Oleh:
Virandita Diandra (2019000095)
Kelas: C
Pendahuluan
Dalam situasi-situasi pengobatan yang berhubungan dengan pasien, apoteker memiliki posisi
untuk membuat suatu keputusan. Apoteker bisa menyadari suatu masalah, bisa menginstruksikan
kepada pasien untuk mendiskusikan masalah mereka dengan dokter. Apoteker bisa mencoba
menyelesaikan masalah dengan konseling atau menelfon dokter. Apoteker dapat mencari tahu
apa yang sebenarnya terjadi pada pasien, mengidentifikasi masalah yang mungkin terjadi, dan
bekerja bersama pasien dan dokternya untuk memastikan bahwa pengobatan yang tepat sudah
diterima dan pasien mendapatkan hasil yang diharapkan dari pengobatan tersebut.
Pharmaceutical care adalah bagina dari pelayanan kesehatan yang sangat diperlukan, dan
harus diintegrasikan dengan bagian pelayanan kesehatan lainnya. Hubungan yang mendasar pada
pharmaceutical care merupakan hubungan di mana pasien memberikan otoritas kepada penyedia
pelayanan kesehatan dan penyedia pelayanan kesehatan memberikan kompetensi dan
komitmennya kepada pasien.
Hubungan terapetik
Salah satu aspek yang sangat penting dari pharmaceutical care adalah terbentuknya hubungan
terapetik (therapeutic relationship) antara pasien dan apoteker. Karena pasien berperan secara
langsung dalam pelayanan kesehatan mereka, maka diperlukan hubungan yang dilandaskan rasa
saling percaya dan kolaboratif dengan penyedia pelayanan kesehatan. Apoteker dapat
berkontribusi dalam hubungan terapetik dengan cara:
Mementingkan kebaikan pasien
menjaga sikap yang tepat untuk kebaikan pasien
menggunakan pengetahuan dan kemampuan profesional demi kebaikan pasien
Pharmaceutical care adalah filosofi yang pada intinya merupakan tentang rasa peduli.
Tindakan yang dapat dilakukan mencakup: apoteker menghabiskan waktu dengan pasien untuk
memastikan mereka mengerti cara menggunakan obat atau bekerja dengan tenaga kesehatan lain
untuk membuat sistem yang dapat memastikan pasien mendapatkan rejimen pengobatan yang
disetujui.
Pada proses follow-up, apoteker harus mencari jawaban atas pertanyaan berikut: apakah
pengobatan yang diberikan efektif untuk pasien? Apakah pasien sembuh atau apakah kondisinya
terkontrol? Apakah tujuan terapi yang telah ditetapkan tercapai? Apakah rejimen pengobatannya
menimbulkan masalah baru?
Pharmaceutical care diperlukan karena berbagai alasan, salah satunya karena kekurangan
dalam sistem distribusi dan penggunaan obat. Pharmaceutical care juga berfungsi sebagai respon
terhadap masalah di sistem, masalah seperti ketidakpatuhan obat dan medication errors
(kesalahan pengobatan). Banyak masalah pengobatan terjadi dan tidak teridentifikasi karena
apoteker tidak berusaha mencarinya. Oleh sebab itu, diperlukan hubungan antara pasien dan
apoteker yang lebih efektif untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah tersebut.
Pharmaceutical care berarti apoteker fokus tentang berapa banyak orang yang sudah dibantu,
bukan berapa banyak resep yang sudah dikerjakan.
Penelitian menunjukan bahwa kebutuhan obat pasien juga meningkat, hal ini merupakan
kesempatan untuk apoteker namun juga bisa berdampak terhadap outcome terapi bila masalah
tersebut tidak diatasi. Masalah itu bisa diatasi bila apoteker lebih aktif menjalankan perannya di
bidang komunitas.
Apoteker juga berperan dalam biaya pengobatan dan outcome pasien. Pada suatu penelitian
oleh Johnson dan Bootman, diketahui bahwa penurunan biaya kesehatan dapat dicapai bila
farmasi memberikan intervensi untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat. Pada suatu
penelitian, apoteker dalam 6 farmasi komunitas membantu meningkatkan kepatuhan pasien dan
mengendalikan tekanan darah pada pasien hipertensi. Christensen et al, pada penelitiannya
menemukan bahwa pemberian insentif finansial untuk apoteker menyebabkan pelayanan lebih
banyak diberikan dan didokumentasikan dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Perubahan praktek kefarmasian menjadi berlandaskan filosofi pharmaceutical care sangat
diperlukan, Profesi apoteker dapat berfokus kepada kebutuhan pelayanan kesehatan, atau bila
profesi apoteker tidak melakukannya, profesi ini bisa saja punah.
Pharmaceutical care bukanlah trend yang berlalu, tetapi merupakan masa depan farmasi.
Hal tersebut dapat diraih dengan cara berkomitmen terhadap cara baru melakukan pekerjaan
kefarmasian, dan mengambil langkah yang konkret.
BAB 2
IDENTIFIKASI MASALAH TERAPI OBAT
Pendahuluan
Tujuan pharmaceutical care adalah untuk mencegah terjadinya masalah terapi obat sebelum
masalah itu terjadi dan menyelesaikan masalah yang telah terjadi.Apoteker bekerjasama dengan
pasien dan penyedia pelayanan kesehatan lainnya untuk meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit dan memastikan bahwa regimen terapi obat yang diterima pasien sudah aman dan
efektif.
Siklus Pharmaceutical
M
fo Ib
m
it-u
n
lwp
a
d
r
B
g
ek
s
.jT
h
c Care
Apoteker pada awalnya akan bertanya bagaimana dia harus bertindak, apakah pasien mempunyai
masalah terapi obat? Jika jawabannya iya, maka apoteker harus segera bertindak. Langkah
selanjutnya yaitu untuk mendeterminasikan apa yang akan dia lakukan berikutnya, yang
melibatkan tujuan terapetik. Lalu apoteker harus memutuskan bagaimana cara yang terbaik untuk
mencapai tujuan. Pada poin ini, apoteker mengembangkan dan mengimplementasikan rencana
pelayanan. Setelah menetapkan rencana, langkah terakhir yaitu menindaklanjuti dan monitoring
untuk menetapkan apakah tujuan terapetik sudah tercapai.
Jika tujuan telah tercapai, siklus akan berhenti sampai ketika apoteker perlu mengevaluasi
pasien. Jika tujuan belum tercapai, atau jika kemudian pasien mengalami masalah terapi obat,
siklus pelayanan akan dimulai kembali. Setiap apoteker mendeteksi terjadinya masalah terapi
obat, hal tersebut merupakan petunjuk untuk segera bertindak.
Drug Therapy Problem (Masalah Terapi Obat), Bukan Medical Problems (Masalah
Kesehatan)
Masalah kesehatan berkaitan dengan perubahan fisiologi yang berujung pada kerusakan klinis.
Masalah terapi obat adalah masalah pasien yang disebabkan obat atau masalah tersebut dapat
diselesaikan dengan pengobatan. Contoh: pasien hipertensi memerlukan terapi farmakologi.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan, dan keperluan terapi untuk hipertensi adalah masalah
terapi obat.
Menemukan masalah terapi obat
Apoteker dapat mengidentifikasi masalah terapi obat dengan cara analisis resep dan
mengumpulkan informasi tambahan agar tujuan pengobatan yang diinginkan tercapai.
Klasifikasi Dasar
Kode Domain primer
Masalah P1 Efektivitas pengobatan
(potensial juga) P2 Keamanan pengobatan
P3 Lainnya
Penyebab C1 Pemilihan obat
(termasuk kemungkinan C2 Bentuk obat
penyebab masalah potensial)
C3 Seleksi dosis
C4 Lama pengobatan
C5 Dispensing
C6 Penggunaan obat
C7 Terkait pasien
C8 Lainnya
Intervensi yang Direncanakan I0 Tidak ada intervensi
I1 Tingkat prescriber
I2 Tingkat pasien
I3 Tingkat obat
I4 Lainnya
Penerimaan Intervensi A1 Penerimaan intervensi
A2 Tidak ada penerimaan intervensi
A3 Lainnya
Status dari DRP O0 Status masalah yang tidak diketahui
O1 Masalah terselesaikan
O2 Masalah terselesaikan sebagian
O3 Masalah tidak terpecahkan
Masalah – Masalah
Domain Primer Kode Masalah
Efektivitas Pengobatan P1.1 Tidak ada efek terapi obat / kegagalan terapi
P1.2 Efek pengobatan obat tidak optimal
P1.3 Gejala atau indikasi yang tidak diobati
Keamanan Pengobatan P2.1 Kejadian obat yang merugikan (mungkin) terjadi
Lainnya P3.1 Masalah dengan efektivitas biaya pengobatan
P3.2 Pengobatan obat yang tidak perlu
P3.3 Masalah / keluhan yang tidak jelas
BAB 3
PENGUMPULAN DATA PASIEN
Pengumpulan data pasien lebih baik dilakukan dengan cara beberapa kali wawancara singkat
dibandingkan 1 kali wawancara yang panjang. Wawancara dengan pasien harus mencakup
pengumpulan informasi yang terbaru mengenai pasien sesuai kebutuhan.
Hubungan terapeutik.
Merupakan responsibilitas antara apoteker dan pasien yang setuju untuk bekerja sama untuk
mencapai hasil terbaik dari terapi obat.
Informasi yang didapat harus akurat, terjadi pada saat yang tepat, san lengkap. Informasi diatur
dan direkam agar mudah didapatkan kembali, mudah di-update seperlunya, dan dijaga
kerahasiaannya.
Waktu yang paling tepat untuk melakukan wawancara adalah segera saat masalah dicurigai atau
saat pasien membutuhkan bantuan apoteker.
Seringkali juga diperlukan pertanyaan untuk mendorong pasien agar memberikan informasi
lebih, contoh:
1. Lokasi: "di mana gejala dirasakan/di mana masalah terjadi?"
2. Kualitas: "bagaimana rasanya?"
3. Kuantitas: "bagaimana tingkat keparahannya?"
4. Waktu: "sudah berapa lama/seberapa sering hal itu terjadi?"
5. Setting: "bagaimana itu terjadi?"
6. Faktor modifikasi: "apa yang dapat memperburuk atau memperbaiki hal itu?"
7. Gejala: "apa gejala lain yang dirasakan?"
Data demografis: nama, alamat, nomor telfon rumah dan kantor, waktu terbaik untuk menelfon,
tanggal lahir, jenis kelamin, etnis, tinggi, berat badan.
Riwayat sosial: pekerjaan, status ekonomi dan insurance, konsumsi kafein, alkohol, dan
tembakau. Riwayat sosial dapat membantu apoteker membuat rencana pengobatan yang efektif
untuk pasien.
Riwayat pengobatan: obat resep dan nonresep, obat herbal, suplemen, dosis, bentuk sediaan,
rute pemberian, durasi terapi, indikasi masing-masing obat. Tanyakan apa yang pasien rasakan
mengenai obat yang digunakan.
Riwayat medis: disebut juga riwayat status penyakit. Apoteker harus menentukan mana
penyakit yang diderita pasien dan mana pengobatan yang digunakan untuk mengatasi penyakit
tersebut. Data objektif diperlukan untuk menilai status penyakit pasien seperti tanda vital, peak
expiratory flow rates, glukosa darah, profil lipid, parameter koagulasi.
Pendekatan Sistematis
Pendekatan yang terbaik adalah menggunakan metode sistemik dan dapat direproduksi.
Dengan mengikuti metode yang sistematik, apoteker mampu melihat apa yang
dibutuhkan dan masalah apa yang merupakan masalah terapi obat, mengidentifikasi masalah
potensial, atau mengumpulkan lebih banyak informasi.
Terapi nonfarmakologi yang umum adalah diet, olah raga dan pembedahan. Diet dan olah
raga terutama adalah terapi nonfarmakologi yang penting untuk pasien dengan diabetes,
hipertensi, dan kondisi kronis lainnya. Terapi nonfarmakologi tambahan “watchful waiting”
adalah bentuk pemantauan pasien secara intensif. Dokter menggunakannya ketika manfaat dari
memulai terapi obat mungkin tidak melebihi resikonya. Pasien dengan disritmia jantung tertentu
seperti kontraksi ventrikel prematur atau pasien yang mungkin mengalami hipertensi, sering
ditangani dengan cara ini. “Watchful waiting” tidak sama dengan tidak melakukan apa-apa.
