harborne, 1987) - Sampel Temulawak Hasil positif analisis Dari percobaan tersebut,

1 ml sampel temulawak= - + Etanol = orange flavonoid ditunjukkan sampe jahe positif


merah - Dipanaskan= dengan timbulnya warna mengandung flavonoid,
- Dimasukkan kedalam
tabung reaksi kekuningan orange (+) merah tua (magenta) (Sangi, dan pada sampel
- Ditambahkan 3 ml etanol - Sampel jahe= - Dikocok= orange dkk. 2008). temulawak negatif
70% kuning (+) Mg (s) + 2HCl (l) → MgCl2 mengandung flavonoid.
- Dikocok dan dipanaskan
- Dikocok kembali dan
kecoklatan - Filtrat= orange (aq) + H2 (g)
OH
disaring - Etanol= tidak (+)
berwarna - + Mg= Endapan HO O

Filtrat Residu
kuning + H2

- + HCl pekat=
OH O
- Ditambahkan 0,1 g Mg
larutan coklat
- Ditambahkan 2 tetes HClpekat O

- Diamati kemerahan
Jahe HO O

Hasil - + Etanol = kuning


- Dipanaskan= OH O

kuning O

keorangean HO O

- Dikocok= kuning 2
+ MgCl2

keorangean OH O
- Filtrat= kuning
O
keorangean
HO O
- + Mg= Endapan Mg + 2Cl

putih OH O
2
- + HCl pekat=
larutan coklat
4 Identifikasi Saponin (Harborne, 1987) - Sampel Temulawak Hasil positif analisis Dari percobaan tersebut,
temulawak= - + air= kuning (+) senyawa saponin sampel jahe positif
1 ml sampel 1
merah - Dipanaskan= ditunjukkan dengan mengandung sapoin,
- Dididihkan dengan 5 mL air
kekuningan kuning terbentuknya buih yang sedangkan sampel
dalam penangas air
- Dikocok - Sampel jahe= - Dikocok= tidak stabil (Sangi, dkk. 2008). temulawak negatif
- Didiamkan selama 1,5 menit kuning terbentuk busa mengandung saponin.
kecoklatan Jahe
Hasil
- Air = tidak - + air= kuning (-) CO

berwarna - Dipanaskan= CH2OH


O O
OH
OH
kuning
OH
- Dikocok= H2O
terbentuk busa

COOH
CH2OH
OH O
+ OH

OH

5 Identifikasi Steroid (Harborne, 1987) - Sampel Temulawak Adanya Steroid ditunjukkan Dari percobaan tersebut,
temulawak= - + etanol= kuning dengan adanya warna biru kedua sampel negatif
1 ml sampel
merah (+) (Sangi, dkk. 2008). mengandung steroid.
- Ditambahkan 3 ml etanol 70% kekuningan - + H2SO4 pekat =
- Ditambahkan 2 ml H2SO4pekat
- Sampel jahe= lapisan atas
- Ditambahkan 2 ml CH3COOH
anhidrat (reagen Liebermann- kuning kuning (+),
HO
Burchard) kecoklatan lapisan bawah
H2SO4
- H2SO4 pekat = merah pekat
Hasil
tidak berwarna - Dikocok= merah
- Etanol= tidak kehitaman
berwarna - + CH3COOH
- CH3COOH anhidrat= larutan
Ac2O (SO3)
anhidrat= tidak coklat kemerahan
berwarna pekat
Jahe
- + etanol= kuning
- + H2SO4 pekat =
SO2
lapisan atas
kuning, lapisan
bawah merah
pekat
- Dikocok= merah HO3S
kecoklatan
- + CH3COOH
anhidrat= larutan
coklat
6 Identifikasi Triterpenoid (Harborne, 1987) - Sampel Temulawak Adanya triterpenoid Dari percobaan tersebut,
temulawak= - + kloroform= ditunjukkan dengan kedua sampel tersebut
1 ml
sampel merah orange terjadinya warna merah positif mengandung
- Dimasukkan kedalam tabung
kekuningan - + H2SO4 pekat = jingga atau ungu (Sangi, dkk. triterpenoid.
reaksi
- Ditambah 2 ml kloroform - Sampel jahe= terdapat 4 lapisan, 2008).
- Ditambah 3 ml asam sulfat kuning yaitu:
pekat kecoklatan 1. Merah
- diamati
- Kloroform= tidak kehitaman
Hasil
berwarna 2. Jingga
- H2SO4 pekat = kehitaman
HO
tidak berwarna 3. Merah pekat
H2SO4
4. Tidak
berwarna
Jahe
- + kloroform=
kuning
- + H2SO4 pekat =
terdapat 4 lapisan,
yaitu:
1. Coklat
kemerahan
2. Coklat jingga SO2
3. Coklat
kemerahan
4. Tidak
berwarna

HO3S

7 Identifikasi Tanin (Edeoga, et.al., 2005) - Sampel Temulawak Hasil positif analisis Dari percobaan tersebut,

1 ml temulawak= - Dididihkan= senyawa tannin ditunjukkan kedua sampel negatif


sampel merah kuning (+) dengan terbentuknya warna mengandung tanin.
- Dididihkan dengan 5 ml air
di atas penangas air kekuningan - Filtrat= kuning hitam kebiruan atau hijau
- Disaring - Sampel jahe= (+) (Sangi, dkk. 2008).
kuning - + FeCl3= coklat HO
OH
kecoklatan Jahe 6 + FeCl3
Filtrat Residu OH
HO
- Air = tidak - Dididihkan= OH
- Ditambah 2-3 tetes berwarna kuning (-) 3-
HO
FeCl3 1 % OH
OH HO

- FeCl3= kuning (-) - Filtrat= kuning OH


- Diamati HO
OH
HO
O
HO
OH
O

- + FeCl3= coklat HO O OH

Fe
Hasil susu HO
O O
OH
OH
O OH

HO
OH HO
HO OH OH
HO
HO

+ 6H+ + 3Cl-
VIII. ANALISIS PEMBAHASAN

Persiapan ekstrak methanol rimpang temulawak dan jahe


Pada persiapan ekstrak methanol temulawak, dibutuhkan 5 gram temulawak dan
jahe kering yang telah di haluskan.Masing-masing bubuk tersebut dimasukkan ke
dalam gelas beker.Kemudian ditambahkan methanol hingga larutan bubuk terendam
(kira-kira 30 mL).penambahan methanol adalah untuk melarutkan ekstrak dari
temulawak dan jahe sehingga dapat dikakukan uji fitokimia pada temulawak dan jahe.
Bubuk temulawak dan jahe yang telah ditambah methanol, didiamkan
(maserasi).Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut
organik pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi
senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi
pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di dalam dan di luar
sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut organik
Setelah didiamkan, kemudian dipanaskan diatas penangas air 5 menit.Kemudian
disaring dengan kertas saring. Zat kimia yang terlarut dalam methanol (larutan
sampel), dipekatkan lagi dengan cara dipanaskan dalam penangas air. Larutan sampel
temulawak (merah kekuningan), dan sampel jahe merah (kuning kecoklatan)

Identifikasi Alkaloid Dengan Metode Culvenor-Fitzgerald


Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui gugus alkaloid dalam rimpang
temulawak dan jahe.Langkah pertama dalam percobaan ini yaitu 1 ml sampel ekstrak
methanol rimpang temulawak dan jahe dimasukkan ke dalam tabung reaksi.Untuk
sampel temulawak berwarna merah kekuningan dan sampel jahe memiliki warna
kuning kecoklatan.Kemudian ditambahkan 1 ml kloroform dan ditambahkan 1 ml
ammonia.Larutan kloroform dan larutan ammonia tidak berwarna tetapi untuk
ammonia memiliki bau yang menyengat. Lalu dipanaskan dalam penangas air selama
5 menit. Tujuan pemanasan ini adalah untuk mempercepat reaksi.Setelah dipanaskan
kemudian dikocok dan disaring.Sampel temulawak yang dipanaskan memiliki warna
merah pekat dan sampel jahe memiliki warna jingga.Filtratnya dibagi dalam 3 tabung
reaksi.Tabung pertama ditambahkan dengan 3 tetes H2SO4 2 N kemudian
ditambahkan pereaksi Meyer. Pereaksi Meyer ini memiliki warna kuning.Hasil yang
didapatkan yaitu larutan berubah menjadi berwarna jingga untuk sampel temulawak
dan larutan menjadi kuning pudar dan keruh untuk sampel jahe. Dengan persamaan
reaksi

HgCl2 + 2KI → HgI2 + 2KCl

HgI2 + 2KI →K2[HgI4]

+ K2 HgI4
N + K HgI4
N K

Tabung kedua ditambahkan dengan 3 tetes H2SO4 2 N kemudian ditambahkan


pereaksi Wagner. Pereaksi Wagner ini memiliki warna merah.Hasil yang didapatkan
yaitu larutan berubah menjadi berwarna jingga kemerahan dan ada endapan coklat
untuk sampel temulawak dan larutan menjadi merah kecoklatan untuk sampel
jahe.Dengan reaksi

