Farmasis dapat dikatakan sebagai salah satu profesi yang berperan penting dalam
menyongsong Indonesia sehat tahun 2025, mengapa demikian?
Dapat kita lihat sendiri, Pekerjaan farmasi menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun
2006 yaitu meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan
obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat,
bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Nah, inilah salah satu contoh tantangan yang masih menjadi persoalan didunia
farmasi. hal ini sudah seharusnya diatasi ataupun ditanggulangi oleh masing-
masing pihak dan seorang farmasis utamanya.
Indonesia sehat tahun 2025, hal itu menjadi suatu hal yang harus dipikirkan
dengan sebaik-baiknya karena dalam hal ini akan ada banyak tantangan yang akan
dilaluinya. Mengapa hal ini dianggap sangat penting untuk ditinjau ulang? karena
kita sadari sendiri kesehatan merupakan salah satu aspek terpenting yang harus
dijaga, dipertahankan dengan sebaik-baiknya. Bagaimana mungkin akan tercipta
suatu SDM manusia yang handal kreatif dan inovatif jika dal hal kesehatan masih
sangat nihil. Hal inilah seperti yang masih terjadi diindonesia. Sekarang ini kondisi
kesehatan masyarakat Indonesia masih sangat rendah mengapa demikian?
Karena ada banyak hal, seperti rendahnya kesadaran menjaga lingkungan,
mengatur pola makan, dan salah satunya penggunaan obat.
Kesadaran manusia akan Penggunaan obat disini masih sangat rendah, karena
mengapa masih sangat banyak yang menggunakan obat yang tidak semestinya,
menggunakan obat yang tidak sesuai dengan resep dan dosis yang telah
ditentukan sesuai dengan apa yang menjadi ketentuan obat tersebut, hal inilah
salah satu aspek yang menjadi tantangan seorang farmasis.
Keadaan masyarakat dimasa depan atau visi yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan dirumuskan sebagai “Indonesia sehat 2025” dalam
Indonesia sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang
diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat
jasmani, rohani maupun social, yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan social
budaya dan polusi termasuk juga penyalahgunaan obat-obatan.
Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia sehat 2025 adalah perilaku
yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah, resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan
masalah kesehatan lainnya.
1. Pelayan
2. Manajer
1. Membaca resep dengan baik dan teliti, meracik Obat dengan cepat dan
tepat. Membungkus dan menempatkan obat dalam wadah / bungkus yang
cocok dan memeriksa serta memberi etiket dengan teliti.
2. Memberikan informasi mengenai obat tersebut kepada pasien yang akan
mengonsumsi obat tersebut sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang
ada.
Selain itu seorang farmasis juga harus mendampingi dokter dan memonitor efek
samping yang timbul karena pengobatan.
Fungsi pokok apoteker diapotik rumah sakit menurut ASPH (American society of
hospital pharmacist) adalah sebagai berikut
Dimata mereka sosok apoteker semakin tidak jelas demikian pula halnya dengan
posisinya dalam hal keprofesian. Anggapan masyarakat tentang apoteker
mengutarakan bahwa apoteker memiliki pekerjaan sebagai penerjemah resep
dokter, orang yang mempersiapkan obat dan penjaga apotik. Pandangan seperti
inilah secara tidak langsung juga telah menurunkan mental dan menjadikan
pandangan orang lain tidak terlalu baik atau bahkan dianggap buruk terhadap
farmasi. jika anggapan masyarakat tersebut ditelaah dengan baik maka anggapan
tersebut telah menjadi indikasi dan premeter bahwa keberadaan farmasi kurang
begitu dirasakan manfaatnya oleh masyarakat padahal yang sesungguhnya adalah
apoteker telah diakui sebagai profesi layaknya dokter, dokter gigi perawat dan
dokter hewan yang memiliki andil sangat penting dalam dunia kesehatan
terkhusus kepada hal-hak yang berhubungan dengan obat-obatan. Sebuah profesi
pastilah memiliki kualifikasi tersendiri sesuai dengan bidang dan keahlianya
masing-masing untuk bekerja sebagai professional dan mempunyai undang-
undang yang mendukung pekerjaannya. Jika melihat kondisi dimasyarakat masih
banyak masyarakat yang kurang mengetahui tugas seorang apoteker yang
sebenarnya. Ini dikarenakan karena di Indonesia sendiri penggunaan obat sudah
terlalu mudah diakses oleh masyarakat padahal obat yang sesungguhnya adalah
racun yang memerlukan pengaturan yang tepat. Maka ini menjadi suatu masalah
besar bagi farmasi untuk diselesaikan kedepannya.
Namun, sebagai seorang farmasis ada yang disebut “ Nine stars farmasi “ yang
merupakan istilah yang diungkapakan oleh World Health organization (WHO)
1. Care-giver
Merupakan seorang farmasis/apoteker yang peduli dalam wujud nyata
memberikan meberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien dan
masyarakat luas, berinteraksi secara langsung, meliputi pelayanan klinik,
analitik, think, sesuai dengan peraturan yang berlaku (PP No 51 tahun 2009
), misalnya peracikan obat, memberikan PIO (pelayanan informasi obat )
konseling, screening resep, konsultasi, monitoring visited an banyak lagi
yang terkait dengan tugas kefarmasian.
2. Decision-maker
Merupakan seorang farmasis/apoteker yang mampu menetapkan atau
menentukan keputusan terkait pekerjaan kefarmasian, misalnya dalam hal
memutuskan dispensing, penggantian, jenis sediaan, penyesuain dosis,
serta keputusan keputusan keputusan lainya yang bertujuan agar
pengobatan lebih aman, efektif, dan rasional.
3. Communicator
Seorang farmasis/apoteker harys mampu menjadi komunikator yang baik
sehingga pelayanan kefarmasian dan interaksi kepada pasien, masyarakat,
dan tenaga kesehatan, berjalan dengan baik.
4. Manager
Seorang farmasis/apoteker merupakan seorang manajer dalam aspek
kefarmasian non klinis, kemampuan ini harus ditunjang kemampuan
manajemen yang baik.
5. Leader
Seorang farmasis/apoteker harus mampu menjadi seorang pemimpin
mempunyai visi dan misi yang dapat menjadi pemimpin sebgaiaman dapat
mengarahkan atau mempengaruhi orang yang dipimpinnya
6. Life-long learner
Seorang farmasis/apoker harus memiliki semangat belajar sepanjang
waktu, karena informasi/almu kesehatan terutama farmasi ( obat, penyakit,
dan terapi, ) harus berkembang pesat seiirng dengan tuntutan dunia yang
semakin mencekam.
7. Teacher
Seorang farmasis/apoteker dituntut dapat menjadi
pendidik/akademis/educator bagi pasien, masyarakat, maupun tenaga
kesehatan lainnya terkait ilmu farmasi dan kesehatan, baik menjadi guru,
dosen dll.
8. Research
Seorang farmasis/apoteker merupakan seorang peneliti terutama dalam
penemuan dan pengembangan obat-obatan yang lebih baik.
9. Entrepreneur
Merupakan seorang farmasis/apoteker diharapkan dapat menjadi
wirausaha dalam mengembangkan kemandirian serta membantu
mensejahterahkan masyarakat.
Dari penjabaran diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa seorang
farmasis/apoteker mempunyai andil dalam menyonsong Indonesia sehat
2025 dimana dalam hal ini tidak terlepas dari peran fungsi seorang farmasis
untuk membuat, mencampur, meracik, memformulasi mengidentifikasi,
mengombinasi, menganalisis, serta menstandarkan obat, pendistribusian
serta penggunaanya secara aman sahingga profesi seorang
farmasis/apoteker berperan penting dalam menyongsong Indonesia sehat
2025.