Tujuannya adalah untuk memantau pasien dengan seksama.
Jika apoteker menemukan pasien memiliki indikasi yang tidak diobati, penyebabnya harus
dicari tau. Pada kasus ini, jika pasien harus dirujuk ke perawatan dokter, apoteker tidak boleh
mendiagnosis namun boleh mengamati gejala yang diperlihatkan pasien berhubungan dengan
adanya penyakit yang membutuhkan evaluasi medis dan gejala tersebut umumnya dapat diatasi
dengan terapi obat. Penyebab lain untuk kondisi yang tidak diobati adalah kebutuhan untuk
terapi sinergis atau profilaktik untuk kondisi pasien.
Pertanyaan-pertanyaan yang harus dipertimbangkan:
Karena apoteker memastikan bahwa setiap obat memiliki indikasi yang tepat, mereka juga harus
menentukan apakah terapi nonfarmakologi dapat menjadi pilihan.
Jika seorang pasien menggunakan terapi ganda tanpa penyebab yang jelas, hal ini juga
merupakan masalah terapi obat. Apoteker dapat memutuskan apakah terapi ganda adalah
penggunaan obat rasional.
Masalah lainnya yaitu penggunaan obat yang tidak perlu untuk mengobati efek samping
dari obat. Pasien polifarmasi dan lansia memiliki resiko mengalami masalah ini, yang dapat
ditemukan oleh apoteker ketika meninjau indikasi obat pasien. Jika pasien tidak memerlukan
obat yang menyebabkan efek samping, atau jika dapat dengan aman beralih ke obat lain tanpa
efek samping yang sama, maka itu merupakan efek samping yang dapat dihindari.
Ketepatan Dosis
Penilaian terhadap ketepatan dosis obat harus sebisa mungkin dilakukan menggunakan data
spesifik pasien seperti umur, berat badan, obat yang digunakan bersamaan dan penyakit, ibu
hamil atau ibu yang sedang menyusui, dll.
Untuk mengevaluasi secara pasti ketepatan dosis obat, perlu dilakukan penilaian respons
pasien terhadap pengobatan. Jika dosis dibiarkan terlalu rendah tetapi data subjektif dan/data
objektif menunjukkan bahwa pasien memberikan respon terhadap obat, maka sulit untuk
memastikan apakah pasien tersebut memiliki masalah terapi obat yang aktual terkait dosis yang
terlalu rendah.
Durasi Terapi
Apakah durasi terapi setiap obat yang tepat, terlalu lama atau terlalu singkat? Masalah yang sama
belaku juga untuk kekuatan dan interval dosis. Data spesifik pasien harus dievaluasi, jika
memungkinkan, sebelum apoteker menyimpulkan bahwa adanya masalah, literatur dapat
digunakan untuk memastikan adanya potensi masalah.
Bentuk Obat
Tergantung pada bentuk sediaan yang dipertimbangkan, Apoteker harus mempertanyakan:
Apakah pasien memiliki ketajaman visual dan ketangkasan manual untuk menyiapkan
dosis secara akurat?
Akankah bentuk sediaan topikal, tetes telinga, ophtalmik, atau rektal disimpan dan
digunakan dengan benar?
Apakah pekerjaan dan kegiatan sekolah pasien dapat mencegahnya dari menggunakan
bentuk sediaan dengan benar?
Jika pasien menggunakan patch, apakah dia mengerti bagaimana menerapkannya dan
seberapa sering mengubahnya?
Apakah pasien menelan semua bentuk sediaan oral atau apakah dia menghancurkannya?
Apakah sediaan sustained release digunakan dengan benar?
Bentuk sediaan cair diukur secara akurat sebelum diberikan? Apakah sediaan cair
tersebut disimpan dengan benar dan dikocok sebelum digunakan?
Apakah sediaan sublingual digunakan dengan benar?
Kontraindikasi
Jika seorang pasien memiliki kontraindikasi yang jelas terhadap obat, itu juga merupakan pilihan
obat yang salah.. Namun ada yang disebut kontraindikasi relatif adalah masalah penilaian, di
mana apoteker dan dokter tidak akan selalu setuju tentang betapa pentingnya kontraindikasi yang
relatif. Maka dari itu diperlukan informasi yang spesifik mengenai pasien dan pengetahuan lebih
berdasarkan literatur.
Masalah kepatuhan
Dalam praktik perawatan farmasi, mengidentifikasi masalah kepatuhan hanyalah langkah
pertama; Apoteker juga harus mencari tahu penyebab ketidakpatuhan pasien.
Efek samping yang berkaitan dengan obat-obatan yang tidak aman bagi pasien harus ditemukan
ketika menentukan apakah pasien menggunakan obat yang tepat. Satu jenis efek samping yang
perlu diidentifikasi secara terpisah berhubungan dengan alergi obat. Ketika seorang apoteker
mengevaluasi pasien, dia harus mempertimbangkan apakah salah satu kondisi pasien dapat
dijelaskan oleh reaksi alergi terhadap obat.
"Care plan" merupakan tindakan untuk membantu pasien mencapai tujuan terapi tertentu. Care
plan merupakan produk dari proses pharmaceutical care dan memberikan proses konkret untuk
optimalisasi kesehatan pasien. Untuk membuat suatu care plan, apoteker harus bekerja sama
dengan pasien dan tenaga kesehatan lain. Pasien harus diedukasi mengenai pro dan kontra dari
pilihan-pilihan terapi obat, seperti biaya, efek samping, dan monitor faktor lain yang berkaitan.
Prioritas.
Tujuan diprioritaskan berdasarkan seberapa pentingnya pelayanan untuk pasien dengan situasi
tertentu, dengan urutan prioritas:
1. Masalah akut
2. Tingkat keseriusan masalah
3. Persepsi pasien mengenai keseriusan dan urgensi masalah tersebut
4. Potensi untuk memperbaiki masalah
5. Ketepatan apoteker dalam mengatasi masalah
Penyakit yang serius tidak selalu harus diatasi lebih dahulu. Contoh: pasien kanker prostat yang
penyakitnya tidak teratasi walau dengan kemoterapi dan narkotik oral untuk mengatasi nyeri
tulangnya menyebabkan konstipasi. Masalah terapi obat yang dialami pasien: pasien perlu terapi
tambahan untuk kankernya, pasien mengalami efek samping konstipasi. Walau kanker
merupakan masalah yang lebih serius daripada konstipasi, progres kanker lebih lambat daripada
masalah perut yang dialami pasien, maka masalah konstipasi lebih baik diatasi lebih dahulu.
Tahap akhir.
Tahapan akhir dalam pembuatan rencana perawatan adalah memformulasikan strategi untuk
mengukur keberhasilan tujuan terapi yang sudah ditetapkan. Strategi tersebut harus menyediakan
data subjektif dan objektif.
Untuk memastikan bahwa pasien telah paham, apoteker harus menanyakan pasien untuk
mengulang instruksi yang telah dijelaskan oleh apoteker. "Untuk memastikan bahwa saya telah
menyampaikan semua informasi, apakah anda dapat menjelaskan kembali bagaimana anda
menggunakan obat ini?"
Mekanisme monitoring.
Contoh: pemeriksaan lab, monitor tekanan darah, peak flow meter, kadar glukosa darah.
Apoteker harus memastikan bahwa semua parameter monitor itu harus dimengerti oleh pasien
dan membuat rencana monitor bersama pasien.
Kasus kompleks.
Untuk pasien dengan kasus yang kompleks, apoteker harus mengimplementasikan rencana
perawatan yang fokus kepada pasien, mencakup edukasi pasien tentang:
Efek insulin pada kondisinya
Waktu dan jumlah insulin yang digunakan
Teknik injeksi yang benar
Penyimpanan insulin yang benar
Hasil yang diharapkan secara keseluruhan
Efek samping insulin
Cara mengatasi reaksi hipoglikemik
Perhatian yang diperlukan untuk pasien diabetes yang menggunakan insulin
Pastikan pasien mempunyai alat ukur glukosa darah yang tepat.
