“PENGANTAR FARMAKOEKONOMI”
DISUSUN OLEH :
KELAS :A
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
A. Kenapa harus mempelajari Farmakoekonomi?
Kenyataan bahwa biaya dalam pelayanan kesehatan dari tahun ke tahun
semakin meningkat sehingga perlu ada startegi yang tepat atau yang baik dalam
mengalokasikan biaya yang dimiliki pemerintah secara efektif dan efisien. Untuk
mengetahui apakah pembiayan tersebut digunakan secara efektif dan efisien, maka
perlu adanya studi Farmakoekonomi.
Fakta bahwa jumlah masyarakat miskin di Indonesia yang terbilang masih
tinggi, menunjukkan bahwa jumlah masyarakat miskin yang tinggi akan sebanding
dengan status kesehatan yang rendah. Yang maksudnya semakin banyak
masyarakat miskin di Negara kita, itu akan menggambarkan bahwa status
kesehatan di Negara kita masih rendah, ditambah lagi dengan pravalensi penyakit-
penyakit degenerative yang juga semakin tahun semakin meningkat, dan insidensi
penyakit infeksi yang masih tinggi. Serta dengan biaya pelayanan kesehatan
semakin meningkat, yang disebabkan oleh penerapan teknologi baru yang tentunya
membutuhkan atau menghabiskan biaya yang lebih mahal. Sehingga akan
dibutuhkan anggaran kesehatan yang lebih besar di pemerintahan, padahal
anggaran kesehatan yang tersedia masih terbatas.
Peningkatan biaya kesehatan, tentu saja mengancam mutu pelayanan
kesehatan. Sehingga kita dituntut untuk menemukan solusi dari berbagai
permasalahan pembiayan kesehatan tersebut.
1. Obat
2. Alat kesehatan
3. Metode diagnostic
4. Pengobatan terbaru yang terus berkembang
Dalam ilmu ekonomi, sumber daya yang sering disebut dengan Uang. Jumlahnya
terbatas, maka dari itu sebagai pemerintah atau pihak asuransi harus
mengalokasikan dana yang terbatas untuk cerdas dalam memilih teknologi
kesehatahan atau obat yang memberikan manfaat dengan besar.
Pengambil kebijakan harus dapat mengalokasikan anggaran belanja Negara yang
terbatas untuk menyediakan jenis pelayanan kesehatan yang secara kliniks terbukti
paling efektif dan sesuai dengan karakteristik dari populasi yang ada di Negara
tersebut. Sehingga permasalahan ini dapat diatasi dengan Studi Eknomi Kesehatan,
perbandingan biaya dan konsekuensi (atau iuran) dari berbagai alternative terapi
dalam pelayanan kesehatan.
Menilai efektivitas klinik dari suatu interpensi dalam suatu pelayanan kesehatan
merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan bagaimana peran dari
pengobatan dalam praktek klinik. Farmakoekonomi digunakan untuk menilai
apakah terdapat tambahan keuntungan dari penggunaan suatu obat atau interpensi,
sepadan tidak dengan tambahan biaya yang ditimbulkannya.
C. PERSAMAAN FARMAKOEKONOMI
1. Input (Biaya)
Nilai dari sumber daya yang digunakan dalam suatu program atau terapi obat
2. Intervensi (Produk atau pelayanan farmasi)
Intervensi tidak hanya berupa obat, bisa saja intervensi yang lain. Seperti
konseling, home care arau pelayanan lainnya.
3. Outcomes (Konsekuensi)
Konsekuensi didefinisikan sebagai efek, output atau outcome dari suatu
program atau terapi obat
Ada tiga Konsekuensi yaitu
- Biaya
- Kesehatan
- Humanistik
1. Cost Analysis
Analisis biaya yang hanya menganalisis biaya dari intervensi tanpa
mempertimbangkan outcomes.
2. Studi Klinik
Studi yang mengukur outcomes atau luaran dari suatu intervensi tanpa
mempertimbangkan biayanya.
3. Analisis Farmakoekonomi
Mempertimbangkan biaya dan outcomes dari intervensi tersebut.
Farmakoekonomi, kumpulan dari teknik deskriptik dan analitik untuk
mengevaluasi intervensi farmasi mencakup pasien secara individu oada suatu
system pelayanan kesehatan secara menyeluruh. Karena mempertimbangkan
input dan outcomes dari suatu intervensi maka hal ini dapat sangat membantu
bagi pemengang kebijakan untuk memutuskan intervensi maana yang paling
baik atau yang dapat diterpakan dalam pelayanan kesehatan tersebut.
D. TIPE STUDI FARMAKOEKONOMI
1. Cost Minimization Analysis (CMA)
Metode ini atau jenis ini adalah studi yang paling sederhana, sebab hanya
membandingkan biaya yang dibutuhkan oleh suatu obat atau pilihan terapi yang
memiliki luaran sama. Outcome nya tidak diukur karena kelompok yang
dibandingkan itu di asumsikan ekivalen atau memiliki efektivitas yang sama.
Misalnya perbandingan antara Sanmol dan Paracetamol. Metode ini harus
membandingkan 2 hal atau lebih, Kekurangan Studi CMA tidak bisa digunakan
kalau outcome nya tidak sama.
2. Cost Effectiveness Analyisis (CEA)
Metode ini juga membutuhkan minimal 2 hal yang diperbandingkan. CEA
outcome atau luarannya berupa parameter klinis, comtohnya seperti kadar
kolestrol, tekanan dara, gula darah tingkatan nyeri. CEA akan membandingkan 2
terapi atau 2 intervensi dengan melihat bagaimana efektivitas biayanya.
Kelebihan metode ini, lebih mudah di ukur dibandingkan dengan CUA
ataupun CBA. Karena biasanya parameter klinis secara rutin dilakukan di Rumah
Sakit atau pelayanan kesehatan. Sehingga mudah untuk mendapatkan data
tentang Outcome atau luarannya serta biasanya parameter klinis selalu dicatat
atau di evaluasi secara rutin dalam praktek klinik. Sehingga lebih udah untuk
menggambarkan atau menganalisis intervensi yang diberikan.
Kekurangan metode ini, tidak bisa membandingkan program dengan tipe
outcome yang berbeda.
Parameter klinis nya juga bisa berupa jumlah orang yang berhasil sembuh
ataupun jumlah kematian yang dapat di cegah dari intervensi tersebut.
3. Cost Utility Analyisis (CUA)
Luaran CUA brupa humanistik, contohnya kualitas hidup atau kepuasaan.
Metode ini harus menggunakan 2 intervensi atau lebih. Kekurangannya,
kesulitan dalam mengukur daya guna dari kehidupan seseorang.
4. Cost Benefit Analysis (CBA)
Penerapannya output dari intervensi yang diberikan di ubah menjadi satuan
moneter. metode ini menggambarkan apakah intervensi atau pengobatan
ataupun pelayanan kesehatan meberikan keuntungan atau tidak. Studi CBA juga
bisa digunakan untuk mengambil keputusan dalam perbandingan beberapa
program dengan outcome yang sama tau sama sekali tidak berhubungan, bisa
menggunakan metode CBA. Dengan melihat apakah intervensi tersebut dapat
memberikan keuntungan jika dinilai dari nilai rupiah.
Keuntungannya, CBA bisa membandingakan 2 alternative yang mempunyai
tipe outcome yang berbeda.
Kekurangannya, kesulitan dalam menilai outcome dalam bentuk moneter.
5. Cost Of Illness (COI)