I2 + I-→ I3-

+ KI + I2
N + I3
N K
Tabung ketiga ditambahkan dengan 3 tetes H2SO4 2 N kemudian ditambahkan
pereaksi Dragendorf. Pereaksi Dragendorf ini memiliki warna jingga.Hasil yang
didapatkan yaitu larutan berubah menjadi berwarna jingga dan ada endapan jingga
untuk sampel temulawak dan larutan menjadi jingga untuk sampel jahe.Dengan
persamaan reaksi

Bi(NO3)2 + 3KI → BiI3 + 3KNO3

BiI3 + KI →K[BiI4]

+ K BiI4
N + BiI4
N K
Didapatkan kesimpulan dari percobaan ini yaitu pada uji ini menggunakan pereaksi
Meyer (+) pada sampel jahe yang ditandai dengan larutan keruh dan (-) pada sampel
temulawak.Pada pereaksi Wagner (+) pada kedua sampel yang ditandai dengan
adanya endapan coklat.Untuk pereaksi Dragendorf (+) pada kedua sampel yang
ditandai dengan adanya endapan jingga.Jadi kedua sampel tersebut mengandung
gugus alkaloid.

Identifikasi Flavonoid (Harborne, 1987)


Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui ekstrak yang di uji
mengandung senyawa flavonoid atau tidak menggunakan uji shinoda test, uji shinoda
yaitu menggunakan larutan HCl pekat dan sedikit potongan Mg yang menghasilkan
warna merah tua.
mula-mula dengan memasukan 1 mL sampel temulawak kedalam tabung
reaksi kemudian ditambahkan 3 mL etanol 70% terjadi perubahan warna dari merah
kekuningan menjadi jingga, kemudian dipanaskan selama 5 menit pemanasan
dilakukan bertujuan untuk mempercepat laju reaksi dimana semakin tinggi temperatur
maka reaksi berjalan semakin cepat, setelah pemanasan warna jingga semakin pekat,
menunjukan telah terjadi reaksi antara sampel temulawak dengan etanol, setelah itu
dikocok dan ditambahkan seujung spatula Mg, terdapat endapan kuning yang ada
didasar tabung reaksi, kemudian ditambahkan HCl pekat sebanyak 2 tetes, tujuan
penambahan Mg dan HCl pekat adalah untuk melakukan uji shinoda, dimana uji ini
bisa mengidentifikasi adanya flavonoid dalam sampel yang di uji, Mg dan HCl akan
bereaksi membentuk MgCl2 dan gas H2, sesuai dengan reaksi
Mg (s) + 2HCl (l) → MgCl2 (aq) + H2 (g)
setelah penambahan HCl pekat terjadi perubahan warna menjadi coklat kemerahan,
warna ini menunjukan bahwa sampel temulawak positif mengandung flavonoid.
Sesuai dengan reaksi

OH O

HO O HO O

+ H2

OH O OH O
O O

HO O
HO O
Mg + 2Cl
2
+ MgCl2
OH O

OH O 2

`Selanjutnya menguji sampel jahe merah dengan metode identifikasi yang


sama yaitu dengan memasukan 1 mL sampel temulawak kedalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan 3 mL etanol 70% terjadi perubahan warna dari
kuningkecoklatan menjadi kuning, kemudian dipanaskan selama 5 menit pemanasan
dilakukan bertujuan untuk mempercepat laju reaksi dimana semakin tinggi temperatur
maka reaksi berjalan semakin cepat, setelah pemanasan warna kuning ke kuning
keorangean, menunjukan telah terjadi reaksi antara sampel jahe merah dengan etanol,
setelah itu dikocok dan ditambahkan seujung spatula Mg, terdapat endapan putih yang
ada didasar tabung reaksi, kemudian ditambahkan HCl pekat sebanyak 2 tetes, tujuan
penambahan Mg dan HCl pekat adalah untuk melakukan uji shinoda, dimana uji ini
bisa mengidentifikasi adanya flavonoid dalam sampel yang di uji, Mg dan HCl akan
bereaksi membentuk MgCl2 dan gas H2, sesuai dengan reaksi
Mg (s) + 2HCl (l) → MgCl2 (aq) + H2 (g)
setelah penambahan HCl pekat terjadi perubahan warna menjadi coklat, warna ini
menunjukan bahwa sampel jahe merah negatif mengandung flavonoid.