Final check.
Pastikan bahwa:
Pasien sudah merencanakan follow-up dengan dokter
Pasien tau kapan dan kepada siapa untuk melaporkan pemeriksaan laboratorium lebih
lanjut
Mekanisme, tanggal, dan waktu follow-up sudah diatur bersama dengan apoteker
Apoteker menyediakan lembar rencana palayanan (care plan) dan memberikannya kepada pasien
untuk diberikan kepada dokter saat pasien berkunjung.
Pertanyaan yang diajukan saat monitoring yaitu mengenai efektivitas obar, efek samping,
interaksi obat, dan kepatuhan. Informasi yang dikumpulkan saat follow up yaitu: edukasi
terapeutik, keamanan, interaksi obat, kepatuhan pasien, masalah baru yang mungkin ada,
kebutuhan medis pasien yang tidak terpenuhi.
Dalam proses monitoring pasien untuk mencapai tujuan terapeutik juga perlu
membandingkan data subjektif dan objektif yang ada.
BAB 11
DRUG INFORMATION SKILLS FOR PHARMACEUTICAL CARE
Merumuskan Pertanyaan
Pencarian literatur yang terorganisir dengan baik biasanya akan mencakup semua atau
setidaknya bagian dari empat elemen yang membentuk pertanyaan klinis dengan bentuk yang
baik:
1. Penjelasan yang merinci masalah pasien saat ini dan semua faktor yang mungkin relevan
dengan terapi obat (sebanding dengan kriteria inklusi / eksklusi dalam uji klinis
berkualitas tinggi)
2. Identifikasi intervensi potensial (misalnya, menambahkan obat baru, menghentikan obat,
mengubah dosis)
3. Alternatif yang mungkin untuk intervensi potensial (misalnya, obat alternatif, terapi tidak
menggunakan obat, atau tidak ada terapi)
4. Hasil spesifik yang diinginkan (misalnya, menghilangkan gejala depresi, menyembuhkan
infeksi, menghindari efek samping mengantuk akibat obat-obatan)
Langkah Kunci
1. Analisis kebutuhan informasi pengobatan pasien, keluarga, dan profesi perawatan
kesehatan
2. Lakukan wawancara dan kumpulkan data untuk merumuskan pertanyaan yang dapat
dijawab secara spesifik terkait dengan perawatan pasien
3. Lakukan pencarian bukti untuk pertanyaan itu
4. Evaluasi bukti
5. Buat sintesis bukti dan kembangkan rencana respons terapi
6. Sampaikan tanggapan atau rekomendasi
7. Rekomendasi dan dokumentasi
8. Tindak lanjut untuk evaluasi keberhasilan rekomendasi, respons terapeutik, dan
kebutuhan potensial untuk informasi tambahan
Strategi pencarian
Hal-hal yang perlu diketahui:
1. Gejala
2. Metode yang tepat untuk mengevaluasi tingkat keparahan penyakit
3. Faktor risiko untuk penyakit
4. Indikator prognosis
5. Respons khas yang dapat dicapai dengan terapi standar
6. Cara memantau respons untuk terapi
Berikut ini adalah garis besar pertanyaan kunci yang ditanyakan ketika mengevaluasi uji
coba terkontrol secara acak:
Apakah tugas pasien benar-benar acak dan proses pengacakan efektif dalam
mengungkapkan tugas?
Apakah semua pasien dalam uji coba diperhitungkan dalam hasil?
Apakah analisis dilakukan dengan prinsip niat untuk mengobati?
Apakah pasien dan para peneliti berhasil tidak memandang perawatan?
Apakah kedua grup sama pada awal dan apakah mereka diperlakukan sama satu sama
lain untuk studi khusus perawatan?
Apakah pasien mewakili populasi target atau populasi yang mirip dengan pasien yang
terlihat dalam praktik?
Apakah hasil diukur sesuai, akurat, dan sensitif?
Jika hasil penelitian negatif (perbedaan tidak ditemukan), adalah kekuatan statistik dari
uji coba yang dinilai?
Apakah pengobatan kontrol (plasebo atau pengobatan aktif lainnya) membuat
perbandingan yang tepat?
Apakah ada pelanggaran protokol?
Jika efeknya signifikan secara statistik, apakah signifikan juga secara klinis?
Apakah studi tentang durasi memenuhi syarat sehingga hasilnya sebanding (atau
setidaknya prediktif) dengan durasi perawatan karena akan digunakan dalam praktik?
Merumuskan Jawaban
Dengan asumsi bahwa, pada titik ini, apoteker tidak hanya merumuskan pertanyaan informasi
obat yang spesifik, relevan, dapat dijawab, tetapi juga secara sistematis mencari bukti terbaik dan
mengevaluasinya, langkah selanjutnya adalah menyesuaikan respon terhadap kebutuhan
informasi dari pemohon.
Dalam kasus yang sangat sederhana, seperti menyesuaikan dosis atau menghentikan obat,
mungkin tidak perlu menyediakan bukti pendukung spesifik untuk rekomendasi tersebut. Jika
tanggapan diberikan kepada profesional perawatan kesehatan lain, apoteker harus siap
memberikan alasan dan memberi tahu pemohon di mana informasi yang mendukung dapat
ditemukan.
Untuk pertanyaan yang lebih rinci, apoteker harus menyertakan ringkasan singkat bukti
untuk mendukung rekomendasi
Tingkat Bukti
Level 1
Uji coba terkontrol secara acak (Randomized control trials) dan meta-analisis, di mana
lower limit of confidence interval-nya melebihi batas minimal perbedaan klinis yang
signifikan. Merupakan kumpulan semua bukti yang tersedia secara sistematis dan diolah
dengan analisis statistik khusus untuk menggabungkan hasil dari berbagai studi.
Level 2
Uji coba terkontrol secara acak (Randomized control trials) dan meta-analisis, di mana
lower limit of confidence interval-nya bertumpang tindih dengan batas minimal manfaat
klinis yang penting. Hasil dari penelitian dengan level 2 menunjukan bahwa mungkin aka
ada manfaat (bila mengikuti hasil penelitian tersebut), namun ada juga kemungkinan
bahwa manfaat tersebut tidak signifikan.
Level 3
Nonrandomized concurrent cohort comparison antara pasien yang mendapatkan dan
tidak mendapatkan terapi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian “outcome”
Level 4
Nonrandomized historical cohort: perbandingan antara psien yang pada saat ini menerima
terapi dengan pasien yang dulunya tidak menerima terapi.
Level 5
Nonrandomized historical case control trials. Perbandingan dibuat antara individu
(kelompok “cases”) yang menghasilkan outcome dengan pasien yang “kontrol” tanpa
outcome. Faktor resiko yang spesifik diidentifikasi sebelumnya. Bila adanya factor resiko
berbeda secara signifikan antara kelompok cases dan kontrol, itu menandakan adanya
hubungan antara factor resiko dan outcome Tidak digunakan untuk mengevaluasi
pengobatan terapi, namun dapat untuk mengidentifikasi kemungkinan efek yang tidak
diinginkan dari terapi.
Level 6
Serangkaian kasus tanpa pengontrolan (Case series without control). Serangkaian kasus
mungkin berisi informasi tentang aspek klinis dan prognosis tetapi tidak menyediakan
informasi yang valid tentang efikasi
Level 7
Pendapat ahli. Dengan tidak adanya bukti yang spesifik mengenai kemanan dan efikasi,
para ahli membuat penilaian berdasarkan data percobaan hewan, data farmakologi atau
ekstrapolasi hasil dan terapi yang mirip sehingga level ini dikenal sebagai hipotesis.
INFORMASI LATAR BELAKANG UNTUK MENDAPATKAN PERTANYAAN INFORMASI OBAT SPESIFIKASI
PASIEN
KOMPATIBILITAS INTRAVENA
Berikut ini adalah panduan umum untuk informasi tambahan
metode yang dituju dari administrasi: campuran
yang mungkin ingin diminta oleh apoteker saat menerima dan
dalam jarum suntik, larutan dalam volume besar,
menentukan pertanyaan informasi obat tertentu. Tidak semua
dorrongan
pertanyaan akan relevan untuk semua kasus, dan terkadang
konsentrasi, laju pemberian, dan jadwal pemberian
pertanyaan lebih lanjut mungkin diperlukan yang tidak
obat lain
tercermin di sini. Fakta-fakta tertentu tentang pasien, seperti
usia, tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, obat-obatan, jumlah dan jenis jalur intravena atau rute lain
penyakit, alergi obat yang diketahui, dan sebagainya, harus pertimbangan untuk rute alternatif untuk kondisi
menjadi bagian dari catatan pasien rutin yang dipertahankan penyimpanan jika tidak segera diberikan
oleh apoteker, dan merupakan tempat penting bagi semua LAKTASI
pertanyaan informasi obat. usia bayi, berat badan, kesehatan umum, pengobatan
saat ini, kondisi medis
REAKSI OBAT YANG MERUGIKAN penggunaan obat untuk ibu
Deskripsi khusus tentang tanda dan gejala, keparahan, dan rute dosis, dosis, jadwal, durasi terapi
waktu onset; obat-obatan lain dan kondisi medis pasien
Tes laboratorium yang telah dilakukan untuk menilai FARMAKOKINETIK
reaksi (misalnya, kreatinin serum, fungsi hati); fungsi ginjal dan hati saat ini, dan setiap perubahan
Setiap riwayat reaksi serupa terhadap obat yang sama atau tingkat obat apa pun yang diambil, waktu tingkat, dan
satu dalam kelas farmakologi yang sama; dosis
Setiap perubahan dalam profil obat: obat baru, dosis yang rincian spesifik pasien lain yang diketahui untuk
diubah, obat yang dihentikan, tanpa resep, atau produk mengubah izin, volume distribusi, ikatan protein,
herbal; tempat distribusi, penyerapan, metabolisme
Masalah lis saat ini dan riwayat medis masa lalu; rute administrasi
Terapi yang telah disediakan untuk mengobati reaksi. alasan spesifik untuk pertanyaan kinetika, seperti
KONTRAINDIKASI reaksi yang merugikan atau kurangnya respon
Dimaksudkan penggunaan obat; terapeutik
Obat alternatif yang digunakan di masa lalu atau untuk KEHAMILAN
dipertimbangkan sekarang; apakah pasien sudah hamil dan jika ya, minggu
Kondisi medis saat ini dan masa lalu; berapa
Riwayat pengobatan saat ini dan masa lalu; setelah obat-obatan sudah diambil, dan berapa
banyak selama periode waktu apa
Reaksi obat yang merugikan saat ini dan masa lalu.
indikasi untuk obat riwayat medis saat ini dan masa
DOSIS lalu
Dimaksudkan penggunaan obat;
Setiap reaksi atau kepekaan yang merugikan yang KETERSEDIAAN PRODUK ATAU IDENTIFIKASI
diketahui terhadap obat-obatan; PRODUK
Setiap faktor yang akan mempengaruhi farmakokinetik nama dan ejaan obat yang bersangkutan
obat; dimana informasi terkini tentang obat itu berasal
Penyakit saat ini dan masa lalu dan obat-obatan. Asal mula obat
indikasi untuk obat deskripsi
INTERAKSI OBAT
fisik produk jika tersedia bentuk, ukuran, tanda
Apakah reaksi obat yang merugikan sudah terjadi;
warna, nomor kode, tablet, kapsul, suntik, dll
Obat yang dicurigai terlibat;
apakah produk sudah diambil dan reaksi apa pun
Dimaksudkan penggunaan obat; dimana produk itu diperoleh
Terapi apa pun untuk reaksi atau perubahan dalam terapi
yang sudah dimulai;
Dosis obat
PILIHAN TERAPI ATAU EFIKASI
Indikasi pengobatan
respons masa lalu terhadap obat untuk indikasi ini
respons masa lalu terhadap obat lain secara umum
alergi obat atau kepekaan obat apa pun yang
diketahui