Anda di halaman 1dari 12

PERCOBAAN I

SKRINING FITOKIMIA

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah mengenal cara identifikasi senyawa
fitokimia dari tumbuhan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Uji fitokimia terhadap kandungan senyawa kimia metabolit sekunder
merupakan langkah awal yang penting dalam penelitian mengenai tumbuhan
obat atau dalam hal pencarian senyawa aktif baru yang berasal dari bahan
alam yang dapat menjadi precursor bagi sintesis obat-obat baru atau menjadi
prototype senyawa aktif tertentu. Oleh karenanya, metode uji fitokimia harus
merupakan uji sederhana tatapi terandalkan. Metode uji fitokimia yang banyak
digunakan adalah metode reaksi warna dan pengendapan yang dapat
dilakuakan di lapangan ataudi laboratorium ( Iskandar, 2012).
Fitokimia merupakan suatu disiplin ilmu yang bidang perhatiannya
adalah aneka ragam senyawa organik yang dibentuk oleh tumbuhan meliputi
struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya,
penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologisnya. Setiap tahap pengerjaan
fitokimia merupakan bagian intergral dari seluruh rangkaian pengerjaan dan
merupakan aspek yang berhubungan. Hasil setiap tahap berkaitan satu sama
lain, oleh karenanya harus dilakukan dengan cara yang tepat dan teknik yang
benar. Penapisan fitokimia dimulai dengan pengumpulan sampel sebanyak
mungkin. Oleh karena kegiatan ini bertitik tolak pada daya tarik kimiawi,
hal ini tidaklah mengurangi manfaat hasil penelitian (Syamsul, 2005).
Penemuan berbagai senyawa obat baru dari bahan alam semakin
memperjelas peran penting metabolit sekunder tanaman sebagai sumber
bahan baku obat. Metabolit sekunder adalah senyawa hasil biogenesis dari
metabolit pimer. Umumnya dihasilkan oleh tumbuhan tingkat tinggi,yang

bukan merupakan senyawa penentu kelangsungan hidup secara langsung,


tetapi lebih sebagai hasil mekanisme pertahanan diri organisma. Aktivitas
biologi tanaman dipengaruhi oleh jenis metabolit sekunder yang terkandung
didalamnya. Aktivitas biologi ditentukan pula oleh struktur kimia dari
senyawa. Unit struktur atau gugus molekul mempengaruhi aktivitas biologi
karena berkaitan dengan mekanisme kerja senyawa terhadap reseptor
didalam tubuh (Sumarnie, 2005).
Penggunaan tumbuhan sebagai bahan obat, berkaitan dengan kandungan
kimia yang terdapat dalam tumbuhan terutama zat bioaktif. Tanpa adanya
suatu senyawa bioaktif dalam tumbuhan secara umum tumbuhan tidak dapat
digunakan sebagai obat. Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan
obat adalah penapis senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman
(Herman, 1985).
Beberapa kandungan umum dalam tanaman, antara lain:
1. Alkaloid
Alkaloid merupakan sekelompok metabolit sekunder alami yang
mengandung nitrogen yang aktif secara farmakologis yang berasal dari
tanaman, mikrobia, atau hewan. Dalam kebanyakan alkaloid, atom nitrogen
merupakan bagian dari cincin. Alkaloid secara biosintesis diturunkan dari
asam amino. Nama alkaloid berasal dari kata alkalin yang berarti basa
yang larut air. Sejumlah alkaloid alami dan turunannya telah dikembangkan
sebagai obat untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti morfin,
reserpin, dan taxol (Satyajit, 2009).
Alkaloid bersifat basa dan membentuk garam yang larut air dengan
asam-asam mineral. Pada kenyataannya, satu atau lebih atom nitrogen yang
ada dalam alkaloid pada umumnya membentuk amina 1, 2, atau 3, yang
berkontribusi pada kebasaan alkaloid. Tingkat kebasaan alkaloid sangat
bervariasi tergantung pada struktur molekul, dan keberadaan gugus
fungsional. Kebanyakan alkaloid adalah padat kristalin dan berasa pahit
(Satyajit, 2009).

2. Steroid dan Triterpenoid


Steroid merupakan messenger kimia atau juga dikenal sebagai hormon.
Steroid disintesis dalam kelenjar dan dihantarkan oleh aliran kejaringan
target untuk merangsang atau menghambat suatu proses. Steroid bersifat
npn-polar, karena steroid merupakan suatu lipid (Satyajit, 2009).
Terpenoid merupakan senyawa yang diturunkan dari kombinasi isoprene.
Isoprene merupakan satuan 5 karbon, yang secara kimiawi dikenal sebagai
2-metil-1,3-butadiena. Sesuai dengan aturan isoprene yang diusulkan oleh
Leopold Ruzicka, terpenoid muncul dari kepala sampai ekor yang
menghubungkan satuan isoprene. Karbon 1 disebut dengan kepala dan
karbon 4 disebut dengan ekor (Satyajit, 2009). Triterpenoid dapat dipilah
menjadi sekurang kurangnya empat golongan senyawa yaitu triterpena
sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung. Kedua golongan yang
terakhir sebenarnya triterpena atau steroid yang terutama terdapat sebagai
glikosida (Robinson, 1991).
3. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa yang larut air, dapat diekstraksi dengan
etanol 70% dan tetap ada dalam lapisan air, setelah itu ekstrak ini dikocok
dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, oleh karena itu
warnanya berubah bila ditambah basa atau amonia. Flavonoid mengandung
sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga akan menunjukkan pita serapan
yang kuat pada sinar UV dan sinar tampak (Harborne, 1987).
4. Tanin
Tanin merupakan senyawa polifenol yang berarti termasuk dalam
senyawa fenolik. Tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer
mantap yang tak larut dalam air. Terdapat 2 jenis utama tannin yaitu tannin
terkondensasi, tersebar pada paku-pakuan, angiospermae dan
gymnospermae, dan tanin terhidrolisis, terdapat pada tumbuhan berkeping
dua (Harborne, 1987).
5. Saponin
Saponin atau glikosida sapogenin adalah salah satu tipe glikosida yang
tersebar luas dalam tanaman. Tiap saponin terdiri dari sapogenin yang terdiri
dari sapogenin yang merupakan molekul aglikon dan sebuah gula. Saponin
merupakan senyawa yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan
pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah
merah, sering digunakan sebagai detergen (Claus dkk., 1970).
Klasifikasi dari tumbuhan manga (Syzygium oleana)
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida,
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Mangifera L.
Spesies : Mangifera indica L.
Mangga (Mangifera indica L) merupakan salah satu tanaman asli dari
Asia Tenggara, dan telah tersebar luas di daerah tropis dan subtropics di
dunia. Selain buah, bagian lainnya juga memiliki peranan penting, seperti
bagian daunnya. Di india, daun manga muda digunakan sebagai pengobatan
tradisional untuk mengobati diabetes. Selain manga, tumbuhan lain yang
banyak digunakan sebagai obat tradisional adalah pandan wangi(pamungkas,
et al,2007).

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Corong
2. Gelas piala
3. Gelas ukur
4. Mortar
5. Pipet tetes
6. Plat tetes
7. Rak tabung reaksi
8. Stamper
9. Tabung reaksi
10. Pemanas

B. Bahan
Bahan -bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Akuades
2. Asam asetat anhidrat
3. Asam sulfat 2 N
4. Asam sulfat pekat
5. Amil alkohol
6. Etanol
7. HCl pekat
8. Kertas saring
9. Kloroform amoniak 0,05 N
10. Reagen Dragendorf
11. Reagen Mayer
12. Reagen Wagner
13. Logam Mg
14. Tanaman daun pucuk merah (daun, kulit, batang)
IV. PROSEDUR KERJA
A. Identifikasi alkaloid dengan metode culvenor-fitzgerald
Menghaluskan bahan 2 gram masing-masing (akar,batang, dan
daun), lalu ditambahkan 5 ml kloroform.
Menambahkan amoniak pada setiap tabung sebanyak 5 ml
kemudian panaskan, kocok dan saring
Menambahkan 5 tetes H2SO4 2 N pada masing masing filtrate,
kemudain kocok.
Mengambil bagian atas dari masing-masing filtrat tadi.
Menguji masing-masing larutan dengan pereaksi meyer, wagner
dan dragendrof
B. Identifikasi Flavonoid
Memasukkan 1 gram masing-masing daun, yang telah dihaluskan
pada buah tabung reaksi, tambahkan 5 ml etanol
Mengkocok, panaskan dan kocok lagi, kemudai saring
Menambahkan Mg 0,2 g dan 3 tetes HCL pada masing-masing
filtrate
Mengamati masing-masing warna yang terbentuk
C. Identifikasi Saponin
Menambahkan berisi ampas daun identifikasi alkaloid tambahkan 1
ml akuades.
Mengkocok masing-masing larutan dan diamkan selama 15
menit.
Mengamati masing-masing larutan, apakah terbentuk busa atau
tidak
D. Identifikasi Streoid dan Triterpenoid
Menghaluskan 1 gram bahan masing-masing , tambahkan 2 ml
kloroform, kocok dan saring
Menambahkan 2 tetes asetat anhidrat pada filtrate
Menambahkan 2 tetes asam sulfat pekat dan amati perubahan
warna yang terjadi.
IV.PEMBAHASAN
Praktikum kali ini berjudul Skrining Fitokimia yang memiliki tujuan
untuk mengenal cara identifikasi senyawa fitokimia dari tumbuhan. Adapun
senyawa yang akan diidentifikasi dalam sampel daun pucuk merah ini adalah
alkaloid, flavonoid, saponin, steroid dan triterpenoid.
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi
pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-
beda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya
menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin
satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam
suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat
dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu.
Senyawa metabolit primer adalah senyawa organik yang berasal dari
tanaman dan secara umum memiliki kemampuan bioaktif, baik untuk kehidupan,
kelangsungan hidup, dan pertahanan tanaman tersebut. Sebuah metabolit primer
atau utama merupakan suatu senyawa (zat) essensial yang ditemukan pada
organism pada tanaman, yang berperan penting dalam semua proses kehidupan
organism tersebut atau merupakan kebutuhan dasar untuk melakukan
kelangsungan hidup tanaman tersebut. Senyawa metabolit primer dikelompokan
menjadi empat kelompok makromolekul antara lain lipit, asam nukleat, protein,
dan karbohidrat.
Alkaloid merupakan sekelompok metabolit sekunder alami yang
mengandung nitrogen yang aktif secara farmakologis yang berasal dari tanaman,
mikrobia, atau hewan. Dalam kebanyakan alkaloid, atom nitrogen merupakan
bagian dari cincin. Alkaloid secara biosintesis diturunkan dari asam amino. Nama
alkaloid berasal dari kata alkalin yang berarti basa yang larut air. Sejumlah
alkaloid alami dan turunannya telah dikembangkan sebagai obat untuk mengobati
berbagai macam penyakit seperti morfin, reserpin, dan taxol (Satyajit, 2009).
Flavonoid merupakan senyawa yang larut air, dapat diekstraksi dengan
etanol 70% dan tetap ada dalam lapisan air, setelah itu ekstrak ini dikocok dengan
eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, oleh karena itu warnanya
berubah bila ditambah basa atau amonia. Flavonoid mengandung sistem aromatik
yang terkonjugasi sehingga akan menunjukkan pita serapan yang kuat pada sinar
UV dan sinar tampak.
Saponin atau glikosida sapogenin adalah salah satu tipe glikosida yang
tersebar luas dalam tanaman. Tiap saponin terdiri dari sapogenin yang terdiri dari
sapogenin yang merupakan molekul aglikon dan sebuah gula. Saponin merupakan
senyawa yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi
yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah, sering digunakan
sebagai detergen. Senyawa triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya
berasal dari 6 satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon
C30 asiklik yaitu skualena.
Terpenoid merupakan senyawa yang diturunkan dari kombinasi isoprene.
Isoprene merupakan satuan 5 karbon, yang secara kimiawi dikenal sebagai 2-
metil-1,3-butadiena. Sesuai dengan aturan isoprene yang diusulkan oleh Leopold
Ruzicka, terpenoid muncul dari kepala sampai ekor yang menghubungkan satuan
isoprene. Karbon 1 disebut dengan kepala dan karbon 4 disebut dengan ekor.
Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang kurangnya empat golongan
senyawa yaitu triterpena sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung.
Kedua golongan yang terakhir sebenarnya triterpena atau steroid yang
terutama terdapat sebagai glikosida.
Praktikum yang kami lakukan dalam pengidentifikasian golongan senyawa
alkaloid dengan menggunakan pereaksi Mayer, Wagner, dan Dragendorf. Pereaksi
Mayer ini mengandung Kalium Tetraiodomerkurat dan paling banyak digunakan
untuk mengidentifikasi alkaloid karena pereaksi ini memberikan endapan dengan
hampir semua alkaloid. Peraksi Wagner mengandung iodium dalam Kalium
Iodida. Pereaksi ini juga paling sering digunakan untuk mengidentifikasi senyawa
golongan alkaloid. Pereaksi Dragendorff mengandung bismuth nitrat dan merkuri
klorida dalam asam nitrat berair. Senyawa positif mengandung alkaloid jika
setelah penyemprotan dengan pereaksi Dragendorff membentuk warna jingga.
Percobaan kali ini alat-alat yang digunakan seperti corong yang berfungsi
untuk memasukkan atau memindah larutan dari satu tempat ke tempat lain dan
digunakan pula untuk proses penyaringan. Gelas piala yang berfungsi sebagai
tempat membuat larutan. Gelas ukur berfungsi sebagai pengukur volume larutan.
Pemanas berfungsi untuk memanaskan larutan. Kaca arloji berfungsi untuk
menimbang bahan-bahan kimia. Penjepit kayu berfungsi untuk menjepit tabung
reaksi. Pipet tetes berfungsi untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil.
Plat tetes berfungsi tempat mereaksikan zat dalam jumlah yang sangat kecil.
Sendok logam berfungsi untuk mengambil bahan atau obyek. Tabung reaksi
berfungsi sebagai tempat untuk mereaksikan zat-zat kimia di dalam laboratorium.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades,
amoniak 0,05 N, simplisia daun pucuk merah, asam asetat anhidrat, asam sulfat
pekat, asam sulfat 2N, etanol, HCl pekat, kertas saring, kloroform, logam Mg,
reagen Dragendorf, reagen Mayer, reagen Wagner.
Cara kerja yang dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
yang pertama dilakukan uji identifikasi alkaloid dengan menghaluskan masing-
masing bahan setelah itu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah
dibersihkan sebelumnya, lalu ditambahkan 5 mL kloroform, setelah itu
ditambahkan lagi 5mL amoniak kemudian dipanaskan dengan bunsen, setelah
sampel tadi terangkat ke permukaan air di dalam tabung reaksi yang dipanaskan
menandakan bahwa telah panas, lalu dikocok tabung reaksi tadi dengan
menutupnya menggunakan aluminium foil dan disaring menggunakan kertas
