Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FARMAKOEKONOMI

ANALISIS MANFAAT BIAYA

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2


1. Oktovina Arruan (18334767)
2. Popi Pebriani (18334769)
3. Setiawati Islamiyah (18334763)

Dosen Pembimbing :

Jenny Pontoan, M.Farm., Apt

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

TAHUN PELAJARAN 2018/2019


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Biaya pelayanan kesehatan, khususnya biaya obat, telah meningkat tajam

beberapa dekade terakhir, dan kecenderungan ini tampaknya akan terus berlanjut.

Hal ini antara lain disebabkan populasi pasien usia lanjut yang semakin banyak

dengan konsekuensi meningkatnya penggunaan obat, adanya obat-obat baru yang

lebih mahal, dan perubahan pola pengobatan. Di sisi lain, sumber daya yang dapat

digunakan terbatas, sehingga harus dicari cara agar pelayanan kesehatan menjadi

lebih efisien dan ekonomis. Perkembangan farmakoepidemiologi saat ini tidak

hanya meneliti penggunaan dan efek obat dalam hal khasiat (efficacy) dan

keamanan (safety) saja, tetapi juga menganalisis dari segi ekonominya. Studi

khusus yang mempelajari hal ini dikenal dengan nama farmakoekonomi.

Farmakoekonomi adalah studi yang mengukur dan membandingkan antara

biaya dan hasil/konsekuensi dari suatu pengobatan. Tujuan farmakoekonomi

adalah untuk memberikan informasi yang dapat membantu para pembuat

kebijakan dalam menentukan pilihan atas alternatif-alternatif pengobatan yang

tersedia agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis. .

(Eisenberg JM)

Pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya menjadikan pelayanan

kesehatan lebih efisien dan ekonomis ditantang untuk mampu melakukan

penilaian menyeluruh terhadap suatu obat baik dari segi efektifitas obat maupun
dari segi nilai ekonomisnya. Untuk itu diperlukan bekal pengetahuan tentang

prinsip-prinsip farmakoekonomi dan keterampilan yang memadai dalam

melakukan evaluasi hasil studi farmakoekonomi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan analisis farmakoekonomi?

2. Bagaimana menggunakan metode analisis manfaat biaya?

C. Tujuan

1. Apa yang dimaksud dengan analisis farmakoekonomi?

2. Bagaimana menggunakan metode analisis manfaat biaya?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Farmakoekonomi

Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang

diperoleh dihubungkan dengan penggunaan obat dalam perawatan kesehatan

(Orion, 1997). Farmakoekonomi juga didefenisikan sebagai deskripsi dan

analisis dari biaya terapi dalam suatu sistem pelayanan kesehatan. Lebih

spesifik lagi adalah sebuah penelitian tentang proses identifikasi, mengukur

dan membandingkan biaya, resiko dan keuntungan dari suatu program,

pelayanan dan terapi (Vogenberg, 2001)

Farmakoekonomi diperlukan karena adanya sumber daya yang

terbatas, dimana hal yang terpenting adalah bagaimana memberikan obat

yang efektif dengan dana yang tersedia, pengalokasian sumber daya yang

tersedia secara efisien, kebutuhan pasien dimana dari sudut pandang pasien

adalah biaya yang seminimal mungkin (Vogenberg, 2001).

B. Metode Kajian Farmakoekonomi


Pada kajian farmakoekonomi dikenal empat metode analisis, yang

dapat dilihat pada table di bawah ini. Empat metode analisis ini bukan hanya

mempertimbangkan efektivitas, keamanan, dan kualitas obat yang

dibandingkan, tetapi juga aspek ekonominya. Karena aspek ekonomi atau unit

moneter menjadi prinsip dasar kajian farmakoekonomi, hasil kajian yang


dilakukan diharapkan dapat memberikan masukan untuk menetapkan

penggunaan yang paling efisien dari sumber daya kesehatan yang terbatas

jumlahnya.

Tabel 1. Metode Analisis dalam Kajian Farmakoekonomi

Metode analisis Karakteristik analisis

Analisis minimalisasi Efek dua intervensi sama (atau setara),

biaya valuasi/

(AMiB) biaya dalam rupiah.

Analisis efektivitas biaya Efek dari satu intervensi lebih tinggi,

(AEB) hasil

pengobatan diukur dalam unit

alamiah/indikator

kesehatan, valuasi/biaya dalam rupiah.

Analisis utilitas-biaya Efek dari satu intervensi lebih tinggi,

(AUB) hasil pengobatan

dalam quality-adjusted life years

(QALY), valuasi/

biaya dalam rupiah.

Analisis manfaat-biaya Efek dari satu intervensi lebih tinggi,

(AMB) hasil pengobatan

dinyatakan dalam rupiah,

valuasi/biaya dalam rupiah.

Diadaptasi dari Newby and Hill, 2003.


Dari metode diatas, untuk membandingkan dua atau lebih intervensi

kesehatan yang memiliki tujuan berbeda atau dua program yang memberikan

hasil pengobatan dengan unit berbeda, dapat digunakan analisis manfaat biaya

(AMB). Pembandingan intervensi kesehatan dengan tujuan dan/atau unit hasil

pengobatan berbeda ini dimungkinkan karena, pada metode AMB, manfaat

(benefit) diukur sebagai manfaat ekonomi yang terkait (associated economic

benefit) dan dinyatakan dengan unit yang sama, yaitu unit moneter.

C. Analisis Manfaat-Biaya

Analisis Manfaat Biaya (AMB - cost benefit-analysis, CBA) adalah

suatu teknik analisis yang diturunkan dari teori ekonomi yang menghitung dan

membandingkan surplus biaya suatu intervensi kesehatan terhadap

manfaatnya. Untuk itu, baik surplus biaya dan manfaat diekspresikan dalam

satuan moneter (misal. Rupiah, US Dollar).

Suatu program kesehatan selalu diperbandingkan dengan beberapa

alternatif, baik dengan program/intervensi kesehatan lainnya maupun dengan

tidak memberikan program/ intervensi. Nilai manfaat dari suatu

program/intervensi adalah meningkatnya hasil pengobatan (outcome) bila

dibandingkan dengan hasil serupa dari program / intervensi lain. Outcome

dapat berupa nilai terkait pasien (misal : kesembuhan, pulihnya abilitas fisik,

dll), nilai pilihan (manfaat keberadaan program/intervensi saat dibutuhkan),

dan nilai altruistik (manfaat peningkatan kesehatan orang lainnya). Parameter

outcome diukur dengan satuan moneter (mata uang), umumnya dengan


Kemauan untuk Membayar (Willingness to Pay, WTP). Dan untuk

menghitung surplus biaya program/intervensi, biaya dari program / intervensi

dan hal-hal terkaitnya (misal. obat, dokter, rumah sakit, home care, biaya

pasien dan keluarga, biaya kehilangan produktivitas, biaya lain karena

hilangnya waktu, dll) dikurangi biaya yang serupa dari program/intervensi

lainnya.

Dasar dari AMB adalah surplus manfaat, yaitu manfaat yang diperoleh

dikurangi dengan surplus biaya. Surplus manfaat adalah kriteria dasar dalam

AMB. Bila surplus manfaat suatu intervensi/program bernilai positif, maka

umumnya intervensi/program tersebut dapat diterima untuk dilaksanakan.

AMB menggunakan perspektif sosial (masyarakat) dan mencakup seluruh

biaya dan manfaat yang relevan. Namun, perhitungan dari biaya (terutama

biaya tidak langsung) yang terkait biasanya diperdebatkan/kontroversial.

AMB jarang digunakan untuk membandingkan obat atau alternatif terapi

medis karena pertimbangan etika. Penilaian kondisi kesehatan menggunakan

nilai moneter dan metode yang dipakai untuk hal tersebut seringkali

diperdebatkan.

AMB memiliki dua keuntungan, yang salah satunya bersifat unik/khas

AMB. Keuntungan pertama, AMB memungkinkan adanya perbandingan

antara program/intervensi dengan outcome yang sangat berbeda (misal.

program klinik antikoagulan atau program klinik antidiabetes), sehingga

memungkinkan perbandingan dengan nilai moneter antar program/intervensi


yang sama sekali tidak berkaitan. Ketentuan pengambilan keputusannya

adalah memilih program/intervensi dengan surplus manfaat yang paling besar.

Keuntungan kedua, AMB adalah satu-satunya teknik yang dapat

digunakan untuk membandingkan internal satu program/intervensi. Bila

surplus manfaatnya bernilai positif, maka program/intervensi tersebut harus

dipilih/didanai/dilakukan. Kesulitan AMB adalah melakukan

konversi/menerjemahkan kondisi klinis non-moneter dan outcome kualitas

hidup (misal. tahun hidup terselamatkan) menjadi nilai moneter. Lebih lanjut,

metode yang umum digunakan untuk melakukan konversi/ penerjemahan

tersebut Kemauan untuk Membayar (Willingness to Pay, WTP) mengundang

perdebatan etika karena condong kepada preferensi kekayaan. Oleh

karenanya, teknik analisa ini tidak umum digunakan dalam perumusan

kebijakan kesehatan.

AMB umumnya dilakukan berdasarkan model dan menggunakan

asumsi-asumsi yang signifikan. Oleh karenanya, perlu dilakukan analisa

sensitivitas untuk memvalidasi model dan asumsi yang digunakan serta untuk

menilai kekuatan dari hasil analisisnya.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tentang analisis manfaat biaya diatas, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang

diperoleh dihubungkan dengan penggunaan obat dalam perawatan

kesehatan.

2. Pada kajian farmakoekonomi dikenal empat metode analisis yaitu

analisis minimalisasi biaya, analisis efektivitas biaya, analisis utilitas

biaya dan analisis manfaat biaya.

3. Analisis Manfaat Biaya (AMB - cost benefit-analysis, CBA) adalah

suatu teknik analisis yang diturunkan dari teori ekonomi yang

menghitung dan membandingkan surplus biaya suatu intervensi

kesehatan terhadap manfaatnya. Untuk itu, baik surplus biaya dan

manfaat diekspresikan dalam satuan moneter (misal. Rupiah, US

Dollar).

B. Saran

Setelah mempelajari mengenai analisis manfaat biaya, penulis

menyarankan kita untuk selalu menggali ilmu. Ilmu akan terus

berkembang, termasuk juga ilmu farmakoekonomi di dunia kesehatan. Hal


tersebut merupakan hal yang penting untuk diketahui oleh kita, mahasiswa

Farmasi.
DAFTAR PUSTAKA

Eisenberg JM, Schulman KA, Glick H, Koffer H. Pharmacoeconomics: Economic

Evaluation of Pharmaceuticals. In: Strom BL,ed., Pharmacoepidemiology,

John Wiley & Sons Ltd., 1994, 469-

93http://www.ikatanapotekerindonesia.net/news/pharma-update/aplikasi-

farmakoekonomi.

Vogenberg FR., 2001, Introduction to applied pharmacoeconomics, McGraw-

Hill, USA.

Kemenkes RI, 2013, Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi, Indonesia.

Hal. 15,16,26,27
STUDI KASUS ANALISIS MANFAAT BIAYA

Pada tahun 2014, RSD Balung mengusulkan beberapa usulan program kepada

pemerintah pusat guna bertujuan untuk menunjang kegiatan operasional di RSD

Balung. Namun tidak semua usulan tersebut dapat diusulkan seluruhnya,

dikarenakan keterbatasan dana yang diberikan oleh pemerintah. Tujuan penelitian

ini adalah melakukan perhitungan Cost benefit analysis antara usulan pembelian

alat CT-Scan dengan usulan pembelian alat Laser dioda photocoagulator di RSD

Balung Jember. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif

dengan unit analisis di Instalasi Radiologi dan Poli mata. Berdasarkan hasil

perhitungan dari tiap langkah dari Cost benefit analysis, didapatkan bahwa

masing-masing usulan memiliki nilai BCR yang berbeda dimana nilai BCR usulan

pembelian alat Laser dioda photocoagulator sebesar 0,858 lebih besar daripada

nilai BCR usulan pembelian alat CT-Scan yaitu sebesar 0,078. Berdasarkan nilai

BCR tersebut maka yang di prorioritaskan ialah alat Laser diode photocoagulator.

Keterangan :

Cara menghitung rasio benefit-cost. Rasio benefit-cost didapat dengan

membagi antara antara present value benefit dibagi dengan present value

cost.

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh nilai rasio benefit-cost untuk

usulan pembelian alat CT-Scan dan untuk usulan pembelian alat Laser

dioda photocoagulator sebagai berikut.

a. RBC alat CT-Scan


PV (B) / PV (C)

2.858.641.181/ 36.735.711.463 = 0,078

b. RBC alat Laser dioda photocoagulator

PV (B) / PV (C)

3.034.003.845 / 3.555.272.967 = 0,858

Anda mungkin juga menyukai