Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA

Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)

KELOMPOK 9
NAMA : MELIANI
NIM : N011171037
KELOMPOK : 9 (SEMBILAN)
GOLONGAN : SENIN PAGI
ASISTEN : MUSFIRAH

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Suatu tumbuhan memiliki banyak kandungan senyawa kimia yang

dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat. Terkadang, banyak penyakit

yang tidak dapat disembuhkan dengan obat kimia melainkan dapat

disembuhkan dengan obat alami dari tumbuhan. Oleh karena itu

pemanfaatan obat tradisonal ini meningkat seiring dengan perkembangan

zaman (1).

Untuk mengetahui mutu dari simplisia yang akan kita gunakan,

dapat dilakukan pemeriksaan yaitu secara organoleptik, makroskopik,

mikroskopik, serta secara kimia. Mengetahui kandungan senyawa apa

saja yang terkandung dalam simplisia yang akan kita gunakan juga

penting dalam pemanfaatan simplisia tersebut untuk pengobatan (1).

Dari uraian tersebut maka dinilai perlu melakukan identifikasi

simplisia, uji kemurnian, serta identifikasi senyawa kimia sehingga dapat

diketahui kemurnian dan senyawa apa saja yang terkandung dalam

simplisia tersebut. Identifikasi kandungan kimia adalah suatu metode

untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji

secara kualitatif adanya senyawa kandungan dalam sampel yang

digunakan seperti misalnya tanin, saponin, flavonoid, steroid terpenoid,

alkaloid, serta kandungan kimia lainnya, dalam praktikum ini sampel yang

digunakan adalah bunga kembang sepatu (2).


Praktikum ini penting untuk dilakukan untuk menjadi suatu data

awal mengenai kandungan senyawa kimia yang terdapat pada suatu

tanaman yang akan digunakan sebagai bahan untuk pengembangan

sediaan obat kedepannya.

I.2 Maksud dan Tujuan percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

Untuk mengetahui kandungan senyawa kimia yang meliputi

alkaloid, tannin, saponin, flavanoid, steroid yang terdapat pada bunga

kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)

I.2.2 Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui kandungan senyawa kimia yang terdapat pada

bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) meliputi senyawa

alkaloid, tannin, saponin, flavanoid, steroid.


BAB II

TINJAUN PUSTAKA

II.1 Senyawa kimia

Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah

penapis senyawa kimia atau biasa disebut dengan skrining fitokimia yang

terkandung dalam tanaman. Metode ini digunakan untuk mendeteksi

adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, senyawa fenolat, tannin,

saponin, kumarin, quinon, steroid atau terpenoid. Identifikasi senyawa

kimia adalah metode analisis untuk menentukan jenis metabolit sekunder

yang terdapat dalam tumbuh – tumbuhan karena sifatnya yang dapat

bereaksi secara khas dengan pereaksi tertentu. identifikasi senyawa kimia

dilakukan melalui serangkaian pengujian dengan menggunakan pereaksi

tertentu. Beberapa jenis senyawa yang dapat dideteksi antara lain :

1. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang

terbesar. Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang

mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan


sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya tanpa warna,

seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal, tetapi hanya

sedikit yang berupa cairan. Alkaloid dapat dideteksi dengan beberapa

pereaksi pengendap. Pereaksi Mayer mengandung kalium iodida dan

merkuri klorida, dengan pereaksi ini alkaloid akan memberikan endapan

berwarna putih. Pereaksi Dragendorff mengandung bismuth nitrat dan

merkuri klorida dalam asam nitrat berair. Senyawa positif mengandung

alkaloid jika setelah penyemprotan dengan pereaksi Dragendorff

membentuk warna jingga (6).

2. Tanin

Tanin terdapat luas pada tumbuhan berpembuluh, dalam

angiospermae terdapat khusus dijaringan kayu.Tannin dapat bereaksi

dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air.

Dalam industry, tannin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan yang

mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai

karena kemampuannya menyambung silang protein.


Di dalam tumbuhan letak tannin terpisah dari protein dan enzim

sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak misalnya bila hewan memakannya

maka reaksi penyamaan dapat terjadi.Reaksi ini menyebabkan protein

lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan hewan. Pada kenyataannya,

sebagian besar tumbuhan yang banyak bertanin dihindari oleh hewan

pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat (6).

Tannin adalah senyawa fenolik larut air dengan BM 500-300,

memberikan reaksi umum senyawa fenol dan memiliki sifat-sifat khusus

seperti presipitasi alkaloid, gelatin dan protein-protein lain. Tannin banyak

terdistribusi dalam kingdom plantae (daun, buah, kulit batang atau

batang). Tannin dalam senyawa kompleks yang biasanya campuran

polifenol dan tidak mengkristal (tannin extracts). Tannin merupakan

polimerasi polifenol sederhana.Kromatografi dari tannin identifikasi

polifenol sederhana dalam ekstrak tannin. Tannin merupakan substansi

yang tersebar luas dalam tanaman seperti daun, buah yang belum

matang, batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang, tannin

digunakan sebagai energy dalam proses metabolisme dalam bentuk

oksidasi tannin. Tannin dikatakan sumber asam pada buah (6).

Sifat-sifat Tannin

1. Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan

sepat.

2. Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.

3. Tidak dapat mengkristal.


4. Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.

5. Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan

protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik

(6).

Sifat Kimia Tannin

1. Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol

yang sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal.

2. Tannin dapat diidentifikasi dengan kromatografi.

3. Senyawa fenol dari tannin mempunyai aksi adstringensia, antiseptic

dan pemberi warna

Kegunaan Tannin

1. Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan

bagian tertentu pada tanaman.

2. Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga

dan fungi.

3. Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu

tanaman.

4. Efek terapinya sebagai adstringensia pada jaringan hidup misalnya

pada gastrointestinal dan kulit.


3. Flavanoid

Flavanoid adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua

cincin aromatik yang dihubungkan oleh tiga satuan karbon

(Markham,1988). Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan

senyawa C6-C3-C6. Artinya, kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus

C6 disambungkan oleh rantai alifatik tiga-karbon. Flavonoid

umumnyaterdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida.

Aglikon flavonoid mungkin saja terdapat dalam beberapa bentuk

kombinasi glikosida dalam bentuk kombinasi glikosida dalam satu

tumbuhan, sehingga dalam menganalisis flavonoid biasanya lebih baik

kita memeriksa aglikon yang terdapat dalam ekstrak tumbuhan yang telah

dihidrolisis dari pada mengamati bentuk glikosidanya yang rumit (7).

4. Saponin
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi

dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif

permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan

kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah.

Pencarian saponin dalam tumbuhan telah dirangsang oleh kebutuhan

akan sumber sapogenin yang mudah diperoleh dan dapat diubah

dilaboratorium menjadi sterol hewan yang berkhasiat penting (misalnya

kortison, estrogen kontraseptif, dan lain-lain). Senyawa yang telah

digunakan termasuk hekogenin dari Agave, diosgenin, serta yamogenin

dari jenis Dioscorea (7).

Dari segi ekonomi saponin penting juga karena kadang-kadang

menimbulkan keracunan pada ternak (misalnya saponin alfalfa, Medicago

sativa) atau karena rasanya yang manis (misalnya glisirizin dari akar

manis, Glycyrrhiza glabra). Pola glikosida saponin kadang-kadang rumit,

banyak saponin yang mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen

yang umum ialah asam glukuronat. Pembentukan busa yang mantap

sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau waktu memekatkan ekstrak

tumbuhan merupakan bukti terpercaya akan adanya saponin. Memang

betul, bila dalam tumbuhan terdapat banyak saponin, sukar untuk

memekatkan ekstrak alkohol-air dengan baik, walau pun digunakan

penguap putar. Karena itu, uji saponin yang sederhana ialah mengocok

ekstrak alkohol-air dari tumbuhan dalam tabung reaksi dan diperhatikan

apakah ada terbentuk busa tahan lama pada permukaan cairan. Saponin
juga dapat diperiksa dalam ekstrak kasar berdasarkan kemampuannya

menghemolisis sel darah. Tetapi, biasanya lebih baik bila uji sederhana itu

dipastikan dengan cara KLT dan pengukuran spectrum (7).