saring. Lalu ditambahkan 5mL H2SO4 2N pada masing-masing filtrat tadi, lalu
diambil bagian atas dari filtrat tadi yang bentuknya sangat kental letakkan di kaca
arloji dan uji masing-masing dengan pereaksi dragendorf, mayer dan wagner.
Lakukan dengan cara yang sama pada sampel yang selanjutnya. Uji kedua yang
dilakukan adalah uji identifikasi flavonoid dengan cara memasukkan 1 gram
masing-masing sampel yang telah dihaluskan tadi ke dalam tabung reaksi lalu
tambahkan 5mL etanol, dikocok, dipanaskan diatas bunsen, dikocok lagi lalu
disaring menggunakan kertas saring. Setelah itu ditambahkan Mg 0,2 gram dan 3
tetes HCl pada masing-masing filtrat tadi, dan diamati masing-masing warna yang
terbentuk.
Uji selanjutkan yaitu uji identifikasi saponin dengan cara memasukkan
ampas sisa identifikasi alkaloid sebelumnya ke dalam tabung reaksi lalu
ditambahkan 1 mL akuades, dikocok dan diamkan selama 15 menit, dilihat apakah
terbentuk busa atau tidak, kalau terbentuk busa berarti didapatkan hasil positif
untuk saponin, sedangkan kalau tidak terdapat busa didapatkan hasil negatif untuk
saponin tersebut.
Hasil yang didapat untuk uji alkaloid dengan sampel simplisia daun manga
menggunakan reagen mayer ( + ) karena terdapat endapan putih, reagen wagner
( + ) karean terdapat endapan coklat dan reagen dragendorf ( - ) karena tidak
terdapat endapan jingga-merah.Untuk uji yang kedua yaitu uji flavonoid, sampel
simplisia daun mangga hasil positif karena terdapat perubahan warna jingga
kemerahan.
Untuk uji ketiga yaitu uji identifikasi saponin. Jika hasil positif
menunjukkan adanya kandungan saponin di dalam bahan ditandai dengan adanya
busa yang muncul, sedangkan untuk hasil negatif tidak terlihat busa. Pada sampel
simplisia daun pucuk merah hasilnya negatif karena hanya terjadi perubahan
warna bening pada bagian atas.
Uji yang terakhir yaitu uji identifikasi steroid dan triterpenoid. Pada
sampel simplisia daun mangga hasil positif berwarna hijau lumut dan membentuk
cincin coklat.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu
penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang
sedang diteliti.
2. Hasil yang didapat untuk uji yang pertama yaitu uji alkaloid dengan
sampel simplisia daun pucuk merah menggunakan reagen mayer
negatif, reagen wagner tidak dilakukan dan reagen dragendorf positif.
Uji flavonoid negatif. Uji saponin negatif. Serta uji steroid dan
triterpenoid negatif.
3. Hasil yang didapat untuk uji flavonoid negatif. Uji saponin negatif,
serta uji steroid dan triterpenoid negatif.
DAFTAR PUSTAKA

Claus, E.P., T.V. Edward, & B.L. Roger. 1970, Pharmacognosy 4thEd. Febiger,
Philadelphia.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan,
terjemahan K. Padmawinata. Edisi II. ITB Press, Bandung.
Herman, J.B.G. 1985. Analis Farmasi. Gadjah Mada, University Press.
Yogyakarta.
Iskandar, Y., & Susilawati, Y. 2012. Panduan Praktikum Fitokimia. Fakultas
Farmasi Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Pamungkas, D.K. Y, Retnaningtyas & Wulandari, L. 2017. Pengujian Aktifitas
Antioksidan Kombinasi Ekstrak Metanol Daun Mangga Gadung
(Mangifera indica L. var. gadung) dan Ekstrak Daun Pandan Wangi.
Jurnal Pustaka Kesehatan. 5 (1) : hal 46-89
Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB, Bandung
Satyajit, D. & L. Nahar. 2009. Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi. Erlangga,
Yogyakarta.
Sumarnie. 2005. Identifikasi Senyawa Kimia dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Piper sp Asal Papua. Puslit Biologi, Yogyakarta.
Syamsul, H. 2005. Ramuan Tradisional Ala 12 Etnis Indonesia. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai