Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Penggunaan obat tradisional dikalangan masyarakat semakin meningkat, seiring


dengan berkembangnya bahan-bahan alam yang berkhasiat sebagai obat. Tercatat dengan
data yang dikemukakan oleh WHO, sekitar 80 % penduduk yang ada didunia menggunakan
obat tradisional yang berasal dari bahan alam atau tanaman sebagai bahan pengobatan.
Adapun mengenai pemanfaatan bahan alam atau tanaman obat tersebut meliputi pengobatan
maupun pencegahan dari suatu penyakit serta perlindungan kualitas kesehatan.

Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapis senyawa kimia
atau biasa disebut dengan skrining fitokimia yang terkandung dalam tanaman. Metode ini
digunakan untuk mendeteksi adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, senyawa fenolat,
tannin, saponin, kumarin, quinon, steroid / terpenoid (Teyler. V. E, 1988).

Skrining fitokimia adalah metode analisis untuk menentukan jenis metabolit sekunder
yang terdapat dalam tumbuh tumbuhan karena sifatnya yang dapat bereaksi secara khas
dengan pereaksi tertentu. Skrining fitokimia dilakukan melalui serangkaian pengujian dengan
menggunakan pereaksi tertentu. Beberapa jenis senyawa yang dapat dideteksi secara skrining
fitokimia antara lain :

a. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya
alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen,
biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya tanpa warna,
seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal, tetapi hanya sedikit yang berupa
cairan (Teyler. V. E, 1988).

Alkaloid dapat dideteksi dengan beberapa pereaksi pengendap. Pereaksi Mayer


mengandung kalium iodida dan merkuri klorida, dengan pereaksi ini alkaloid akan
memberikan endapan berwarna putih. Pereaksi Dragendorff mengandung bismuth nitrat dan
merkuri klorida dalam asam nitrat berair. Senyawa positif mengandung alkaloid jika setelah
penyemprotan dengan pereaksi Dragendorff membentuk warna jingga (Sastrohamidjojo,
1996).
b. Antrakinon

Antrakinon merupakan senyawa turunan antrasena yang diperoleh dari reaksi oksidasi
antrasena. Golongan ini memiliki aglikon yang sekerabat dengan antrasena yang memiliki
gugus karbonil pada kedua atom C yang berseberangan (atom C9 dan C10), larut dalam air
panas atau alkohol encer. Antrakinon yang mengandung gugus karboksilat dapat diekstraksi
dengan penambahan basa, misalnya dengan natrium bikarbonat. Hasil reduksi antrakinon
adalah antron denantranol terdapat bebas di alam atau sebagai glikosida (Stanisky, 2003).

c. Polifenol

Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini
memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus phenol dalam molekulnya. Polifenol sering
terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam pelarut polar (Hosttetmant, dkk,
1985).

d. Tanin

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat


khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein
membentuk kepolumer mantap yang tidak larut dalam air. Secara kimia terdapat dua jenis
utama tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan. Tanin terkondensasi hampir
terdapat di dalam paku pakuan dan gimnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae,
terutama pada jenis tumbuhan berkayu. Sebaliknya tanin yang terhidrolisis penyebarannya
terbatas pada tumbuhan berkeping dua (Harbrone, J.B, 1987).

e. Steroid dan Triterpenoid

Triterpenoid senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C 30 asiklik, yaitu skualena. Triterpenoid
dapat dipilah menjadi sekurang kurangnya empat golongan senyawa : triterpena
sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung.

Sterol adalah triterpena yang kerangka dasarnya system cincin siklopentana


perhidrofenantrena. Dahulu sterol terutama dianggap sebagai senyawa satwa (sebagai
hormone kelamine, asam empedu, dll), tetapi pada tahun tahun terakhir ini banyak senyawa
tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan (Harbrone.J.B., 1987).
DAFTAR PUSTAKA

Harborne, J.B., 1987. Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,
Penerbit ITB; Bandung.

Sastrohamidjojo. H, 1996, Sintesis Bahan Alam, Cetakan ke-1, Liberty, Yogyakarta.

Tyler, V.E., LYNN, R.B. and ROBBERS, J.E. 1988. Pharmacognosy. Lea and Febiger.
Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai