Disusun oleh :
BAB IV.................................................................................................................................10
4.2 Pembahasan………………………………………………………………………….14
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................16
5.2 Saran...........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1
berseberangan (atom C9 dan C10), larut dalam air panas atau alkohol encer.
Antrakinon yang mengandung gugus karboksilat dapat diekstraksi dengan
penambahan basa, misalnya dengan natrium bikarbonat. Hasil reduksi antrakinon
adalah antron denantranol terdapat bebas di alam atau sebagai glikosida (Stanisky,
2003).
c. Flavonoid
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali dijumpai
hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan. Disamping itu sering terdapat
campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas. Penggolongan jenis
flavonoid dalam jaringan tumbuhan mula-mula didasarkan pada telaah sifat
kelarutan dan reaksi warna. Kemudian diikuti dengan pemeriksaan ekstrak
tumbuhan yang telah dihidrolisis secara kromatografi. (Harbrone.J.B, 1987).
Flavonoid menurut struktur kimianya adalah turunan dari flavon. Flavonoid berupa
senyawa yang larut dalam air. Zat-zat tersebut dapat diekstraksi dengan etanol 70
%. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila ditambah
basa atau amonia.
d. Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini
memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus phenol dalam molekulnya.
Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam
pelarut polar (Hosttetmant, dkk, 1985).
e. Tanin
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat
khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan
protein membentuk kepolumer mantap yang tidak larut dalam air. Secara kimia
terdapat dua jenis utama tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan.
Tanin terkondensasi hampir terdapat di dalam paku – pakuan dan gimnospermae,
serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan berkayu.
Sebaliknya tanin yang terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan
berkeping dua (Harbrone, J.B, 1987).
2
f. Steroid, Triterpenoid dan Saponin
Triterpenoid senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C 30 asiklik, yaitu skualena.
Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang – kurangnya empat golongan
senyawa: triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung.
Sterol adalah triterpena yang kerangka dasarnya system cincin siklopentana
perhidro fenantrena. Dahulu sterol terutama dianggap sebagai senyawa satwa
(sebagai hormone kelamine, asam empedu, dll), tetapi pada tahun – tahun terakhir
ini banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan
(Harbrone.J.B., 1987). Cara ekstraksinya terutama menghilangkan lemaknya
dengan menggunakan eter, lalu diekstraksi dengan metanol panas. Steroid dapat
dideteksi dengan reaksi Liebermann-Burchad.
Saponin adalah glikosida triterpen dan sterol yang merupakan senyawa surface
active agent dan bersifat seperti sabun, dan dapat dideteksi berdasarkan
kemampuannya membentuk busa.
3
Oleh karena itu, kami melakukan percobaan Identifikasi Kualitatif kandungan
Simplisia untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan Zat Berkhasiat di dalam
Simplisia tersebut. Dalam percobaan ini kami akan mengidentifikasi tumbuhan tapak
dara. Kami menggunakan tumbuhan tapak dara, karena tumbuhan tersebut sangat
mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Bagian yang akan diidentifikasi berupbagian
daunnya, sebab bagian daun sangat mudah dalam pengerjaan identifikasi.
4
BAB II
MONOGRAFI
TAPAK DARA (Catharanthus rosens)
tanaman ini sering dibedakan menurut jenis bunganya, yaitu bunga warna putih dan merah.
Tanaman ini merupakan tanaman semak tegak yang dapat mencapai ketinggian batang
sampai 100 cm yang biasa tumbuh subur di pedesaan beriklim tropis. Ciri-ciri tanaman ini
yaitu memiliki batang yang berbentuk bulat dengan diameter berukuran kecil, berkayu,
beruas dan bercabang. Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau dan diklasifikasikan
5
terompet dengan permukaan berbulu halus. Tanaman ini juga memiliki rumah biji
yang berbentuk silindris menggantung pada batang. Penyebaran tanaman ini melalui biji.
Tapak dara mengandung berbagai zat kimia aktif. Hasil analisa fitokimia ekstrak
daun tapak dara (Catharantus roseus) menunjukkan adanya kandungan tanin, triterpenoid,
alkaloid, dan flavonoid. Alkaloid dan flavonoid merupakan senyawa aktif yang telah
Tapak dara mengandung berbagai senyawa bioaktif, diantaranya 4 senyawa bioaktif yang
tumor pigmen.
pembelahan kelenjar.
6
BAB III
METODE
3.1 Peralatan:
Timbangan gram Penyanggah kaki
kasar tiga
Mortir dan Kasa
stamper
Tabung reaksi , Penjepit tabung
Raktabungreaksi reaksi
GelasUkur 50 Ml Plat tetes
Pipet tetes Beaker glass 250
mL
Lampu spiritus Cawan penguap
3.2 Bahan :
a. Daun tapak dara k. Amonia
b. Aquades l. HCl pekat
c. Chloroform m. Logam Mg
d. Chloroform-Ammoniak n. Eter
o. Etanol
e. Pasir Netral p. Kertas Saring
f. H2SO4 2M q. Kapas
g. H2SO4 pekat r. FeCl3
h. Pereaksi Mayer s. Asam asetat anhidrida
i. Pereaksi Dragendroft
j. Metanol
7
3.3 Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mampu melakukan skrining fitokimia
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kandungan golongan senyawa tertentu
dalam tumbuhan
3.4 Prosedur Percobaan
1. Uji Alkaloid ( Metode Culvenor Fitzgerald)
a. Ambilkira-kira 4 gram sampel segar, gerus dengan bantuan pasir netral ,
kemudian dibasahi dengan 10 mL kloroform
b. Tambahkan 10 mL kloroform-amoniak 0,05 M, gerus dan saring (dengan
kapas) ke dalam tabung reaksi
c. Tambahkan 5 mLH2SO4 2 M, kocok perlahan dan biarkan sampai terjadi
pemisahan
d. Ambil lapisan air (H2SO4 ) pindahkan ke dalam dua tabung reaksi yang
lain, lalu ditambah pereaksi Mayer. Timbulnya warna putih seperti kabut
menunjukkan adanya alkaloida
e. Lakukan hal yang sama dengan penambahan pereaksi Dragendroff.
Warna jingga yang muncul menunjukkan adanya alkaloida.
8
3. Uji Steroid, Fenolik dan Saponin (Metode Simes)
a. Ambil kira-kira 4 gram sampel segar, masukkan kedalam bekerglas
b. Tambahkan 25 mL etanol , didihkan lebih kurang selama 25 menit
c. Saring dalam keadaan panas dengan kapas. Masukkan filtrate kedalam
cawan penguap
d. Uapkan hati-hati hingga kering
e. Sisa penguapan di trituasi dengan eter, aduk-aduk. Tuang segera
kedalam pelat tetes, biarkan hingga mengering. Tambahkan beberapa
tetes pereaksi Liebermann-Burchard. Jika timbul warna biru sampai
hijau menunjukkan adanya steroida. Reaksi Liebermann-Burchard
spesifik untuk senyawa sterol yang tidakjenuhpada C5-C6
f. Bagian yang tidak larut dalam eter (pada cawan penguap),
ditambahkan air lebih kurang 10 mL, aduk-aduk
g. Sebagian dari larutan yang terjadi dimasukkan kedalam tabung reaksi,
kocok kuat. Jika busa yang terjadi stabil, menunjukkan adanya
saponin
h. Sebagian lagi dimasukkan kedalam pelat tetes, lalu tambahkan
beberapa tetes pereaksi FeCl₃. Jika terjadi warna biru hitam atau hijau
coklat menunjukkan
9
BAB IV
Sesudah
+ Mayyer = kabut putih
+ Dragon Dorf = metil jingga
10
No Pengujian Daun Tapak Dara
2. Uji Flavanoid Sebelum
+ HCl
+ Logam Mg = hijau
Sesudah
+ HCl
11
No Pengujian Daun Tapak Dara
3. Uji Fenolik Sesudah + FeCl3
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang skrining fitokimia. Bagian
tanaman yang digunakan adalah Daun Tapak Dara.Tujuan melakukan skrining
fitokimia pada daun tapak dara yakni untuk mengetahui apakah daun tersebut
mengandung senyawa golongan Alkaloid, Flavanoid, Steroid, Saponin dan
Fenolik.
Data yang didapat pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Uji Alkaloid
Pada uji alkaloid pada daun tapak dara, setelah ditambah pereaksi mayer
timbul warna putih seperti kabut, dan setelah penambahan pereaksi
dragendorf menunjukkan adanya warna metil jingga, hal tersebut
menunjukkan bahwa daun tapak dara positif mengandung alkaloid.
2. Uji Flavanoid
Setelah penambahan HCl pekat dan logam Mg Pada daun tapak dara,tidak
menunjukkan warna metil jingga. Hal ini menunjukkan bahwa pada daun
tapak dara negatif mengandung flavonoid.
14
3. Uji Saponin
Pada uji saponin setelah dilakukan pengocokan lapisan air daun tapak dara
menghasilkan busa walaupun hanya sedikit.. Hal ini menunjukkan hasil yang
positif berdasarkan literatur bahwa daun tersebut positif mengandung
saponin.
4. Uji Steroid
Pada uji steroid setelah dilakukan penambahan pereaksi LB menunjukkan
bahwa pada daun tapak dara berubah menjadi warna hijau hitam, hal tersebut
menunjukkan bahwa daun tersebut positif mengandung steroid.
5. Uji Fenolik
Pada uji fenolik setelah penambahan FeCl3 menunjukkan bahwa pada daun
tapak dara berubah menjadi warna hijau coklat. Hal tersebut menunjukkan
bahwa daun tersebut positif mengandung gugus fenolik.
15
BAB V
KESIMPULAN dan SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum, kami dapat menyimpulkan bahwa pada daun
tapak dara positif mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, steroid dan fenolik.
Hasil praktikum ini sesuai dengan pustaka.
5.2 Saran
Pada saat praktikum harus melakukan prosedur kerja dengan benar dan tepat
pada pengerjaannya harus berhati-hati kemuadian saat meneteskan sampel dan
pereaksi juga harus berhati-hati, jangan sampai tumpah atau tercecer ke tempat
lain.Serta alat-alat yang digunakan sebelumnya harus dicuci bersih dahulu.
16
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
ejournal.unsrat.ac.id
https://www.researchgate.net>publication
17