b. Sifat-sifat Saponin

1. Mempunyai rasa pahit

2. Dalam larutan air membentuk busa yang stabil

3. Menghemolisa eritrosit

4. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi

5. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid

lainnya

6. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi

7. Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan

formula empiris yang mendekati

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari

enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon

C3 0 asiklik, yaitu skulena. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit,

kebanyakan berupa alkohol, aldehida, atau asam karboksilat. Mereka

berupa senyawa tanwarna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi

dan aktif optik, yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan

kimianya. Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Lieberman-Burchard

(anhidrida asetat : H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena dan

sterol memberikan warna hijau-biru (8).


Triterpena dapat dipilih menjadi sekurang-kurangnya empat

golongan senyawa: triterpena sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida

jantung. Kedua golongan yang terakhir sebenarnya triterpena atau

seteroid yang terdapat sebagai glikosida. Banyak triterpena dikenal dalam

tumbuhan dan secara berkala senyawa baru ditemukan dan dicirikan

(misalnya Das dan Mahota, 1983). Sampai saat ini hanya beberapa saja

yang diketahui tersebar luas. Senyawa tersebut ialah triterpena pentasiklik

α-amirin dan β-amirin serta asam turunannya, yaitu asam ursolat dan

asam oleanolat. Senyawa ini dan senyawa sekerabatnya terutama

terdapat dalam lapisan malam daun dan dalam buah, seperti apel dan per,

dan mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak

serangga dan serangan mikroba. Triterpena terdapat juga dalam damar,

kulit batang, dan getah (7).

Triterpena tertentu terkenal karena rasanya, terutama

kepahitannya. Contohnya limonin, suatu senyawa pahit yang larut

dalamlemak dan terdapat dalam buah jeruk, Citrus. Senyawa itu termasuk

dalam deret triterpena pentasiklik yang rasanya pahit serta dikenal

sebagai limonoid dan kuasinoid. Mereka terutama terdapat dalam

Rutacceae, Meliaceae, dan Simaroubaceae, dan dari segi taksonomi

kimia sangat menarik perhatian (Waterman dan Grundon, 1983).

Kelompok triterpena pahit lainnya ialah kukurbitasin, yang terdapat

terbatas hanya dalam biji berbagai Cucurbitaceae, meski pun dapat juga

dideteksi pada suku lain termasuk Cruciferae (7).


5. Steroid

Steroid adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin

siklopentana perhidrofenantrena. Dahulu sterol terutama dianggap

sebagai senyawa satwa (sebagai hormone kelamin, asam empedu, dan

lain-lain), tetapi pada tahun-tahun terakhir ini makin banyak senyawa

tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan. Memang, tiga

senyawa yang biasa disebut ‘fitosterol’ mungkin terdapat pada setiap

tumbuhan tinggi: sitosterol (dahulu dikenal sebagai β-sitosterol),

stigmasterol, dan kampesterol. Sterol umum ini terdapat dalam bentuk

bebas dan sebagai glukosida sederhana. Sterol tumbuhan yang kurang

umum ialah α-spinasterol, yaitu isomer stigmasterol yang terdapat dalam

bayam, Amaranthus alfalfa, Medicago sativa, dan akar Polygala senega.

Sterol tertentu hanya terdapat dalam tumbuhan rendah, contohnya

ergosterol yang terdapat dalam khamir dan sejumlah fungus. Sterol lain

terutama terdapat dalam tumbuhan rendah, tetapi kadang-kadang

terdapat juga dalam tumbuhan tinggi, misalnya fukosterol, yaitu steroid

utama pada alga coklat dan juga terdeteksi pada kelapa (6).
II.2 Bunga kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)

II.2.1. Klasifikasi Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)

Klasifikasi bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Magnoliopsida Gambar 1. Bunga kembang sepatu

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Malvales

Famili : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus rosa-sinensis L. (4).

II.2.1 Deskripsi Tanaman

Morfologi bunga kembang sepatu merupakan bunga tunggal,

bentuk terompet diketiak daun, kelopak bentuk lonceng, berbagi lima,

mahkota terdiri dari 15-20 daun mahkota,berwarna merah muda, kepala

sari kuning, benang sari banyak, tangkai sari merah, kepala sari kuning,

putik bentuk tabung (4).


Daun tunggal, berbentuk bulat telur dengan tepi bergerigi kasar

dengan tulang daun menjari, ujung meruncing, panjang daun 3,5 – 9,5 cm

dan lebar 2-6 cm. Dengan daun penumpu berbentuk garis. Daun

mempunyai tangkai dengan ujung tangkainya 1 – 3,7 cm. Tumbuhan

kembang sepatu merupakan perdu yang tumbuh tegak, batang bulat,

berkayu, keras dengan banyak percabangan.Tinggi 1-4 m (4).

II.2.3 Kandungan Kimia

Daun, bunga dan akarnya mengandung flavonoida. Disamping itu

daunnya juga mengandung saponin, dan polifenol, bunganya

mengandung polifenol, akarnya mengandung tanin dan saponin. Selain itu

pada daun bunga kembang sepatu mengandung cynidin diglucosid,

hibisetin (9).

II.2.4 Manfaat

Bunga kembang sepatu banyak dijadikan sebagai tanaman hias,

sebagai bahan pewarna makanan, dan sebagai obat tradisional.Bunga

kembang sepatu ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti:

Batuk berdahak, radang saluran napas, tuberklosa (TBC) mimisan,

disentri, infeksi saluran kemih, air kemih bernanah, keputihan haid tidak

teratur, melancarkan haid, selain itu dapat pula digunakan untuk

melembutkan kulit wajah, dan juga untuk menurunkan berat badan yang

berlebih (9).
BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah corong,

cawan porselen, gelas ukur, erlenmayer, pipet tetes, sendok tanduk, dan

timbangan analitik.

III.1.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air

panas, asam asetat anhidrat, H 2SO4 pekat serbuk bunga kembang sepatu

(Hibiscus rosa-sinensis L.) pereaksi wagner, mayer, dragendrof, larutan

FeCl3, serbuk zink.

III.1.3 Cara kerja

1. Cara kerja pengujian alkaloid

Larutan stock 1 ml dimasukkan kedalam masing-masing tabung

reaksi ditambahkan ±3 tetes HCl 2N kemudian ditambahkan

pereaksi wagner untuk tabung pertama, mayer untuk tabung reaksi

kedua serta, dragendrof untuk tabung reaksi ketiga.

2. Cara kerja pengujian tannin


Larutan stock 1 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian

ditambahkan ± 3 tetes FeCl3 1 ml 10 % dan kemudian diamati.

3. Cara kerja pengujian saponin

Larutan stock 1 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian

ditambahkan air panas 10 ml kemudia dikocok selama 10 menit

dan kemudian diamati.

4. Cara kerja pengujian flavanoid

Larutan stock 1 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian

ditambahkan serbuk zink dan ± 3 tetes HCl 2 N dan kemudian

diamati.

5. Cara kerja pengujian steroid

Larutan stock 1 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian

ditambahkan ± 3 tetes asam asetat anhidrat dan ditambahkan ± 3

H2SO4 pekat kemudian diamati.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

Sampel Bunga kembang sepatu


(Hibiscus rosa-sinensis L. )
Alkaloid Wagner (-)
Dragendorf (-)
Mayer (+)
Saponin (-)
Flavanoid (-)
Tanin (+)
Steroid (+)

IV.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil percobaan terhadap identifikasi senyawa kimia

terhadap bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) diperoleh

hasil bahwa pada uji alkaloid dimana pereaksi yang digunakan adalah

wagner menunjukkan hasil negatif. Sedangkan pada pustaka

menjelaskan bahwa bunga kembang sepatu pada pereaksi wagner

menunjukkan hasil positif. Hasil positif alkaloid pada uji Wagner ditandai

dengan terbentuknya endapan coklat muda sampai kuning. Diperkirakan

endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi

Wagner, iodin bereaksi dengan ion I- dari kalium iodida menghasilkan ion
I3- yang berwarna coklat. Pada uji Wagner, ion logam K+ akan

membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid

membentuk kompleks kalium-alkaloid yangmengendap.

Reaksi yang terjadi pada uji Wagner adalah sebagai berikut :

(6).

Berdasarkan hasil percobaan pada pereaksi mayer menunjukkan

hasil positif. Pereaksi meyer bertujuan untuk mendeteksi alkaloid, dimana

pereaksi ini akan berikatan dengan alkaloid melalui ikatan koordinasi

antara atom N alkaloid dengan Hg pereaksi meyer sehingga

menghasilkan senyawa kompleks merkuri yang non polar yang

mengendap berwarna putih kekuningan. Pada pembuatan pereaksi

Mayer, larutan merkurium(II) klorida ditambah kalium iodida akan

bereaksi membentuk endapan merah merkurium(II) iodida. Jika kalium

iodida yang ditambahkan berlebih maka akan terbentuk kalium

tetraiodomerkurat(II). Alkaloid mengandung atom nitrogen yang

mempunyai pasangan elektron bebas sehingga dapat digunakan untuk

membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam. Pada uji

alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid


akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat(II)

membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. Perkiraan reaksi

yang terjadi pada uji mayer adalah sebagai berikut :

(8).

Pada pereaksi dragendorf berdasarkan hasil percobaan diperoleh

hasil negatif. Berdasarkan pustaka menjelaskan bahwa pada pereaksi

dragendorff diperoleh hasil positif , nitrogen digunakan untuk membentuk

ikatan kovalen koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam.

Reaksi pada uji dragendorff dapat dilihat pada reaksi dibawah ini :

Pada uji tanin terhadap sampel bunga kembang sepatu

menunjukkan hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna

menjadi hijau kehitaman setelah ditetesi dengan FeCl 3 1 ml 10 %. Hal ini

artinya bahwa terdapat senyawa tanin pada bunga kembang sepatu hal ini

sesuai dengan pustaka bahwa pada bunga kembang sepatu mengandung

senyawa tanin. Hal ini terjadi karena adanya reaksi reduksi. Tanin

merupakan golongan senyawa polifenol, polifenol mampu mereduksi besi


(III) menjadi besi (II) pada larutan cuplikan menimbulkan warna hijau,

merah, ungu, biru atau hitam (8).

Pada uji saponin menunjukkan hasil negatif karena tidak terbentuk

buih setelah dikocok dengan air panas selama kurang lebih 15 menit. Dari

percobaan tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat senyawa saponin

pada bunga kembang sepatu hal ini tidak sesuai dengan pustaka yang

menjelaskan bahwa pada bunga kembang sepatu mengandung saponin.

Yang ditunjukkan dengan adanya buih yang terbentuk dan dapat bertahan

selama 10 menit serta tidak hilang setelah penambahan HCl. Timbulnya

buih menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan

membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan

senyawa lainnya dengan reaksi seperti yang dibawah ini (6).

Adapun faktor kesalahan sehingga hasil yang didapatakan tidak sesuai

dengan pustaka yang ada diantaranya pada saat pembuatan larutan stock

bunga kembang sepatu kurang larut pada methanol sehingga hal ini dapat

mempengaruhi hasil yang didapatakan, dan juga waktu pengocokan yang

relatif singkat.
Pada uji flavanoid terhadap sampel bunga kembang menunjukkan

hasil negatif hal ini ditandai dengan tidak adanya perubahan warna

setelah ditetesi dengan HCl serta diberi serbuk zink. Dari hal tersebut

menunjukkan bahwa berdasarkan hasil praktikum pada bunga kembang

sepatu tidak terdapat senyawa flavanoid. Hal ini tidak sesuai dengan

pustaka yang menjelaskan bahwa bunga kembang sepatu mengandung

banyak senyawa kimia termasuk flavanoid (7).

Hal ini sesuai dengan reaksi yang terjadi dibawah ini :

Adapun faktor kesalahan pada percobaan ini yakni : lama waktu

pengocokan sangat singkat sehingga serbuk bunga kembang sepatu

kurang larut sehingga hasil yang didapatkan pada uji flavanoid tidak

sesuai dengan pustaka.

Pada uji steroid terhadap sampel bunga kembang sepatu

menujukkan hasil positif hal ini ditandai dengan adanya perubahan warna

menjadi kecoklatan setelah ditetesi dengan asam asetat anhidrat serta

H2SO4 pekat. dari perubahan warna tersebut menujukkan bahwa

berdasarkan hasil praktikum terdapat senyawa steroid pada bunga

kembang sepatu. Hal ini sesuai dengan pustaka bahwa salah satu
kandungan kimia yang terdapat pada bunga kembang sepatu yaitu

steroid. Hal ini sesuai dengan reaksi yang terjadi. (7).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Pada percobaan yang telah dilakukan terhadap identifikasi

senyawa kimia bunga kembang sepatu (Hibiscus roa-sinensis L.)

didapatkan hasil bahwa pada uji alkaloid terhadap pereaksi mayer

menunjukkan hasil (+), pada uji tannin menunjukkan hasil (+), pada uji

steroid menunjukkan hasil (+), dan unutk uji flavanoid dan saponin

menunjukkan hasil negatif (-).

V.2 Saran

Untuk laboratorium sebaiknya kursi serta alat-alat yang digunakan

pada saat praktikum diperbanyak, untuk praktikum selanjutnya tetap

menjaga kebersihan dan untuk kakak asisten lebih banyak lagi

tersenyum.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kusmana, cecep. Keanekaragaman Hayati sebagai elemen kunci


Ekosistem Kota Hijau. Insitut Pertanian Bogor: Fakultas kehutanan.
2015.

2. Wijayakusuma, Hembing. Ensiklopedia Milenium Tumbuhan


berkhasiat Obat Indonesia. Jakarta: Prestasi Insan Indonesia.
2000.

3. C.G.G.J Van Steenis. Flora. Jakarta Timur: PT Balai Pustaka


(Persero). 2013.

4. Hariana, arief. 362 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya.Jakarta timur:


saudarya. 2013.

5. Ami Afyianti. Efek pemberian Fraksi yang Mengandung Alkaloid


dari Bunga Kembang Sepatu Varietes Merah Tunduk Terhadap
Aktivitas Mukolitik secara In Vitro.Universitas Gadjah mada. 2014

6. Pamungkas, Karniati. Isolasi dan Penetapan Kadar Alkaloid


Ekstrak Etanolik Bunga Kembang Sepatu Secara
spektrodensitometri. Universitas gadjah mada. 2015

7. Nugrahani, Rizki. Skrining Fitokimia dari ekstrak Buah Buncis


Dalam sediaan serbuk. Universitas Mataram.2016

8. Agustiana, Widiastuti.Skirining Fitokimia dan identifikasi Komponen


Utama Ekstrak Metanol Kulit durian. Universitas Sebelas Maret.
2014.

9. Prof.Hembang.Tumbuhan Berkhasiat Indonesia. Kalibata utara: PT


Prestasi Insan Indonesia. 2000.

10. Hilmi ufairah hilwannisa. Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinens).


Sentul : Islamic Boarding School Mutiara Qur’an. 2016.
Lampiran 1 : Skema kerja
1.1 Uji Alkaloid

Larutan stock

 Diambil larutan stock 1 ml

 Ditambahkan pereaksi wagner,mayer

dan dragendrof

Alkaloid

1.2 Uji tanin

Larutan stock

 Diambil larutan stock 1 ml

 Ditambahkan FeCl3 ±3 tetes

Tanin

1.3 Uji saponin

Larutan stock
 Diambil larutan stock 1 ml

 Ditambahkan air panas 10 ml

 Kocok 10 menit
Saponin

1.4 Uji flavanoid

Larutan stock

 Diambil larutan stock 1 ml

 Ditambahkan serbuk zink dan ±3 tetes

HCl pekat

Flavanoid

1.5 Uji steroid

Larutan stock

 Diambil larutan stock 1 ml

 Ditambahkan ±3 tetes asam asetat

anhidrat

 Ditambahkan H2SO4 pekat

Steroid

Anda mungkin juga menyukai