Identifikasi Saponin (Harborne, 1987)


Pada percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya saponin dengan
menggunakan metode Forth, ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil.
Mula-mula dengan memasukan 1 mL sampel temulawak kedalam tabung
reaksi kemudian ditambahkan 5 mL air, setelah penambahan sampel berubah warna
menjadi kuning (+), kemudian dipanaskan selama 10 menit, setelah pemanasan
larutan berwarna kuning, kemudian dikocok, setelah di kocok tidak terbentuk busa,
tujuan pemanasan yaitu jika suatu sampel mengandung glikoksiada, glikoksida akan
terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainya, yang akan menimbulkan busa saat
dikocok, pada identifikasi ini sampel temulawak negative mengandung saponin
karena tidak terbentuk busa.
Selanjutnya menguji sampel jahe merah dengan metode yang sama yaitu
dengan memasukan 1 mL sampel jahe merah kedalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan 5 mL air, setelah penambahan sampel berubah warna menjadi kuning (-)
kemudian dipanaskan selama 10 menit, setelah pemanasan larutan berwarna kuning,
kemudian dikocok, setelah di kocok terbentuk busa sedikit, tujuan pemanasan yaitu
jika suatu sampel mengandung glikoksiada, glikoksida akan terhidrolisis menjadi
glukosa dan senyawa lainya, yang akan menimbulkan busa saat dikocok, pada
identifikasi ini sampel jahe merah positif mengandung saponin karena terbentuk busa,
sesuai dengan reaksi

H2O
CO

CH2OH
OH O O
OH

OH

CH2OH
OH O
COOH + OH

OH

Jumlah busa yang sedikit menunjukan bahwa kandungan saponin didalam


ekstrak jahe merah sedikit

Identifikasi Steroid (Harborne, 1987)


Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kandungan steroid pada
ekstrak temulawak dan ekstrak jahe merah. Langkah pertama yaitu menyiapkan dua
tabung reaksi dan masing-masing diberi label 1 dan 2. Pada tabung 1 kemudian
dimasukkan 1 mL ekstrak jahe merah yang berwarna kuning kecoklatan, sedangkan
pada tabung 2 dimasukkan 1 mL ekstrak temulawak yang berwarna mearah
kekuningan. Kemudian masing-masing tabung ditambahkan dengan 3 mL etanol
70%.Setelah ditambah etanol, sampel jahe merah menjadi berwarna kuning, dan
sampel temulawak berwarna kuning (+).Selanjutnya ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat
dengan menambahkan tetes demi tetes melalui dinding tabung, sehingga terbentuk
dua lapisan.Pada tabung 1 sampel jahe merah, lapisan atas berwarna kuning dan
lapisan bawah berwarna merah pekat.Setelah dikocok, larutan menjadi berwarna
merah pekat.Pada tabung 2 sampel temulawak, lapisan atas berwarna kuning (+) dan
lapisan bawah berwarna merah kehitaman.Setalah dikocok, larutan menjadi berwarna
merah kehitaman.Kemudian kedua tabung ditambahkan CH3COOH anhidrat
sebanyak 2 mL.Setleah ditambahakan CH3COOH anhidrat, tabung 1 sampel jahe
merah menjadi berwarna coklat, sedangkan pada tabung 2 sampel temulawak menjadi
berwarna coklat kemerahan.
Penambahan H2SO4 pekat dan CH3COOH anhidrat merupakan pereaksi
Liebermann-Burchard.Pereaksi ini digunakan untuk menguji adanya steroid dalam
sampel. Dengan persamaan reaksi:

H2SO4 Ac2O (SO3)

HO

SO2

HO3S

Jika terbentuk warna biru atau hijau menandakan adanya steroid (Masruroh,
dkk. 2014).Pada uji sampel temulawak terbentuk warna coklat kemerahan, sedangkan
pada sampel jahe merah terbentuk warna coklat.Sehingga dapat diketahui bahwa
kedua sampel tersebut negatif mengandung steroid.

Identifikasi Triterpenoid (Harborne, 1987)


Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kandungan triterpenoid
pada ekstrak jahe merah dan ekstrak temulawak.Langkah pertama yaitu menyiapkan
dua tabung reaksi. Pada tabung 1 dimasukkan 1 mL ekstrak jahe merah, dan pada
tabung 2 dimasukkan 1 mL ekstrak temulawak. Kemudian keduanya ditambahkan 2
mL kloroform.Setelah ditambah kloroform, tabung 1 sampel jahe merah bewarna
kuning, sedangkan pada tabung 2 sampel temulawak menjadi berwarna orange.
Kemudian masing-masing tabung ditambahkan H2SO4 pekat dengan cara tetes demi
tetes melalui dinding tabung sebanyak 3 mL. Setelah penambahan H2SO4 pekat,
terbentuk empat lapisan. Pada sampel jahe merah, pada lapisan 1 yang dimulai dari
atas, berwarna coklat kemerahan, lapisan dua berwarna coklat jingga, lapisan tiga
berwarna coklat kemerahan, dan lapisan empat tidak berwarna. Setelah dikocok
dihasilkan warna coklat kemerahan.Sedangkan pada sampel temulawak, pada lapisan
atas berwarna merah kehitaman, lapisan kedua berwarna jingga kemerahan, lapisan
tiga berwarna merah pekat, dan lapisan empat tidak berwarna.Setelah dikocok
dihasilkan warna merah pekat keunguan.
Pada uji identifikasi triterpenoid, menggunakan pereaksi Liebermann-Burchard.
Dengan persamaan reaksi:

H2SO4

HO

SO2

HO3S
Adanya triterpenoid ditunjukkan dengan terjadinya warna merah jingga atau
ungu (Sangi, dkk. 2008).Dalam percobaan ini, pada sampel jahe merah terbentuk
warna coklat kemerahan, dan pada sampel temulawak terbentuk warna merah pekat
keunguan.Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua sampel tersebut positif
mengandung triterpenoid.

Identifikasi Tanin (Edeoga, et.al., 2005)


Pada uji tannin, 1 mL larutan sampel dimasukkan dalam tabung reaksi,
kemudian ditambah dengan 5 mL air untuk mengencerkan larutan.Kemudian larutan
dididihkan dalam penangas air. Larutan dididihkan untuk mempercepat reaksi yang
terjadi, dan menghilangkan protein yang ada yang akan mengganggu uji warna
dengan penambahan ferri klirida. Jika dalam sampel terdapat protein, maka protein
akan terdenaturasi (menggumpal) karena proses pemanasan, dan gumpalan disaring
dengan kertas saring sehingga yang didapatkan hanya filtratnya saja.
Setelah dipanaskan, tidak ada endapan yang terjadi sehingga filtrate tidak disaring.
Kemudian tabung reaksi (sampel temulawak dan sampel jahe) ditambah dengan 3
tetes FeCl3 untuk menguji adanya kandungan tannin dalam sampel sesuai reaksi
HO
OH
6 + FeCl3
OH
HO
OH
3-
HO
OH HO
OH
OH
OH
HO HO HO
O OH
O
HO O OH

Fe

HO OH
O O OH
O OH

HO
OH HO
HO OH OH
HO
HO
+ 6H+ + 3Cl-

Setelah penambahan FeCl3 terjadi perubahan warna larutan yaitu berwarna coklat
pada sampel temulawak, dan berwarna coklat susu pada sampel jahe. Hal ini
membuktikan bahwa kedua sampel tidak mengandung tannin, karena tannin akan
bereaksi dengan FeCl3 membentuk kompleks yang berwarna hijau kehitaman.
IX. KESIMPULAN
 Pada Identifikasi Alkaloid
- Pereaksi Meyer, positif pada sampel jahe yang ditandai dengan larutan keruh, dan
negatif pada sampel temulawak.
- Pereaksi Wagner, positif pada kedua sampel yang ditandai dengan terbentuk
endapan coklat,
- Pereaksi Dragendorf, positif pada kedua sampel yang ditandai dengan endapan
jingga.
Sehingga sampel jahe merah dan temulawak positif mengandung alkaloid.
 Pada Identifikasi Flavonoid sampe temulawak positif mengandung flavonoid, dan
pada sampel jahe negatif mengandung flavonoid
 Pada Identifikasi Saponin sampel jahe merah positif mengandung sapoin, sedangkan
sampel temulawak negatif mengandung saponin.
 Pada Identifikasi Steroid, sampel jahe merah dan temulawak negatif mengandung
steroid.
 Pada Identifikasi Triterpenoid, sampel jahe merah dan temulawak positif mengandung
triterpenoid.
 Pada Identifikasi Tanin, sampel jahe merah dan temulawaknegatif mengandung tanin.
X. DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. 2012. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Jahe Merah (Zingiber officinale
Roscoe var rubrum) terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan
Candida albicans. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Arum, Y. P., Supartono, & Sudarmin. 2012. Isolasi dan Uji Daya Antimikroba Ekstrak
Daun Kersen (Muntingia calabura). Jurnal MIPA , 35 (2), 166-174.
Agustina, Sry, dkk. 2016. Skrining Fitokimia Tanaman Obat Di Kabupaten Bima.
Journal of Applied Chemistry. STKIP Bima.
Hayani, Eni. 2006. Analisis Kandungan Kimia Rimpang Temulawak. Temu Teknis
Nasional Tenaga Fungsional Pertanian, 309-312. Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan.
Kaban, Alpina Nora, dkk. 2016. Uji Fitokimia, Toksisitas Dan Aktivitas Antioksidan
Fraksi N-Heksan Dan Etil Asetat Terhadap Ekstrak Jahe Merah (Zingiber
officinale var. amarum.) . Jurnal Kimia Mulawarman Volume 14 Nomor 1
November 2016 P-ISSN 1693-5616. Kimia FMIPA Universitas Mulawarman
Samarinda.
Latifah. 2015. Identifikasi Golongan Senyawa Flavonoid pada Uji Aktivitas
Antioksidan pada Ekstrak Rimpang Kencur Kaempferia galangan L. dengan
Metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil). Malang: Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim.
Masruroh, E., Tukiran, Suyatno, & Hidayati, N. 2014. Analisis Awal Fitokimia pada
Tanaman Meniran (Phillanthus niruri L.). Seminar Nasional Kimia, 252-258.
Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA Unesa.
Nafisah, M., Tukiran, Suyatno, & Hidayati, N. 2014. Uji Skrining Fitokimia pada
Ekstrak Heksan, Kloroform, dan Metanol dari Tanaman Patikan Kebo
(Euphorbiae hirtae). Seminar Nasional Kimia, 279-286. Surabaya: Jurusan Kimia
FMIPA Unesa.
Praseto, Dwi Sunar. 2012. A-Z Daftar Tanaman Obat Ampuh Yogyakarta: DIVA Press
Rosidi, Ali, dkk. 2015. Potensi Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Sebagai
Antioksidan.Universitas Muhammadiyah Semarang
Sangi, M., Runtuwene, M. R., Simbala, H. E., & Makang, V. M. (2008). Analisis
Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa Utara. Chem. Prog. , 1 (1), 47-
53.
Setyowati, W. A., Ariani, S. R., Ashadi, Mulyani, B., & Rahmawati, C. P. 2014.
Skrining Fitokimia dan Identifikasi Komponen Utama Ekstrak Metanol Kulit
Durian (Durio zibethinus Murr.) Varietas Petruk. Seminar Nasional Kimia dan
Pendidikan Kimia VI, 271-280. Surakarta: Universitas Negeri Surakarta.
Sidik, Mulyono MW, Muhtadi A. 1992. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb).
Jakarta (ID) : Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phytomedica
Tukiran, Suyatno, & Hidayati, N. 2014. Skrining Fitokimia pada Beberapa Ekstrak dari
Tumbuhan Bugenvil (Bougainvillea glabra). Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-
sinensis L.), dan Daun Ungu (Graptophylum pictum Griff.). Seminar Nasional
Kimia (pp. 235-244). Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA Unesa.
XI. LAMPIRAN-LAMPIRAN
JAWABAN PERTANYAAN
1. Tulis secara lengkap reaksi setiap uji fitokimia di atas
Jawab :
1. Identifikasi Alkaloid Dengan Metode Culvenor-Fitzgerald
- Pereaksi Meyer

HgCl2 + 2KI → HgI2 + 2KCl

HgI2 + 2KI →K2[HgI4]

+ K2 HgI4
N + K HgI4
N K

- Pereaksi Wagner

I2 + I-→ I3-

+ KI + I2
N + I3
N K
- Pereaksi Dragendorf

Bi(NO3)2 + 3KI → BiI3 + 3KNO3

BiI3 + KI →K[BiI4]

+ K BiI4
N + BiI4
N K

2. Identifikasi Flavonoid (Harborne, 1987)

Mg (s) + 2HCl (l) → MgCl2 (aq) + H2 (g)


OH O

HO O HO O

+ H2

OH O OH O
O
O

HO O HO O
Mg + 2Cl
2
+ MgCl2
OH O

OH O 2

3. Identifikasi Saponin (Harborne, 1987)

H2O
CO

CH2OH
OH O O
OH

OH

CH2OH
OH O
COOH + OH

OH

4. Identifikasi Steroid (Harborne, 1987)

H2SO4 Ac2O (SO3)

HO

SO2

HO3S
5. IdentifikasiTriterpenoid (Harborne, 1987)

H2SO4

HO

SO2

HO3S

6. IdentifikasiTanin (Edeoga, et.al., 2005)

HO
OH
6 + FeCl3
OH
HO
OH
3-
HO
OH HO
OH
OH
OH
HO HO HO
O OH
O
HO O OH

Fe

HO OH
O O OH
O OH

HO
OH HO
HO OH OH
HO
HO
+ 6H+ + 3Cl-
2. Tulis struktur dasar dari masing-masing kelompok senyawa steroid, triterpenoid,
tannin, saponin, flavonoid, dan alkaloid.
Jawab :
StrukturDasar NamaSenyawa

Steroid

HO

Triterpenoid

HO

HO
OH
Tanin
OH
HO
OH

CO
Saponin
CO2H
OH O O
OH

OH

OH

HO O
Flavonoid

OH O

Alkaloid
N
3. Sebutkan senyawa-senyawa flavonoid apa saja yang terdapat pada rimpang
temulawak berdasarkan literature yang ada
Jawab :

Gambar.Beberapasenyawa Flavonoid
(Sumber: http://majalah1000guru.net/wp-content/uploads/ed29-kimia-5.jpg)
DalamtemulawakterdapatsenyawaturunandariflavonyaituRametin.Senyawainidapatme
nghilangkanbakteripenyebabbaubadan yang ada di tubuhkita,

4. Sebutkan fungsi dan manfaat rimpang temulawak bagi kehidupan manusia


Jawab :
Temulawak memiliki khasiat yaitu untuk memperbaiki nafsu makan,
memperbaiki fungsi pencernaan, memelihara fungsi hati, meredakan nyeri sendi dan
tulang, menurunkan lemak darah dan antioksidan.Temulawak dapat digunakan
sebagai obat anti jerawat karena dapat membantu membersihkan wajah dari bakteri
patogen sehingga dapat mengobati radang jerawat.Dalam hati, zat temulawak
merangsang sel hati membuat empedu, mencegah hepatatis dan penyakit hati,
membantu menurunkan kadar SGOT dan SGPT dan sebagai antihepatotoksik. Selain
itu, yang dapat merangsang fungsi pankreas, menambah selera makan, berkemampuan
merangsang perjalanan sistem hormon metabolisme dan fisiologi tubuh.Akar
berbonggol kering dari tanaman ini digunakan sebagai bahan baku utama produk
jamu.Aktivitas senyawa aktif xanthorizol dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan bakteri Streptococcus mutans.Senyawa aktif xanthorizol juga memiliki
sifat sebagai antimikroba.
LAMPIRAN FOTO
No.
Dokumentasi Keterangan Dokumentasi
Perc.
1 Penyiapan Ekstrak Metanol Rimpang Jahe merah dan Rimpang Temulawak
Mempersiapkan alat - alat
praktikum yang akan digunakan
dan mengecek kelengkapan alat.

Mencuci alat-alat yang akan


digunakan

(a) Merupakan rimpang jahe


merah yang akan digunakan
(b) Merupakan rimpang
temulawak yang akan
digunakan
(a) (b)
Rimpang jahe merah dan
temulawak masing-masing
diblender agar halus dan menjadi
serbuk

(a) Merupakan serbuk jahe merah


yang berwarna kuning
kecoklatan
(b)Merupakan serbuk temulawak
yang berwarna kejinggaan
(a) (b)
Menimbang serbuk kering
masing-masing sebanyak 5 gram

Memasukkan 5 gram serbuk ke


dalam gelas kimia

Mengambil 30 mL methanol
dimasukkan ke dalam gelas ukur.
Pada saat sudah mendekati 30
mL, dilakukan dengan
menggunakan pipet

Memasukkan methanol ke dalam


gelas kimia yang sudah diisi oleh
serbuk kering

(a) Serbuk jahe merah


(b) Serbuk Temulawak
Kedua serbuk yang sudah
direndam oleh methanol

(a)
(b)
Dipanaskan selama 2 menit
dalam penangas air untuk
membantu mempercepat proses
ekstraksi

(a)

(b)
Melipat kertas saring dan
meletakkannya di atas corong
untuk menyaring hasil ekstraksi
Disaring menggunakan kertas
saring yang telah disiapkan

(a) Jahe merah


(b) Temulawak
Filtrat hasil penyaringan
kemudian dipekatkan dengan
cara dipanaskan dalam penangas
air selama 5 menit
(a)

(b)
Filtrat jahe merah berwarna
kuning kecoklatan (kiri) dan
filtrate temulawak berwarna
merah kekuningan (kanan).
Kedua filtrate tersebut
merupakan sampel dalam uji
fitokimia

2 Identifikasi Alkaloid dengan Metode Culvenor-Fitzgerald


Mengambil sampel dan
dimasukkan ke dalam gelas ukur,
masing-masing sebanyak 1 mL

Kemudian sampel sebanyak 1


mL dimasukkan ke dalam tabung
reaksi

Sampel temulawak (kiri) dan


sampel jahe merah (kanan)
kemudian ditambahkan 1 mL
Kloroform dan 1 mL amoniak

Setelah ditambah kloroform,


sampel jahe merah (kiri)
berwarna kuning kecoklatan dan
sampel temulawak (kanan)
berwarna jingga. Kemudian
ditambahkan amoniak
Dipanaskan dalam penangas air.
Sampel temulawak (kiri) dan
sampel jahe merah (kanan)

Disaring dan diambil filtratnya.

Filtrat jahe merah dan filrat


temulawak masing- masing
dibagi ke dalam tiga tabung
reaksi

Masing- masing tabung


ditambahkan 3 tetes Asam sulfat
2N

Setelah ditambah H2SO4 2 N,


(a) Sampel jahe merah berwarna
kuning pudar
(b) Sampel temulawak berwarna
jingga

(a)
(b)
Tabung A (Temulawak) dan
Tabung 1 (Jahe merah) diuji
dengan pereaksi Mayer

Setelah diuji dengan pereaksi


Mayer,
Tabung A (Temulawak)
berwarna jingga
Tabung 1 (Jahe merah) berwarna
kuning pudar keruh

Tabung B (Temulawak) dan


Tabung 2 (Jahe merah) diuji
dengan pereaksi Wagner
Setelah diuji dengan pereaksi
Wagner,
Tabung B (Temulawak)
berwarna jingga kemerahan,
endapan coklat
Tabung 2 (Jahe merah) berwarna
merah kecoklatan

Tabung C (Temulawak) dan


Tabung 3 (Jahe merah) diuji
dengan pereaksi Dragendorff

Setelah diuji dengan pereaksi


Dragendorff,
Tabung C (Temulawak)
berwarna jingga, endapan jingga
Tabung 3 (Jahe merah) berwarna
jingga

Hasil identifikasi alkaloid pada


rimpang temulawak dan jahe
merah

3 Identifikasi Flavonoid
Mengambil sampel dan
dimasukkan ke dalam gelas ukur,
masing-masing sebanyak 1 mL

Mengambil 3 mL etanol dan


dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang sudah berisi sampel

Setelah ditambah etanol,


Sampel temulawak (kiri)
berwarna orange (+) dan sampel
jahe merah (kanan) berwarna
kuning

Dipanaskan dalam penangas air

Ditambahkan Mg menggunakan
spatula
Setelah ditambah Mg,
Sampel jahe merah (kiri) terdapat
endapan putih, sedangkan pada
sampel temulawak (kanan)
terdapat endapan kuning.

Ditambahkan HCl pekat

Setelah ditetesi HCl pekat,


Sampel Temulawak (kiri)
berwarna coklat kemerahan,
sedangkan sampel jahe merah
(kanan) berwarna coklat

4 Identifikasi Saponin
Mengambil sampel dan
dimasukkan ke dalam gelas ukur,
masing-masing sebanyak 1 mL

Mengambil aquades sebanyak 5


mL dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi sampel
Setelah ditambahkan aquades,
sampel jahe merah (kiri)
berwarna kuning pudar, dan
sampel temulawak (kanan)
berwarna kuning (+)

Dipanaskan dalam penangas air


selama 10 menit, kemudian
dikocok

Setelah dikocok,
(a) Sampel Temulawak tidak
terbentuk busa
(b)Sampel Jahe merah terbentuk
busa tetapi hanya sedikit

(a) (b)
5 Identifikasi Steroid
Mengambil sampel dan
dimasukkan ke dalam gelas ukur,
masing-masing sebanyak 1 mL
Mengambil 3 mL etanol dan
dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang sudah berisi sampel

Ditambahkan Asam sulfat pekat

Terbentuk 2 lapisan, bagian atas


berwarna kuning dan lapisan
bawah berwarna merah pekat

Setelah dikocok, sampel


temulawak (kiri) berwarna merah
kehitaman, sedangkan sampel
jahe merah (kanan) berwarna
coklat kemerahan
Ditambahkan asam asetat
anhidrat

Setelah ditambahkan asam asetat


anhidrat, sampel temulawak
(kiri) berwarna coklat
kemerahan, sedangkan sampel
jahe merah (kanan) berwarna
coklat

6 Identifikasi Triterpenoid
Mengambil sampel dan
dimasukkan ke dalam gelas ukur,
masing-masing sebanyak 1 mL

Ditambahkan 2 mL kloroform
Ditambahkan 3 mL H2SO4 pekat

Setelah ditambah H2SO4 pekat,


sampel temulawak (kiri) terdapat
4 lapisan dan sampel jahe merah
(kanan) juga terdapat 4 lapisan.

7 Identifikasi Tanin
Mengambil sampel dan
dimasukkan ke dalam gelas ukur,
masing-masing sebanyak 1 mL

Mengambil aquades sebanyak 5


mL dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi sampel

Ditambahkan aquades
(a) Sampel jahe merah
menjadi berwarna kuning
(-)
(b) Sampel temulawak
menjadi berwarna kuning

(a)
(b)
Dipanaskan dalam penangas air

Setelah dipanaskan,
Sampel jahe merah (kiri)
berwarna kuning (-) dan sampel
temulawak (kanan) berwarna
kuning (+)

Sampel temulawak (a) dan


sampel jahe merah (b) ditetesi
FeCl3

(a)

(b)
Setelah ditetesi FeCl3,
(a) Sampel Jahe merah berwarna
coklat susu
(b) Sampel Temulawak berwarna
coklat (+)

(a) (b)

Anda mungkin juga menyukai