Dosen:
Disusun Oleh:
Kelompok V
Kelas Reguler A
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
2023
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puj
i dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehing
ga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Pendirian Industri Farmasi Dengan Produk S
ediaan Obat Herbal Terstandar Padat".
Tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. apt Teti Indrawati, MS selaku dose
n mata kuliah Farmasi Industri, karena dengan adanya tugas ini dapat menambahkan wawasan da
n pengetahuan dalam bidang Industri Farmasi. Juga ucapan terima kasih kepada semua pihak yan
g terlibat sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini sepenuhnya masih jauh dari kesempurnaan, sehingga diharapkan kritik dan sar
an untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah Farmasi Industri ini dapat memberikan m
anfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang farmasi.
Kelompok V
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
2.1 Rumusan Masalah 2
3.1 Tujuan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1. Persero Terbatas 3
2.1.1. Persyaratan Mendirikan Perseroan Terbatas (PT) 3
2.2. Industri Farmasi 4
2.2.1 Jenis-jenis dan Ciri-Ciri Industri Farmasi 4
2.2.2. Persyaratan Mendirikan Industri Farmasi 7
2.2.3. Tata cara pemberian persetujuan izin industri farmasi 8
2.2.4 Prinsip izin industri farmasi 9
2.2.5. Permohonan izin industri farmasi 10
2.3. Pendirian Industri Obat Herbal Terstandar 12
2.4. Persyaratan Proses Perizinan Industri Obat Herbal Terstandar 12
1. Manajemen Mutu 17
2. Personalia 18
3. Bangunan, Fasilitas 18
4. Peralatan 19
5. Sanitasi dan Higiene 19
6. Produksi 19
7. Pengawasan Mutu 19
8. Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Persetujuan Pemasok 20
2
9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan 20
2.5.10 Dokumentasi 21
2.5.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak 21
2.5.12 Kualifikasi dan Validasi 21
2.5.13 Persyaratan Produksi 22
2.5.14 Persyaratan Penyimpanan 24
2.5.15 Persyaratan Distribusi 25
2.6. Tinjauan Umum Tentang Peranan Badan POM Terkait Masalah
Pengawasan Obat Tradisional 26
2.7. Industri Obat Tradisional (IOT) 28
2.8. Obat Herbal Terstandar (OHT) 28
2.9. Jenis – Jenis Sediaan Padat 29
2.10. Analisa SWOT 30
BAB III PEMBAHASAN 33
3.1. Cara Mendirikan Indutri Obat Herbal Terstandar................................33
3.2. Cara Mendapatkan Izin Mendirikan Industri OHT...............................34
3.3. Rancangan Industri Obat Herbal Terstandar.........................................36
3.3.1. Lokasi Pabrik 37
3.3.2. Visi dan Misi 37
3.3.3. Tata Letak Pabrik 37
3.3.4. Tata Letak Alat 37
3.3.5. Manajemen dan Organisasi Perusahaan 37
3.3.6. Sumber Daya Manusia (SDM) 38
3.3.7. Sarana dan Prasarana 41
3.3.8. Aspek Bangunan 43
3.3.9. Aspek Peralatan 45
3.3.10. Aspek Zona Area Pabrik 45
3.4. Pelaksanaan Produksi, Distribusi, Target Pemasaran dan Biaya.........46
3.4.1. Aspek Finansial 48
3.4.2. Strategi Produksi 50
3.4.3. Distribusi dan Pemasaran 50
3.5. Analisis SWOT Industri Obat Herbal Terstandar..................................51
3
4.1.Kesimpulan 53
4.2.Saran 55
DAFTAR PUSTAKA 55
4
BAB I
PENDAHULUAN
Obat herbal dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu obat herbal tradisional dan oba
t herbal non-tradisional. Obat herbal tradisional Indonesia dapat berupa Jamu, Obat Her
bal Terstandar (OHT) serta Fitofarmaka, mengandung tumbuhan yang telah digunakan
secara turun-temurun yang merupakan warisan budaya bangsa Indonesia. Sedangkan ob
at herbal non-tradisional mengandung tumbuhan yang tidak memiliki riwayat pengguna
an turun-temurun, namun berpotensi memiliki manfaat bagi kesehatan masyarakat.(Per
KBPOM, 2014).
Sediaan obat herbal yang beredar di masyarakat dengan perkembangan zaman, ke
majuan teknologi dan pengetahuan sediaan obat tradisional pun menjadi bervariasi sepe
rti dalam bentuk kapsul, tablet, serbuk dan cair. Sehingga membuat para produsen sekar
ang mampu memproduksi obat herbal dengan jumlah yang banyak dan dapat mengedar
kan obat herbal ke seluruh wilayah Indonesia (Rahman, 2014).
Saat ini banyak dilakukan pengembangan dan penelitian obat-obatan yang berasal
dari bahan alam. Untuk mengembangkan suatu obat herbal yang terstandarisasi, semua
bahan harus memenuhi persyaratan mutu agar dapat menimbulkan efek yang aman. Pen
gembangan tersebut setidaknya dilakukan ke arah Obat Herbal Terstandar. Obat Herbal
Terstandar (OHT), adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan da
n khasiatnya secara ilmiah dan uji praklinik dan bahan bakunya telah distandarisasi (BP
OM, 2005). Kriteria yang harus dipenuhi OHT: aman, dengan uji praklinik terbukti kha
siatnya, telah terstandarisasi bahan baku, dan jenis klaim pada pembuktian tingkat umu
m dan medium. Sediaan padat adalah sediaan yang mempunyai bentuk dan tekstur yang
padat serta kompak. Sediaan padat (sediaan solid) ini mempunyai bermacam-macam be
ntuk,antara lain berupa : tablet/kaplet, serbuk, granul, dll. Contoh sediaan OHT padat y
ang beredar adalah Mastin Kapsul yang diproduksi oleh PT. Industri Jamu Borobudur,
yang mana mastin berkhasiat sebagai Antioksidam, Anti Bakteri, Anti kanker, meningk
atkan system imun, dan lain-lainnya
Pendirian Industri Obat Herbal Terstandar merupakan salah satu upaya penyediaa
n obat untuk menjaga program kesehatan nasional dan sebagai salah satu upaya mening
katkan kualitas sediaan obat bahan alam. Terlebih lagi mengantisipasi pasar bebas di er
1
a globalisasi maka penerapan CPOTB merupakan nilai tambah bagi produk Obat Herba
l Terstandar untuk bersaing dengan produk sediaan farmasi yang menggunakan bahan-b
ahan sintetik. CPOTB adalah seluruh aspek kegiatan pembuatan obat tradisional yang
bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan selalu memenuhi persyaratan m
utu yang ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Dalam Obat Herbal Terstand
ar, pengawasan secara menyeluruh disertai pemantauan sangat penting untuk menjamin
agar konsumen memperoleh produk yang memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan.
Mutu tergantung dari bahan awal, proses produksi, uji klinis, pengawasan mutu, bangu
nan, peralatan dan personalia yang menangani. Hal ini berkaitan dengan seluruh aspek
produksi dan pemeriksaan mutu.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka disusunlah makalah ini untuk memaham
i tentang pendirian industri farmasi dengan produk sediaan OHT kapsul serta berbagai a
speknya. Adapun aspek-aspek tersebut meliputi : cara mendirikan perseroan terbatas (P
T) khususnya untuk sediaan OHT, izin apa saja yang diperlukan dan bagaimana cara m
endapatkan izinnya, bagaimana merancang sebuah industri mecakup seluruh aspek (pen
gadaan, sarana dan porasarana, SDM, produksi, distribusi, pemasaran, dll) dan bagaima
na analisis SWOT dalam pendirian industri tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mendirikan Perseroan Terbatas (PT) dengan produk sediaan obat OH
T padat?
2. Apa saja yang diperlukan dan bagaimana cara mendapatkan izin mendirikan industri f
armasi dengan produk sediaan obat OHT padat?
3. Bagaimana rancangan industrinya mencakup pengadaan sarana dan prasarana, Sumber
Daya Manusia (SDM) serta produksi (Pengadaan bahan, produksi, distribusi, pemasar
an, dll) pada industri farmasi dengan produk sediaan obat OHT padat?
4. Bagaimana analisis SWOT dalam pendirian industri farmasi dengan produk sediaan o
bat OHT padat?
1.3. Tujuan
1 Memahami bagaimana cara mendirikan Perseroan Terbatas (PT) dengan produk sedi
aan obat OHT padat.
2 Memahami apa saja yang diperlukan dan bagaimana cara mendapatkan izin mendiri
kan industri farmasi dengan produk sediaan obat OHT padat.
2
3. Memahami rancangan industri mencakup pengadaan sarana dan prasarana, Sumber
Daya Manusia (SDM) serta produksi (Pengadaan bahan, produksi, distribusi, pemasa
ran, dll) pada industri farmasi dengan produk sediaan obat OHT padat.
4. Memahami analisis SWOT dalam pendirian industri farmasi dengan produk sediaan
obat OHT padat.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
1. Industri riset(inovasi) farmasi
Menghasilkan obat dan atau bahan baku obat hasil penelitian sendiri, memperoleh hak paten s
elama periode tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku secara nasi
onal dan internasional.
2. Industri Sintesis atau Permentasi Farmasi
Menghasilkan bahan aktif obat atau bahan baku lainnya,(baik yang masih mempunyai hak pat
en atau sdah kadaluarsa) yang merupakan hasil sintesis
3. Industri Manufaktur Farmasi
Menghasilkan obatjadi dari bahan baku yang dihasilkan industri farmasi riset atau industri far
masi sintesis atau fermentasi. Termasuk dalam kategori ini adalah industri farmasi fitofarmak
a, yang menghasilkan produk obat dari bahan alam.
4. Industri Jasa Farmasi
Memberikan jasa,berupa jasa penelitian,sintesis atau formulasi bermacamstudi tentang pasar o
bat baik secara nasional regional maupun internasional.
Berdasarkan perizinannnya Industri Farmasi terbagi atas :
A. Industri Ekstrak Bahan Alam,
B. Industri Obat Tradisional,
C. Produksi Kosmetika dan
D. Pedagang Besar Farmasi
Ciri-ciri industri farmasi yang perlu diperhatikan:
1. Industri farmasi adalah industri yang diatur secara ketat (registrasi obat,CPOB,distribusi
dan perdagangan produk yang dihasilkan).
2. Industri farmasi merupakan suatu industri yang berorientasi untuk memperoleh keuntun
gan juga bersifat untuk aspek sosial.
3. Industri farmasi adalah suatu industri beresiko tinggi, karena bukan tidak mungkin kela
k dikemudian hari jika terbukti terjadi akibat yang tidak diinginkan akibat penggunaan
obat industri farmasi dituntut membayar ganti rugi (industri farmasi penghasil thalidomi
de ditutup karena tidak mampu lagi membayar tuntutan ganti rugi).
4. Industri farmasi adalah industri berbasis riset yang selalu memerlukan inovasi, karena u
sia hidup obat relatif singkat (lebih kurang 25 tahun) dan setelah itu ditemukan obat gen
erasi baru yang lebih baik, lebih aman dan lebih efektif (fenomena merger beberapa per
usahaan farmasi raksasa seperti GlaxoSmithKline-Becheem, Aventis, Novartis Biochem
ie, Roche-Bayer,dll).
6
2.2.2. Persyaratan Mendirikan Industri Farmasi
Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi sebagaimana yang tercantum
dalam PermenkesRI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 Pasal 4 ayat (1) terdiri atas:
1. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas;
2. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
3. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
4. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang Apoteker Warga Negara Indones
ia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan penga
wasan mutu.
5. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung ataupun tidak langsung d
alam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
Menurut PP No 107 tahun 2015 tentang Izin Usaha Industri, Setiap kegiatan usaha Industri
wajib memiliki Izin Usaha Industri (IUI). Kegiatan usaha Industri merupakan kegiatan mengolah
Bahan Baku dan/atau memanfaatkan sumber daya Industri untuk menghasilkan barang yang me
mpunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi; dan/atau:
1. Menyediakan Jasa Industri.
2. Izin Usaha Industri paling sedikit memuat:
a. dentitas perusahaan;
b. Nomor pokok wajib pajak;
c. Jumlah tenaga kerja;
d. Nilai investasi
e. Luas lahan lokasi Industri;
f. Kelompok Industri sesuai dengan KBLI; dan
g. Kapasitas produksi terpasang untuk Industri yang menghasilkan barang atau ka
pasitas jasa untuk Jasa Industri.
Izin Usaha Industri diberikan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan k
ewenangannya. Menurut PMK No 26 Tahun 2018 Industri Obat Sediaan Obat Herbal Terstandar
(OHT) diselenggarakan oleh Pelaku Usaha nonperseorangan berupa perseroan terbatas atau kope
rasi. Persyaratan untuk memperoleh Izin Usaha IOT OHT yaitu Sertifikat Produksi IOT. Persyar
atan Untuk memperoleh Sertifikat Produksi IOT terdiri atas:
a. Rencana Produksi IOT Sediaan Fitofarmaka; dan
b. Memiliki apoteker berkewarganegaraan Indonesia sebagai penanggung jawab teknis.
7
2.2.3. Tata cara pemberian persetujuan izin industri farmasi
Untuk memperoleh izin industri farmasi diperlukan persetujuan prinsip. Permoho
nan persetujuan prinsip diajukan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Bad
an dan kepala dinas kesehatan provinsi. Sebelum pengajuan permohonan persetujuan prinsip pe
mohon wajib mengajukan permohonan persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) kepada
Kepala Badan, Persetujuan prinsip berlaku selama 3 tahun. Persetujuan prinsip dapat diubah berd
asarkan permohonan dari pemohon izin industria farmasi yang bersangkutan. Dalam hal permoh
onan persetujuan prinsip telah diberikan, pemohon dapat langsung melakukan persiapan, pemban
gunan, pengadaan, pemasangan, dan instalasi peralatan, termasuk produksi percobaan dengan me
mperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan. Permohonan yang telah selesai melaksan
akan tahap persetujuan prinsip sebagaimana dapat mengajukan permohonan izin industria farmas
i. Surat permohonan izin industria farmasi harus ditandatangani oleh direktur utama dan apoteker
penanggung jawab menurut Permenkes RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 pemastian mutu deng
an kelengkapan sebagai berikut:
1. Fotokopi persetujuan prinsip Industri Farmasi;
2. Surat Persetujuan Penanaman Modal untuk Industri Farmasi dalam rangka Penanama
n Modal Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri;
3. Daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan;
4. Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya;
5. Fotokopi sertifikat Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkun
gan /Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;
6. Rekomendasi kelengkapan administratif izin industria farmasi dari kepala dinas kese
hatan provinsi;
7. Rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB dari Kepala Badan;
8. Daftar pustaka wajib seperti Farmakope Indonesia edisi terakhir;
9. Asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker penangg
ung jawab produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, dan apoteker pe
nanggung jawab pemastian mutu;
10. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung jawab produ
ksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, dan apoteker penanggung jawab
pemastian mutu dari pimpinan perusahaan;
8
11. Fotokopi ijazah dan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dari masing-masing ap
oteker penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu d
an apoteker penanggung jawab pemastian mutu;
12. Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak
Persetujuan Prinsip yang diberikan kepada pelaku usaha yang telah memperoleh persetuj
uan Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala Badan, sebelum pelaku usaha melakukan pe
rsiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan, dan instalasi peralatan, termasuk produksi perc
obaan. Izin yang diberikan kepada pelaku usaha yang telah selesai melaksanakan tahap persetuju
an prinsip, sebelum industri farmasi melakukan kegiatan produksi.
9
c. Persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) diberikan oleh Kepala Badan dal
am bentuk rekomendasi hasil analisis Rencana Induk Pembangunan (RIP) paling l
ama dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan.
d. Permohonan persetujuan prinsip diajukan dengan kelengkapannya.
e. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal paling lama dalam waktu 14
(empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima dengan menggunakan conto
h sebagaimana tercantum dalam 6 Formulir 4 terlampir atau menolaknya.
f. Pemohon izin industri farmasi dengan status Penanaman Modal Asing atau Penan
aman Modal Dalam Negeri yang telah mendapatkan Surat Persetujuan Penanama
n Modal dari instansi yang menyelenggarakan urusan penanaman modal, wajib m
engajukan permohonan persetujuan prinsip sesuai dengan ketentuan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/ /
PER/XII/2010 Tahun 2010 tentang Industri Farmasi, terdapat beberapa aturan mengenai persetuj
uan prinsip yaitu:
1. Untuk memperoleh izin industri farmasi diperlukan persetujuan prinsip.
2. Permohonan persetujuan prinsip diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal. Permo
honan persetujuan prinsip diajukan dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum
dalam Formulir 1 terlampir.
3. Dalam hal permohonan persetujuan prinsip dilakukan oleh industry Penanaman Modal A
sing atau Penanaman Modal Dalam Negeri,pemohon harus memperoleh Surat Persetujua
n Penanaman Modal dari instansi yang menyelenggarakan urusan penanaman modal sesu
aiketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal setelah pemohon memperoleh perset
ujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala Badan. Pengajuan permohonan pe
rsetujuan RIP kepada Kepala Badan dilakukan dengan menggunakan contoh sebagaiman
a tercantum dalam formulir 2 terlampir. Persetujuan RIP diberikan oleh Kepala Badan pa
ling lama dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonanditerima den
gan menggunakan contoh dalam Formulir 3 terlampir
10
b) Persyaratan dan evaluasi persetujuan prinsip
c) Izin industri farmasi
d) Persyaratan dan evaluasi izin industri farmasi
11
tansi yang menyelenggarakan urusan penanaman modal, wajib mengajukan permohonan
persetujuan prinsip sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini.
2.3. Pendirian Industri Obat Herbal Terstandar
Pendirian industri obat herbal terstandar (OHT) hanya dapat dilakukan oleh pelaku u
saha berupa perseroan terbatas (PT) atau koperasi. Sebelum mendirikan bangunan industri
nya, terlebih dahulu harus diurus perizinannya. Persyaratan dan tata cara pengurusan izin
usaha diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 20
18 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, dan Peraturan M
enteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan. Setelah mendapatkan izin usah
a barulah dapat didirikan industrinya.
2.4. Persyaratan Dan Proses Perizinan Industri Obat Herbal Terstandar
2.4.1 Jenis Perizinan Berusaha
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2018, jenis perizinan berusaha sektor kesehatan dikelompokan atas Izin Usaha dan
Izin Komersial atau Operasional. Untuk Industri Obat Tradisional (IOT), izin usah
anya adalah Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan izin
komersil atau operasionalnya adalah Sertifikat Produksi Industri Obat Tradisional.
Izin usaha adalah izin yang diterbitkan oleh lembaga OSS untuk dan atas na
ma menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota setelah pelaku usa
ha melakukan pendaftaran dan untuk memulai usaha dan/atau kegiatan sampai seb
elum pelaksanaan komersial atau operasional dengan memenuhi persyaratan dan/at
au komitmen. Sedangkan Sertifikat Produksi IOT adalah persetujuan untuk melaku
kan produksi, pengembangan produk dan sarana produksi dan/atau riset yang digu
nakan untuk pelaksanaan percepatan pengembangan IOT.
2.4.2 Persyaratan untuk Memperoleh Izin Usaha
Persyaratan untuk memperoleh izin usaha industri obat herbal terstandar (ata
u IOT) berdasarkan PMK 26/2018 yaitu:
1. Pelaku usaha berupa perseroan terbatas (PT) atau koperasi
2. Memiliki Sertifikat Produksi Industri Obat Tradisional
Sedangkan persyaratan untuk memperoleh Sertifikat Produksi IOT yaitu:
1. Rencana produksi IOT.
2. Memiliki apoteker berkewarganegaraan Indonesia sebagai penanggung jawab
12
teknis.
Rencana produksi industri obat tradisional adalah dokumen yang diajukan
oleh pelaku usaha yang berisi antara lain penjabaran dari produk dan pengemba
ngan, sarana produksi, serta kegiatan penyelenggaraan IOT.
3. Pemenuhan Komitmen
Pelaku usaha yang telah memiliki NIB dan memenuhi komitmen sesuai de
ngan ketentuan PMK 24/2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegra
si Secara Elektronik, seperti pemenuhan komitmen izin lokasi, izin lingkungan,
dan izin mendirikan bangunan (IMB), pelaku usaha wajib memenuhi komitmen
izin usaha IOT, paling lama 4 (empat) tahun.
a. Pemenuhan komitmen izin usaha IOT dilakukan oleh pelaku usaha melalui w
ww.elic.binfar.kemkes.go.id yang terintegrasi dengan sistem OSS. Dengan m
enyampaikan:
1) Rencana produksi IOT.
2) Data apoteker penanggung jawab, yang meliputi Kartu Tanda Penduduk, i
jazah, STRA, surat pernyataan sanggup bekerja penuh waktu, dan surat pe
rjanjian kerja sama apoteker penanggung jawab dengan pelaku usaha.
15
b. Kementerian Kesehatan melakukan evaluasi dan verifikasi paling lama 3 (tig
a) hari sejak pelaku usaha menyampaikan pemenuhan komitmen. Berdasarka
n hasil evaluasi dan verifikasi:
1) Jika tidak terdapat perbaikan, Kementerian Kesehatan menerbitkan Sertifi
kat Produksi IOT paling lama 1 (satu) hari melalui sistem OSS.
2) Jika terdapat perbaikan, Kementerian Kesehatan menyampaikan hasil eval
uasi kepada pelaku usaha melalui sistem OSS. Pelaku usaha kemudian me
lakukan perbaikan dan menyampaikan kepada Kementerian Kesehatan me
lalui www.elic.binfar.kemkes.go.id paling lama 10 (sepuluh) hari sejak dit
erimanya hasil evaluasi. Bila
dinyatakan tidak terdapat perbaikan lagi, maka Kementerian Kesehatan
menerbitkan Sertifikat Produksi IOT paling lama 1 (satu) hari melalui s
istem OSS. Bila pelaku usaha tidak memenuhi komitmen, maka Kemen
terian Kesehatan menyampaikan notifikasi penolakan melalui sistem O
SS.
2.4.4 Masa Berlaku Perizinan Berusaha
Berdasarkan PMK 26/2018, izin usaha berlaku selama pelaku usaha menjala
nkan usaha dan/atau kegiatannya. Sedangkan izin komersial atau operasional berla
ku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
PERBPOM 25 tahun 2021 tentang penerapan cara pembuatan obat tradisional yang baik
bertujuan untuk menjamin obat tradisional dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOTB mencakup seluruh aspek produksi
dan pengendalian mutu serta pengembangan produk dan Manajemen Risiko Mutu (MRM). Manf
aat dari penerapan CPOTB adalah aman dikonsumsi dan sesuai dengan kebutuhan konsumen, de
ngan begitu maka akan meningkatkan harga pasar dan company image dari industry farmasi, kar
ena konsumen akan memilih produk dengan kualitas yang baik. Manfaat produk yang telah sesua
i dengan CPOTB adalah mengurangi resiko produk tidak memenuhi persyaratan mutu, menguran
gi ketidaksesuaian dengan peraturan.
Dalam penerapan sistem manajemen mutu hendaklah dijabarkan struktur organisasi, tuga
s dan fungsi, tanggungjawab, prosedur-prosedur, instruksiinstruksi kerja, proses dan sumber day
a. Sistem mutu hendaklah dibentuk dan disesuaikan dengan kegiatan perusahaan, sifat dasar prod
16
uk-produknya, dan hendaklah diperhatikan aspek penting yang ditetapkan dalam pedoman CPO
TB ini. Pelaksanaan sistem mutu hendaklah menjamin bahwa apabila diperlukan dapat dilakukan
pengambilan contoh bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, serta dilakukan
pengujian terhadapnya untuk menentukan diluluskan atau ditolak, yang didasarkan atas hasil uji
dan kenyataan-kenyataan yang dijumpai yang berkaitan dengan mutu.
Tujuan CPOTB :
⮚ Umum
⮚ Khusus
1. Dipahaminya penerapan CPOTB oleh para pelaku usaha industri di bidang oba
t tradisional sehingga bermanfaat bagi perkembangan industri di bidang obat tr
adisional.
2. Diterapkannya CPOTB secara konsisten oleh industri di bidang obat tradisiona
l
Konsep dasar Pemastian Mutu, Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB).
Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu adalah aspek Manajemen Mutu yang saling ter
kait. Konsep tersebut diuraikan di sini untuk menekankan hubungan dan betapa penting konsep
tersebut dalam produksi dan pengawasan produk.
2.5.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemasti
an mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri farmasi bert
anggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai u
ntuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-
masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOTB serta memperoleh p
elatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan deng
an pekerjaannya.
2.5.3 Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan leta
k yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pel
aksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk
memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahka
18
n pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektifuntuk menghindarkan pencemaran silang, pe
numpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Letak bangu
nan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan pencemaran dari lingkungan sekelilingny
a, seperti pencemaran dariudara, tanah dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan
2.5.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, u
kuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin
sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawa
tan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang
umumnya berdampak buruk pada mutu produk.
⮚ Tindakan penarikan kembali produk dilakukan segera setelah diketahui ada produk
yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan.
⮚ Pemakaian produk yang beresiko tinggi terhadap kesehatan dihentikan dengan cara
embargo yang dilanjutkan dengan penarikan kembali dengan segera. Penarikan kem
bali hendaklah menjangkau sampai tingkat konsumen.
20
⮚ Sistem dokumentasi penarikan kembali produk di Industri Farmasi hendaklah menja
min bahwa embargo dan penarikan kembali dilaksanakan secara cepat, efektif, dan t
untas.
⮚ Pedoman dan prosedur penarikan kembali terhadap produk hendaklah dibuat untuk me
mungkinkan embargo dan penarikan kembali dapat dilakukan dengan cepat dan efektif
dari seluruh mata rantai distribusi.
2.5.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang b
aik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.Dokumentasi yang jelas adalah fund
amental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jel
as dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya tim
bul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi Induk/For
mula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekelir
uan dan tersedia secara tertulis.
2.5.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan di
kendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau peke
rjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Pener
ima Kontrak harus dibuat secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masin
g-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk u
ntuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu. Kontrak
tertulis yang meliputi pembuatan dan atau analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengatu
ran teknis terkait hendaklah dibuat. Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasar
kan kontrak termasuk usul perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain disesuaika
n dengan izin edar untuk produk yang ber sangkutan. Dalam hal analisis berdasarkan kontrak,
pelulusan akhir harus diberikan oleh Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) pemb
eri kontrak.
2.5.12 Kualifikasi dan Validasi
CPOTB mensyaratkan Industri Farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dil
akukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Kualifi
kasi adalah istilah yang digunakan untuk validasi mesin, peralatan produksi maupun sarana pe
nunjang. Kualifikasi adalah tindakan pembuktian bahwa perlengkapan, fasilitas atau sistem ya
ng digunakan dalam suatu proses atau sistem akan selalu bekerja dengan kriteria yang diingin
21
kan dan konsisten. Terdapat empat macam kualifikasi yang dilakukan di Industri Farmasi yait
u kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan kualifikasi kinerja.
Validasi merupakan tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, p
roses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produ
ksi maupun pengawasan mutu akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Seluruh kegiat
an validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi dirinci dengan jelas dan di
dokumentasikan didalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV hendaklah
merupakan dokumen yang singkat, tepat dan jelas. Pada umumnya validasi proses dilakukan s
ebelum produk dipasarkan (validasi prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal tersebut tida
k memungkinkan, validasi dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan (valid
asi konkuren). Proses yang sudah berjalan hendaklah juga divalidasi (validasi retrospektif).
22
kedap rembesan, permukaan rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat serta efisien apabi
la terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai hendaklah berbentuk lengkungan.
Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi layanan lain hendaklah didesain dan dipasan
g sedemikian rupa untuk menghindarkan pembentukan ceruk yang sulit dibersihkan. Untuk kepe
ntingan pemeliharaan, sedapat mungkin hendaklah dapat diakses dari luar area produksi. Pipa ya
ng terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel pada dinding tetapi digantungkan dengan
menggunakan siku-siku penyangga berjarak cukup dari dinding untuk memudahkan pembersiha
n menyeluruh. Instalasi rangka atap, pipa dan saluran udara yang terpapar ke dalam ruangan hen
daklah dihindarkan. Apabila tidak terhindarkan, maka prosedur dan jadwal pembersihan instalasi
tersebut hendaklah dibuat dan diikuti. Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salura
nnya hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah kontaminasi terhadap produk. Salura
n pembuangan air hendaklah cukup besar, didesain dan dilengkapi parit perangkap untuk mence
gah alir balik. Sedapat mungkin saluran terbuka dicegah tetapi bila perlu hendaklah dangkal untu
k memudahkan pembersihan dan disinfeksi.
Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan menggunakan fasilitas pengenda
li udara termasuk filter udara dengan tingkat efisiensi yang dapat mencegah kontaminasi dan kon
taminasi silang, pengendali suhu dan, bila perlu, pengendali kelembaban udara sesuai kebutuhan
produk yang diproses dan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan dan dampaknya terhadap li
ngkungan luar pabrik. Area produksi hendaklah dipantau secara teratur baik selama ada maupun
tidak ada kegiatan produksi untuk memastikan pemenuhan terhadap spesifikasi desain.
Kelas kebersihan ruang/area untuk pembuatan obat tradisional di
dasarkan pada jumlah maksimum partikulat udara dan jumlah maksimu
m mikroba udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan. Kel
as kebersihan tersebut hendaklah disesuaikan dengan tingkat risiko t
erhadap produk yang dibuat. Ketentuan kelas kebersihan 1A dan 1B dap
at mengacu ke Kelas E Pedoman CPOB untuk pengolahan produk nonster
il, di mana persyaratan jumlah maksimum partikulat udara pada kondi
si nonoperasional adalah 3.520.000 partikel/m3 untuk partikel ukuran
≥ 0,5 µm dan 29.000 untuk partikel ukuran ≥ 5 µm. Area di mana dilaku
kan kegiatan yang menimbulkan debu (misalnya pada saat pengambilan
sampel, penimbangan bahan atau produk, pencampuran dan pengolahan
bahan atau produk, pengemasan produk kering), memerlukan sarana pe
nunjang khusus (misal penghisap debu, ruang terdedikasi) untuk menc
egah kontaminasi silang dan untuk memudahkan pembersihan.
23
Area produksi hendaklah mendapat pencahayaan yang memadai, terutama di mana pengawa
san visual dilakukan pada saat proses berjalan. Pengawasan selama-proses dapat dilakukan di dal
am area produksi sepanjang kegiatan tersebut tidak menimbulkan risiko terhadap produksi. Pintu
area produksi yang berhubungan langsung ke lingkungan luar, seperti pintu bahaya kebakaran, h
endaklah ditutup rapat. Pintu tersebut hendaklah diamankan sedemikian rupa sehingga hanya dap
at digunakan dalam keadaan darurat sebagai pintu ke luar. Pintu di dalam area produksi yang ber
fungsi sebagai barier terhadap kontaminasi silang hendaklah selalu ditutup apabila sedang tidak
digunakan.
25
f. Tindakan perbaikan dan pencegahan (CAPA) yang tepat diambil untuk memperbaiki da
n mencegah terjadinya penyimpangan sesuai dengan prinsip manajemen risiko mutu.
2.6. Tinjauan Umum Tentang Peranan Badan POM Terkait Masalah Pengawasan Obat
Tradisional
1. Pengawasan Mutu
Dalam rangka memberikan perlindungan terhadap masyarakat dari peredaran obat, mak
anan, kosmetika, obat tradisional, alat kesehatan, narkotika dan bahan berbahaya (OMKABA) y
ang tidak memenuhi persyaratan, Balai Besar POM sesuai dengan tugas dan fungsi telah melak
ukan kegiatan pemeriksaan setempat dalam rangka pengawasan terhadap sarana-sarana produks
i, distribusi, pengambilan contoh OMKABA, monitoring garam beryodium dan periklanan serta
kegiatan penyelidikan dan penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil.
Kegiatan tersebut juga untuk mengetahui sejauh mana pihak produsen maupun distribut
or melakukan pengawasan internal terhadap seluruh aspek kegiatan yang dilakukan dalam rang
ka memberikan jaminan mutu, keamanan dan kemanfaatan dari produk yang dihasilkan dan die
darkan.
Salah satu peranan Badan POM terkait masalah pengawasan obat tradisional yaitu peng
awasan mutu. Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari cara pembuatan obat tra
disional yang baik. Rasa keterikatan dan tanggung jawab semua unsur dalam semua rangkaian
pembuatan adalah mutlak untuk menghasilkan produk yang bermutu mulai dari bahan awal sam
pai pada produk jadi. Untuk keperluan tersebut bagian pengawasan mutu hendaklah merupakan
bagian yang tersendiri.
Sistem pengawasan mutu hendaklah dirancang dengan tepat untuk menjamin bahwa tiap
produk mengandung bahan dengan mutu yang benar dan dibuat pada kondisi yang tepat serta m
engikuti prosedur standar sehingga produk tersebut senantiasa memenuhi persyaratan produk ja
di yang berlaku. Diantaranya yaitu :
1) Pengawasan mutu hendaklah dilakukan terhadap bahan baku, bahan pengemas, proses p
embuatan, produk antara, produk ruahan dan produk jadi.
2) Pemeriksaan dan pengujian secara berkala hendaklah dilakukan terhadap bahan baku da
lam persediaan, untuk memberikan keyakinan bahwa penyimpanan, wadah dan bahanny
a dalam kondisi yang baik.
3) Produk jadi yang masih berada dalam industri maupun yang ada di peredaran hendaklah
dipantau secara berkala.
26
2. Tugas Badan POM dalam Pengawasan Mutu
Tugas pokok Badan POM dalam pengawasan mutu yaitu :
1) Menyusun dan merevisi prosedur pengawasan mutu dan spesifikasi.
2) Menyiapkan instruksi tertulis yang rinci untuk tiap pengujian yang akan dilaksanakan.
3) Menyusun rencana dan prosedur tertulis mengenai pengambilan contoh untuk penguj
ian.
4) Menyimpan contoh pertinggal untuk rujukan di masa mendatang sekurang-kurangny
a 3 (tiga) bulan setelah batas kadaluwarsa.
5) Meluluskan atau menolak tiap bets bahan baku, produk antara, produk ruahan dan pr
oduk jadi serta hal yang telah ditemukan, sekurang-kurangnya berdasarkan pengujian
secara kualitatif.
6) Meneliti catatan yang berhubungan dengan pengolahan, pengemasan dan pengujian p
roduk jadi dari bets yang bersangkutan sebelum meluluskan untuk didistribusikan.
7) Mengevaluasi stabilitas semua produk jadi secara berlanjut, bahan baku jika diperluk
an dan menyiapkan instruksi mengenai penyimpanan bahan baku dan produk jadi di i
ndustri Menetapkan tanggal kadaluwarsa bahan baku dan produk jadi berdasarkan da
ta stabilitas dan kondisi penyimpanannya.
8) Mengevaluasi semua keluhan yang diterima atau kekurangan yang ditemukan menge
nai sesuatu bets, dan bila perlu bekerja sama dengan bagian lain untuk mengambil tin
dakan perbaikan yang diperlukan.
9) Menyediakan baku pembanding, sesuai persyaratan yang terdapat pada prosedur pen
gujian yang berlaku dan menyimpan baku pembanding ini pada kondisi yang tepat. K
husus untuk bahan baku segar sekurang-kurangnya menyimpan diskripsi dari bahan y
ang bersangkutan
10) Menyimpan catatan pemeriksaan dan pengujian semua contoh yang diambil.
11) Mengevaluasi produk jadi yang dikembalikan dan menetapkan apakah produk terseb
ut dapat diedarkan kembali atau diproses ulang atau hendaklah dimusnahkan.
12) Ikut serta dalam program inspeksi diri bersama bagian lain dalam industri.
13) Menyediakan pereaksi dan media pembiakan untuk laboratorium.
Menurut UU no 3 tahun 2014 industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang me
ngolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industry sehingga menghasilkan baran
g yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industry. Menurut per
menkes nomor 006 tahun 2012 tentang industry dan usaha obat tradisional, industry obat tradis
onal adalah industri yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional.Obat Tradisional adal
ah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaa
n sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunaka
n untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Ya
ng termasuk dalam obat tradisional ada : Jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT), dan Fitofarmak
a (BPOM, 2019).
Menurut permenkes nomor 6 tahun 2016 obat herbal terstandar adalah Obat Herbal Ters
tandar adalah sediaan bahan yang telah distandardisasi bahan baku yang digunakan dalam prod
uk jadi, harus memenuhi persyaratan aman dan mutu sesuai dengan persyaratan yang berlaku se
rta klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/praklinik.
Dalam proses pembuatan obat herbal terstandar ini dibutuhkan peralatan yang tidak sede
rhana dan lebih mahal daripada pembuatan jamu. Tenaga kerja yang dibutuhkan pun harus didu
kung dengan keterampilan dan pengetahuan dalam membuat ekstrak. Obat herbal terstandar jug
a ditunjang oleh pembuktian ilmiah berupa penelitian praklinis. Penelitian ini meliputi standaris
asi kandungan senyawa berkhasiat dalam bahan penyusun, standarisasi pembuatan ekstrak yang
higienis, serta uji toksisitas akut maupun kronis.
Kriteria obat herbal terstandar adalah :
● Aman
Obat herbal terstandar harus mencantumkan logo dan tulisan “obat herbal terstandar”.
28
(Logo Obat Herbal Terstandar (OHT)
● Etil alkohol dengan kadar lebih besar dari 1% (untuk sediaan cairan) kec
● Antangin JRG
● OB Herbal
● Mastin
● Diapet
● Lelap
● Kiranti
2.9.1. Kapsul
Menurut farmakope Indonesia Edisi IV (1995), sediaan kapsul adalah campuran kering b
ahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, yang ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pema
kaian luar. Kapsul ada 2 macam: kapsul keras dan kapsul lunak.
30
Strengths (kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan) adalah faktor internal yang beras
al dari perusahaan dan merupakan hal-hal yang dapat dikontrol dan dapat berubah. Seda
ngkan Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) adalah faktor eksternal yang me
mpengaruhi bisnis atau hal-hal yang terjadi di luar perusahaan pada pasar yang lebih be
sar. Peluang dapat dimanfaatkan dan ancaman dapat
dihindari, tetapi peluang dan ancaman tidak dapat diubah Kekuatan (Strengths)
1. Kelemahan (Weaknesses)
Kelemahan (weaknesses) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber day
a, keterampilan, dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusah
aan atau organisasi. Fasilitas, sumber daya keuangan, kapabilitas manajemen, keteram
pilan pemasaran, citra merek dapat merupakan sumber kelemahan.
2. Peluang (Opportunities)
Peluang (opportunities) adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingk
ungan perusahaan atau organisasi. Kecenderungan-kecenderungan penting merupakan
salah satu sumber peluang. Identifikasi segmen pasar yang tadinya terabaikan, perubah
an pada situasi persaingan atau peraturan, perubahan teknologi, serta membaiknya hub
ungan dengan pembeli atau pemasok dapat memberikan peluang bagi perusahaan atau
organisasi. Faktor peluang adalah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan ba
gi suatu satuan bisnis. Yang dimaksud dengan berbagai situasi tersebut antara lain:
a. Kecenderungan penting yang terjadi dikalangan pengguna produk
31
b. Identifikasi suatu segmen pasar yang belum mendapat perhatian
c. Perubahan dalam kondisi persaingan
d. Perubahan dalam peraturan perundang-undangan yang membuka berbagai kesempat
an baru dalam kegiatan berusaha
e. Hubungan dengan para pembeli yang akrab
f. Hubungan dengan pemasok yang harmonis
3. Ancaman (Threats)
Ancaman (threats) adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingk
ungan perusahaan atau organisasi. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi
sekarang yang diinginkan organisasi. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan
pasar, meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli atau pemasok penting, perubah
an teknologi serta peraturan baru atau yang direvisi dapat menjadi ancaman bagi keber
hasilan perusahaan.
32
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Cara Mendirikan Perseroan Terbatas (PT) Produk Sediaan Obat Herbal Terstandar
(OHT) Padat
Dalam hal ini PT yang didirikan adalah PT. Galen Herbal Indonesia. PT ini didirikan oleh 5
(lima) orang sebagaimana yang dipersyaratkan dalam perseroan sesuai Undang-Undang No. 40
Tahun 2007 : Pendirian PT adalah minimal 2 (dua) orang atau lebih dan keduanya warga negara
Indonesia (WNI). Dimana dalam pendiriannya terlebih dahulu dilakukan persetujuan nama untuk
Perseroan terbatas (PT) yang mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2011, dengan t
ujuan untuk memastikan bahwa nama perseroan yang diajukan telah memenuhi persyaratan yang
ditentukan.
Terdapat beberapa proses tata cara dan syarat dalam mendirikan Perseroan Terbatas yaitu ha
rus menentukan nama perseroan yang ingin didaftrakan, pembuatan akta pendirian PT, menyerta
kan surat keterangan domisili perusahaan dan menyertakan syarat lain berupa bukti PBB tahun te
rkahir, pengesahan oleh menteri kehakiman dan HAM RI, memiliki surat izin tempat usaha (SIT
U) dan surat izin usaha perdagangan (SIUP) , tanda daftar perusahaan (TDP) dan selanjutnya set
elah perusahaan melakukan wajib daftar perusahaan serta telah mendapatkan pengesahan dari M
entri Kehakiman dan HAM RI kemudian pengesahan tersebut harus diumumkan dalam berita Ne
gara dan perusahaan yang telah diumumkan dalam berita Negara, perusahaan tersebut telah semp
urna statusnya.
33
● Waktu 1 hari kerja, maksimal biaya Rp1.000.000 untuk PT
3. Pengajuan Izin Pendirian Badan Hukum, Penerbitan Izin Pendirian Badan Hukum, P
embayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), Pengesahan Badan Hukum.
4. Pengajuan SIUP dan NIB melalui sistem Online Single Submission (OSS).
7. Mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan VAT Collector Number NPP
KP (Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak) melalui https://ereg.pajak.go.id.
3.2. Cara Mendapatkan Izin Mendirikan Industri Farmasi Obat Herbal Terstandar (OH
T)
Setelah PT. Galen Herbal sudah mempunyai status sebagai Badan Hukum yang secara legal
itas dapat mendirikan industri Obat Herbal Terstandar (OHT). Selanjutnya diajukan persyarat ag
ar dapat didirikannya Industri. Dimana Surat izin yang siapkan dalam berkas pengajuan Industri
Global Herbal sebagai berikut:
2) Persetujuan Prinsip
Setelah diperoleh persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala Badan da
n Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dimana sebelumnya telah dilakukan persiapan, pem
bangunan, pengadaan, pemasangan dan instalasi peralatan, termasuk produksi percobaa
n. Persetujuan Prinsip diajukan ke Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala B
POM dan Dinas Kesehatan Provinsi. Persetujuan prinsip kemudia diperoleh dalam kuru
n waktu 14 hari setelah permohonan diajukan. Persetujuan Prinsip diberikan oleh Direkt
ur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
36
gan bahan aktif Psidii Folium Extract, Curcuma Domestica Rhizoma, dengan keunggulan sebaga
i antidiare herbal tidak spesifik.
PT. Galen Herbal dibangun di Kawasan Industri Ujungbatu, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. M
emiliki Luas tanah (LT) 5.000 m2 dan luas bangunan (LB) 3.000 m2. Industri Galen Herbal akan
dibangun di Jalan Kubang Ujungbatu KM 3, Kecamatan Ujungbatu, Kabupaten Rokan Hulu, Ri
au. Menentukan letak bangunan industri farmasi Galen Herbal yang jauh dari pemukiman padat
penduduk, namun akses dekat dengan tol yang memudahkan transportasi untuk distribusi produk
dan strategis karena berada di kawasan industri.
2. Visi
Menjadi perusahaan obat Herbal Terstandar yang terpercaya, inovatif dan moderen,
serta menjadi mitra masyarakat luas dalam menjalani hidup sehat yang alami.
3. Misi
Meningkatkan kesehatan masyarakat luas melalui pengembangan produk dan jasa herbal
alami dalam hal ini Obat Herbal Terstandar yang inovatif serta meningkatkan pengetahuan, peng
hargaan, dan penggunaan Obat Herbal Terstandar dari bahan alam khas Indonesia.
Industri Galen Herbal sangat memenitingkan sumber daya manusia yang kompeten
dan profisional dibidangnya untuk membantu menentukan kualitas produk yang akan di
buat dan keberhasilan Industri Galen Herbal. SDM yang dibutuhkan sebanyak 35 orang
terdiri dari S2, Apoteker, S1 Farmasi, dan lulusan SMA. Perekrutan karyawan akan dila
ksanakan pada bulan 1 Maret 2024 hingga 30 april 2024.
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang dianjurkan berbentuk garis, dimulai dari Direktur Utama
38
pemegang peran penting sebagai pimpinan tertinggi perusahaan yang dibantu oleh Pla
n Manager. Plan Manager dibantu oleh bagian PPC, R&D, Material Control Manager,
Manager Umum & Personalia, dan Manager Produksi. Selain itu terdapat beberapa ke
pala bagian yang bertanggung jawab langsung kepada manager produksi, yaitu kepala
bagian barang jadi, kepala bagian QC, kepala bagian produksi, kepala bagian teknik.
Berdasarkan struktur organisasi garis ini tugas dan wewenang beberapa bagian te
rsebut adalah sebagai berikut:
a. Direktur Utama
Direktur utama bertanggung jawab atas segala masalah yang berhubungan dengan
kegiatan perusahaan dan bertugas memimpin, mengatur, membimbing, dan mengar
ahkan seluruh kegiatan yang berlangsung.
b. Plan Manager
Plan manager mempunyai tugas mengawasi seluruh proses serta memberikan pen
garahan dan bimbingan kepada setiap kepala bagian.
c. Manager Produksi
Bagian ini bertugas dalam bidang yang menyangkut operasi proses yang mengola
h produksi mulai dari bahan baku sampai produk jadi.
d. Bagian QC
Menganalisa dan bertanggung jawab terhadap pengawasan mutu bahan baku sela
ma proses sampai produk akhir yang akan dipasarkan.
e. Bagian Teknik
Menjaga dan memelihara atas kelancaran peralatan dan mesin-mesin yang ada di
pabrik, sekaligus memperbaiki jika ada kerusakan yang terjadi.
f. Bagian Administrasi dan Keuangan
Mengurusi seluruh biaya pegeluaran seluruh biaya pengeluaran dan pemasukan
serta urusan kepegawaian, surat menyurat, kearsipan serta kepentingan perusahaan l
ainnya.
g. Bagian Keamanan
Mengawasi dan menjaga keamanan serta ketertiban pabrik, sehingga pabrik dap
at berproduksi dengan baik dan lancar.
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja sangat diperlukan untuk melaksanakan kegiatan yang meliputi pengolah
an produksi, administrasi, dan penunjang lainnya, sehingga tenaga kerja dituntut untuk me
39
mpunyai suatu keahlian khusus yang sesuai dengan pekerjaan yang dihadapinya.
Tenaga kerja ada dua jenis, yaitu: tenaga kerja tetap dan tenaga kerja borongan. Tena
ga kerja tetap berjumlah +/- 200 orang dan tenaga kerja borongan sekitar 50 orang tergant
ung pada target produksi per bulan. Tenaga kerja borongan digunakan di bagian gedung ta
pioka.
Gaji karyawan disesuaikan dengan pendidikan, jabatan dan masa kerja. Terdapat dua
macam gaji yaitu gaji pokok dan gaji tunjangan. Tunjangan yang diberikan meliputi Tunj
angan Hari Raya (THR), tunjangan kesehatan, jaminan sosial, sarana transportasi, cuti tah
unan, bonus bulanan, dan lain- lainnya. Berikut adalah jumlah perkiraan karyawan yang d
ibutuhkan oleh perusahaan.
Jumlah Personalia dalam Industri Obat Herbal Terstandar PT. Galen Herbal
Kepala Operasional Mutu 1 Orang Apoteker yang terdaftar dan terkualif Rp. 13.000.000
ikasi
Kepala Bagian Pemastian M 1 Orang Apoteker yang terdaftar dan terkualif Rp. 13.000.000
utu ikasi
Kepala Bagian Pengawasan 1 Orang Apoteker yang terdaftar dan terkualif Rp. 13.000.000
Mutu ikasi
40
Staf Bagian Lab 2 D3 Mikrobiologi/Analisis Farmasi Rp. 4.000.000
Makanan
Staf HRD 2 S1 Management Rp. 5.000.000
Security Pabrik 4 SMA/Sederajat Rp. 2.000.000
Staf Bagian Gudang 3 D3 Farmasi Rp. 2.500.000
Cleaning Service 5 SMA/Sederajat Rp. 2.000.000
Driver Pabrik 2 SMA/Sederajat Rp. 2.000.000
Total 36 Rp. 256.500.000
1. Fasilitas
Industri Galen Herbal memiliki fasilitas dan peralatan untuk menjamin produk yang dihasil
kan. Beberapa diantaranya adalah: chopper, oven, mixer, grinder/penggiling, evaporator, capsule
filling machine, mesin penghitung kapsul, automatic bottle labeling, IPAL, Temulawak, Daun Ja
mbu Biji, Silika gel. Alat dipesan pada 30 Januari 2024 sampai lokasi pada 30 February 2024.
41
6. Automatic Bottle Labelling 1 Rp. 120.000.000
f. Alat Transportasi
Luas tanah yang dirancang yaitu 5.000 meter 2 dengan luas bangunan 3.000 meter2, sehing
ga dapat mengatur penggunaannya dengan leluasa serta memiliki kemampuan untuk memenuhi
proses pengolahan limbah. Pembangunan akan dilaksanakn pada 1 September 2023 sampai 1 Jan
uari 2024.
Tata letak Industri Global Herbal diuraikan menjadi beberapa area, yaitu:
1) Area perkantoran
2) Area fasilitas umum
3) Area penerimaan bahan baku
4) Area laboratorium
5) Area produksi
6) Area gudang.
7) Area karantima
8) Area utilitas
9) Area perluasan
43
ran, Fasilitas Umum,
Penerimaan Bahan B
aku, Laboratorium,
Gudang, Ruang Kara
ntina, Utilitas)
Total - Rp. 3.500.000.000
Bangunan gedung tersebut selalu terlihat lebih bersih seperti bangunan baru. Hal ini di
sebabkan setiap tahun sekali, dinding-dindingnya selalu dicat ulang agar terlihat lebih bersih.
1. Unclassified Area
Area ini merupakan area yang tidak dikendalikan (unclassified area) tetapi u
ntuk kepentingan tertentu ada beberapa parameter yang dipantau. Termasuk di d
45
alamnya adalah laboratorium kimia (suhu terkontrol), gudang (suhu terkontrol u
ntuk cold storage dan cool room), kantor, kantin, ruang ganti dan ruang teknik.
2. Black Area
Area ini disebut juga area Kelas E. Ruangan ataupun area yang termasuk dala
m kelas ini adalah koridor yang menghubungkan ruang ganti dengan area produ
ksi, area staging bahan kemas dan ruang kemas sekunder. Setiap karyawan waji
b mengenakan sepatu dan pakaian black area (dengan penutup kepala).
3. Grey Area
Area ini disebut juga area Kelas D. Ruangan ataupun area yang masuk dala
m kelas ini adalah ruang produksi produk non steril, ruang pengemasan primer,
ruang timbang, laboratorium mikrobiologi (ruang preparasi, ruang uji potensi d
an inkubasi), ruang sampling di gudang. Setiap karyawan yang masuk ke area i
ni wajib mengenakan gowning (pakaian dan sepatu grey). Antara black area da
n grey area dibatasi ruang ganti pakaian grey dan airlock.
4. White Area
Area ini disebut juga area Kelas C, B dan A (di bawah LAF). Ruangan yan
g masuk dalam area ini adalah ruangan yang digunakan untuk penimbangan bah
an baku produksi steril, ruang mixing untuk produksi steril, background ruang f
illing, laboratorium mikrobiologi (ruang uji sterilitas). Setiap karyawan yang ak
an memasuki area ini wajib mengenakan pakaian antistatik (pakaian dan sepatu
yang tidak melepas partikel). Antara grey area dan white area dipisahkan oleh r
uang ganti pakaian white dan airlock Airlock berfungsi sebagai ruang penyangg
a antara 2 ruang dengan kelas kebersihan yang berbeda untuk mencegah terjadi
nya kontaminasi dari ruangan dengan kelas kebersihan lebih rendah ke ruang de
ngan kelas kebersihan lebih tinggi. Berdasarkan CPOTB, ruang diklasifikasikan
menjadi kelas A, B, C, D dan E, dimana setiap kelas memiliki persyaratan juml
ah partikel, jumlah mikroba, tekanan, kelembaban udara dan air change
1. Pengadaan bahan
Bahan aktif yang digunakan adalah daun jambu dan temulawak yang diperoleh dari petan
i lokal sekitar kabupaten Rokan Hulu. Industri Global Herbal melakukan rencana pengadaan tah
unan bahan untuk Industri Farmasi Obat herbal terstandar oleh bagian PPIC. Setelah PPIC memp
46
unyai format perencanaan bahan, kemudian dilakukan permintaan bahan ke bagian pengadaan, k
emudian bagian pengadaan memproses hingga bahan datang. Bahan yang sudah datang dan sesu
ai kebutuhan dilakukan proses produksi pada bagian produksi.
2. Pembuatan produk
Industri Galen Herbal dalam Proses produksi Obat herbal terstandar mengacu pada stand
ar nasional yaitu dari Farmakope Indonesia dan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (C
POTB). Kegiatan Produksi meliputi : bahan awal, bahan diverifikasi, Penomoran bacth, jika bah
an tidak sesuai bahan akan ditolak dan diberi label ‘DITOLAK’ dan jika bahan sesuai dilakukan
system penomoran batch, kemudian bahan yang telah diberi nomor batch ditimbang dan diukur, l
alu diolah sesuai persedur. Bahan yang telah diolah menghasilkan produk kering dan produk bas
ah, kemudian produk diberi label dan dikemas sebagai produk jadi. Produk jadi dikarantina terle
bih dahulu, setelah itu dapat dikirim kebagian gudang produk jadi sebelum didistribusikan.
3. Distribusi
Produk yang telah di produksi dari Industri Galen Herbal akan dikirim langsung ke distri
butor dan selanjutnya distributor yang akan menyalurkan produk principal tersebut hingga ke ret
47
ailer yang berupa toko-toko maupun supermarket, mall, swalayan, apotek, toko obat dan depo ja
mu. Oleh karena itu, untuk memudahkan proses distribusi hingga ke retailer, maka Industri Gale
n Herbal menggunakan Sales Trcaking System, yang dirancang untuk memudahkan pekerjaan sa
les dalam pengiriman produk, pengambilan pesanan, hingga menerima pembayaran.
4. Pemasaran
Pemasaran produk Industri Galen Herbal memiliki program media yang telah dirancang d
an akan dijalankan melalui endorsement dan pengadaan event, kemudian didukung dengan pemb
agian katalog produk, brosur, pemasangan x-banner, perancangan dan pemasangan pop-up stand
ee pada toko-toko distributor, dan melakukan pembaharuan terhadap media sosial yakni, Instagra
m, Facebook, dan website secara berkala agar relasi antara perusahaan dengan konsumen tetap te
rjaga dan berlanjut.
49
9 Anggaran Biaya Budidaya R 4.962.000.00
p 0
Tanaman
Total Pengeluaran Rutin Rp 30.530.795.38
8
C Pendapatan Rutin
Per Bulan Per Tahun
1 Target penjualan 75.000 Rp 3.750.000.00 Rp 45.000.000.000
0
kardus perbulan Harga
perkardus Rp50.000
17 .375.515 .000
BEP
BEP dalam 1 tahun dapat dihitung sebagai berikut:
50
BEPharga produksi= Total biaya pengeluaran
Volume Produksi
Rp30.530 .795 .388
BEPharga produksi= =Rp33.923
(75.000× 12)
51
Artinya, pada tingkat harga sebesar Rp 33.923 usaha ini berada pada titik im
pas.
Rp 50.000
Artinya, perusahaan tidak mengalami keuntungan dan kerugian (impas).
1. Strategi Produk
Strategi mutu sebuah produk harus tetap dijaga dan terus dilakukan perbaikan
ataupun peningkatan mutu melalui peningkatan kerja sama dengan tenaga- te
naga ahli dari berbagai kalangan akademis. Juga diverifikasi produk, dengan
beragam jenis produk yang dimiliki untuk mendapatkan segmen pasar luas,
melalui bentuk dan kemasan produk yang menarik.
2. Strategi Iklan
Strategi promosi atau iklan untuk memperkenalkan produk pada konsumen te
rus dilakukan dengan media yang sesuai dengan pasar dan kondisi atau kema
mpuan perusahaan. Bagi PT. Makmur Herbal perlu dilakukan promosi genca
r dan sesuai kemampuan perusahaan dengan biaya rendah seperti pemasaran
spanduk-spanduk, radio-radio dan surat kabar.
3. Strategi Harga
Strategi harga produk harus bersaing, yaitu sesuai dengan kondisi/daya beli p
asar saat ini untuk menarik daya tarik konsumen dalam melakukan pembelia
n.
4. Strategi Pelayanan
Strategi pelayanan yang berbeda dan sesuai bagi pasar, dengan cara menyiasa
ti produk dengan harga terjangkau sesuai kebutuhan bagi segmen sasaran yan
g ada di masyarakat.
3.4.3. Distribusi dan Pemasaran
3.5 Analisis SWOT dalam pendirian industri farmasi dengan produk sediaan Obat Herbal
Terstandar padat
Metode analisis SWOT yang digunakan merupakan metode analisis strategi dari faktor inte
rnal perusahaan yang meliputi strengths dan weakness serta faktor ekternal perusahaan yang meli
puti opportunities dan threats. Dimana di dalam penggunaannya tentang bagaimana kekuatan (str
engths) mampu mengambil keuntungan dari sebuah peluang (opportunities) yang ada, kemudian
bagaimana cara mengatasi kelemahan (weakness) yang mencegah keuntungan, selanjutnya bagai
mana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah
bagaimana cara mengatasi kelemahan (weakness) yang mampu membuat ancaman (threats) menj
adi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
1) Strenght (Kekuatan)
Strength merupakan kekuatan yang berasal dari Industri Global Herbal. Kekuatan pada
produk Diarolla Kapsul adalah produk ini berasal dari bahan alam dan tentunya memilik
i efek samping lebih rendah dibandingkan obat berbahan kimia lain nya. Hal ini cukup d
i minati oleh masyarakat karena bahan yang digunakan telah dikenal dan tidak asing ba
gi masyarakat sebagai pengobatan diare. Selain itu, bahan yang digunakan merupakan h
asil dari petani sekitar yang terjamin kualitasnya.
2) Weakness (Kelemahan)
PT. Galen Herbal merupakan sebuah perusahaan baru. Setelah mengetahui kekuata
n maka perlu diperhatikan kekurangan apa yang menjadi penghambat dari Industri Gale
53
n Herbal, yaitu sebagai Industri yang baru sehingga belum memiliki citra pemasaran ya
ng cukup dikenal dan tim promosi yang kurang dan produk yang masih baru dipasaran.
3) Opportunity (Kesempatan)
Tingginya peningkatan jumlah penyakit diare akibat sedang memasuki musim huja
n belakangan ini yang membuat masyarakat ingin mengobati penyakit diare yang timbul
dengan obat yang bersifat alami merupakan salah satu kentungan dalam memperluas pe
masaran produk. Obat diare ini juga aman digunakan untuk anak-anak yang mana sepert
i yang kita tau bahwa anak-anak cenderung mudah terkena penyakit diare akibat makan
sembarangan.
4) Threat (Ancaman)
Ancaman yaitu segala sesuatu yang berisiko bagi perusahaan baik keberhasilan atau
pertumbuhan, salah satunya yaitu terdapat banyak kompotitor yang baru maupun yang s
udah ada.
54
BAB IV
4.1 Kesimpulan
55
biaya keseluruhan yang dibutuhkan untuk pendirian dan pelaksanaan produksi In
dustri Galen Herbal adalah Rp 47.906.310.388.
4. Analisis SWOT dalam pendirian industri obat herbal terstandar padat meliputi St
reght (kekuatan) letak pabrik yang strategis serta produk alam dengan efek sampi
ng rendah yang cukup diminati. Weakness (kelemahan) karna merupakan perusah
aan baru, promosi belum maksimal serta belum banyak berinovasi, Oppportunity
(kesempatan) tingginya peningkatan jumlah penyakit diare akibat sedang memas
uki musim hujan belakangan ini yang membuat masyarakat ingin mengobati pen
yakit diare yang timbul dengan obat yang bersifat alami merupakan salah satu ke
entungan dalam memperluas pemasaran produk. Threat (ancaman) salah satunya
yaitu terdapat banyak kompetitor yang baru maupun yang sudah ada
4.2 Saran
Industri Galen Herbal perlu melakukan rancangan penambahan produk secara
bertahap dan penambahan sumber daya manusia (SDM) secara bertahap sehingga Indus
tri Galenl Herbal semakin berkembang kedepannya.
54
DAFTAR PUSTAKA
55